ASPEK-ASPEK HUKUM DAN HAM TERKAIT PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI Jawahir Thontowi Guru Besar Ilmu Hukum dan Direktur for Centre for Local Law Development Studies FH UII Disampaikan dalam Panel Diskusi, diselenggaralan atas Kerjasama Kementerian Luar Negeri RI dengan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Jumat 29 Mei 2015, di Auditorium, FH UII Jalan Taman Siswa 158 Yogyakarta
SISTEMATIKA PEMBAHASAN 1. PENDAHULUAN 2. BURUH, ATAU LABOUR DAN HAK-HAKNYA DALAM HUKUM DAN HAM INTERNASIONAL 3. NASIB TKI DI LUAR NEGERI 4. PERLINDUNGAN HUKUM DI NEGARA PENGIRIM DAN PENERIMA 5. PENGUATAN PERLINDUNGAN TKI DENGAN DIPLOMASI DAN HUKUM 6. PENUTUP
PENDAHULUAN.. Untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum (Alinea keempat, Pembukaan UUD NRI 1945).
Globalisasi, Bhagwati Namun, globalisasi melalui pemanfaatan Teknologi Informasi, mendorong warga negara memiliki ruang bergerak lebih bebas, seingga negara berdaulat nyaris kurang efektif untuk mencapai tujuan bernegara yaitu memberikan perlindungan terhadap Tenaga Kerja Indonesia, bahkan sulit mencegah seseorang menjadi obyek perdagangan, Human Trafficking (Bhagwati).
PROBLEMATIKA TKI DAN MASA DEPANNYA Mengapa Negara, khususnya Pemerintah Indonesia belum berhasil memberikan perlindungan terhdap hak-hak dasar Tenaga Kerja Indonesia dan bagaimana upaya untuk mengatasi persoalaan TKI di Luar Negeri tersebut dapat dilakukan Pemerintah RI lebih baik ke depan?
KERANGKA KERJA HUKUM TERKAIT PENGATURAN PERBURUHAN 1. HUKUM DAN HAM INTERNASIONAL -Konvensi ILO 1984, dan Konvensi Prinsip kbolehan untuk melakukan Pemogokan (Strike). The International Convention on the Protection of the Rightsof all Migrant Workers and Members of their Familieis, diadopsi PBB 18 Desember 1990, dan diratifikasi tahun 2002 oleh 12 Negara. 1. HUKUM NASIONAL MASING-MASING NEGARA -UU Nomor 39 Tahun 2004, tentang Penemptan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, -Undang-Undang tentang Asuraansi Tenaga Kerja Indonesia, 20 Tahun 2007. UU No 13 Tahun 2003 tentang Pesangon
BURUH,LABOUR DAN HAK-HAKNYA Setiap orang yang terikat, - dengan suatu perjanjian kerja, -melakukan suatu jenis pekerjaan tertentu, -dalam sesuai bidang dan kompetensinya, - dengan upah kerja tertentu - diberikan secara teratur, (bulanan atau dua minngu sekali) - sesuai peraturan yang berlaku.
HAK-HAK BURUH Upah Kerja Layak Tunjangan Keluarga Cuti Kerja Jaminan Kesehatan Berlibur Akses Memperoleh Informasi Melaksanakan Peribadatan Hak Pensiunan/Numerasi Cuti Hamil Pemukiman layak Berpindah kerja di tempat lain Ikut dalam Organissi/Asosisi Buruh Perlakuan sederajat di depan hukum
HAK-HAK DASAR MANUSIA Tidak diperlakukan sebagai budak Tidak diperlakukan secara diskriminatif Tidak diperlakukan sewenang-senang Tidak diperdagangkan Memperoleh perlindungan dan pembelaan (Pengacara) hukum Akses memperoleh rasa keadilan Memperoleh Perlindungan dari ancaman Sanksi hukuman Berat
NASIB TKI/WANITA DI LUAR NEGERI FAKTOR PENYEBAB DALAM NEGERI 1. Mencari Kerja Karena Kemiskinan (88.20%) 2. Keluarga dan/atau Rumah Tangga (2,73%) 3. Rendahnya Pendidikan (1.35%) 4. Konflik sosial 5. Jenis Kerja non-profesional 6. Lemahnya Instrumen Hukum Dalam Negeri 7. Perbedaan nilai budaya (Vita Dewi, CLDS FH UII. 2013)
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LUAR NEGERI 1. Tidak adanya Instrumen Hukum Internasional terkait Perlidungan Hak-Hak Buruh Migran 2. Tidak tersedianya Undang-Undang Melindungi Buruh Migran non- Prosional 3. Timpangnya komunikasi antara buruh dan majikan 4. Tidak adanya laporan dibuat TKI di Kantor Perwakilan 5. Jauhnya jarak antara Kantor Perwakilan Diplomatik dengan TKI 6. Penahanan Dokumen Hukum oleh Majikan karena Uang Muka sidah diserahkan pada Agen TKI 7. Tidak memperoleh gaji karena sudah diambil oleh Agen untuk keberangkatan 8. Tidak MoU antara Negara Pengirim dan Penerima (Jawahir Thontowi, Penegakkan Hukum dan Diplomasi di Era SBY 2013)
SEKTOR PEKERJAAN TKI DI MALAYSIA Asia and The Middle East, IOM 2010 1. Pekerja dalam Perkebunan 310,000 (25.5%) 2. Pekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga 294.000 (24,2%) 3. Pekerja Bangunan 220,000 (18,1%) 4. Pekerja Pabrik 200,000 (16,5) 5. Pelayanan Jasa 100,000 (8,2%) 6. Pertanian 90,000 (7,5%). (Sumber dari IOM, 2010: Indonesian Embassy in Malaysia, 2005).
Jam Kerja Berlebihan 3063 /7976% Tidak Diizinkan Memeang gaji 3246 84,55 % Tidak ada Kebebasan 2960 77,08% Nasib Burang TKI TDi di Timur IOM 2010 Diperlakukan Kasar Verbal 2.876 7, 7489% Tidak dibaya Gaji 2575, 71.82 Penyiksaan Fisik 1813/47% Kurang Makan Dan Kesehatan 2187/56 % Per Dokumen 2556, 6655%
2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TKI DI LUAR NEGERI Kelemahan UU 39 Tahun 2004 1. Penempatan lebih dominaan dari Perlindungan 2. Nomenklatur UU ini hanya melindungi subyek hukum TKI profesional, dan tidak menyentuh Pekerja Domestik 3. Pengurusan Kelembagaan Mendua, antara Sektor Swasta dan Pemerintah (Pemerintah melalui BNPP, Kementerian Tenaga Kerja, dan Kemenlu) 4. UU hanya memberikan jurisdiksi kepada Pemerintah dalam Negeri saja, dan tidak memberikan kewenangan pada Wakil Diplomatik. 5. Tidakl menyaratkan adanya pengiriman TKI hanyaa bagi negara-negara yang memiliki instrumen hukum dan HAM TKI di negara penerimanya.
USULAN AMANDEMEN UU 39 TAHUN 2004 1. Nomenklatur, harus ditekankan pada Perlindungan bukan Penempatan 2. Pasal 5, yang mendefinisikan TKI, selain adanya TKI yang Terlatih, juga memasukan Buruh Domestik (Domestic Workers) menjadi subyek hukum, dan dengan persyaratan adanya kompetensi dan sertifikasi 3. Posisi Negara Harus Dominan G to G, ditempatkan dalam satu kordinasi, BNPP atau Kementerian Tenaga Kerja seperti di Pillifina 4. BI seharusnya menjadi institusi negara penjaminan, proses pinjaman keuangan TKI, untuk mencegah beban hutang TKI (Debt Bondage) 5. Negara tidak dibebani pembayaran Diyat, bagi TKI yang melakukan kejahatan di Timur Tengah demi keadilan 6. Melarang aparat pejabat pemerintah untuk tidak mendirikan PJTKI, untuk mencegah adanya conflict of interest. 7. Penjatuhan sanski berat bagi oknum PJTKI, yang telah menjadi pintu gerbang timbulnya perdagangan orang (human trafficking).
PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pemerintah Indonesia telah mengupayakan menangani krisis tenaga kerja dengan mengirimkan TKI ke luar negeri khususnya masyarakat miskin, sehingga dapat menambah devisa begitu besar bagi negara. 2. Wajah buram TKI Indonesia di Luar Negeri bukan saja karena faktor faktor internal dalam negeri. 3. UU 39 Tahun 2004 belum berfungsi efektif mengingat selain dalam UU tersebut nomenklaturnya masih dominan penempatan daripara perlindungan. Secara kelembagaan, pengurusan TKI di Luar Negeri tidak berada dalam suatu kordiansi, selain ada kebijakan Negara juga sebagian diurusi oleh PJTKI yang acapkali melakukan pelanggaran B. Saran: Amandemen UU 39 Tahun 2004 merupakan keniscayaan, dengan (1) penguatan pada nomenklatur perlindungan, mengatur tentang pekerja domestik, penguatan peran Negara lebih doiman, dan selalu komitmen untuk tidak mengirimkan TKI pada negaraa-negara yang tidak memiliki instrumen hukum perlindungan TKI asing (Migrant Workers)