BAB I PENDAHULUAN. atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB І PENDAHULUAN. Industri pariwisata menjadi perhatian khusus dalam Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang

BAB I PENDAHULUAN. satu, maka yang menjadi tujuan pemasaran adalah brand loyality. Tanpa sebuah brand

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin ketat yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam programnya Wonderful of Indonesia yang diharapkan memenuhi

I. PENDAHULUAN. mancanegera terus meningkat setiap tahunnya, bahkan di tahun 2014 kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

2015 PENGARUH STORE ATTRIBUTE TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN DIKONTROL OLEH MOTIVASI BERBELANJA

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daya tarik wisata sekarang ini, baik wisatawan domestik maupun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. maksimal guna mempertahankan keberadaan perusahaan di tengah persaingan.

I. PENDAHULUAN. mengemukakan teori hirarki kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan fisiologis/dasar,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan cara lebih memuaskan konsumen dari pada yang dilakukan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan sebuah minat berkunjung yang terdiri dari pengenalan akan

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan nasional yang dilaksanakan pada berbagai sektor

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan yang terus berkembang dan cepat berubah, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. berbatasan langsung dengan ibu kota negara Indonesia, DKI Jakarta yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Memperoleh keunggulan bersaing merupakan tantangan utama bagi

2014 ANALISIS MEAL EXPERIENCE TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi sebuah industri yang mendunia. di Indonesia

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung mempengaruhi tingkat globalisasi yang terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu atau

BAB I PENDAHULUAN. hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu. Hotel bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produkproduk

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pariwisata. Peran masyarakat lokal dalam hubungannya dengan citra sebuah destinasi

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin pesat yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Oleh: TUNJUNG ANGGRAINI A

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT- ATRIBUT JASA PELAYANAN TAMAN REKREASI WATER PARK DI KARTASURA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. dengan ide-ide yang kreatif dan inovatif. Industri barang dan jasa pun semakin

BAB I PENDAHULUAN. selling, (Anderassen et al, 1997) dengan tujuan membangun citra yang kuat

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dalam kondisi ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang mungkin kiranya kita sebagai warga negara Indonesia patut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, gaya hidup dan pola pikir masyarakat berkembang yang. konsumen yang berhasil menarik konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Keterangan Jumlah kendaraan yang masuk via gerbang tol 1. Jumlah pengun jung melalui gerban.

BAB I PENDAHULUAN. ditingkat mutu maupun harga. Meningkatnya daya beli masyarakat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang seksama dan dicermati semua pihak tak terkecuali oleh perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya menjanjikan

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS DAN PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT. BATIK DANAR HADI DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi

(Diferentiated Marketing)

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pelaku bisnis harus berfikir keras untuk mengikuti zaman. Tidak hanya pemikiran

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pariwisata menjadi suatu industri yang berpotensial dalam meningkatkan perekonomian suatu negara. Kegiatan pariwisata tidak hanya berekreasi atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan menikmati sesuatu atau pengalaman baru untuk memenuhi keinginannya. Salah satu wisata yang sedang berkembang pesat yaitu wisata kuliner. Banyak wisatawan yang ingin merasakan serta mencoba makanan dan minuman khas dari suatu daerah yang mereka kunjungi. Menyadari besarnya kontribusi sektor pariwisata tersebut maka pada tahun 2015 Indonesia dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara membentuk sebuah kawasan yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi Asean 2015 dibentuk oleh para pemimpin negara Asean (yang beranggotakan 10 negara) sejak tahun 2003. Menurut Baskoro (tanpa tahun), MEA merupakan bentuk pelaksanaan dari tujuan akhir menyatukan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. MEA memiliki empat fokus yang dijadikan sebuahkesempatan baik untuk Indonesia. Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan menjadi sebuah kesatuan pasar dan produksi. Kedua, MEA akan menjadi kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi dan memerlukan suatu kebijakan yang meliputi peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, pajak, kekayaan intelektual, dan E-Commerce. Ketiga, MEA akan menjadi kawasan perkembangan ekonomi yang merata dengan memprioritaskan Usaha Kecil Menengah (UKM). Keempat, MEA akan menyatu dengan perekonomian global.

Berdasarkan keempat fokus MEA tersebut, sektor pariwisata dari segi kuliner masuk dalam kategori fokus ketiga. Untuk itu, pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean 2015 tersebut bisa menjadi tantangan, peluang dan ancaman, tergantung kesiapan seluruh perusahaan kuliner (bakpia), sehingga mereka harus mampu memanfaatkan kesempatan tersebut sebagai tantangan dan peluang dengan meningkatkan daya saing. Beberapa peluang untuk perusahaan kuliner yaitu dapat memperluasperusahaannya ke negara Asean yang lain atau ke pasar yang lebih luas. Di sisi lain, terdapat kelemahan yaitu kurangnya upaya promosi, kurangnya kompetensi tenaga kerja, fluktuasi nilai tukar mata uang, serta lemahnya daya saing, infrastruktur, dan konektivitas antar daerah. Bukan hanya keuntungan saja dengan adanya MEA, akan tetapi terdapat ancaman seperti barang impor akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negeri yang jauh lebih berkualitas. Yogyakarta merupakan salah satu destinasi pariwisata yang terkenal di Indonesia karena daya tarik yang dimilikinya, baik dari segi kerajinan khas, kekayaan sejarah, alam, budaya, maupun kuliner khasnya. Kuliner khas yang terdapat di Yogyakarta sangatlah beragam. Salah satu yang membuat wisatawan mencari kuliner khas Yogyakarta yaitu bakpia. Secara sejarah dan etimologi, bakpia berasal dari kata bak yang berarti daging dan pia yang berarti kue. Sehingga bakpia dapat diartikan kue yang berisi daging. Dahulu bakpia sering berisikan daging babi dan bentuknya kecil 1. Akan tetapi di Indonesia khususnya di Yogyakarta, bakpia sering dikenal sebagai kue yang berisikan kacang hijau. 1 Wawancara penulis dengan Tano Nazoeaggi selaku Manager pada tanggal 22 Mei 2014 di gerai Bakpiapia Jalan Wates mengenai gambaran umum Bakpiapia.

Dengan banyaknya permintaan akan bakpia tersebut dan banyaknya peluang pasar yang ada maka muncul berbagai perusahaan yang menyediakan bakpia. Salah satu perusahaan bakpia yang terkenal dengan berbagai macam variasi rasa produknya yaitu Bakpiapia. Bakpiapia memiliki slogan (tagline) yaitu bakpia beyond original yang berarti bakpia lebih dari yang asli. Hal ini dimaksudkan bahwa Bakpiapia telah mengembangkan bakpia dengan sentuhan yang lebih kreatif agar mendekatkan kepada bakpia lebih dari yang aslinya. Jadi muncullah berbagai macam produk dan rasa bakpia yang ada di Bakpiapia. Hal tersebut merupakan ciri khas dari Bakpiapia yang mudah melekat diingatan wisatawan. Persepsi wisatawan tersebut akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah pembeli dan citra atau image dari Bakpiapia itu sendiri maupun citra dari wisata kuliner di Yogyakarta. Oleh karena itu, masing-masing perusahaan tersebut harus memiliki daya saing yang cukup tinggi agar dapat mempertahankan perusahaannya dari berbagai goncangan baik eksternal maupun internal. Selain itu, strategi khusus juga diperlukan dalam menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke perusahaannya. Strategi yang dapat menarik minat wisatawan dengan cepat yaitu melalui pemasaran terhadap produk yang dimilikinya. Akibat dari fenomena ini maka dikenallah istilah perang pemasaran. 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, ada dua masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana daya saing produk dan perusahaan Bakpia Bakpiapia terhadap produk dan perusahaan sejenis khususnya dalam menghadapi tantangan MEA? 2. Apa pengaruh daya saing produk dan daya saing perusahaan dalam meningkatkan wisata kuliner?

1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui daya saing produk dan perusahaan Bakpia Bakpiapia terhadap produk dan perusahaan sejenis khususnya dalam menghadapi tantangan MEA. 2. Untuk mengetahui pengaruh daya saing produk dan daya saing perusahaan dalam meningkatkan wisata kuliner. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1) Mengembangkan pengetahuan mengenai pengaruh pemasaran produk wisata kuliner terhadap daya saing sebuah produk dari suatu perusahaan kuliner. 2) Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upaya menganalisis pemasaran produk dan perkembangan wisata kuliner khususnya pada tataran daya saing di berbagai perusahaan. 1.4.2 Manfaat Praktis 1) Memberikan masukan kepada perusahaan kuliner dalam upaya menghadapi daya saing yang sangat pesat dan dalam upaya meningkatan wisata kuliner dengan membuat strategi pemasaran yang tepat. 2) Memberikan kontribusi yang positif untuk meningkatkan kinerja pemasaran Bakpiapia dalam menghadapi daya saing dan untuk meningkatkan wisata kuliner di Yogyakarta.

1.5 Tinjauan Pustaka Dari hasil penelusuran penelitian atau karya-karya ilmiah yang dibahas, belum ditemukan permasalahan yang sama dengan penelitian ini. Beberapa karya ilmiah yang dibahas hanya mengandung sebagian unsur-unsur dari penulisan ini namun memiliki perbedaan dalam perumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai. Penulisan karya ilmiah yang pernah dilakukan antara lain penulisan yang dilakukan oleh Arina Pramusita (2007) dengan judul Citra Pariwisata Yogyakarta Pasca Gempa menurut Opini Wisatawan Nusantara. Dalam penelitian ini mengangkat citra wisata di Yogyakartadengantujuan untuk menganalisis situasi perseptual wisatawan nusantara terhadap produk dan daya tarik wisata Yogyakarta pasca gempa yang akan berpeluang untuk berkunjung kembali ke Yogyakarta di masa yang akan datang. Hasil dari penelitian ini yaitu mendapatkan kepastian bahwa Yogyakarta memiliki citra pariwisata yang baik meski pasca gempa dan sebagian obyek wisatanya mengalami kerusakan, serta sebagian besar wisatawan bersedia untuk mengunjungi kembali Yogyakarta pada waktu yang akan datang. Selain itu ditemukan penelitian mengenai wisata kuliner Yogyakarta yang dilakukan oleh Minta Harsana (2008). Penelitian tersebut berjudul Wisata Kuliner di Yogyakarta (Studi Kasus Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Produk dan Penyajian Makanan di Taman Kuliner Condongcatur dan Sentra Gudeg Wijilan Yogyakarta). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui daya tarik dan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk dan penyajian makanan di taman kuliner Condongcatur dan Sentra Gudeg Wijilan sebagai tempat tujuan wisata kuliner. Penelitian ini membuahkan hasil bahwa faktor yang menjadi daya tarik kedua daerah tersebut yaitu suasana tempat untuk taman kuliner Condongcatur dan variasi makanan untuk sentra gudeg wijilan,

serta kualitas produk dan pelayanan sudah memuaskan sesuai harapan konsumen, sehingga frekuensi kunjungan satu sampai tiga kali dalam sebulan. Berbeda dengan Emrizal (2008) yang membahas mengenai daya saing destinasi pariwisata dengan judul Daya Saing Destinasi Pariwisata Dari Perspektif Tour Operator (Studi Kasus: Sumatera Utara dan Sumatera Barat). Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui kondisi daya saing pariwisata Sumatera Utara dari sudut pandang tour operator Malaysia, Singapura, dan Belanda, serta mengidentifikasi implikasi posisi daya saing Sumatera Utara saat ini terhadap kebijakan pengembangan pariwisata Sumatera Utara di masa depan. Dari tujuan tersebut menghasilkan kenyataan bahwa daya saing pariwisata Indonesia masih sangat lemah dan tren pertumbuhan kunjungan ke Sumatera Barat lebih tinggi dibandingkan Sumatera Utara hal itu disebakan oleh faktor keamanan, aksesibilitas, lingkungan, dan harga produk. Selain dari segi tour operator ada juga yang membahas strategi bersaing dari sebuah perusahaan batik yang dilakukan oleh Fazal Azizah (2012) dengan judul Strategi Bersaing Paradise Batik dalam Menghadapi Persaingan di Industri Kecil Menengah Komoditas Batik. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan gambaran dari faktor-faktor eksternal, internal, dan kesesuaian diantara keduanya dalam penerapan strategi untuk memaksimalkan antara permintaan konsumen dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki. Sehingga penelitian ini dapat menjabarkan mengenai faktor eksternal dan internal dari Paradise Batik dan strategi yang diusulkan untuk memaksimalkan kesesuaian antara permintaan konsumen dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai Pengaruh Pemasaran Bakpiapia terhadap Daya Saing Produk dan Perusahaan Sejenis : Kajian Wisata Kuliner belum pernah di teliti sebelumnya.

1.6 Landasan Teori 1.6.1 Wisata Kuliner Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Salah satu yang menjadi daya tarik wisata di suatu daerah yaitu wisata kuliner. Wisata kuliner ini masuk ke dalam jenis wisata budaya, yang memanfaatkan potensi hasil budaya manusia sebagai daya tariknya. Daya tarik yang dimaksudkan disini yaitu makanan khas dari suatu daerah tertentu seperti Getuk Sokaraja, Lompia Semarang, Bakpia Yogyakarta, dan sebagainya. Pada awalnya makanan merupakan komponen pelengkap dari suatu kegiatan perjalanan atau pariwisata. Akan tetapi sekarang makanan menjadi salah satu elemen utama dari produk atau pengalaman pariwisata. Hal ini dapat dibuktikan dengan sebanyak 25 persen dari total pengeluaran wisatawan yang dikeluarkan untuk pembelian makanan (Rubin, 2008). Sehingga makanan menjadi begitu penting bagi pengalaman wisatawan untuk dipertimbangkan sebagai motivasi wisata yang berdiri sendiri dan menarik wisatawan untuk dapat mengambil keputusan berwisata ke suatu daerah. Wisata kuliner itu sendiri didefinisikan sebagai penjelajahan makanan baru, yang eksotis, atau otentik dari budaya atau daerah tertentu. Hal ini juga dapat merujuk pada penjelajahan makanan yang terkenal di lingkungan asing yang menghibur, konsisten dan aman untuk wisatawan. Kegiatan wisata kuliner

telah dianggap sebagai perjalanan melalui makanan dan memakan makanan yang berbeda karena ingin tahu atau menghadapi budaya baru dengan menggunakan makanan sebagai sarana interpretasinya. Keberhasilan wisata kuliner bisa dilakukan dengan menemukan cara-cara untuk menambah nilai pengalaman makan secara teratur agar hal itu dapat selalu diingat (Rubin, 2008). Pada saat ini, banyak destinasi yang menggunakan produk kuliner untuk mempromosikan pariwisata. Oleh karena itu, wisata kuliner atau makanan itu sendiri telah menjadi sarana bagi pengunjung untuk sampai pada pemahaman tentang identitas nasional. Sehingga ketika suatu makanan dari daerah dipromosikan maka budaya dari suatu daerah tersebut secara tidak langsung juga ikut dipromosikan. 1.6.2 Pemasaran Produk Perusahaan yang bergerak di bidang kuliner khas suatu daerah yang memiliki keahlian dalam bagian pemasaran akan berdampak positif dan berpotensial meningkatkan wisata kuliner khas di daerah tersebut. Menurut Philip Kotler (1993), pemasaran adalah suatu bagian yang menyediakan produk dan jasa kepada orang yang tepat, pada tempat dan waktu yang tepat, dengan harga yang tepat, serta diikuti dengan komunikasi dan promosi yang tepat. Dalam hal ini wisata kuliner menyediakan produk untuk dijual dan jasa dalam melakukan pelayanannya. Produk merupakan gambaran dari sebuah perusahaan yang memiliki daya saing. Produk dapat dikatakan sebagai sesuatu benda yang dapat ditawarkan kepada masyarakat luas untuk diperhatikan, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan dari masyarakat tersebut (Kotler and Armstrong, 2012:248). Salah satu contoh produk kuliner khas suatu daerah yang berada di Yogyakarta yaitu

bakpia. Bakpia ini ditawarkan kepada wisatawan domestik maupun mancanegara untuk dibeli dan dikonsumsi. Kriteria standar dari suatu produk yang diharapkan dan diinginkan oleh konsumen meliputi variasi, mutu atau kualitas, sifat, rancangan, merek, kemasan, dan pelayanan (Pride dan Ferrel, dalam Harsana, 2008:28). Dengan adanya kriteria tersebut maka perusahaan kuliner harus berusaha menciptakan variasi, rancangan, merek, dan kemasan yang unik serta menarik di mata wisatawan dan konsumen. Selain itu, perusahaan juga terus meningkatkan mutu, kualitas dan pelayanan dalam mempertahankan posisinya di dunia bisnis wisata kuliner. Dalam mempertahankan posisi tersebut dan untuk mencapai sasarannya, perusahaan juga harus melakukan cara-cara lainnya seperti mengembangkan produk baru, memodifikasi produk yang sudah ada, dan menghapus produkproduk yang tidak laku, tidak mendapatkan perhatian, tidak memuaskan konsumen serta tidak lagi menghasilkan laba. Sehingga apabila perusahaan memiliki sebuah produk yang dapat dikatakan baik, berkualitas, dan tepat maka perusahaan tersebut akan menghasilkan posisi yang lebih unggul dari para pesaingnya. 1.6.3 Daya Saing Produk Daya saing produk adalah kemampuan dari suatu perusahaan untuk memasuki pasar yang lebih luas dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut (Tambunan, dalam Susilo, 2014). Hal itu menunjukan bahwa jika suatu produk memiliki daya saing maka produk tersebut banyak diminati oleh konsumen. Oleh karena itu, daya saing produk menjadi sangat penting untuk sebuah perusahaan. Seperti halnya bakpia yang merupakan produk kuliner dari

Yogyakarta. Perusahaan yang menjual bakpia tersebut harus menunjukan bahwa bakpianya memiliki daya saing yang cukup tinggi untuk masuk ke dalam pasar yang lebih luas dan untuk mempertahankan posisinya di dunia bisnis wisata kuliner. Daya saing produk dipengaruhi oleh daya saing perusahaan. Dengan kata lain, daya saing perusahaan menjadi faktor penentu dalam menciptakan daya saing produk di suatu perusahaan. Daya saing perusahaan itu sendiri memiliki beberapa faktor penentu, yaitu pengusaha dan para karyawan memiliki keahlian, terciptanya organisasi dan manajemen yang baik, memiliki modal dan teknologi untuk kegiatan operasional, menampung dan memberikan informasi kepada konsumen, dan ketersediaan input lainnya (Tambunan, dalam Susilo, 2014). Selain itu, daya saing dapat dibangun melalui faktor lainnya seperti produktivitas, profesionalisme, kreativitas, efisiensi, kualitas produk, dan layanan yang baik (Departemen Perindustrian, 2007:3). Dengan faktor daya saing itulah sebuah perusahaan dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi di dalam pasar yang luas serta siap dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat. Dengan begitu maka dapat disimpulkan bahwa sebuah perusahaan yang bergerak di dalam bidang usaha kuliner harus memiliki daya saing yang cukup tinggi baik itu daya saing produk maupun daya saing perusahaan. Untuk menciptakan daya saing dibutuhkan strategi bersaing. Salah satu strategi bersaing yang dapat dilakukan yaitu menentukan posisi (positioning). Menentukan posisi (positioning) merupakan sebuah usaha untuk memaksimalkan nilai kemampuan perusahaan yang dapat membedakan dari para pesaing (Porter, 1980:43). Sebuah keunggulan produk perlu ditampilkan dengan memenuhi kriteria yaitu penting, berbeda, superior (unggul), dapat

dikomunikasikan, pelopor, harga terjangkau, dan menguntungkan (Lupiyoadi, 2006:59). Aspek yang terpenting dalam perumusan strategi adalah analisis pesaing. Berikut gambar komponen-komponen analisis pesaing. Gambar 1.1 Komponen-komponen Analisis Pesaing Sumber : Porter (1980:44) Dengan melakukan analisis seperti gambar di atas, perusahaan dapat memahami nilai dan kemampuan baik dari segi kekuatan maupun kelemahan dari perusahaannya maupun dari perusahaan pesaing. Dengan hal itu maka perusahaan akan membuat asumsi tentang perusahaannya dan perusahaan pesaingnya agar dapat mengambil keputusan serta tindakan dalam melakukan persaingan. Selanjutnya perusahaan akan membuat suatu kebijakan dalam menentukan strategi saat ini dan tujuan akan datang yang dapat dilakukan untuk mengembangkan perusahaannya serta untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini masuk ke dalam kategori penelitian deskriptif dan penelitian analitik. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memaparkan suatu karakteristik tertentu dari suatu fenomena (Hermawan, 2004:12). Setelah dilakukan penelitian deskriptif, penelitian ini dilanjutkan dengan penelitian analitik yang bukan hanya sekedar memaparkan tetapi juga menganalisis dan menjelaskan mengapa atau bagaimana hal itu terjadi (Hermawan, 2004:13). Sehingga pada tahapan ini, hasil dari pengumpulan data yang diperoleh dikelompokkan sesuai kepentingannya baik itu hasil data mengenai perusahaan, produk, harga, sarana promosi, maupun tempat distribusi yang dimilikinya. Setelah itu, data tersebut dianalisis daya saing produk dan daya saing perusahaannya, serta dihubungkan antara daya saing tersebut dengan citra wisata kuliner. Kemudian ditarik kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan, serta dideskripsikan pembahasan dari permasalahan tersebut. Sedangkan berdasarkan prosesnya, penelitian ini masuk ke dalam kategori penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang banyak menggunakan kualitas subyektif, mencakup penelaahan dan pengungkapan berdasarkan persepsi utuk memperoleh pemahaman terhadap fenomena sosial dan kemanusiaan (Hermawan, 2004:14). Dalam penelitian ini dilakukan penelaahan dan pengungkapan berdasarkan persepsi pihak pengelola perusahaan, wisatawan ataupun konsumen untuk memperoleh pemahaman mengenai pengaruh pemasaran terhadap daya saing produk dan daya saing perusahaan Bakpiapia dengan para pesaingnya.

Kemudian berdasarkan logika, penelitian ini masuk ke dalam kategori penelitian induktif. Penelitian induktif merupakan suatu penelitian yang disusun dari observasi realitas empirik. Oleh karena itu, inferensi umum diinduksi di mulai dari hal-hal tertentu atau khusus (Hermawan, 2004:14). Dalam penelitian ini membahas mengenai sesuatu yang bersifat khusus sampai ke umum yaitu membahas mengenai empat faktor pemasaran di dalam perusahaan tersebut hingga membahas mengenai daya saing yang dimiliki oleh perusahaan tersebut dan dikomparasi dengan para pesaingnya. 1.7.2 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan empat teknik, yaitu studi pustaka, observasi, wawancara, dan kuesioner. a) Studi Pustaka Pengumpulan data dilakukan melalui sumber-sumber seperti buku dan berbagai karya ilmiah yang sudah ada. Buku-buku tersebut membahas tentang manajemen pemasaran, daya saing, dan strategi bersaing. Sedangkan karya ilmiahnya berbentuk tesis dari penelitian terdahulu baik yang berkaitan dengan pemasaran, daya saing, maupun wisata kuliner. Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk mendukung penelitian sebagai bentuk informasi dan referensi. b) Observasi Metode observasi dilakukan untuk mendapatkan data primer yang terkait dengan kondisi asli dari perusahaan Bakpiapia dan perusahaan pesaingnya. Hal itu dilihat dari segi produk yang terdiri dari logo produk, kemasan, variasi rasa dan jenis produk, dari segi harga produk, tempat dan kegiatan promosi.

c) Wawancara Wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi dan mengumpulkan data yang diperlukan yang dapat mendukung penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber seperti general manager karena bertanggung jawab dalam mengatur dan merencanakan keberlangsungan perusahaan, serta mengetahui mengenai keseluruhan dari Bakpiapia. Selain itu juga dilakukan dengan beberapa pihak pengelola yaitu Sekretaris yang mengetahui bagian administrasi dan perizinan di Bakpiapia, Manager HRD yang mengetahui gambaran umum mengenai perusahaan berserta karyawannya, serta Manager Penjualan yang mengetahui mengenai produk yang terjual di semua gerai yang ada. d) Kuesioner Kuesioner dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan data mengenai kondisi di dalam perusahaan baik itu pemasaran, daya saing produk, daya saing perusahaan, maupun citra perusahaan. Selain itu, kuesioner dilakukan untuk mengetahui hubungan antara daya saing produk dan daya saing perusahaan Bakpiapia dengan peningkatan wisata kuliner di Yogyakarta secara umum. Kuesioner ini disebar kepada para konsumen atau wisatawan yang membeli produk Bakpiapia. Kuesioner ini dilakukan mulai dari tanggal 3 Desember 2014 sampai dengan 24 Desember 2014.

1.8 Kerangka Alur Penelitian Bakpiapia merupakan salah suatu perusahaan bakpia yang berada di Yogyakarta. Bakpiapia menjadi perusahaan yang terkenal melalui pemasaran yang telah dilakukannya selama ini. Faktor-faktor dari pemasaran tersebut meliputi produk, harga, tempat distribusi, dan promosi. Apabila keempat produk tersebut memiliki keunggulan dari perusahaan bakpia yang lain, maka dapat dikatakan bahwa Bakpiapia memiliki daya saing yang kuat diantara perusahaan yang lainnya. Daya saing tersebut dapat diukur dari daya saing produk dan daya saing perusahaan. Dengan faktor daya siang itulah Bakpiapia menciptakan dan mempertahankan kondisi yang memungkinkan untuk selalu bisa meningkatkan kualitas dari produk dan perusahaannya. Produk dari wisata kuliner, memainkan peranan penting dalam kegiatan pemasaran pariwisata, karena wisata kuliner merupakan sarana untuk memahami identitas dari suatu daerah atau nasional. Apabila produk dari perusahaan yang bergerak di bidang wisata kuliner ( Bakpiapia ) memiliki daya saing yang cukup tinggi dan disertai dengan pemasaran yang baik maka hal tersebut bukan hanya berdampak untuk perusahaan tetapi juga dapat meningkatnya wisata kuliner di Yogyakarta. Hal itu juga dipengaruhi oleh persepsi wisatawan dalam memilih produk yang akan dibeli. Persepsi yang melekat kuat pada wisatawan akan disalurkan kepada orangorang terdekatnya dengan cara merekomendasikan produk tersebut dan memberitahukan bahwa produk tersebut sangat memuaskan. Selain itu, wisatawan yang merasa puas baik yang merekomendasikan maupun yang direkomendasi tentunya akan selalu datang kembali untuk menjadi pelanggan yang setia. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan bagan alur pemikiran yang menjadi dasar penelitian ini.

Gambar 1.2 Bagan Alur Pemikiran dalam Penelitian Ini 1.9 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari empat bab yang disusun sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Bab ini menguraikan alasan dan tujuan mengambil tema penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, kerangka alur penelitian, dan diikuti dengan sistematika penulisan. Bab II : Gambaran Umum Bab ini menguraikan gambaran umum mengenai topik yang akan diangkat dalam penelitian yaitu Bakpiapia. Bab III : Pembahasan Bab ini menguraikan pembahasan dari hasil penelitian mengenai pengaruh pemasaran Bakpiapia terhadap daya saing produk dan perusahaan sejenis : kajian wisata kuliner.

Bab IV : Penutup Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran dari keseluruhan penelitian berdasarkan hasil pengumpulan data sehingga penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif bagi Bakpiapia dalam melakukan pemasaran, menghadapi daya saing, serta dapat meningkatkan wisata kuliner di Yogyakarta.