BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. pangan. Tembakau dimanfaatkan daunnya sebagai bahan pembuatan rokok. upacara-upacara keagamaan mereka. Colombus pertama kali mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. membengkak membentuk umbi lapis. Bagian yang membengkak berisi cadangan

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dengan masalah sampah,

Tahun Bawang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan sayuran rempah yang tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurunnya kualitas lahan akibat sistem budidaya yang tidak tepat dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae. Brebes yang merupakan sentra terbesar bawang merah.

TINJAUAN MATA KULIAH...

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman bawang merah (Allium ascolanum L.) termasuk salah satu tanaman sayuran umbi multiguna.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

PENDAHULUAN. Sebagian besar produk perkebunan utama diekspor ke negara-negara lain. Ekspor. teh dan kakao (Kementerian Pertanian, 2015).

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

AGROVIGOR VOLUME 7 NO. 2 SEPTEMBER 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang tergolong tanaman semusiman. Tanaman berbentuk perdu

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA LIMBAH PLTU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT DAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keunggulan nyata dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk organik dan

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Jenderal Hortikultura, 2013). Buah tomat banyak dimanfaatkan sebagai sayuran,

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu hasil pertanian

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

I. PENDAHULUAN. bawang goreng bahkan sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar kolesterol, gula

SKRIPSI. Oleh : AGUNG DHARMAWAN PUTRA NPM : Kepada

BAB I PENDAHULUAN. A dan C, minyak atsiri, zat warna kapsantin, karoten. Cabai merah juga mengandung

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak

PENGARUH KOMBINASI PUPUK KANDANG KAMBING DAN MIKORIZA TERHADAP PRODUKTIVITAS KEDELAI (Glycine max L.) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pelindung alam sekitar (Zain, 1998). Menurut sumber dari Direktorat Jendral

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

PENDAHULUAN. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Smith.) sudah tidak asing lagi bagi. penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Dalam buah tomat banyak

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terkandung dalam sayur dan buah. Sayuran dan buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Berbagai kegunaan bawang

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiaca Linn.) merupakan tanaman buah yang dapat hidup di

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Botani dan Kandungan Gizi Tanaman Bawang Merah. dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merupakan umbi sejati seperti

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

BAB I PENDAHULUAN. Karo) sejak sebelum perang dunia kedua yang disebut eigenheimer, kentang ini

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agios (1996), Penyakit layu Fusarium dapat diklasifikasikan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu komoditas unggulan di beberapa daerah di Indonesia, meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok tetapi hampir selalu dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari. Selain sebagai bumbu masak, bawang merah juga bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional antara lain sebagai penurun panas, penurun/pencegah diabetes, penurun kadar gula dan kolesterol darah, mencegah penebalan dan pengerasan pembuluh darah serta mengatasi magh, dikarenakan bawang merah mengandung senyawa allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994). Bawang merah juga merupakan jenis komoditas hortikultura yang mempunyai peluang besar dalam pengembangan agibisnis. Selama beberapa tahun terakhir bawang merah termasuk dalam enam besar komoditas sayuran komersial yang diekspor bersama-sama dengan kubis, bunga kol, cabai, tomat dan kentang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bawang merah mengandung kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat, vitamin seperti A dan C (Irwan, 2007). Di Indonesia tanaman bawang merah telah lama dibudidayakan oleh petani sebagai usahatani komersial namun demikian permintaan bawang merah yang terus meningkat setiap tahunnya belum dapat diikuti oleh 1

peningkatan produksi. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan teknik budidaya bawang merah antara lain : faktor tanah, pengendalian hama, penyakit dan gulma, pemupukan maupun penanganan pascapanen yang belum maksimal. Produksi bawang merah di Indonesia dari tahun 2010-2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan, walaupun pada tahun 2011 sempat mengalami penurunan. Adapun data produksi bawang merah tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Produksi Bawang Merah di Indonesia dari Tahun 2010-2014 Produksi Bawang Merah 2010 2011 2012 2013 2014 1,048,934 ton 893,124 ton 964,221 ton 1,010,773 ton 1,233,984 ton (BPS dan Ditjend Hortikultura, 2014) Salah satu penyebab rendahnya produksi bawang merah adalah gangguan penyakit layu fusarium disebabkan oleh patogen Fusarium oxysporum yang sulit dikendalikan (Departemen Pertanian, 2003). Penyakit ini sangat ditakuti oleh petani bawang merah karena berpotensi menimbulkan kerugian besar, bahkan tidak jarang penyakit ini menyebabkan gagal panen. Tingkat serangan patogen penyakit layu fusarium bisa menjadi tinggi terutama pada musim hujan dengan kondisi areal pertanaman tergenang air sehingga daerah-daerah berkelembaban tinggi dan beriklim basah sangat cocok untuk perkembangan penyakit ini. Fusarium oxysporum menghasilkan spora untuk berkembangbiak. Jamur ini merupakan patogen tanah yang menyerang akar tanaman dan 2

mengakibatkan rusak dan terhambatnya perkembangan pembuluh angkut sehingga akan mengganggu pengangkutan air dan unsur hara sehingga mengakibatkan kelayuan tanaman. Penyakit ini merupakan salah satu kendala yang bisa menghambat keberhasilan budidaya bawang merah. Menurut laporan petani, besarnya kerugian yang disebabkan oleh serangan Fusarium oxysporum menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil umbi lapis hingga 50% (Wiyatiningsih, 2003). Pengendalian penyakit layu fusarium masih banyak dilakukan oleh petani dengan menggunakan pestisida kimia sintetik. Pestisida ini banyak menimbulkan efek negatif. Salah satu cara pengendalian layu fusarium yang ramah lingkungan adalah dengan pemberian agensia hayati mikoriza. Mikoriza membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut dengan CMA (Cendawan Mikoriza Arbuskular). Penggunaan CMA sebagai agen pengendali patogen tular tanah memerlukan kondisi tanah yang baik. Menurut Kobayashi dan Branch (1989) dalam Hersanti (1997), bahwa kombinasi perlakuan antara jamur CMA dengan arang cangkang kelapa sawit pada tanaman mentimun lebih aktif dalam menekan layu Fusarium oxysporum f.sp. cucumberinum, Rhizoctonian solani, Pythium spp. CMA merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jenis jamur tertentu dengan perakaran tanaman. Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat, namun membentuk miselium yang tersusun longgar pada 3

permukaan akar. Adanya simbiosis mutualistik antara CMA dengan perakaran tanaman dapat membantu pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik, terutama pada tanah-tanah marjinal. Hal ini disebabkan CMA efektif dalam meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan mikro (Allsopp dan Stock, 1993), meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan patogen (Wani, 1991), meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan (Davies et al, 1992), dan dapat membantu pertumbuhan tanaman pada daerah yang tercemar logam berat (Munyanziza et al, 1997). Akar tanaman yang terbungkus oleh cendawan mikoriza menyebabkan akar terhindar dari serangan penyakit. Infeksi patogen akar akan terhambat, selainitu CMA akan menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi pertumbuhan patogen. CMA juga mampu menghasilkan dan melepaskan antibiotik yang dapat mematikan patogen ( Dewi R.I, 2007). Penggunaan CMA pada budidaya bawang merah belum banyak diteliti oleh karena perlu dilakukan penelitian mendalam dan berkesinambungan mengenai pengaruh pemberian mikoriza terhadap serangan penyakit layu fusarium pada tanaman bawang merah. 4

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh pemberian agensia hayati mikoriza terhadap intensitas penyakit layu fusarium, pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. 2. Bagaimana interaksi antara inokulasi fusarium dan dosis mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh pemberian agensia hayati mikoriza terhadap intensitas penyakit layu fusarium, pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. 2. Mengetahui interaksi antara inokulasi fusarium dan dosis mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. D. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian sebagai bahan informasi tambahan bagi petani bawang merah dalam upaya menekan serangan penyakit layu fusarium melalui pengendalian dengan pemberian mikoriza. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya. 5