BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan di bagian paling depan. Setelah itu, terdapat RTH sebagai daya tarik yang dapat menarik pengunjung. Vegetasi pada RTH juga dapat menjadi buffer kebisingan yang dihasilkan dari suara kendaraan bermotor di jalan sebelum mencapai gedung. Gambar 5.1 Skema Site Plan Gedung cineplex diletakkan pada bagian belakang untuk menjauhi sumber kebisingan utama, karena kenyamanan akustik sangat diperhatikan pada cineplex. Gedung cineplex dikelilingi oleh parkir dan sirkulasi karyawan agar sirkulasi karyawan dapat langsung dari belakang dan tidak bertabrakan dengan sirkulasi pengunjung. 5.1.2 Konsep Sirkulasi Ruang Luar Dengan adanya jalan yang mengeliling site, maka pemisahan sirkulasi antara pengunjung dan karyawan menjadi lebih mudah. Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus terlihat dari jalan, sehingga area parkir pengunjung diletakkan di depan sehingga sirkulasi pengunjung adalah masuk melalui pintu pada bagian selatan site, menuju area parkir di bagian depan, kemudian keluar 73
melalui pintu utara. Pintu keluar dapat diletakkan di sisi depan site ataupun sisi samping site. Gambar 5.2 Konsep Sirkulasi Eksterior Untuk sirkulasi karyawan, langsung diarahkan menuju belakang dengan area parkir yang terpisah. Hal ini dimaksudkan agar sirkulasi pengunjung dan karyawan tidak bertabrakan sehingga menambah kenyamanan pengguna. 5.1.3 Konsep Tata Letak Parkir Dalam perancangan tata letak parkir, digunakan sistem parkir 45 karena menggunakan ruang yang lebih kecil sehingga dapat mengoptimalkan jumlah kendaraan yang parkir. Pola parkir juga menggunakan sistem lorong dengan penerapan lorong satu arah untuk efisiensi lahan. Dengan lorong satu arah ini, maka pintu masuk dan keluar harus dibedakan dan terletak pada ujung yang berlawanan. Gambar 5.3 Konsep Pola Parkir Mobil Untuk parkir motor, pintu masuk sama dengan mobil, hanya dipisah jalur dan loket karcisnya. Setelah masuk, motor langsung menuju samping dan 74
belakang bangunan. Untuk parkir motor pengunjung, berada di depan dekat dengan area parkir mobil. Pintu keluar motor pengunjung, sama dengan pintu keluar mobil, hanya dipisah jalurnya saja. Sedangkan jalur keluar karyawan berada di belakang. Gambar 5.4 Konsep Pola Parkir Motor 5.1.4 Konsep Fasad Sebagai bangunan rekreatif, cineplex harus mampu memperlihatkan fungsi dan kegiatan di dalamnya dari luar. Untuk mewujudkan hal itu, maka fasad bangunan harus void dengan cara mendominasi fasad menggunakan kaca. Dengan iklim tropis di Indonesia, maka kurang tepat jika kaca diaplikasikan pada keseluruhan fasad. Untuk itu, dominasi kaca difokuskan pada bagian lobby, karena lobby merupakan point of interest yang memberi kesan bagi pengunjung. Gambar 5.5 Penerapan Kaca pada Fasad Cineplex 5.1.5 Konsep Ruang Terbuka Hijau Pada perbatasan ruang terbuka hijau dengan area parkir mobil, digunakan vegetasi yang cukup rimbun sebagai buffer kebisingan tetapi tidak menutupi fasad bangunan. Selain itu, digunakan tamanam-tanaman yang rendah sesuai 75
dengan skala manusia. Vegetasi yang diutamakan merupakan tanaman dedaunan tropis yang cocok dengan iklim Purwokerto agar maintenance mudah. Gambar 5.6 Vegetasi sebagai Buffer Kebisingan Pada beberapa spot terdapat tempat duduk yang dinaungi oleh pohon sebagai tempat publik. Desain tempat duduk mengikuti desain bangunan agar harmonis. Untuk sirkulasi, digunakan bebatuan alam atau paving yang membentuk pola-pola tertentu. Gambar 5.7 Fungsi Pendukung Public Space 5.2 Konsep Tata Ruang Dalam 5.2.1 Konsep Organisasi Ruang Fungsi utama cineplex adalah gedung untuk menonton film, sehingga ruang utama yang memiliki fungsi tertinggi adalah ruang studio. Dalam penyusunan organisasi ruang, dimulai dari ruang utama yaitu ruang studio. Setelah itu ditambahkan ruang-ruang publik lain sehingga mengutamakan kenyamanan pengunjung. 76
Gambar 5.8 Organisasi Ruang Lantai 1 Gambar 5.9 Organisasi Ruang Lantai 2 5.2.2 Konsep Zonasi Zonasi dibedakan berdasarkan tingkat privasinya, yaitu privat, semi-privat, publik. Zona publik merupakan zona bagi pengunjung, sehingga diprioritaskan untuk diletakkan di depan agar pengunjung mendapat view yang maksimal dan akses yang mudah. Zona semi-privat juga merupakan zona pengunjung, sehingga lebih baik jika dapat diletakkan di area depan. Sedangkan, untuk zona privat merupakan zona karyawan. Zona ini tidak membutuhkan kenyamanan setinggi zona publik dan semi-privat, sehingga zona ini dapat diletakkan di belakang. 77
Gambar 5.10 Konsep Zonasi 5.2.3 Konsep Sirkulasi Sirkulasi pengunjung yaitu dari area parkir yang berada di depan, kemudian menuju lobby. Di lobby terdapat loket tiket dan fasilitas lainnya seperti snack bar. Setelah dari lobby, pengunjung menuju ke selasar dengan studio-studio pada sisinya. Pada ujug selasar merupakan jalur untuk menuju ke lantai 2 dimana terdapat studio dan cafe. Gambar 5.11 Konsep Sirkulasi Pengunjung Untuk karyawan, sirkulasi langsung dari area parkir karyawan menuju ke area kantor dan servis melalui pintu belakang. Gambar 5.12 Konsep Sirkulasi Karyawan 78
5.2.4 Konsep Akustik Ruang Untuk mengatasi permasalahan suara, ruang studio di desain dengan ruang sirkulasi pada sisi samping dan belakangnya sehingga menciptakan ruang udara yang dapat mengisolasi suara. Gambar 5.13 Ruang Sirkulasi pada Ruang Studio (Sumber : Analisis Penulis) Selain itu sistem lain yang digunakan adalah sistem dari THX dimana diantara dinding studio yang berdekatan diberi sedikit jarak untuk menciptakan ruang udara yang dapat mengisolasi suara. Dinding bagian dalam juga dipasang material absorber. 5.2.5 Interior Untuk menciptakan pengalaman ruang seperti masuk ke dalam scene film, maka interior bangunan mengadopsi setting film Sci-Fi. Film Sci-Fi sangat menonjolkan kesan modern, hi-tech, dan futuristik. Gambar 5.14 Contoh Setting Film Sci-Fi (Sumber: https://asymmetriccreativity.wordpress.com/tag/chappie-film/, 22 Januari 2016) 79
Matrial-material yang digunakan untuk konsep ini haruslah material yang mampu mencerminkan karakter diatas. Beberapa material yang dapat diaplikasikan, yaitu kaca, metal panel, dan white wall panel. 5.2.6 Pencahayaan Selain general lighting, pencahayaan akan banyak menggunakan neon lighting. Neon lighting sangat identik dengan film-film Sci-Fi karena terkesan futuristik. Gambar 5.15 Contoh Penggunaan Neon Lighting pada Epicenter Cinema (Sumber : http://retaildesignblog.net/2013/09/04/cinemas-epicenter-cinema-byera-architects-2/, 24 Januari 2016) 5.3 Konsep Bentuk Gambar 5.16 Konsep Transformasi Bentuk Dari skema diatas, dapat dijabarkan tahap-tahap transformasi bentuk, sebagai berikut : 80
1. Site keseluruhan dikurangi kebutuhan area parkir dan ruang terbuka hijau. 2. Peletakan sebuah selasar dengan studio-studio pada sisi-sisinya. 3. Lobby dan area pembelian tiket ditambahkan bersama kantor dan servis di bagian belakang. 4. Pada lantai 2 dimulai dengan peletakan 2 buah studio, sesuai dengan posisi studio pada lantai 1. Menyusul penambahan bar dan area servis. 5. Membagi area cafe menjadi indoor dan outdoor. 5.4 Konsep Sistem Bangunan 5.4.1 Konsep Sistem Struktur Sistem struktur yang paling umum digunakan di Indonesia adalah sistem struktur kolom dan balok. Tantangan yang dihadapi pada gedung bioskop dengan sistem struktur kolom dan balok adalah sistem ini tidak terlalu cocok digunakan pada bangunan bentang lebar. Sedangkan, ruang studio membutuhkan ruang panjang dan lebar tanpa ganguan kolom di tengahnya. Solusi yang dapat dilakukan jika ingin menambah lebar dan panjang suatu ruangan/modul adalah dengan memperbesar ukuran kolom dan balok. Sistem yang banyak dipakan dalam pemasangan dinding kaca yang lebar adalah sistem spider dimana salah satu ujung kaca dihubungkan dengan ujung kaca lainnya menggunakan suatu struktur yang berbentuk seperti kaki laba-laba. Keuntungan sistem ini adalah, rangkanya yang kecil sehingga tidak menggangu pandangan. Gambar 5.17 Struktur Spider (Sumber : http://www.stellaglasshardware.com/system/tension-cablesupport, 27 Desember 2015) 81
5.4.2 Konsep Utilitas a. Konsep Sistem Sanitasi Sistem air bersih menggunakan down feed system, dimana air dari sumur air bersih dipompa terlebih dahulu ke penampungan yang berada pada atas bangunan, lalu kemudian dari situ air dialirkan ke setiap lantai dengan gaya gravitasi. Untuk air kotor, digunakan sistem pemisahan black water dan grey water. Black water langsung menuju septictank, sedangkan grey water menuju sumur peresapan. Karena pada cineplex terdapat cafe, maka air buangan dari dapur merupakan air yang mengandung lemak. Untuk itu dibutuhkan bak peresapan lemak. b. Konsep Sistem Pencegah Kebakaran Di dalam suatu bangunan dibutuhkan suatu sistem pencegahan kebakaran yang terdiri dari beberapa elemen yang saling terkoneksi dan bekerja sama. Elemen-elemen tersebut antara lain: Smoke detector Fire Alarm Sprinkler Hydrant Fire extinguisher Untuk mendukung keberhasilan sistem pencegahan kebakaran, dibutuhkan juga pintu darurat dan jalur evakuasi yang efektif. Gambar 5.18 Kemungkinan Jalur Evakuasi 82
Untuk jalur evakuasi lantai 2, melalui tangga yang langsung menuju keluar bangunan. Tangga ini juga digunakan sebagai jalur keluar penonton dari studio. c. Konsep Sistem Instalasi Listrik Instalasi listrik utama yang digunakan pada bangunan adalah jaringan listrik dari PLN. Untuk menaggulangi jika terjadi pemadaman listrik, digunakan tenaga listrik dari genset. d. Konsep Sistem Telekomunikasi dan Internet Sistem telekomunikasi menggunakan sistem PABX yang merupakan sistem sentral telekom untuk suatu lokasi/bangunan tertentu. Sedangkan sistem internet menggunakan sistem LAN (Local Area Network) yang merupakan sistem internet untuk suatu kawasan/bangunan tertentu. 83