AKULAH SI TELAGA Karya : Sapardi Djoko Damono akulah si telaga: berlayarlah di atasnya; berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma; berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya; sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja perahumu biar aku yang menjaganya 1982.
BUNGA 2 Karya : Sapardi Djoko Damono mawar itu tersirap dan hampir berkata jangan ketika pemilik taman memetiknya hari ini; tak ada alasan kenapa ia ingin berkata jangan sebab toh wanita itu tak mengenal isaratnya tak ada alasan untuk memahami kenapa wanita yang selama ini rajin menyiraminya dan selalu menatapnya dengan pandangan cinta itu kini wajahnya anggun dan dingin, menanggalkan kelopaknya selembar demi selembar dan membiarkannya berjatuhan menjelma pendar-pendar di permukaan kolam 1982.
Di Atas Batu Karya: sapardi djoko damono ia duduk di atas batu dan melempar-lemparkan kerikil ke tengah kali ia gerak-gerakkan kaki-kakinya di kau berikan ga memercik ke sana ke mari ia pandang sekeliling : matahari yang hilang timbul di sela goyang daundaunan, jalan setapak yang mendaki tebing kali, beberapa ekor capung ia ingin yakin bahwa benar-benar berada di sini 1982. Sajak Putih
Karya Chairil Anwar, 1944 buat tunanganku Mirat Bersandar pada tari warna pelangi kau depanku bertudung sutra senja di hitam matamu kembang mawar dan melati harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba meriak muka air kolam jiwa dan dalam dadaku memerdu lagu menarik menari seluruh aku hidup dari hidupku, pintu terbuka selama matamu bagiku menengadah selama kau darah mengalir dari luka antara kita Mati datang tidak membelah Buat Miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri, dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini! Kucuplah aku terus, kucuplah dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku
Hujan Bulan Juni Karya: Sapardi Djoko Damono tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
LIDAH Karya: gola gong Beruntung aku punya lidah, sehingga bisa bicara kutata kalimat alif bata, walau tak peduli hati patah Betapa takjub aku pada lidah, tak bertulang pula Lidah kubasahi ludah, begitu jika bermain lidah Lidah bikin hati gundah, tubuhku jadi basah Tapi ada orang tak tahu diri pada lidah dipakainya lidah untuk sumpah serapah Padahal lidah tajam bagai pedang membelah Beruntung aku punya lidah, sehingga bisa bicara tak peduli pada siapa benar siapa salah kebon jeruk, Februari 1998
SEPERTI Karya: Andrea Hirata Seperti puisi yang kautuliskan Seperti nyanyi yang kaulantunkan Seperti senyum yang kausunggingkan Seperti pandang yang kaukerlingkan Seperti cinta yang kauberikan Aku tak pernah, tak pernah merasa cukup TAK TAHU ENGKAU DI MANA Karya: Andrea Hirata Tak tahu engkau di mana Tapi, kulihat dirimu, di antara bayang pohon willow Kudengar suaramu, dalam riak Sungai Darrow Dan kucium dirimu, dalam angin yang berembus dari utara
SELAMAT TINGGAL PANTAI PADANG Karya: Darman Moenir selamat tinggal pantai Padang setelah kuhitung pasirmu duka dalam bayang diriku selamat tinggal pantai Padang kupergi dalam mengayuh segala cerita kita tuang kasih! bibirmu yang hampir tenggelam langitmu yang muram. Kelam tapi kau selalu tak diam salam!
MATA HITAM Karya: WS Rendra Dua mata hitam adalah matahati yang biru dua mata hitam sangat kenal bahasa rindu. Rindu bukanlah milik perempuan melulu dan keduanya sama tahu, dan keduanya tanpa malu. Dua mata hitam terbenam di daging yang wangi kecantikan tanpa sutra, tanpa pelangi. Dua mata hitam adalah rumah yang temaram secangkir kopi sore hari dan kenangan yang terpendam.
DI RUANG TUNGGU Karya: wan anwar kita duduk berdua saja kau tamu, aku tamu juga di sini ke mana tuan rumah, tanyamu lantas kita pun berkenalan lewat bahasa yang tak kumengerti meski aku paham isyarat sorot mata dan kulit muka yang kelabu kita sama-sama menatap ke luar jendela di sana kemiskinan gemetar membuka taring-taringnya kabut mencium kota. Kaca tiba-tiba basah tapi tak ada Marx dan Engels di sini, katamu ya, tak ada para buruh yang diramalkan itu Bandung, 1993
BERTAMU DI KAMAR SUNYI Karya: wan anwar kubersihkan diri, kurapikan baju, bertamu di kamar sunyi. Tapi tak ada Tuan rumah yang tiap malam menggedor jantung, merobek sarang rindu, mengoyakmoyakkan hati kering ini. aku hanya bertemu kelam, kelam, dan kelam saja sedang air mata telah jadi sungai perih di sajadah yang melapuk. Mataku letih menghamilkan rindu, dendam, cemburu, kecewa dan sakit, bertahun-tahun. Tangis dan sujud menjadi fana, nyaris sia-sia seperti surat-surat yang tak pernah kau balas itu kekasih, bagaimanakah aku menggapaimu dan Cahaya padaku menjelma? Bandung-Cianjur, 1994/1995
DARI BENTANGAN LANGIT Karya: Emha Ainun Najib Dari bentangan langit yang semu Ia, kemarau itu, datang kepadamu Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan menyapu hutan! Mengekal tanah berbongkahan! datang kepadamu, Ia, kemarau itu dari Tuhan, yang senantia diam dari tangan-nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa yang senyap. Yang tak menkarya barang sekejap. 1997
PADA SUATU HARI NANTI Karya: Supardi Djoko Damono Pada suatu hari nanti, Jasadku tak akan ada lagi, Tapi dalam bait-bait sajak ini, Kau tak akan kurelakan sendiri. Pada suatu hari nanti, Suaraku tak terdengar lagi, Tapi di antara larik-larik sajak ini. Kau akan tetap kusiasati, Pada suatu hari nanti, Impianku pun tak dikenal lagi, Namun di sela-sela huruf sajak ini, Kau tak akan letih-letihnya kucari.
AKU BERADA KEMBALI Karya: Chairil Anwar Aku berada kembali. Banyak yang asing: air mengalir tukar warna,kapal kapal, elang-elang serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain; rasa laut telah berubah dan kupunya wajah juga disinari matari lain. Hanya, Kelengangan tinggal tetap saja. Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan; lebih lengang pula ketika berada antara yang mengharap dan yang melepas. Telinga kiri masih terpaling ditarik gelisah yang sebentar-sebentar seterang guruh