PERLINDUNGAN HAK ANAK INDONESIA TERHADAP PENURUNAN ANGKA KEMATIAN ANAK DITINJAU DARI MILLENIUM. DEVELOPMENT GOALS (MDGs) BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bantuan orang dewasa pada tahun-tahun permulaan kehidupannya. Dalam

Perlindungan Anak Menurut KHA Dan UU No.23 Th.2002

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA?

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan memiliki jaminan kesehatan setiap warga negara berhak mendapat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. dan perhatian, sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I. memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah. dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. yang stabil dan terjamin untuk terselenggaranya partisipasi serta pengawasan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, karena

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. METODE PENELITIAN. tertentu dengan cara menganalisanya. Untuk usaha mencari dan mendapatkan jawaban atas

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan terhadap anak di Indonesia masih terbilang lemah. Hal itu terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi merupakan isu pesat berkembang pada akhir abad ke-20 dan pada permulaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-empiris (terapan), yaitu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat pelaksanaan pembangunan. Salah satu program dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

III. METODE PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fakta kejahatan atau kekekerasan seksual harus menjadi isu bersama. Semua

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial, sejak dalam kandungan sampai dilahirkan anak. mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapat perlindungan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN. dengan menggunakan dua macam pendekatan yaitu : Pendekatan secara yuridis normatif adalah penelitian hukum yang

I. PENDAHULUAN. Pidana penjara termasuk salah satu jenis pidana yang kurang disukai, karena

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)

METODE PENELITIAN. dengan seksama dan lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. pada generasi mendatang. Angka kematian ibu ( AKI ) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai good governance

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB III METODE PENELITIAN. masalah. Setelah masalah diketahui maka perlu diadakan pendekatan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian maternal merupakan masalah besar, khususnya di negara yang

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

METODE PENELITIAN. yang dilakukan secara yuridis normatif dan yuridis empiris guna memperoleh

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Republik Indonesia dalam menyejahterakan rakyat

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK. A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang

Transkripsi:

PERLINDUNGAN HAK ANAK INDONESIA TERHADAP PENURUNAN ANGKA KEMATIAN ANAK DITINJAU DARI MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap anak Indonesia memiliki hak untuk dilindungi dari bahaya, pelecehan, dan eksploitasi ataupun resiko lainnya yang dapat menyebabkan kematian. Anak merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa. Di dalam implementasinya, anak merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan suatu bangsa dan penerus suatu Negara. Karna kemajuan suatu bangsa berada di tangan anak-anak itu ditentukan. Semakin modern suatu bangsa maka seharusnya ada suatu perlindungan terhadap anak baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, ilmu pengetahuan, hukum dan hak asasinya. Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia bersifat universal yang harus dilindungi dihormati dipertahankan dan tidak boleh diabaikan dikurangi atau dirampas oleh siapapun. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab Negara pula jaminan atas penegakan hukum terhadap pelanggaran prinsip-prinsip HAM. 1 PBB sebagai sebuah organisasi internasional dalam piagamnya telah menempatkan penghormatan dan penghargaan akan hak- 1 Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Pengembangan Dan Kebijakan Hukum Pidana, 1998, hlm.83 1

hak asasi manusia kedalam Piagam PBB yang dsebut The Universal Declaration of Human Rights yang diterima secara aklamasi oleh sidang umum Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948. Hak anak merupakan bagian dari hak asasi manusia. Hal ini dapat dijumpai dalam hukum hak asasi manusia domestik yang memberikan penegasan bahwa setiap individu termasuk anak merupakan subjek dari hak. Hak-hak anak pada umumnya lebih fokus pada aspek legalitas dari hak-hak anak yang secara resmi tertulis dalam piagam atau konvensi maupun undang-undang. 2 Peraturan perundang-undangan Indonesia tidak ada yang memuat secara tegas tentang batasan usia seseorang masih dikatakan sebagai anak. Beda peraturan perundang-undangan beda pula batasan usia yang dimuat. Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsabangsa (PBB) pada tanggal 20 Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia pada tahun 1990, bagian 1 Pasal 1 yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, sedangkan menurut World Health Organization (WHO) batasan usia anak antara 0-19 tahun. Dalam Pasal 45 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana menentukan bahwa anak yang belum dewasa apabila belum berumur 16 tahun. 3 Pasal 1 ayat 2 Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menentukan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin, Undang-Undang nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dalam Pasal 1 angka 1 menyebutkan 2 Robert Chambers, Partisipasi dan Anak-anak, (dalam) Tim Read Book, ed., Anak-anak Membangun Kesadaran Kritis (Stepping Forward, alih bahasa H. Prabowo, Nur Cholis), Read Book, Yogyakarta, 2002, hal xi 3 Kitab Undang Undang Hukum Pidana, pasal 45 2

bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan hukum bagi anak mempunyai spektrum yang cukup luas. Dalam berbagai dokumen dan pertemuan internasional terlihat bahwa perlunya perlindungan hukum bagi anak dapat meliputi berbagai aspek, yaitu: 4 (a) perlindungan terhadap hak-hak asasi dan kebebasan anak; (b)perlindungan anak dalam proses peradilan; (c) perlindungan kesejahteraan anak (dalam lingkungan keluarga, pendidikan dan lingkungan sosial); (d) perlindungan anak dalam masalah penahanan dan perampasan kemerdekaan; (e) perlindungan anak dari segala bentuk eksploitasi (perbudakan, perdagangan anak, pelacuran, pornografi, perdagangan/penyalahgunaan obat-obatan, memperalat anak dalam melakukan kejahatan dan sebagainya); (f) perlindungan terhadap anak-anak jalanan; (g) perlindungan anak dari akibat-akibat peperangan/konflik bersenjata; (h) perlindungan anak terhadap tindakan kekerasan. Sebagai salah satu unsur yang harus ada dalam Negara hukum dan demokrasi, perlindungan terhadap hak asasi manusia termasuk juga didalamnya perlindungan terhadap hak-hak anak agar dapat pengaturan yang jelas. Hal ini perlu dilakukan sebagai makhkuk Tuhan Yang Maha Esa yang dianugrahi hak asasi untuk menjamin harkat dan martabat kemuliaan dirinya sehingga HAM merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia. Oleh karena itu HAM harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun. 4 Barda Nawawi Arief, Ibid., hlm.156 3

Dalam bentuknya yang paling sederhana perlindungan anak mengupayakan agar setiap hak anak tidak dirugikan. Perlindungan anak bersifat melengkapi hakhak lainnya yang secara inter alia 5 menjamin bahwa anak menerima apa yang mereka butuhkan sehingga anak dapat bertahan hidup, berkembang dan tumbuh. Sejarah penetapan hak-hak anak dimulai sejak tahun 1923 yakni dengan dibuatnya 10 Pernyataan Hak-hak Anak (Declaration of The Rights of The Child) oleh seorang tokoh yakni aktivis perempuan yang bernama Eglantyne Jebb 6 Adapun Pernyataan Hak Anak yang dikemukakan oleh Eglantyne Jebb mencakup hak anak atas : nama dan kewarganegaraan, kebangsaan, persamaan dan nondiskriminasi, perlindungan, pendidikan, bermain, rekreasi, hak akan makanan, kesehatan dan hak berpartisipasi dalam pembangunan. Rancangan deklarasi hak anak ini kemudian diadopsi oleh lembaga Save the Children Fund International Union. Rancangan deklarasi hak anak yang dibuat oleh Eglantyne Jebb pada tahun 1924 kemudian diadopsi secara internasional oleh Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dalam Deklarasi Jenewa tentang Hak Asasi Anak, dan pada tahun 1946 Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk United Nations Children s Fund (UNICEF) untuk memberikan bantuan darurat kepada anak-anak di Eropa sesudah perang dunia ke dua. 7 Hak asasi anak kemudian mengalami kemajuan 5 Inter Alia merupakan sebuah ungkapan Latin yang secara harfiah berarti antara lain. Hal ini biasanya dipergunakan dalam bahasa inggris terutama dalam hukum. Lihat Webster s New World Law Dictionary, http://law.yourdictionary.com. Diakses Senin 08 Juni 2015 6 Remalia, Sejarah Hak Anak, diambil dari https://pedulihakanak.wordpress.com/2008/11/20/sejarah-hak-anak/. Diakses Senin 8 Juni 2015 7 UNICEF, UNICEF at a Glance, United Nations Children s Fund, New York, 2004, hal. 29 4

pertama dengan dikeluarkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada tahun 1948. Hal ini merupakan suatu peristiwa penting dalam sejarah hak asasi manusia, dan beberapa hal menyangkut hak khusus bagi anak-anak tercakup dalam deklarasi ini. Pada tahun 1959 Majelis Umum PBB kembali mengeluarkan pernyataan mengenai hak anak yang merupakan deklarasi internasional kedua bagi hak anak. 8 Pada saat dicanangkannya Tahun Anak Internasional tahun 1979, pemerintah Polandia mengajukan usul bagi perumusan suatu dokumen yang meletakkan standar internasional bagi pengakuan terhadap hak-hak anak dan mengikat secara yuridis. Inilah awal perumusan Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child). Tahun 1989 rancangan Konvensi Hak Anak diselesaikan dan pada tanggal 20 Nopember 1989 naskah akhir tersebut disahkan dengan suara bulat oleh Majelis Umum PBB. Salah satu hak anak yang dimuat oleh Konvensi Hak Anak adalah hak anak dalam mendapatkan kehidupan serta penurunan terhadap angka kematian pada anak. Hak anak atas penghidupan dan mendapatkan kesehatan yang layak ini diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 24 point (1,2, dan 3) Konvensi Hak Anak. Dan dalam Peraturan Perundangan di Indonesia dalam UU No.35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak dalam Pasal 44 (1) dan Pasal 46. Perkembangan selanjutnya dari perlindungan hak anak atas penurunan angka kematian (AKI) dapat ditemui dalam Millennium Development Goals dalam tujuan ke-4. Millennium Development Goals dibentuk pada September 8 Ibid., hlm. 29 5

2000 dengan perwakilan dari 189 negara dunia yang menandatangani sebuah deklarasi yang disebut sebagai Millennium Declaration (Deklarasi Milenium). Deklarasi Milenium merupakan sebuah bentuk komitmen dari negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembangunan dan pengentasan kemiskinan. 9 Deklarasi Milenium ini memuat 8 poin tujuan yang harus dicapai oleh negara-negara pada era millennium. Delapan poin ini tergabung dalam suatu tujuan yang di Indonesia diartikan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium. 10 Dimana dalam hal ini lebih menitik beratkan pada point yang keempat, mengkaji tentang angka kematian anak yang terjadi di Indonesia dan Internasional, adapun bunyi dari point ke-4 dalam Millenium Development Goals ini adalah Menurunkan Angka Kematian Anak. Ada beberapa fakta tentang angka kematian terhadap anak serta bayi di Indonesia. Bahwa dalam wilayah ASEAN Indonesia adalah Negara yang terburuk dalam penanggulangan terhadap angka kematian anak. Dari data terakhir yang diperoleh dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) September 2013, diperoleh fakta yang mengejutkan mengenai angka kematian ibu dan bayi. SDKI memberikan hasil angka kematian ibu (AKI) mencapai 359 per 100 ribu 9 Peter Stalker, Kita Suarakan MDGs Demi Pencapaiannya di Indonesia, Cetakan Kedua, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta, 2008, hal. 2 10 Dyah Ratih Sulistyastuti, Pembangunan Pendidikan dan MDGs di Indonesia: Sebuah Refleksi Kritis, Jurnal Kependudukan Indonesia, Vol. 2, No. 2, 2007, hal. 20 6

kelahiran hidup. Rata-rata ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencatat angkat 228 per 100 ribu kelahiran hidup. 11 Selama kurun waktu 2011 hingga 2014, 20-an ibu hamil meninggal disusul kemudian ratusan bayi yang dilahirkan meninggal. Data yang dihimpun dari Kementrian Kesehatan menyebutkan selama 2014, 28 ibu hamil meninggal dunia setelah melahirkan. Pada tahun yang sama, 150 bayi dan balita meninggal dengan rincian 108 kasus kematian bayi neonatal (baru lahir), 30 kasus kematian bayi dan 12 kasus kematian balita. "Tahun ini Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat menjadi 28 kasus dibanding tahun sebelumnya sebanyak 18 kasus. Angka Kematian Bayi (AKB) juga meningkat 150 kasus padahal di tahun sebelumnya ada 133 kasus AKB". 12 Angka kematian ini meningkat karna kurangnya perhatian aspek pelaksanaan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam konteks desentralisasi. Sulitnya menurunkan angka kematian pada bayi, karena belum meratanya persebaran tenaga kesehatan, terutama untuk wilayah terpencil, belum memadainya fasilitas kesehatan dan tidak adanya akses yang cukup baik bagi warga terhadap layanan kesehatan. Penyebab lainnya kemitraan antara bidan dan dukun beranak masih belum efektif, dan sistem rujukan ke pelayanan rujukan ke pelayanan kesehatan juga belum efektif. Rapor merah di bidang kependudukan dan keluarga berencana (KKB) menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan secara sungguh-sungguh oleh 11 Berita Satu, Angka Kematian Ibu dan Bayi Meningkat Tajam, diambil dari http://www.beritasatu.com/kesehatan/147343-angka-kematian-ibu-dan-bayi-meningkattajam.html, diakses 9 Juni 2015 12 Tribun Jabar, Angka Kematian Ibu dan Anak Tinggi, diambil dari http://jabar.tribunnews.com/2015/05/24, diakses 17 Oktober 2015 7

pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh stakeholder. Salah satu masalah yang mendesak mendapatkan solusi yakni angka kematian ibu dan bayi. Hal inilah yang kemudian menjadikan penurunan angka kematian terhadap anak menjadi salah satu bagian dari Millennium Development Goals. 13 Ketentuan dalam Millennium Development Goals ini menetapkan agar setiap anak dapat mengecap penghidupan dan perlindungan terhadap kesehatan yang layak. Dicantumkannya penurunan angka kematian sebagai bagian dari Millennium Development Goals bertujuan untuk mewujudkan Negara yang dapat melindungi hak anak dari suatu angka kematian dan merupakan bagian integral dari pengentasan kemiskinan. Indonesia sebagai salah satu negara yang meratifikasi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Konvensi Hak Anak, dan Millenium Development Goals mempunyai kewajiban secara yuridis untuk mengimplementasikan konvensi dan deklarasi tersebut ke dalam ketentuan-ketentuan wilayah hukum nasional agar bersifat mengikat juga terhadap individu dan badan-badan swasta. Kegagalan melindungi hak-hak anak merupakan suatu ancaman bagi pembangunan nasional dan memiliki pengaruh negatif serta akibat yang harus dibayar. Seperti tidak adanya penerus bagi kelansungan suatu negara karena kurangnya perhatian dan tanggapan yang cepat dalam pananganan kasus kematian terhadap ibu hamil dan melahirkan serta anak. Ditemukannya beberapa kasus terhadap angka kematian pada anak menunjukan bahwa dunia gagal memenuhi kewajibannya terhadap anak-anak. Dimana anak memiliki hak dalam mendapat pengobatan penyakit dan rehabilitasi kesehatan yang optimal, serta pencegahan 13 MDGs, Millenium Development Goals, hlm. 18 8

terhadap penyakit dan kekurangan gizi. 14 Hal ini juga berpengaruh terhadap gagalnya pemenuhan aspirasi pembangunan dunia sebagaimana yang telah disusun dalam dokumen-dokumen internasional seperti Deklarasi Milenium dengan Millennium Development Goals. Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat masalah tersebut sehingga penulis memberi judul proposal penelitian ini PERLINDUNGAN HAK ANAK INDONESIA TERHADAP PENURUNAN ANGKA KEMATIAN ANAK DITINJAU DARI MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) B. Rumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana aturan hukum tentang perlindungan hak anak menurut Millenium Development Goals dan hukum nasional Indonesia? 2. Bagaimana tanggung jawab dan upaya Negara dalam mengatasi penurunan Angka Kematian Anak di Indonesia? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui aturan hukum yang diterapkan pemerintah sebagai bentuk perlindungan terhadap hak anak dalam penurunan 14 Konvensi Hak Anak, psl.24 9

angka kematian menurut Millenium Development Goals dan hukum nasional Indonesia. 2. Untuk mengetahui tanggung jawab dan upaya Negara dalam mengatasi penurunan Angka Kematian Anak di Indonesia. D. Manfaat Penelitian Di dalam melakukan penelitian ini, penulis dapat mengharapkan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat penulis ini adalah 1. Manfaat Teoritis Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk keperluan dan mengembangkan pengetahuan ilmu hukum dan di dalam ranah Nasional maupun Internasional khususnya yang mengkaji penuruan terhadap angka kematian anak, Bagaimana bentuk perlindungan hukum dan bentuk dari tanggung jawab negara terhadap penurunan angka kematian anak. 2. Manfaat Praktis a). Bagi penulis dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam teori-teori yang telah dipelajari dengan melihat fakta dan kasus yang ada di lapangan mengenai fenomena yang ada pada saat ini tentang banyaknya kasus terhadap angka kematian anak di Indonesia sendiri maupun Negara lain dalam konteks Internasional, dan juga sebagai bahan 10

masukan bagi pemerintah dan pihak terkait tentang perlunya upaya perlindungan terhadap hak anak dalam mendapatkan kehidupan. b). Untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa ada Hukum yang mengatur tentang pelaksanaan hak-hak anak dan dapat menjaga serta mengurangi angka kematian terhadap anak. c). Penelitian ini juga dapat menjadi salah satu tambahan referensi yang telah ada mengenai beberapa kasus kematian anak di Indoneisa, yang pada akhirnya dapat di gunakan sebagai salah satu bacaan bagi masyarakat dan maupun peneliti HAM Internasional. E. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian dan Metode Pendekatan Metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini ialah metode pendekatan yuridis empiris. Metode yuridis empiris yaitu pendekatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang bagaimana hubungan hukum dengan masyarakat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hukum dalam masyarakat. Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang obyektif 11

yang disebut sebagai data primer. 15 Metode pendekatan yuridis empiris merupakan cara prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer di lapangan. 16 2. Jenis Data dan Sumber Data Berkaitan dengan penulisan skripsi ini maka penulis melakukan riset atau penelitian dengan dua macam cara: a. Penelitian Lapangan (Field Research) Dalam tahap ini penulis berusaha untuk mendapatkan data atau informasi dengan terjun lansung ke lapangan. Alat yang dipergunakan untuk mendapatkan data pada penelitian lapangan ini adalah dengan cara tanya jawab atau wawancara dengan responden secara semi terstruktur yaitu disamping menyusun pertanyaan penulis juga mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lain yang berhubungan dengan masalah masalah penelitian dan studi dokumentasi beupa berkas-berkas dan dokumen yang relevan di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Melalui penelitian lapangan ini maka diperoleh dua macam data : a. Data Primer Merupakan data yang diperoleh dari orang yang mengetahui ikhwal permasalahan,untuk itu penulis melakukan wawancara dengan narasumber yang berkaitan dcngan perlindungan hak anak dan upaya 15 Abdulkadir Muhammad, Hukun dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 53. 16 Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta,1985, hlm. 52 12

terhadap penanggulangan anak dalam bidang kesehatan dan kesejahteraannya. b. Data Sekunder Merupakan data yang siap pakai yang tidak memerlukan pengolahan lagi, antara lain data atau informasi tertulis lainnya yang diperoleh setelah melakukan penelitian. b. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penulis menghimpun data yang ada kaitannya dengan skripsi. Bahan-bahan yang akan diperoleh terdiri dari : a. Bahan hukum primer Yaitu bahan-bahan hukum mengikat yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Bahan hukum primer terdiri dari instrument-instrumen hukum yang berlaku seperti Konvensi Hak Anak, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014, peraturan terkait lainnya yang berhubungan dengan pengaturan hak anak khususnya terhadap angka kematian anak. b. Bahan hukum sekunder Yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan maupun petunjuk mengenai bahan-bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil penelitian sebelumnya, hasil karya dari kalangan hukum, kamuskamus, ensiklopedi dan seterusnya, yang ada kaitannya dengan materi yang dibahas. (buku,jurnal,makalah,website). c. Bahan hukum tersier 13

Yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum sekunder, seperti kamus besar Bahasa Indonesia, kamus Bahasa Inggris, kamus hukum, ensiklopedi. 17 3. Teknik Pengumpulan Data Penulis menggunakan studi kepustakaan dan studi dokumen dalam penelitian ini. Penulis berusaha mendapatkan dan mempelajari data dari wawancara lansung ke lapangan dan buku-buku keterangan yang ada hubungannya dengan penulisan ini. a. Studi Kepustakaan antara lain : Adapun tempat-tempat penulis melakukan penelitian kepustakaan ini a. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas. b. Perpustakaan Universitas Andalas. c. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat c. Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatra Barat. b. Wawancara Adapun pihak yang akan diwawancarai adalah pihak-pihak yang berkompeten pada bidang masalah sebagaimana judul yang penulis ambil pada penelitian ini antara lain Kabid Bidang Sumber Daya Kesehatan dan 17 Suratman, Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 229 14

Ka Bidang Gizi dan Kesehatan Ibu yang menangani permasalahan terhadap upaya terhadap kesejahteraan anak. 4. Analisis Data Setelah data dikumpulkan dilapangan dengan lengkap, maka tahap berikutnya adalah mengolah data dan menganalisis data tersebut. Analisis data merupakan pengkajian terhadap hasil pengolahan data, yang kemudian dituangkan dalam bentuk laporan baik perumusan-perumusan atau kesimpulan-kesimpulan. Proses pengolahan data mencakup antara lain Editing yaitu memeriksa atau meneliti data yang telah diperoleh apakah sudah sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, hal ini dilakukan untuk menjamin data yang diperoleh itu agar dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan kenyataan. Selanjutnya dalam editing dilakukan pembetulan data yang keliru menambahkan data yang kurang dan melengkapi data yang belum lengkap F. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan penelitian yang akan penulis buat ini di susun atas 4 (empat) bab.masing-masing bab meliputi : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah yang akan diteliti, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 15

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menguraikan tentang pengertian hukum internasional, sumber-sumber hukum internasional, kedudukan Millennium Development Goals dalam hukum Internasional, pengaturan hukum internasional tentang hak anak, serta perwujudan Millennium Development Goals dalam penurunan angka kematian sebagai perwujudan hak asasi manusia. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan tentang perlindungan hak anak atas penurunan angka kematian di Indonesia ditinjau dari hukum nasional yang berlaku di Indonesia, masalah dan hambatan yang menjadi penghalang dalam perwujudan perlindungan hak anak atas kehidupan serta kebijakankebijakan yang dikeluarkan oleh stakeholder dalam menyikapi hambatan dan masalah perwujudan hak anak atas kehidupan guna mewujudkan tujuan ke-4 dari MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS. BAB IV : PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dari pembahasan permasalahan yang telah dilakukan dengan saran-saran yang berfungsi sebagai masukan bagi para pembaca. 16