SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM DI KOTA SABANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

SEJARAH SINGKAT KOTA SABANG

QANUN KOTA SABANG NOMOR 2 TAHUN 2009 T E N T A N G PENGHAPUSAN KELURAHAN DAN PEMBENTUKAN GAMPONG DALAM KOTA SABANG

Profil Kota Sabang H. MUNAWAR LIZA ZAINAL

EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) TRAYEK PADANG BUKITTINGGI

BAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI PO. RUKUN JAYA ( STUDI KASUS TRAYEK SURABAYA - BLITAR )

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI TRAYEK PROBOLINGGO-MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUM PERDESAAAN KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus Trayek Sidoarjo - Krian)

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA JAMBI STUDI KASUS : RUTE ANGKOT LINE 4C JELUTUNG-PERUMNAS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA

Evaluasi Operasional Angkutan Umum Kota Pariaman

BAB III LANDASAN TEORI. dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan umum khususnya di provinsi D.I. Yogyakarta dalam

Kajian Reaktivasi Trayek Angkutan Kota di Kabupaten Subang

Analisis Pelayanan Penumpang Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) Trayek Yogyakarta - Solo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan mengunakan kendaraan (Munawar, 2011).

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

KINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA

BAB III LANDASAN TEORI. Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem operasi

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SABANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. trayek Solo-Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Nur Safitri Ruchyat Marioen NIM Program Studi Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan

Bus Sekolah Sebagai Moda Alternatif untuk Mengurangi Volume Lalulintas Harian di Kota Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

2.1. Tinjauan Pustaka

BAB II. Lintas dan Angkutan Kota (1998) dapat dijabarkan sebagai berikut :

KINERJA OPERASI TRANS METRO BANDUNG KORIDOR III CICAHEUM-SARIJADI DITINJAU DARI WAKTU PERJALANAN DAN FAKTOR MUAT

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG

BAB III LANDASAN TEORI

yang sebenarnya dalam setiap harinya. Faktor muat (loadfactor) sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

EVALUASI DAN PENATAAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM WILAYAH MANDAU DAN PINGGIR

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Tingkat aksesibilitas dapat dikategorikan sebagai aksesibilitas tinggi, karena dari hasil pengolahan data diperoleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENILAIAN MASYARAKAT NON PENUMPANG TERHADAP ANGKUTAN PERKOTAAN

I. PENDAHULUAN. transportasi sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas kota.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KECEPATAN BUS TRANS METRO BANDUNG KORIDOR ELANG - CIBIRU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB III METODOLOGI MULAI. Studi Pustaka. Perumusan Masalah dan Tujuan. Persiapan dan Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Kajian Prioritas Penanganan Sistem Drainase Kota Sabang-Provinsi Aceh

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERFORMANCE OF SERVICE AND USER PERCEPTION RURAL TRANSPORT

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KARAKTERISTIK PELAKU PERJALANAN DAN KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM DAMRI (Studi Kasus : Banda Aceh Pelabuhan Ulee Lheue)

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan ini merupakan pergerakan yang umum terjadi pada suatu kota. memberikan suatu transportasi yang aman, cepat, dan mudah.

EVALUASI OPERASIONAL ANGKUTAN UMUM PENUMPANG TRAYEK L1 KOTA BANYUWANGI

Pelayanan dan Tarif Speedboat Nusa Sebayang - Ruslan Effendie

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan MODEL PENENTUAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN KOTA YANG OPTIMAL DI KOTA BANDUNG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EVALUASI KINERJA PENGOPERASIAN ANGKUTAN PENGUMPAN (FEEDER) TRANS SARBAGITA TP 02 KOTA DENPASAR

BAB III LANDASAN TEORI. a. UU No. 22 Tahun 2009 Tentang lalu Lintas dan Angkutan. b. PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan

Transkripsi:

ISSN 2302-0253 13 Pages pp. 22-34 SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM DI KOTA SABANG Mulkan 1, Renni Anggraini 2, M. Isya 2 1) Magister Teknik Sipil Program Banda Aceh 2) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Abstract: The essence of public transport services is to provide convenience transport service and worth for the community in running their activities. Public transport services in Sabang city only to serve passengers from the port to the city and otherwise, in addition there are shuttles to serve rural residents with limited routes and the vehicles is low quality. Based on matter, a study was conducted to find out the performance and demand to public transport in Sabang city. This research using a combination of quantitative and qualitative methods. The data taken to determine the level of public transport services is load factor, average speed and travel time while to know the quality of service based on user perceptions of public transport with criteria: reliability, comfort and accessibility. Demand data was carried out by perceptions of community, local visitors and foreign tourists, in addition also performed an interview with policy makers of public transport in Sabang city. The research results obtained that level of service by current public transport are not ideal for rural transport and port transport (Sabang-Balohan route). Service of quality for rural transport is bad while Sabang- Balohan transport route is good. The level of demand for public transport in Sabang city was a high category as the community, local visitors and foreign tourists. By using SWOT analysis obtained some strategies that further organized into a concept transport system development plan in the form of public transport in Sabang city Keywords : level of service, quality of service, demand, public transport, Sabang city Abstrak: Esensi dari pelayanan angkutan umum adalah memberikan layanan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat dalam menjalankan kegiatannya. Pelayanan angkutan umum di Kota Sabang hanya untuk melayani penumpang dari pelabuhan menuju kota dan sebaliknya, selain itu terdapat angkutan perdesaan untuk melayani aktifitas penduduk dengan trayek terbatas dan kualitas kendaraan yang rendah. Berdasarkan hal tersebut dilakukan suatu studi untuk mengetahui kinerja dan permintaan (demand) terhadap angkutan umum di Kota Sabang. Penelitian ini menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif. Data yang diambil untuk mengetahui tingkat pelayanan angkutan umum yaitu load factor, kecepatan rata-rata dan waktu perjalanan sedangkan kualitas pelayanan digunakan kriteria keandalan, kenyamanan dan aksesibilitas. Data demand diperoleh berdasarkan persepsi dari masyarakat, pengunjung lokal dan wisatawan asing serta pihak pembuat kebijakan angkutan umum di Kota Sabang. Hasil penelitian diperoleh tingkat pelayanan angkutan umum yang ada sekarang belum ideal baik untuk angkutan perdesaan maupun angkutan di pelabuhan (trayek Sabang-Balohan). Kualitas pelayanan angkutan perdesaan berada pada kategori buruk, sedangkan angkutan trayek Sabang- Balohan berada pada kondisi sedang. Tingkat permintaan terhadap angkutan umum di Kota Sabang berada pada kategori tinggi, baik dari masyarakat, pengunjung lokal dan wisatawan asing. Dengan menggunakan analisis SWOT diperoleh beberapa strategi yang selanjutnya disusun dalam suatu konsep berupa rencana pengembangan sistem transportasi angkutan umum di Kota Sabang. Kata kunci : tingkat pelayanan, kualitas pelayanan, demand, angkutan umum, Kota Sabang Kota Sabang sebagai bagian dari Provinsi Aceh termasuk salah satu kawasan strategis nasional antara lain yaitu sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas juga sebagai perbatasan terluar negara Republik Indonesia dengan negara lain. Selain itu kota ini sangat potensial sebagai kota tujuan wisata karena terkenal dengan keindahan alamnya, juga Volume 1, No. 1, Agustus 2012-22

mempunyai nilai secara geografis yang ditandai sebagai titik nol wilayah Indonesia. Jumlah pengunjung ke Kota Sabang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun baik untuk tujuan wisata ataupun tujuan lain. Perkembangan Kota Sabang sampai saat ini telah membentuk pola sektoral dengan mengikuti jaringan jalan yang menghubungkan kawasan pusat kota dengan wilayah-wilayah lain yang memiliki sektor strategis untuk dikembangkan. Kondisi jaringan jalan di Kota Sabang antar wilayah telah dihubungkan dengan jaringan jalan, namun belum semua jalan mempunyai kondisi yang ideal sesuai klasifikasi dan fungsinya. Angkutan umum kota yang ada hanya melayani penumpang dengan tujuan dari pusat kota ke pelabuhan dan sebaliknya dengan frekuensi sesuai dengan jadwal kedatangan kapal. Selain itu terdapat angkutan perdesaan pada beberapa wilayah dengan kualitas kendaraan yang rendah dan hanya beroperasi pada waktu tertentu yaitu pagi dan siang hari. Untuk melayani kebutuhan pelajar yang bersekolah telah disediakan bus sekolah oleh Pemda yang beroperasi pada saat jam masuk sekolah dan pulang sekolah. Keterbatasan pelayanan angkutan umum yang ada sekarang maka dirasa perlu dilakukan suatu pengembangan sistem transportasi angkutan umum di Kota Sabang. Sebagai kota tujuan wisata tentunya selain masyarakat terdapat pula pihak lain yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan pelayanan angkutan umum yakni pengunjung dan wisatawan asing. Pada prinsipnya permintaan terhadap angkutan umum didasari oleh kebutuhan tiap orang yang berbeda satu sama lain berdasarkan aktivitas masing-masing. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan suatu kajian mengenai sistem jaringan transportasi angkutan umum di Kota Sabang. Permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini meliputi: 1) kinerja angkutan umum yang ada sekarang di Kota Sabang diukur dari tingkat pelayanan dan kualitas pelayanan; 2) permintaan masyarakat, pengunjung, wisatawan serta persepsi dari pembuat kebijakan terhadap pengembangan sistem transportasi angkutan umum di Kota Sabang; 3) rencana pengembangan sistem transportasi angkutan umum di Kota Sabang yang ideal dan kesesuaian terhadap rencana struktur ruang Kota Sabang. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Kota Sabang Provinsi Aceh, dengan luas wilayah 153 km 2 yang terdiri dari 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Sukakarya dan Kecamatan Sukajaya yang meliputi 18 gampong. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer bersumber pada objek yang diteliti yaitu angkutan umum yang beroperasi (angkutan perdesaan dan angkutan rute Sabang-Balohan), pengguna jasa (penumpang) angkutan umum, penduduk, pengunjung lokal, wisatawan asing serta pihak pembuat kebijakan transportasi di Kota Sabang. Data primer diperoleh melalui observasi, kuesioner dan wawancara. Untuk mengetahui tingkat pelayanan angkutan umum dikumpulkan data jumlah penumpang, Volume 1, No.1, Agustus 2012-23

kecepatan rata-rata, dan waktu tempuh, diperoleh melalui observasi. Kualitas pelayanan angkutan umum berdasarkan data persepsi pengguna jasa (penumpang) angkutan umum yang diperoleh melalui kuesioner. Data permintaan berdasarkan persepsi dari masyarakat, pengunjung serta wisatawan yang diperoleh melalui kuesioner sedangkan persepsi dari pihak pembuat kebijakan angkutan umum diperoleh dengan cara wawancara. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: data struktur ruang kota; data topografi dan demografi; data kondisi eksisting angkutan umum dan bus sekolah; data jaringan jalan; data pengunjung dan wisatawan; dan data pendukung lainnya. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait di Kota Sabang antara lain BPS, Dishubkominfo, PU dan Bappeda. Penilaian terhadap kinerja angkutan umum dilakukan berdasarkan tingkat pelayanan dan kualitas pelayanan. Parameter yang digunakan untuk menjadi acuan dalam penilaian ini adalah standar yang direkomendasikan oleh World Bank dan Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum oleh Dirjen Perhubungan Darat serta Standar Pelayanan Minimal (SPM) angkutan umum oleh Bina Sistem Transportasi Perkotaan (BSTP). Jumlah sampel diambil berdasarkan populasi dari masing-masing objek penelitian. Untuk angkutan umum dilakukan pengamatan selama 3 (tiga) hari dengan jumlah sampel sebanyak 30 kendaraan. Sampel terhadap pengguna jasa (penumpang) ditetapkan masingmasing sebesar 30 sampel terhadap kedua jenis 24 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 angkutan yang beroperasi. Jumlah sampel kedua objek diatas diambil berdasarkan jumlah minimum yakni 30 sampel, disebabkan karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Penentuan jumlah sampel terhadap masyarakat, pengunjung dan wisatawan menggunakan teori Krejcie dan Morgan (1970) berdasarkan jumlah populasi masing-masing objek. Derajat kecermatan ditetapkan 90% atau tingkat kesalahan 10%. Jumlah populasi masing-masing kelompok yaitu: 1) untuk masyarakat diambil dari data jumlah penduduk Kota Sabang tahun 2011 sebesar 31.355 jiwa; 2) untuk pengunjung lokal berdasarkan jumlah kedatangan pengunjung lokal ke Kota Sabang tahun 2009 sebesar 120.102 orang; 3) untuk wisatawan asing diambil dari data jumlah kedatangan wisatawan asing ke Kota Sabang tahun 2009 yaitu sebesar 3.696 orang. Jumlah sampel yang peroleh untuk penduduk sebesar 300 sampel, untuk pengunjung lokal 30 sampel dan wisatawan asing sebesar 30 sampel. Kinerja angkutan umum berdasarkan tingkat pelayanan diperoleh dari data hasil pengamatan yang diolah secara kuantitatif dengan menggunakan persamaan; Psg Lf x100%. (1) C Dimana: Lf = tingkat isian penumpang (%); Psg = total jumlah penumpang; C = kapasitas tempat duduk yang tersedia (penumpang). V S n... (2) Ti i I Dimana: V = kecepatan rata-rata (km/jam); S = jarak trayek yang ditempuh kendaraan (km);

Ti = waktu yang diperlukan kendaraan i di jalan (I=1,2,3,...,n). Kinerja berdasarkan kualitas pelayanan diukur dari persepsi pengguna jasa angkutan umum dengan penyekalaan menggunakan skala Likert terhadap jawaban dari kuesioner. Pada umumnya penyekalaan dengan skala Likert menggunakan bobot nilai 1 5, namun pada penelitian ini pembobotan dari jawaban responden hanya diambil 1 3 dengan bobot untuk kriteria jawaban adalah (3) setuju; (2) kurang setuju; dan (1) tidak setuju. Kategori kualitas pelayanan digunakan 3 tingkatan yakni baik, cukup dan buruk, parameter yang digunakan yaitu keandalan, kenyamanan dan aksesibilitas. Terhadap ketiga parameter tersebut masing-masing diajukan 3 pertanyaan sehingga jumlah pertanyaan keseluruhan dalam kuesioner adalah 9 sedangkan jumlah sampel adalah 30 sampel. Dalam mengolah data hasil penelitian digunakan statistik sederhana untuk mengklasifikasikan dan menganalisis data. Untuk membuat tabel penilaian terlebih dahulu dihitung range dan interval kelas dengan menggunakan rumus yang dipakai seperti dalam membuat tabel distribusi frekuensi menurut Nazir (2003). Jarak (range) adalah selisih antara data tertinggi dengan data terendah, adapun formulasinya ditulis sebagai berikut: r = X maks - X min... (3) Dimana, r = range (jarak); X maks = data terbesar; = data terkecil. X min Jumlah kelas diketahui adalah 3 sesuai dengan kategori kualitas pelayanan yang digunakan yakni baik, cukup dan buruk, sehingga interval kelas dapat dicari dengan menggunakan rumus: r i... (4) k Dimana, i = besar interval kelas; k = jumlah interval kelas; r = range (jarak). Berdasarkan jumlah pertanyaan dan jumlah sampel, dengan menggunakan Rumus 3 dan 4 diperoleh: r = (30x9x3) (30x9x1) = 810 270 = 540 540 i = = 180 3 Interval data di atas selanjutnya dibuat batasan nilai untuk masing-masing kategori sehingga diperoleh kategori kualitas pelayanan angkutan umum. Tabel 1. Penilaian Kualitas Pelayanan Berdasarkan Persepsi Pengguna Jasa No. Kualitas Pelayanan Rentang Kategori 1. Baik 631 810 2. Cukup 451 630 3. Buruk 270 450 Tabel 1 selanjutnya digunakan untuk menentukan kategori kualitas pelayanan angkutan umum yang didapatkan dari data hasil kuesioner setelah diberi bobot terhadap masingmasing jawaban. Penilaian terhadap permintaan pengembangan angkutan umum juga diukur menggunakan skala Likert dengan pembobotan antara 1 3 dengan kategori penilaian tinggi, sedang dan rendah. Bobot untuk masing-masing kriteria jawaban adalah (3) setuju; (2) kurang setuju; dan (1) tidak setuju. Pertanyaan yang Volume 1, No.1, Agustus 2012-25

diajukan sebanyak 6 sebagai indikator mengukur permintaan. Terdapat jumlah sampel yang berbeda pada penilaian ini, yaitu 300 sampel untuk masyarakat dan 30 sampel untuk pengunjung lokal dan wisatawan sehingga batasan nilai untuk masing-masing kelompok berbeda. Dengan menggunakan Rumus 3 dan 4, diperoleh interval kelas sebesar 1200 untuk sampel masyarakat dan 120 untuk sampel pengunjung lokal dan wisatawan asing. Dari interval data selanjutnya dibuat batasan nilai masing-masing kategori untuk melihat persepsi masyarakat terhadap permintaan angkutan umum. Tabel 2. Penilaian Permintaan Terhadap Pengembangan Angkutan Umum Berdasarkan Persepsi Masyarakat No. Tingkat Permintaan (demand) Rentang Kategori 1. Tinggi 4201 5400 2. Sedang 3001 4200 3. Rendah 1800 3000 Tabel 3. Penilaian Permintaan Terhadap Pengembangan Angkutan Umum Berdasarkan Persepsi Pengunjung Lokal dan Wisatawan Asing No. Tingkat Permintaan (demand) Rentang Kategori 1. Tinggi 421 540 2. Sedang 301 420 3. Rendah 180 300 Tabel 2 dan Tabel 3 selanjutnya digunakan untuk mengetahui kategori tingkat permintaan pengembangan angkutan umum berdasarkan data hasil kuesioner setelah diberi bobot terhadap masing-masing jawaban. Berdasarkan hasil pengolahan data, selanjutnya dianalisis sehingga diperoleh jawaban terhadap kinerja angkutan umum di Kota Sabang, tingkat permintaan angkutan umum dan rencana pengembangan angkutan umum. Dalam menentukan rencana pengembangan angkutan umum digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT dilakukan dengan mengumpulkan faktor-faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan sistem transportasi angkutan umum di Kota Sabang. Faktor internal terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Hasil analisis SWOT diperoleh berupa strategi-strategi, yang selanjutnya dipilih strategi yang paling tepat digunakan untuk rencana pengembangan angkutan umum sesuai karakteristik daerah. Dalam penyusunan rencana pengembangan angkutan umum dilakukan juga analisis terhadap aspek kelembagaan dalam penyelenggaraan angkutan umum serta dilakukan analisis terhadap rencana struktur ruang kota. Hal ini dimaksudkan agar rencana yang dihasilkan tidak bertentangan dengan arah dan kebijakan pembangunan dari pemerintah daerah. HASIL PEMBAHASAN Tingkat Pelayanan Angkutan Umum Data hasil survei dan pengamatan yang diperoleh adalah panjang trayek, jumlah penumpang dan waktu tempuh, selanjutnya dengan menggunakan Rumus 1 dan 2 dilakukan pengolahan data sehingga diperoleh angka load factor (Lf) dan kecepatan (V). Data hasil pengolahan digunakan sebagai penilaian tingkat pelayanan angkutan umum baik untuk angkutan perdesaan maupun angkutan rute Sabang- Balohan. 26 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012

Tingkat isian penumpang angkutan perdesaan (load factor) secara keseluruhan trayek yang beroperasi rata-rata adalah sebesar 72,22%. Angka load factor masing-masing trayek bervariasi dari yang paling rendah yakni sebesar 47,22% sampai yang paling tinggi sebesar 86,11%. Angka load factor yang ideal menurut Dirjen Perhubungan Darat adalah 70%, dari beberapa trayek diatas terlihat bahwa terdapat angka load factor yang berada dibawah ideal. Kecepatan perjalanan dari angkutan perdesaan relatif rendah berkisar antara 10,71 km/jam sampai 27,43 km/jam dengan kecepatan rata-rata secara keseluruhan trayek yang beroperasi sebesar 18,60 km/jam. Sesuai dengan standar minimal pelayanan dari BSTP yang mensyaratkan kecepatan perjalanan 20 km/jam, maka beberapa trayek dari angkutan perdesaan yang beroperasi tidak memenuhi standar. Tingkat isian penumpang (load factor) trayek Sabang Balohan dari keseluruhan sampel pengamatan diperoleh hasil yang relatif kecil dengan rata-rata sebesar 60,62% atau berada dibawah faktor muat ideal yakni 70%. Dari angka tersebut maka tingkat pelayanan angkutan umum trayek Sabang Balohan berada dibawah kriteria ideal. Kecepatan perjalanan angkutan trayek Sabang Balohan berkisar antara 30,40 km/jam sampai dengan 35,93 km/jam atau rata-rata sebesar 33,52 km/jam. Dari angka ini memperlihatkan bahwa kecepatan perjalanan angkutan pada trayek tersebut masih baik menurut standar pelayanan angkutan umum dari Dirjen Perhubungan Darat maupun standar pelayanan minimal yang disyaratkan BSTP yakni 20 km/jam. Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Kualitas pelayanan angkutan umum diukur berdasarkan persepsi pengguna jasa (penumpang) angkutan umum dengan parameter yang digunakan yaitu keandalan, kenyamanan dan aksesibilitas. Pengumpulan data melalui kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang mencirikan kriteria ketiga parameter tersebut. Dengan menggunakan skala Likert setiap jawaban dari responden diberi skor masing-masing yaitu: (3) setuju, (2) kurang setuju dan (1) tidak setuju. Terhadap masing-masing jawaban dari hasil kuesioner dikalikan bobot sehingga diperoleh nilai yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kategori kualitas pelayanan angkutan umum. Skor nilai untuk angkutan umum perdesaan diperoleh sebesar 445 dan untuk angkutan umum rute Sabang-Balohan sebesar 535. Dengan menggunakan Tabel 1, maka diketahui bahwa kualitas pelayanan angkutan umum perdesaan berada pada kategori buruk atau tidak baik sedangkan untuk angkutan umum trayek Sabang Balohan berada pada kategori cukup atau sedang. Permintaan Angkutan Umum Persepsi masyarakat/penduduk Kota Sabang diperoleh dari jawaban terhadap 6 pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Pertanyaan tersebut mengenai pelayanan dari angkutan umum yang ada sekarang dan rencana Volume 1, No.1, Agustus 2012-27

pengembangan pelayanan angkutan umum. Secara lengkap pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner adalah: (1) Pelayanan angkutan umum yang ada saat ini belum memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. (2) Rute/trayek angkutan umum yang ada sekarang belum menyeluruh melayani wilayah dalam Kota Sabang. (3) Jenis kendaraan yang digunakan sekarang sebagai sarana angkutan umum belum memberikan rasa nyaman kepada penggunanya. (4) Pelayanan angkutan umum di Kota Sabang perlu ditingkatkan pelayanannya sehingga masyarakat lebih tertarik menggunakan angkutan umum daripada angkutan pribadi. (5) Rute pelayanan angkutan umum perlu ditambah sehingga dapat mencapai semua lokasi dan mencakup tempat yang menjadi objek-objek wisata di Kota Sabang. (6) Jenis kendaraan yang digunakan sebagai angkutan umum yang ada sekarang perlu diganti dengan jenis angkutan yang lebih besar kapasitasnya dan lebih nyaman. Data hasil kuesioner terhadap analisis permintaan diolah dengan menggunakan skala Likert, terhadap masing-masing jawaban dari responden diberi skor dengan bobot yaitu: (3) setuju, (2) kurang setuju dan (1) tidak setuju. Kategori tingkat permintaan yang digunakan adalah tinggi, sedang dan rendah. Berikut disajikan data hasil kuesioner terhadap masing-masing kelompok yakni masyarakat, pengunjung lokal dan wisatawan asing. Tabel 4. Nilai Kuesioner Dari Masyarakat/Penduduk Kecamatan 1 2 3 4 5 6 Jumlah Skor Persentase (%) Sukajaya Anoi Itam 6 16 16 13 17 17 14 93 86,11 Balohan 25 54 70 51 65 75 53 368 81,78 Beurawang 3 6 9 8 9 9 6 47 87,04 Cot Abeuk 4 9 11 11 12 12 9 64 88,89 Cot Ba U 54 124 157 86 123 160 107 757 77,88 Ie Meulee 36 76 97 63 75 105 52 468 72,22 Jaboi 5 12 15 13 12 15 8 75 83,33 Keunekai 7 18 21 16 21 21 15 112 88,89 Paya Keunekai 5 12 15 13 15 15 13 83 92,22 Ujoeng Kareung 7 20 21 16 16 19 13 105 83,33 Sukakarya Aneuk Laot 9 22 26 20 24 27 22 141 87,04 Total No. Gampong Jumlah Sampel Skor Jawaban Responden Batee Shoek 10 22 30 27 24 30 22 155 86,11 Iboih 8 18 24 21 21 24 23 131 90,97 Kuta Ateuh 37 65 106 86 74 106 67 504 75,68 Kuta Barat 30 58 89 72 59 85 54 417 77,22 Kuta Timu 21 39 59 50 43 60 40 291 76,98 Krueng Raya 12 27 36 28 31 35 25 182 84,26 Paya Seunara 21 45 57 55 53 58 42 310 82,01 Kriteria Jawaban 300 643 859 649 694 873 585 4.303 79,69 Tabel 5. Nilai Kuesioner Dari Pengunjung Lokal Jumlah Jawaban Dari Kuesioner No Kriteria Jawaban Jumlah Bobot 1 2 3 4 5 6 1 Setuju 15 26 22 23 29 22 137 3 411 2 Kurang Setuju 13 4 7 6 1 7 38 2 76 3 Tidak Setuju 2 0 1 1 0 1 5 1 5 Jumlah Tabel 6. 1 2 3 4 5 6 Nilai (jumlah x bobot) 1. Setuju 6 27 22 12 30 23 120 3 360 2. Kurang Setuju 19 3 8 14 0 6 50 2 100 3. Tidak Setuju 5 0 0 4 0 1 10 1 10 Jumlah 30 30 30 30 30 30 180 492 Jumlah Jawaban Dari Kuesioner Jumlah Bobot Nilai (jumlah x bobot) Nilai Kuesioner Dari Wisatawan Asing 30 30 30 30 30 30 180 470 Dari hasil yang terlihat pada Tabel 4, diperoleh skor dari nilai jawaban responden yakni sebesar 4.303 atau 79,69% dari skor keseluruhan. Berdasarkan penilaian terhadap permintaan dengan menggunakan Tabel 2, maka tingkat permintaan masyarakat terhadap pengembangan angkutan umum di Kota Sabang masih termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini 28 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012

menunjukkan bahwa penduduk atau masyarakat menginginkan sistem transportasi angkutan umum di Kota Sabang ditingkatkan menjadi lebih baik. Skor jawaban dari pengunjung lokal dari Tabel 5 diperoleh sebesar 492 atau 91,11% dari skor keseluruhan. Dengan menggunakan penilaian pada Tabel 3, maka tingkat permintaan terhadap pengembangan angkutan umum di Kota Sabang dari persepsi pengunjung lokal termasuk dalam kategori tinggi. Dari hasil penilaian tersebut dapat diartikan bahwa pengembangan angkutan umum perlu dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan pengunjung selama melakukan perjalanan di Kota Sabang baik dengan tujuan wisata ataupun lainnya. Dari hasil kuesioner yang terdapat pada Tabel 6, diperoleh skor jawaban responden sebesar 470 atau sebesar 87,04% dari skor keseluruhan. Dengan menggunakan Tabel 3, maka diketahui tingkat permintaan terhadap pengembangan angkutan umum di Kota Sabang dari persepsi wisatawan asing termasuk dalam kategori tinggi, maka pengembangan jaringan angkutan umum juga perlu dilakukan bagi wisatawan asing terutama untuk menjangkau lokasi objek-objek wisata. Peran pembuat kebijakan sangat menentukan berjalannya sistem transportasi angkutan umum. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara dengan beberapa pihak mewakili instansi atau organisasi yang dianggap menentukan kebijakan transportasi angkutan umum di Kota Sabang. Pihak tersebut yaitu Pemerintah Kota Sabang, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika dan Organda. Karena keterbatasan waktu wawancara dilakukan kepada satu orang narasumber mewakili dari instansi tersebut yaitu Kepala Bagian Pembangunan Pemko Sabang, Kepala Bidang Perhubungan Darat Dishubkominfo dan Ketua Organda. Wawancara dilakukan dengan materi yang meliputi kondisi transportasi angkutan umum di Kota Sabang meliputi angkutan perdesaan dan angkutan pelabuhan, rute pelayanan dan jenis kendaraan, konsep penyediaan transportasi yang ideal sesuai karakteristik penduduk, konsep penyediaan transportasi bagi pengunjung dan wisatawan, serta tanggapan dengan rencana pengembangan angkutan umum. Adapun rencana pengembangan angkutan umum yang ditawarkan yaitu; memperluas jaringan pelayanan termasuk menjangkau lokasi objek-objek wisata dan mengganti jenis kendaraan yang lebih besar kapasitasnya sejenis bus. Dari hasil wawancara tersebut secara garis besar dapat dikatakan pengembangan angkutan umum di Sabang perlu dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, pengunjung dan wisatawan asing dalam melakukan aktivitasnya. Rute pelayanan dapat diperluas dengan memperhatikan potensi wilayah dan menjangkau lokasi objek-objek wisata. Dari segi perubahan jenis kendaraan yang digunakan sebagai sarana angkutan sejenis bus perlu ditinjau dari segi investasi, dan terhadap angkutan yang ada sekarang perlu dipikirkan alternatif rencana selanjutnya agar tidak dirugikan. Volume 1, No.1, Agustus 2012-29

Analisis SWOT Untuk memperkirakan strategi terhadap rencana pengembangan angkutan umum digunakan analisis SWOT dengan mempertimbangkan hasil-hasil analisis sebelumnya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta faktorfaktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam merencanakan strategi pengembangan angkutan umum di Kota Sabang yaitu: a. Kekuatan (Strengths) - Potensi sumber daya alam sebagai kawasan wisata - Potensi daerah sebagai kawasan perdagangan bebas - Jumlah kunjungan wisatawan meningkat - Tingkat permintaan yang tinggi terhadap angkutan umum, dari masyarakat, pengunjung lokal dan wisatawan asing b. Kelemahan (Weaknesses) - Penyebaran penduduk tidak merata - Pelayanan angkutan umum bagi masyarakat terbatas - Tingkat pelayanan dan kualitas pelayanan angkutan umum belum ideal - Rute angkutan umum yang ada belum menyeluruh - Frekuensi dan jadwal operasi angkutan umum tidak teratur c. Peluang (Opportunities) - Rencana struktur ruang kota dengan membagi wilayah dengan pusat-pusat pelayanan (RTRW) - Lokasi objek-objek wisata tersebar pada beberapa wilayah - Kondisi topografi berbukit sampai pegunungan - Jaringan jalan sebagian besar dalam kondisi baik d. Ancaman (Threats) - Kepemilikan kendaraan pribadi meningkat - Aktivitas penduduk sebagian besar berada di pusat kota - Perkembangan penduduk cenderung pada kawasan sekitar perkotaan. Dari matrik SWOT diperoleh beberapa strategi yang digunakan untuk pengembangan angkutan umum di Kota Sabang yaitu: Mengembangkan suatu sistem transportasi angkutan umum yang terpadu yang dapat melayani karakteristik perjalanan, karakteristik ekonomi dan karakteristik pengguna jasa dengan memperhatikan pusat-pusat kegiatan dan tata guna lahan. Menambah luas area pelayanan sehingga dapat menjangkau seluruh wilayah termasuk lokasi-lokasi objek wisata dengan memilih lintasan pada jalan utama. Mengatur frekuensi dan jadwal operasi yang tepat sehingga memenuhi kebutuhan dan maksud perjalanan dari pengguna jasa angkutan umum. Rute Jaringan Angkutan Umum Dalam merencanakan pengembangan 30 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012

sistem angkutan umum dilakukan tinjauan terhadap rute dari jaringan angkutan umum kondisi eksisting. Rute jaringan yang ditinjau meliputi rute angkutan perdesaan, rute angkutan Sabang Balohan dan rute angkutan sekolah. Tinjauan terhadap rute jaringan meliputi luas daerah pelayanan, panjang lintasan, keterkaitan dengan rute lain, hirarki dan kelas jalan dari lintasan, frekuensi serta jadwal operasi. Hasil analisis dari rute angkutan perdesaan diperoleh luas area pelayanan yakni sebesar 45,88 km 2, jika dibandingkan luas keseluruhan wilayah Sabang yakni sebesar 153 km 2, maka diperoleh persentase sebesar 29,99% merupakan daerah pelayanan angkutan umum. Dari segi keterkaitan dengan rute lain, belum dapat dikategorikan baik karena belum terdapat rute menyeluruh yang menghubungkan antara suatu lokasi dengan lokasi lain yang berbeda arah, melainkan kondisi sekarang semua rute searah hanya yang membedakannya titik perhentian akhir. Ditinjau dari hirarki kelas jalan, tidak semua trayek berada pada kelas jalan yang sama antara lain trayek Sabang Blang Garot, Sabang Teupin Blang, Sabang Cot Klah dan Sabang Ujong Kareung, rute perhentian akhir berada pada jalan lingkungan di sekitar kawasan tersebut. Dari segi frekuensi dan jadwal operasi, seluruh rute angkutan perdesaan tidak mempunyai jadwal yang tetap dan tidak mempunyai frekuensi karena hanya beroperasi satu kali sehari. Rute pelayanan angkutan umum trayek Sabang Balohan sangat terbatas luas area pelayanan yaitu dimulai dari pusat kota menuju ke pelabuhan dengan panjang lintasan 10 km, luas area pelayanan adalah sebesar 8 km 2. Trayek ini menggunakan lintasan yang sama dengan trayek angkutan desa yaitu trayek Sabang Jaboi dan Sabang Beurawang, dimana seluruh lintasan overlapping dengan angkutan perdesaan tersebut. Trayek ini tidak mempunyai keterkaitan dengan rute lain, karena khusus melayani penumpang yang datang atau berangkat dengan kapal penyeberangan. Ditinjau dari kelas jalan yang dilalui, trayek Sabang Balohan mempunyai lintasan pada kelas jalan yang sama. Dari segi frekuensi dan jadwal operasi, rute ini beroperasi sesuai dengan jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal, bila jadwal kapal berubah maka jadwal operasi rute angkutan Sabang Balohan juga berubah. Rute pelayanan angkutan sekolah meliputi lokasi-lokasi dimana terdapat fasilitas pendidikan khususnya sekolah tingkat SLTP dan SMU. Dari segi luas pelayanan, rute angkutan sekolah ini mempunyai daerah pelayanan yang lebih luas karena rute yang dilalui telah menyeluruh ke semua wilayah di Kota Sabang yang ada aktivitas penduduk. Luas area pelayanan yang diperoleh secara keseluruhan lebih luas dengan angkutan perdesaan yakni sebesar 50,64 km 2, dengan persentase daerah pelayanan sebesar 33,10% dari luas wilayah Sabang, dengan rute yang dilalui oleh angkutan sekolah ini lebih panjang dari rute perdesaan dan telah menghubungkan semua lokasi. Rute angkutan sekolah telah mempunyai keterkaitan dengan rute lain walaupun belum seluruhnya, namun pada beberapa titik tertentu Volume 1, No.1, Agustus 2012-31

penumpang dapat berpindah lintasan. Ditinjau dari hirarki kelas jalan yang menjadi lintasan angkutan sekolah, rata-rata lintasan berada pada kelas jalan kecuali rute Sabang Ujong Kareung Cot Ba U. Dari segi frekuensi dan jadwal operasi angkutan sekolah hanya beroperasi pada jam masuk dan pulang sekolah. Kondisi yang terjadi adalah bus sekolah beroperasi pada pagi hari berangkat dari pool dalam keadaan kosong dan kembali lagi ke pool setelah mengantar pelajar ke sekolah dalam keadaan kosong juga. Hal ini dilihat dari sisi ekonomi sangat tidak menguntungkan karena kilometer efektif dan kilometer kosong yang terjadi sama setiap harinya. Idealnya untuk suatu operasional angkutan umum, kilometer kosong disarankan 3% dari total kilometer tempuh perhari (Dirjen Perhubungan Darat). Rencana Pengembangan Angkutan Umum Rencana rute pelayanan angkutan umum yang baru dimaksudkan untuk mengintegrasikan jaringan angkutan umum yang lama yang meliputi angkutan perdesaan, angkutan pelabuhan dan angkutan sekolah dengan berbagai karakteristik didalam menjadi suatu sistem yang terpadu dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas juga terhadap pengunjung lokal dan wisatawan asing. Rencana pengembangan angkutan umum yang akan dilakukan meliputi: perluasan rute jaringan pelayanan angkutan umum; pengaturan frekuensi, jadwal operasi dan jumlah armada; pemilihan jenis kendaraan sebagai sarana angkutan umum. Berdasarkan pertimbangan faktor-faktor dalam konsep penentuan rute, maka rencana rute pelayanan angkutan umum yang baru yaitu: Sabang Cot Abeuk Balohan Sabang Ujong Kareung Anoi Itam Sabang Cot Damar Iboih Sabang Cot Damar Keunekai Keunekai Jaboi Balohan Lintasan rute yang dipilih meliputi daerahdaerah yang potensial menimbulkan aktivitas termasuk lokasi tempat fasilitas umum yang ditinjau yaitu sekolah dan telah menjangkau lokasi-lokasi tempat tujuan wisata. Luas area pelayanan dari rute rencana sebesar 51,76 km 2, dengan persentase daerah pelayanan sebesar 33,83% dari luas wilayah Sabang, luas daerah yang overlapping sebesar 7,60 km 2. Dari angka-angka ini dapat diketahui bahwa rute rencana pengembangan mempunyai luas area pelayanan yang lebih besar dibandingkan rute-rute sebelumnya pada kondisi eksisting dengan luas area yang overlapping relatif sedikit. Dalam menyusun rencana pelayanan operasi termasuk frekuensi dan jadwal angkutan umum dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1) menentukan tempat pemberhentian sementara; 2) menghitung waktu tempuh berdasarkan panjang lintasan dan kecepatan rencana; 3) menyusun jadwal (jam operasi), frekuensi dan jumlah armada. Tempat pemberhentian ditetapkan pada beberapa titik yaitu Pusat Kota, Cot Damar, Keunekai, Iboih, Balohan dan Anoi Itam. Titiktitik perberhentian yang dipilih sekaligus berfungsi untuk pindah lintasan dengan rute lainnya. Kecepatan rencana ditetapkan 30 32 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012

km/jam sesuai dengan standar pelayanan angkutan umum yang dikeluarkan dari Dirjen Perhubungan Darat yang mensyaratkan kecepatan perjalanan untuk daerah tidak padat 25 km/jam dan untuk daerah padat 10-12 km/jam. Hal ini juga sesuai dengan kecepatan rencana untuk jalan kolektor yakni 20 km/jam sesuai dengan PP Nomor 34 Tahun 2006. Menurut standar pelayanan angkutan umum dari Dirjen Perhubungan Darat, waktu perjalanan ditetapkan sebagai waktu tempuh ditambah waktu deviasi sebesar 5% dari waktu tempuh. Waktu henti kendaraan digunakan waktu menunggu sesuai standar rata-rata 5 10 menit dan maksimum 10 20 menit. Jadwal operasi dan frekuensi pada tahap pertama akan disusun untuk memenuhi aktivitas yang sudah pasti terjadi sehari-hari. Jadwal operasi angkutan umum disusun dengan mengikuti aktivitas tersebut yaitu: jadwal masuk dan pulang sekolah; jadwal berbelanja masyarakat atau kegiatan lainnya; jadwal kantor pemerintah; jadwal keberangkatan kapal; jadwal kedatangan kapal. Jenis kendaraan yang direncanakan sebagai moda angkutan umum yaitu bus sedang dengan kapasitas 30 penumpang. Pada langkah awal karena tidak ditinjau dari segi investasi maka alternatif yang akan digunakan yaitu bus sekolah yang beroperasi sekarang difungsikan juga sebagai angkutan umum di Kota Sabang. Selain tujuannya untuk melayani kebutuhan pelajar tetap terpenuhi, angkutan ini juga dapat melayani masyarakat, pengunjung dan wisatawan asing. Tinjauan Terhadap Rencana Struktur Ruang Kota Rencana pengembangan sistem transportasi angkutan umum di Kota Sabang dikaitkan dengan rencana struktur ruang kota telah sesuai, dimana penentuan rute pelayanan angkutan umum telah menghubungkan antara pusat pelayanan, sub pusat pelayanan dan pusat lingkungan. Pusat pelayanan yaitu Kota Sabang mempunyai rute angkutan umum ke sub pusat pelayanan, yaitu Balohan, Paya Seunara dan Iboih/Gapang, demikian juga dengan Cot Abeuk, Anoi Itam dan Keunekai yang berfungsi sebagai pusat lingkungan juga telah direncanakan mempunyai rute angkutan umum. Ditinjau dari rencana pengembangan jaringan jalan utama yang akan membentuk suatu jalan lingkar luar yang terdiri dari simpulsimpul ruas Pusat Kota - Anoi Itam - Balohan - Paya Keuneukai - Gua Sarang - Ujung Putroe - Ujung Ba U - Iboih - Gapang - Cot Damar - Pusat Kota Sabang, rencana rute jaringan angkutan umum hasil penelitian ini sebagian besar sudah terlayani, hanya ruas Gua Sarang, Ujong Putroe dan Ujong Ba U yang belum terlayani oleh angkutan umum. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kinerja angkutan umum berdasarkan tingkat pelayanan untuk angkutan umum kondisi eksisting di Kota Sabang belum ideal baik untuk angkutan perdesaan maupun angkutan kota trayek Sabang Balohan. Kinerja angkutan umum berdasarkan kualitas pelayanan untuk Volume 1, No.1, Agustus 2012-33

angkutan perdesaan berada pada kategori buruk sedangkan untuk angkutan trayek Sabang Balohan berada pada kategori sedang.. Tingkat permintaan untuk pengembangan angkutan umum di Kota Sabang berdasarkan persepsi dari masyarakat (penduduk), pengunjung lokal dan wisatawan asing berada pada kategori tinggi. Persepsi dari pihak pembuat kebijakan angkutan umum yakni Pemda, Dishubkominfo dan Organda juga menunjukkan tanggapan yang positif. Rencana pengembangan angkutan umum di Kota Sabang meliputi penambahan jaringan pelayanan, pengaturan frekuensi, jadwal operasi dan jumlah armada serta menentukan jenis kendaraan sebagai sarana angkutan umum. Rencana pengembangan disusun berdasarkan aktivitas yang terjadi sehari-hari yang dalam masyarakat, juga aktivitas yang disebabkan oleh pengunjung lokal dan wisatawan asing. Pemilihan bus sekolah sebagai sarana angkutan umum yang baru dimaksudkan untuk mengefisienkan biaya operasional yang selama ini ditanggung oleh Pemerintah Daerah dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas. Dalam kaitannya dengan rencana struktur ruang kota sesuai RTRW, rencana Saran pengembangan angkutan umum telah sesuai dan sejalan dengan arah pembangunan dari pemerintah. Agar pengembangan angkutan umum di Kota Sabang dapat berjalan dengan baik sesuai rencana sebaiknya disertai dengan sosialisasi dan regulasi. Pembangunan jaringan jalan seharusnya diikuti dengan pelayanan angkutan umum, sehingga dapat mengoptimalkan potensi daerah khususnya potensi wisata di Kota Sabang. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2002. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur. Departemen Perhubungan R.I. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2009. Standar Pelayanan Minimum Angkutan Umum. Bina Sistem Transportasi Perkotaan, Departemen Perhubungan R.I. Miro, F., 2005. Perencanaan Transportasi, Jakarta: Erlangga. Munawar, A., 2006. Manajemen Lalu Lintas Perkotaan. Yogyakarta: Beta Offset. Nazir, M., 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Jakarta. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Jakarta: Alfabeta. 34 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012