BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel) dari biji sawit. Dalam buah yang dipanen terdapat enzim lipase dan oksidase yang tetap bekerja dalam buah sebelum enzim itu dihentikan dengan pelaksanaan tertentu. Enzim dapat dihentikan dengan cara fisika maupun kimia. Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi protein. Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecahkan kembali menjadi asam lemak bebas (ALB). Enzim oksidase berperan dalam proses pembentukan peroksida yang kemudian dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugus aldehid dan keton. Senyawa terakhir bila dioksidasi lagi akan menjadi asam. Jadi ALB yang terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidase. Enzim yang terdapat dalam minyak terdiri dari enzim tanaman (plant enzim) dan yang terkontaminasi (misalnya dari jamur) selama proses penanganan.
Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah mengalami kememaran atau luka. Untuk mengurangi aktifitas enzim sampai di PKS diusahakan agar kememaran buah dalam persentase yang relatif kecil. Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu 50 o C. (Ponten M. N, 1996) Untuk menghindarkan terbentuknya ALB pengolahan buah kelapa sawit harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah panen.buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0,1% ALB. Tetapi buah buah yang sudah memar atau pecah dapat mengandung ALB sampai 50% hanya dalam waktu beberapa jam saja. Bahkan apabila buah dibiarkan begitu saja tanpa perlakuan khusus, dalam waktu 24 jam kandungan ALB dapat mencapai 67%. Untuk membatasi terbentuknya ALB, buah kelapa sawit harus segera dipanasi dengan suhu antara 90-100 0 C menggunakan panas uap air. Salah satu upaya untuk menghindarkan terbentuknya ALB adalah pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya dan menggunakan alat angkut yang baik. (Djoehana S, 2006) Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang sangat penting disamping migas yang juga memiliki nilai ekspor yang cukup baik. Oleh sebab itu, maka perlu adanya pengawasan untuk menjaga kualitas maupun kuantitas komoditi tersebut. Minyak sawit yang dihasilkan tersebut haruslah didukung dengan mutu yang baik pula. Dengan mutu yang baik, akan lebih muda memasarkan minyak sawit tersebut kepada konsumen dengan harga yang sesuai maupun bersaing dengan minyak sawit yang lain. Disamping itu hasil produksi minyak sawit tersebut harus dapat bertahan lama, sesuai permintaan konsumen. Beberapa kriteria minyak sawit yang diperlukan adalah memiliki warna yang pucat dan rasa bau yang enak, dapat disimpan dalam jangka yang lama, mudah dimurnikan dan tingkat hidrolisa pada pembentukan Asam Lemak Bebas (ALB) yang dihasilkan rendah. (Iyung P, 1997)
Pabrik kelapa sawit Aek Nabara Selatan merupakan pabrik pengolahan dari Tandan Buah Segar (TBS) sampai menjadi minyak sawit mentah. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, maka minyak sawit kasar tersebut harus mengalami pengolahan lebih lanjut. Adapun proses yang dilakukan untuk mengolah kelapa sawit meliputi: Penerimaan buah, penebahan, pengepresan, pemurniaan dan pengolahan biji. Setelah melalui proses ini, minyak kasar (CPO) disimpan dalam tangki-tangki penampung / tangki timbun dan siap dipasarkan untuk mengalami proses pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak murni dan hasil olahan lainnya. Minyak sawit mentah pada tangki timbun (Storage tank) sebelum diolah pada proses selanjutnya dianalisa kadar air dan kadar kotorannya. Mutu minyak sawit dapat dilihat melalui kadar asam lemak bebas (ALB). Adapun ALB yang diinginkan dari minyak sawit tersebut memiliki kandungan ALB yang rendah. Faktor lain yang mempengaruhi mutu CPO adalah kadar air dalam minyak, jika kadar air didalam minyak sawit sangat besar maka dapat mengakibatkan hidrolisa gliserida sehingga ALB semakin besar pula. Selain itu kadar pengotor juga dapat mempengaruhi mutu minyak sawit. (Tim Penulis P. S, 1997) Standar kualitas buah tercermin dari hasil sortasi panen. Tandan yang terlalu matang akan menurunkan mutu minyak,karena kandungan ALB tinggi. Fraksi buah yang terlalu matang dan terlalu banyaknya jumlah buah yang terlepas dari tandan bisa mengakibatkan penurunan kuantitas, karena buah mengalami benturan (memar) atau tercecer. Buah yang memar atau luka menyebabkan minyak dalam sel keluar. Minyak tersebut akan melekat ditandan, kotoran, alat panen, dan benda lainnya. Sementara itu, buah sawit yang mentah dengan fraksi nol akan merugikan jika diolah. Pasalnya minyak yang terbentuk belum maksimal. (Sunarko, 2009)
Untuk itu perlu dilakukan mutu produksi dengan cara menganalisa kadar ALB, air dan kotoran dalam minyak sawit tersebut apakah telah sesuai dengan standar mutu yang di tetapkan, sehingga dapat bersaing di pasar internasional. Untuk memperoleh hasil yang maksimal baik kualitas maupun kuantitas maka dalam pengolahan kelapa sawit di pabrik mulai dari tahap proses pengolahan sampai penimbunan dijaga dan diperhatikan norma - norma (standar mutu) yang berlaku pada perusahaan tersebut. (Tim Standarisasi Pengolahan Kelapa Sawit, 1997) 1.2 Permasalahan Proses TBS (Tandan Buah Segar) di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) menjadi CPO (Crude Palm Oil) selalu mengalami penurunan mutu yaitu Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air, dan Kadar kotoran. 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari analisa mutu minyak sawit ini adalah : 1. Untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi mutu CPO yang dihasilkan di PKS Aek Nabara Selatan.
2. Untuk mengetahui kadar air, kadar kotoran, dan kadar asam lemak bebas pada minyak produksi yang diperoleh. 3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas Tandan Buah Segar (TBS) terhadap mutu minyak produksi yang dihasilkan. 4. Untuk mengetahui pengaruh CPO pada pemilihan sortasi TBS. 1.4 Manfaat 1. Untuk mendapatkan produk akhir berupa minyak kelapa sawit (CPO) yang mempunyai kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran yang sesuai dengan standar dan mutu produksi yang baik. 2. Untuk menghasilkan CPO atau minyak produksi kelapa sawit dengan kualitas yang bagus sehingga dapat bersaing dipasar.