BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap negara menginginkan perekonomian negaranya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dividen merupakan bentuk pengembalian (return) diluar capital gain yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB I PENDAHULUAN. Banyak negara (termasuk Indonesia) menganggap sektor industri sebagai motor

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah

BAB II URAIAN TEORITIS. Suharli (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh profitability

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern), laba

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern),

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Studi empiris yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan secara financial. Tercapainya kesejahteraan financial dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan perusahaan dalam mengembangkan usahanya dan menunjukkan. dengan meningkatkan inovasi dan produktivitas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keberlangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia terlihat tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA

BAB 1 PENDAHULUAN. baik mengunakan hutang (debt financing) ataupun dengan mengeluarkan saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat dan semakin

mengelola modal sendiri untuk menghasilkan laba. BAB II TINJAUAN PUSTAKA adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana yang cukup besar, sehubungan dengan hal ini perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. secara global. Salah satu jenis investasi adalah investasi saham. Investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan dalam dunia usaha

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan tujuan perusahaan. Kegiatan pendanaan berhubungan penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. proporsi dana dan sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Sawir, 2009:10).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti.

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal, struktur modal telah menjadi salah satu faktor

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu

II. LANDASAN TEORI. laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. implikasi pada persaingan antarperusahaan. Untuk itu, sebagai pelaku dari

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal sendiri dalam perusahaan. Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam mendanai aktivanya (Sawir, 2004:2).

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan akan berusaha sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat meningkatkan harga saham. Perusahaan yang sudah listing pada bursa,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. nilai perusahaan meningkat. Masalah struktur modal merupakan masalah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN. cara meningkatkan nilai perusahaan. Harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendanaan ini bisa bersumber dari dalam perusahaan (internal financing) maupun

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena pembayaran hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur. Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan size (Kaliapur dan Trombley, 1999). Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi tentunya memiliki tingkat kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang sehingga memungkinkan perusahaan memiliki biaya modal yang rendah. Oleh sebab itu leverage memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat pertumbuhan sehingga semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan semakin rendah rasio hutang terhadap ekuitas.

2. Kebijakan Deviden a. Pengertian Deviden merupakan pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan deviden masing-masing perusahaan yang ditentukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam hal pembagian deviden kepada para pemegang saham suatu perusahaan membutuhkan pertimbangan yang matang, hal ini disebabkan pihak manajemen harus memikirkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan (going concern principal). Berbicara mengenai masalah kebijakan deviden, tentunya tidak terlepas dari keputusan yang diambil perusahaan mengenai seberapa besar deviden kas (cash dividend) yang harus dibayarkan dan berapa kali deviden tersebut dibayarkan dalam satu tahun (Arifin, 2005 : 103). Dengan kata lain bahwa kebijakan deviden menyangkut kebijakan yang diambil tentang seberapa besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan menjadi hak pemegang saham. Gitasudarmo (2002 : 227) menyatakan kebijaksanaan perusahaan dalam membagi keuntungan kepada pemegang saham membawa arti dalam dua hal : (1) dana yang dibagikan kepada pemegang saham, hal ini ditandai melalui adanya pembayaran yang dilakukan, (2) dana yang digunakan untuk membiayai kebutuhan perkembangan usaha. Kebijakan deviden merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran deviden (dividend pay out ratio)

menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Dimana semakin besar laba yang ditahan maka semakin kecil bagian laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Dividend pay out ratio merupakan perbandingan antara deviden yang dibayarkan dengan laba bersih perusahaan yang didapatkan. Semakin tinggi dividend pay out ratio akan semakin menguntungkan bagi para pemegang saham namun bagi pihak perusahaan tidak mengharapkan hal tersebut terjadi karena dapat memperlemah keuangan internal melalui kecilnya laba di tahan. Di sisi lain semakin kecil dividend pay out ratio maka akan merugikan bagi pihak pemegang saham dan menguntungkan bagi perusahaan melalui internal financial yang semakin kuat (Gitasudarmo, 2002 : 232). b. Teori Deviden Ada beberapa teori deviden yang dikemukan oleh Harahap (2004 : 320) yang telah teruji secara empiris, yaitu : 1) Smoothing Theory Teori ini dikembangkan oleh Litnert. Litnert mengatakan jumlah deviden tergantung pada keuntungan perusahaan sekarang dan deviden tahun sebelumnya. 2) Dividend Irrelevance Theory Teori ini diperkenalkan oleh Miller dan Modigliani dalam papernya Dividend Irrelevance Preposition. Dalam paper tersebut dijelaskan bahwa dalam dunia tanpa pajak, serta dalam kondisi pasar yang sempurna tidak diperhitungkannya biaya transaksi maka kebijakan deviden tidak memberikan pengaruh apapun terhadap harga saham tersebut. 3) Bird in Hand Theory. Menurut teori ini dikatakan bahwa dengan mendapatkan deviden (A bird in hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (A Bird in The Bush) karena laba tersebut tidak akan pernah terwujud dalam masa depan (it can fly away). Sehingga berdasarkan teori diatas tingkat pengembalian yang disyaratkan atas ekuitas akan turun apabila rasio pembayaran deviden dinaikkan karena para pemegang saham

kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan jika dibandingkan dengan seandainya menerima deviden. 4) Tax Preference Theory Teori ini menjelaskan bahwa dalam hal yang berkaitan dengan pajak, investor lebih memilih pembayaran deviden yang rendah dibandingkan dengan deviden yang tinggi. Hal ini memberikan makna bahwa investor lebih suka apabila perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan karena ada adanya keuntungan pajak. 5) Clientele Effect Theory Teori ini menyatakan bahwa apabila perusahaan membayar deviden, investor seharusnya mendapatkan keuntungan dari deviden tersebut untuk menghilangkan konsekuensi negatif dari pajak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividend pay out ratio yaitu : 1) Faktor likuiditas Dilihat dari segi tingkat likuiditas, jika tingkat likuiditas semakin tinggi akan meningkatkan dividend pay out ratio dan sebaliknya apabila tingkat likuiditas semakin rendah akan menurunkan rasio tersebut. 2) Kebutuhan akan dana Hal ini berkaitan dengan dana untuk melunasi hutang. Semakin besar dana untuk melunasi hutang baik untuk obligasi hipotek dalam tahun tersebut yang diperoleh dari kas, maka akan menurunkan dividend pay out ratio atau sebaliknya. 3) Faktor pengawasan Adanya kemauan perusahaan untuk semakin terbuka dengan sendirinya akan semakin meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan tersebut. Hal ini cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga meningkatkan dividend pay out ratio, atau sebaliknya semakin tertutup suatu perusahaan akan menurunkan dividend pay out ratio.

4) Tingkat ekspansi yang direncanakan Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan akan menurunkan dividend pay out ratio karena laba yang diperoleh perusahaan di prioritaskan untuk penambahan aktivitas. 5) Penghasilan dari pemegang saham Apabila pemegang saham memiliki ekonomi yang lemah dan bebas pajak akan menyebabkan dividend pay out ratio lebih tinggi jika dibandingkan apabila pemegang saham memiliki ekonomi yang kuat dan kena pajak. 3. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan, yang diindikasikan melalui besarnya laba (earnings) yang diperoleh perusahaan tersebut. Setiap perusahaan selalu berupaya agar memperoleh tingkat profitabilitas yang tinggi. Dalam konteks ini perusahaan yang menguntungkan tentunya tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan hutang. Melalui adanya tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal. Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio, yaitu rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan hubungannya dengan investasi (Syamsuddin, 2000 : 63). Jika ditinjau berdasarkan hubungan antara laba dengan penjualan, rasio profitabilitas dapat dibedakan atas :

a. Gross Profit Margin Rasio ini merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan bersih atau rasio antara penjualan kotor dengan penjualan bersih. b. Operating Profit Margin Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. c. Net Profit Margin Margin laba bersih (net profit margin) merupakan keuntungan penjualan setelah dikurangi seluruh biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Berdasarkan hubungan antara laba dengan investasi, rasio profitabilitas dapat dibedakan atas : a. Return on Investment Rasio ini merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total investasi. b. Return on Equity Rasio ini merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal sendiri atau ekuitas pemilik. c. Return on Assets Rasio ini merupakan perbandingan antara laba usaha dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dengan menggunakan aset yang dimiliki.

Jika dihubungkan dengan struktur modal, rasio profitabilitas berasosiasi dengan struktur modal. Struktur modal perusahaan merupakan komposisi hutang dengan ekuitas. Biasanya dana yang diperoleh melalui pinjaman yaitu dalam bentuk hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk bunga, sementara dana yang diperoleh dari ekuitas mempunyai biaya modal dalam bentuk deviden. Dilihat dari sisi biayanya, biasanya suatu perusahaan akan memilih sumber dana yang memiliki biaya yang paling rendah di antara sumber dana yang tersedia. Menurut Syamsuddin (2000 : 63) Return on Equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas yang berhubungan dengan struktur modal secara teoritis. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. ROE merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Jika dihubungkan dengan deviden, sebenarnya deviden akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan sehingga semakin tinggi ROE suatu perusahaan maka kemungkinan deviden yang akan dibagikan kepada pemegang saham akan semakin besar. 4. Struktur Modal a. Kebijakan Struktur Modal Kebijakan struktur modal dibangun dari hubungan antara keputusan dalam hal pemilihan sumber dana (financing decision) dengan jenis investasi yang harus dipilih oleh suatu perusahaan (investment decision) agar sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (maxsimize shareholder wealth) yang tercermin dari nilai suatu perusahaan (value firm).

Struktur modal merupakan bentuk pembiayaan permanen bagi perusahaan yang terdiri dari instrumen hutang jangka panjang (long term debt) dan saham (Equity). Pada umumnya perusahaan menghadapi banyak permasalahan bagaimana mengatur kombinasi yang optimal antara pinjaman hutang dengan modal sendiri untuk memaksimalkan nilai perusahaan secara keseluruhan. Penentuan struktur modal yang optimal untuk meningkatkan nilai perusahaan dapat dilihat dari efek struktur modal terhadap tingkat pengembalian saham (return to stockholder). Menurut Brigham (2001 : 5) kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan (trade-off) antara resiko dengan tingkat pengembalian. Adapun yang harus diperhatikan dalam hal ini, antara lain : a. Menggunakan lebih banyak hutang sebagai sumber pendanaan berarti memperbesar resiko yang ditanggung pemegang saham. b. Menggunakan lebih besar hutang juga akan memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Dengan adanya resiko yang semakin tinggi cenderung akan menurunkan harga saham, akan tetapi dengan meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) akan menaikkan harga saham tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara resiko dengan yang memaksimumkan harga saham. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan dalam struktur modal. Jika dilihat berdasarkan rasio, apabila rasio hutang yang sesungguhnya

lebih rendah dari tingkat yang ditargetkan hal ini memungkinkan suatu perusahaan melakukan ekspansi modalnya dengan menggunakan pinjaman. Sementara apabila rasio hutang lebih besar dari target yang sudah ditetapkan maka saham perlu digunakan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal antara lain : 1. Stabilitas penjualan Perusahaan yang mempunyai penjualan yang relatif stabil akan lebih aman memperoleh banyak pinjaman dan akan menanggung beban tetap yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang tidak stabil. 2. Struktur aset Struktur aset juga dapat mempengaruhi kebijakan struktur modal. Dalam konteks ini perusahaan yang memiliki banyak aset untuk dijadikan sebagai jaminan kredit cenderung akan lebih banyak menggunakan hutang. 3. Leverage operasi Jika hal-hal lain tetap sama (constant) perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai resiko bisnis yang lebih kecil. 4. Tingkat pertumbuhan Jika diasumsikan hal-hal lain tetap sama, maka perusahaan yang tumbuh dengan pesat lebih banyak mengandalkan pendanaan eksternal. Akan tetapi pada suatu kondisi perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar yang menyebabkan

perusahaan tersebut mengurangi keinginan untuk menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan. 5. Profitabilitas Pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi (ROI) menggunakan hutang yang lebih kecil. 6. Pajak Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi. Oleh karena itu semakin tinggi tarif pajak semakin besar manfaat penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan. 7. Pengendalian Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. 8. Sikap manajemen Sebagian manajemen cenderung lebih konservatif daripada manajemen yang lain, sehingga menggunakan hutang yang lebih kecil daripada ratarata industri yang bersangkutan sementara manajemen yang lain cenderung menggunakan banyak hutang usaha dalam upaya mengejar laba yang tinggi. 9. Sikap pemberi pinjaman dan penilai peringkat Sikap pemberi pinjaman dan penilai peringkat dapat juga mempengaruhi kebijakan dalam struktur modal.

10. Kondisi pasar Kondisi pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan dalam jangka panjang dan jangka pendek sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal. 11. Kondisi internal perusahaan Dalam hal ini kondisi internal suatu perusahaan juga berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal. 12. Fleksibilitas keuangan Dengan fleksibilitas keuangan maka sangat membantu perusahaan dalam bidang pendanaan karena melalui adanya fleksibilitas keuangan maka kapasitas cadangan yang memadai dapat dipertahankan. Husnan (1996 : 261) menyatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi struktur pendanaan yaitu : 1. Lokasi distribusi keuntungan Lokasi distribusi keuntungan merupakan besarnya nilai yang diharapkan dari keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan. 2. Stabilitas penjualan dan keuntungan Jika suatu perusahaan memiliki keuntungan yang semakin stabil maka semakin besar kemungkinan perusahaan mampu memenuhi kewajiban tetapnya. Sehingga perusahaan dapat membiayai aktivitasnya dengan proporsi hutang yang lebih besar. 3. Kebijakan deviden Perusahaan yang menggunakan kebijakan deviden yang stabil menyebabkan pihak manajemen harus menyediakan dana untuk membayar deviden yang tetap. 4. Pengawasan Dalam kondisi tertentu perusahaan mungkin memilih menggunakan leverage yang agak tinggi daripada mengeluarkan saham baru. Hal ini diakibatkan tidak adanya keinginan untuk membagi kontrol terhadap pihak lain.

5. Adanya resiko kebangkrutan Pada dasarnya suatu perusahaan akan dihadapkan pada suatu kondisi dimana tingkat bunga yang makin meningkat makin cepat setelah melewati tingkat leverage tertentu diakibatkan kreditur mulai khawatir terhadap terjadinya kebangkrutan perusahaan (collapse). c. Teori Struktur Modal Banyak teori yang menjelaskan mengenai struktur modal. Arifin (2005 : 80) menyatakan ada tiga teori utama yang berhubungan dengan struktur modal, antara lain : 1. Agency theory 2. Pecking Order Hiphotesys 3. Signaling Theory dan Asymetric Information Model Agency theory sering juga disebut dengan Tax shield Trade-off model. Berdasarkan teori ini diasumsikan bahwa struktur modal suatu perusahaan ditentukan dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak ketika hutang meningkat di satu sisi dan meningkatnya agency cost pada saat hutang meningkat di sisi yang lain. Ketika manfaat pengurangan pajak diperkirakan masih lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan agency cost maka perusahaan masih bisa meningkatkan hutangnya dan peningkatan hutang tersebut harus dihentikan pada saat manfaat pengurangan atas pajak sudah lebih rendah jika dibandingkan dengan peningkatan agency cost. Model trade-off merupakan model yang sangat konsisten dengan upaya mencari sruktur modal yang optimal sehingga nilai perusahaan dapat di maksimumkan. Akan tetapi model ini tidak dapat menjawab berbagai persoalan

yang muncul berkaitan dengan temuan penting yang berhubungan dengan struktur modal perusahaan, yaitu dalam setiap industri ditemukan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi merupakan perusahaan yang memiliki rasio hutang yang rendah. Hal ini tentunya bertentangan dengan model trade-off, dimana menurut teori trade-off suatu perusahaan akan lebih memilih hutang sebagai sumber pendanaan jika manfaat dari tambahan hutang masih lebih besar dibandingkan dengan kerugiannya. Sehingga suatu perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi mestinya sudah mengoptimalkan hutangnya bukan sebaliknya. Pecking Order Hiphotesys pertama kali diperkenalkan oleh Donaldson pada tahun 1961. Sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan pada tahun 1984 oleh Myers (Husnan, 1996 : 324). Pada dasarnya teori ini dibangun berdasarkan asumsi dan temuan empiris tentang perilaku keuangan perusahaan berikut : (1) kebijakan deviden perusahaan yang bersifat sticky (tidak gampang naik ataupun turun), (2) perusahaan lebih menyukai sumber pendanaan internal (laba ditahan) dibandingkan dengan sumber dana external (hutang dan ekuitas), (3) apabila harus menggunakan sumber dana external maka perusahaan tentunya akan menggunakan sekuritas yang teraman, (4) ketika kebutuhan dana external cukup besar maka perusahaan akan memilih menerbitkan sekuritas menurut urutan ; hutang yang paling aman, hutang yang beriko tinggi, convertible securities, preferred stock dan saham biasa. Teori ini juga dapat menjelaskan beberapa temuan empiris yang lain. Dengan adanya penerbitan saham baru yang selalu negatif oleh pasar modal, maka

manajer hanya akan menerbitkan saham baru atau melakukan aktivitas menurunkan porsi hutang yang lain apabila mereka merasa terpaksa melakukannya yang disebabkan karena tidak adanya dana internal atau dengan sengaja mencari keuntungan sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham lama. Sedangkan kenaikan pengumuman porsi hutang dapat diartikan bahwa perusahaan cukup yakin tentang peningkatan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang yang pada akhirnya memberanikan mereka untuk menaikkan porsi hutangnya, sehingga nantinya kenaikan porsi hutang akan direspon positif oleh pasar. Signaling Theory dan Asymetric Information Model didasarkan terhadap asumsi yaitu bahwa manajer yang memiliki informasi yang bagus tentang perusahaan akan menyampaikan kepada investor luar sehingga akan meningkatkan harga saham perusahaan. Akan tetapi dengan adanya masalah asymetric information maka manajer tidak bisa hanya menyampaikan informasi yang bagus tersebut, karena bisa jadi manajer lain juga menyampaikan hal yang sama yang dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan para investor. Para investor tentunya dapat membedakan apakah perusahaan tersebut memiliki kinerja yang bagus atau sebaliknya. Hal ini dilakukan dengan melihat struktur modal perusahaan dan biasanya investor akan memberikan nilai (value) yang lebih tinggi apabila suatu perusahaan mempunyai porsi hutang yang lebih besar. Penerbitan hutang merupakan berita bagus karena manajer memiliki keyakinan akan kinerja perusahaan di masa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan harga saham melalui pengumuman adanya kenaikan hutang.

Sementara di sisi lain penerbitan ekuitas berupa saham dianggap sebagai berita buruk karena adanya kemungkinan turunnya earnings di masa yang akan datang sehingga menyebabkan turunnya harga saham akibat adanya pengumuman penerbitan saham baru. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu sehubungan dengan penelitian saya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Hasil Penelitian 1 Mayangsari Analisis faktor-faktor yang Besaran perusahaan, struktur (2001) Mempengaruhi Keputusan aset, profitabilitas dan Pendanaan Perusahaan : Pengujian Pecking Order perubahan modal kerja berpengaruh positif terhadap Theory. keputusan Profitabilitas pendanaan. berpengaruh 2 Sriwardani Pengaruh Pertumbuhan negatif terhadap rasio hutang. Pertumbuhan perusahaan (2006) Perusahaan Terhadap berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal dan perubahan struktur modal. Dampaknya Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Manufaktur Tbk.

3 Jortan (2007) Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Kebijakan Deviden Terhadap Struktur Pendanaan. Struktur aktiva dan profitabilitas secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap struktur pendanaan. Variabel kebijakan deviden tidak berpengaruh signifikan 4 Septin Pengaruh Kebijakan terhadap struktur pendanaan. Baik secara parsial maupun (2008) Deviden dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal secara simultan Dividend Pay out Ratio dan Return On Perusahaan Manufaktur Equity tidak berpengaruh yang Terdaftar di BEI. secara signifikan terhadap Debt to Equity Ratio.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis penelitian 1. Kerangka Konseptual Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pertumbuhan Perusahaan (X 1 ) Kebijakan Deviden (X 2 ) Profitabilitas Struktur Modal Perusahaan Manufaktur (Y 1 ) (X 3 ) Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai masalah penting. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis variabelvariabel penelitian yaitu variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independen adalah pertumbuhan perusahaan, kebijakan deviden dan profitabilitas sedangkan variabel dependennya adalah struktur modal perusahaan manufaktur.

Pertumbuhan perusahaan tentunya berpengaruh terhadap kebijakan pendanaan yang diambil oleh suatu perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang potensial tinggi akan cenderung menghasilkan arus kas yang lebih besar sehingga perusahaan tersebut pada akhirnya akan lebih mengandalkan pendanaan internal. Kebijakan deviden yang diambil oleh suatu perusahaan sangat berpengaruh terhadap keputusan yang akan diambil apakah perusahaan tersebut lebih memilih pendanaan internal dengan cara menahan deviden dan menggunakannya sebagai tambahan modal atau membagikan deviden tersebut kepada pemegang saham sehingga perusahaan lebih memilih pendanaan external. Selain itu kebijakan struktur modal suatu perusahaan juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pengembalian perusahaan, dimana dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaannya dengan dana yang dihasilkan secara internal. Dalam hal ini tentunya peneliti ingin menguji bagaimana pertumbuhan perusahaan, kebijakan deviden dan profitabilitas mempengaruhi kebijakan pendanaan (struktur modal) perusahaaan manufaktur baik secara parsial maupun secara simultan. 2. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yang akan diuji yaitu : pertumbuhan perusahaan, kebijakan deviden dan profitabilitas berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.