BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, 2008). Melalui internet, orang-orang dapat mengakses informasi dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh para akademisi untuk memudahkan pertukaran data dan informasi.

BAB II LANDASAN TEORI. landasan teori cyberloafing yang meliputi definisi, aktivitas, dan faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. penjuru dunia. Berdasarkan data yang didapatkan dari Internet Live Stats (2014),

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara cepat dan mempermudah masyarakat dalam mencari informasi. Terlebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai cyberlaofing meliputi definisi, tipe-tipe, dan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kita hidup dalam ekonomi global, perkembangan yang terjadi dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi internet pada saat ini dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemudahan dalam kehidupan (Ozler & Polat, 2012). Kini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan komunikasi atau sering disebut dengan Information and Communication

BAB I PENDAHULUAN. khususnya internet. Internet (interconnection networking) adalah seluruh jaringan

DAFTAR PUSTAKA. Abidin, Y. (2014). Desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum Bandung: PT

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan dengan orang lain di beda tempat (Dyah, 2009). Remaja

OF MISSING OUT) DENGAN KECANDUAN INTERNET (INTERNET ADDICTION) PADA REMAJA DI SMAN 4 BANDUNG

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keberadaan internet sebagai media komunikasi baru memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan ekonomi global pada era ini telah menjadi lebih dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone

BAB I PENDAHULUAN. Internet telah mengubah bisnis organisasi dengan cepat, dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 88 juta orang dengan komposisi sebagai berikut: Tabel 1.1 Komposisi Pengguna Internet Indonesia Berdasarkan Usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya gaya hidup manusia

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dari tahun ke tahun berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. semakin cepat. Hal tersebut memiliki pengaruh pada perilaku konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya teknologi internet pada jejaring sosial tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan sebagai sebuah genre atau jenis permainan, sebuah mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. teknologi buatan manusia. Internet adalah singkatan dari Interconnected

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis daring (online) semakin pesat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Internet di Indonesia melesat begitu cepat sejak tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini sistem informasi yang berbasiskan website sudah mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda mengenai cyberloafing (Weatherbee, 2010). Selain cyberloafing ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Internet singkatan dari Interconected networking yang apabila di artikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa informasi seperti sekarang, perkembangan dunia komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. paling mencolok dari perkembangan teknologi tersebut adalah gadget dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. Media sosial kini telah berkembang dari komunikasi satu arah menjadi platform

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, penggunaan internet telah merasuk pada hampir semua

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang membanggakan. Kita dapat melihat hal tersebut dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern mendorong berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. yang memungkinkan pengguna (user) dapat berinteraksi dan berbagi data

BAB I PENDAHULUAN. turnover intention serta karyawan terlibat perilaku kerja kontraproduktif.

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu gaya hidup masyarakat saaat ini ikut berubah karena pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, isu yang paling banyak dikembangkan adalah isu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. bermunculan. Diawali dengan adanya kemudian friendster dan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif bagi pertumbuhan e-commerce. Menurut Asosiasi. Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2013), jumlah pengguna

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Misalnya seperti mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor utama yang menentukan berhasil

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau mengarahkan diri ke arah yang lebih baik ketika di hadapkan dengan godaangodaan

HUBUNGAN ANTARA JOB STRESS DENGAN KINERJA KARYAWAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era digital, penggunaan internet menunjang manusia di kegiatan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. untuk di dapatkan terutama di kota - kota besar di Indonesia. Oleh sebab itu gaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pesat teknologi informasi menempatkan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TUGAS MAKALAH. Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kemajuan teknologi dan informasi terus berkembang. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia internet kian pesat berkembang saat ini. Aliran informasi pun semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia tahun, 33,8% berusia

BAB I PENDAHULUAN. situs web, atau chatting. Dengan aneka fasilitas tersebut individu dapat

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai aspek kehidupannya. Kemajuan teknologi seperti televisi, ponsel,

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan teman baru, 20% menganggap instant massaging paling cepat

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pekerjaannya. Manusia sebagai tenaga kerja haruslah

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka manusia dapat dikatakan tersesat dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang ini sudah memasuki era sosial media, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari ( Ryff, 1995). Ryff (1989) mengatakan kebahagiaan

Kuesioner (diisi dengan membuat tanda silang (X)) A. Demografi

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. situasi persaingan khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang sejenis menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini kemajuan teknologi sudah sangat berkembang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. media. Situs jaringan sosial adalah forum online di mana pengguna dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi internet yang pesat membuat aktivitas manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dibidang teknologi dan informasi memberikan kemudahan bagi manusia untuk melakukan aktivitas seharihari. Salah satu bentuk kemajuan di bidang teknologi dan informasi adalah internet. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, internet merupakan jaringan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi di seluruh dunia melalui telepon atau satelit (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Melalui internet, orang-orang dapat mengakses informasi dengan cepat dan mengetahui peristiwa yang terjadi baik di wilayahnya sendiri bahkan seluruh dunia. International Telecommunications Union (ITU) mengatakan bahwa hingga akhir tahun 2015 nanti jumlah pengguna internet di seluruh dunia diprediksi akan mencapai 3,2 miliar penduduk. Sekitar 2 miliar dari jumlah tersebut merupakan penduduk yang berasal dari negara-negara berkembang (Suarababel, 2015). Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet pada tahun 2010 mencapai 42 juta orang dan meningkat menjadi 55 juta orang pada tahun 2011. Di tahun 2012, pengguna internet di Indonesia mencapai 63 juta orang dan sebanyak 71,19 juta orang menggunakan internet pada tahun 2013. Ketua Umum APJII, Samuel A. Pangerapan dalam artikelnya (2015), mengatakan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 88,1 juta orang atau mengalami peningkatan sebesar 34,9 persen dari tahun sebelumnya (APJJI, 2015). 1

Pengguna internet menggunakan internet dengan berbagai tujuan. Kebanyakan pengguna internet membuka internet untuk menggunakan jejaring sosial (87,4%), mencari info/browsing (68,7%), instant messaging (59,9%), dan mencari berita terkini (59,7%). Para pengguna internet dapat mengakses internet di rumah, tempat kerja, kampus, area hotspot, pusat perbelanjaan, sekolah, warung internet, perjalanan, dan kafe selama yang perangkat yang digunakan terhubung dengan jaringan internet. Pengguna internet di Indonesia didominasi oleh kalangan muda yang berusia 18-25 tahun dengan persentase pengguna sebesar 49% (APJII, 2014). Persentase pengguna internet di Indonesia berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Usia Pengguna Internet di Indonesia 2,4% 0,2% 33,8% 14,6% 49% Usia 18-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun Memanfaatkan layanan internet yang ada untuk menyelesaikan suatu tugas maupun pekerjaan dapat memberikan hasil yang berguna bagi penggunanya sendiri. Namun, kadangkala individu menggunakan internet secara berlebihan yang dapat mengakibatkan individu tersebut melupakan hal-hal lain yang berhubungan dengan pekerjaannya (Jahanian, 2013). Pada sebuah organisasi, karyawan yang dengan sengaja menjelajah dunia maya untuk kepentingan pribadi seperti membaca berita, mengakses forum-forum pertemanan lainnya, yang tidak berhubungan dengan 2

kepentingan pekerjaannya pada jam kerja dapat dikategorikan sebagai cyberloafing (Ozler & Polat, 2012). Lim (2002) mengatakan cyberloafing sebagai perilaku menyimpang karyawan yang menggunakan status dirinya sebagai karyawan untuk mengakses internet dan email selama jam kerja yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Penggunaan internet yang tidak berkaitan dengan pekerjaan di tempat kerja memiliki istilah yang berbeda-beda namun mengandung konsep yang sama. Istilah tersebut seperti nonwork related computing, cyberloafing, cyberslacking, cyberbludging, online loafing, internet deviance, problematic internet use, personal web usage at work, internet dependency, internet abuse, dan internet addiction (Kim & Byrne, 2011). Cyberloafing memiliki pengaruh positif apabila digunakan dalam waktu yang singkat. Menurut Vitak, Crouse, dan LaRose (2011), cyberloafing dapat mengurangi kebosanan, kelelahan ataupun stres, meningkatkan kepuasaan kerja dan kreativitas, meningkatkan kesejahteraan, recreation and recovery, dan dapat membuat karyawan lebih bahagia. Internet juga dapat digunakan sebagai bentuk pengalihan yang dibutuhkan karyawan di tempat kerja untuk dapat meningkatkan kreativitas, fleksibilitas, dan menumbuhkan suasana belajar (Blanchard & Henle, 2008). Meskipun demikian, menggunakan internet dalam jangka waktu yang lama di tempat kerja juga memiliki pengaruh negatif. Perilaku cyberloafing di Amerika dapat merugikan perusahaan sebesar $54 juta setiap tahunnya (Conlin, 2000). SurfWatch (Lim, 2002) melakukan survei online di Amerika Serikat dengan hasil sekitar 84 persen karyawan mengirim surat elektronik bukan untuk kepentingan pekerjaan dan sekitar 90 persen karyawan mengakses internet hanya untuk rekreasi dan kesenangan pribadi. Dari hasil survei tersebut dapat diartikan bahwa perilaku cyberloafing dapat mengurangi produktivitas kerja karyawan dari 30 hingga 40 persen. emarketer juga 3

melakukan survei di Amerika dengan hasil 40 persen karyawan mengakses internet setiap hari, 88 persen diantaranya mengakses hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, dan 66 persen karyawan dalam tiap kali pengaksesannya menggunakan internet selama sepuluh menit dan rata-rata satu jam tiap harinya (Henle & Blanchard, 2008). Indonesia sendiri, karyawan rata-rata mengalokasikan waktunya hingga satu jam per hari untuk membuka situs internet yang sama sekali tidak berhubungan dengan pekerjaan, seperti browsing facebook, kaskus, dan lain-lain. Hal ini dapat diartikan dengan selama sebulan seorang karyawan bisa menghabiskan waktu pekerjaannya hingga 20 jam lebih atau 2,5 hari kerja penuh hanya untuk menggunakan internet (Antariksa, 2012). Sehingga waktu yang seharusnya digunakan untuk bekerja terbuang sia-sia hanya untuk mengakses internet dan ini dapat merugikan organisasi yang didudukinya. Sebagian besar karyawan memikirkan untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan hobi mereka dan berbagai hiburan menarik lainnya selama beberapa menit seperti mengakses situs sosial (facebook, twitter, myspace), mengirim email dengan teman, dan mengakses berbagai situs lainnya yang tidak berhubungan dengan pekerjaan (Abidin, 2014). Namun demikian, beberapa menit pun waktu yang digunakan karyawan untuk mengakses berbagai situs internet dapat berubah menjadi beberapa jam. Waktu dan sumber daya yang terbuang dapat menjadi sumber masalah bagi organisasi itu sendiri. Dari hasil penelitian sebelumnya mengenai cyberloafing ditemukan bahwa perilaku cyberloafing karyawan meningkat dari perkiraan waktu kurang lebih 3 jam per minggu menjadi 2,5 jam per hari (Greenfield & Davis, 2002). Ahmad mengatakan bahwa cyberloafing akan mempengaruhi produktivitas karyawan jika waktu yang digunakan lebih banyak untuk hiburan dan bukan untuk 4

tujuan pekerjaan. Produktivitas karyawan yang rendah akan berkontribusi terhadap penurunan kinerja karyawan dalam sebuah organisasi. Hal ini merupakan penggunaan sumber daya dengan sia-sia yang disebabkan oleh penggunaan email dan akses internet lainnya dengan tidak tepat (Abidin, 2014). Kebiasaan dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku cyberloafing. Hal ini merupakan faktor yang berasal dari individu itu sendiri. Menurut LaRose (2010), lebih dari setengah perilaku media adalah kebiasaan. Individu yang selalu berhubungan dengan internet memiliki kemungkinan yang tinggi untuk mengakses internet yang tidak berhubungan dengan tugas maupun pekerjaannya. Selain kebiasaan, organisasi juga dapat menjadi salah faktor yang berasal dari luar individu untuk melakukan cyberloafing. Faktor-faktor organisasi tersebut terdiri dari peraturan mengenai batasan penggunaan internet dalam organisasi, hasil yang diharapkan, managerial support, pandangan rekan kerja tentang norma cyberloafing, sikap kerja karyawan, dan karakteristik pekerjaan (Ergun & Polat, 2012). Managerial support memiliki peranan penting bagi karyawan dalam efektivitas organisasi (Drucker, 1992). Dalam sebuah organisasi, manajer atau pemimpin diperlukan untuk memotivasi karyawan. Karyawan melihat manajer atau pemimpin sebagai individu yang menilai performa kerja dan melaporkannya ke pimpinan puncak sebagai representasi organisasi. Dick & Metcalfe mengatakan, bagi karyawan seorang manajer merupakan orang yang memenuhi syarat, dapat dipercaya, gaya kepemimpinan yang cenderung untuk berbagi nilai dan tujuan organisasi, dan menghargai organisasi (Emhan, 2012). Managerial support menentukan bagaimana aturan penggunaan fasilitas internet tersebut. Tanpa adanya pengaturan penggunaan internet perusahaan dapat membuka peluang bagi karyawan untuk menggunakan internet secara pribadi (Vitak 5

et al, 2011). Apabila kegiatan ini berlangsung secara terus-menerus akan menyebabkan munculnya cyberloafing. Menjaga agar karyawan fokus terhadap pekerjaan dan meningkatkan produktivitas merupakan tanggung jawab manajer. Adanya kebijakan perusahaan tentang penggunaan internet membantu manajer untuk mengontrol perilaku karyawan dalam menggunakan internet. Dengan adanya kebijakan yang berlaku dapat mengurangi kebebasan karyawan untuk menggunakan internet pada jam kerja (Peterson, 2002). Organisasi memerlukan seseorang yang mampu menjalankan dan mengemban tugas sebagai seorang pemimpin (Nawawi, 2006). Menurut Robbins (2006), kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya suatu tujuan yang meliputi proses penentuan tujuan organisasi, memotivasi perilaku karyawan untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab terhadap para karyawan dalam menjalankan setiap tugas yang dikerjakan karyawan. Siagian (2002) mengatakan bahwa seorang pemimpin memiliki tiga peran didalam sebuah organisasi atau perusahaan, yaitu peran yang bersifat interpersonal, peran bersifat informasional, dan peran dalam pengambilan keputusan. Pada peran pengambilan keputusan, seorang pemimpin memiliki tugas sebagai perencana dan pengendali di sebuah organisasi (Tika, 2006). Pemimpin membuat rancangan kerja dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh seluruh karyawan dan mengendalikan karyawan untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar. Peran pemimpin dalam menjalankan tugasnya tidak terlepas dari gaya kepemimpinan yang diterapkan (Rivai & Mulyadi, 2009). Pemimpin yang efektif dalam menerapkan gaya tertentu dalam kepemimpinannya terlebih dahulu harus 6

memahami siapa bawahan yang dipimpinnya, mengerti kekuatan dan kelemahan bawahannya, dan mengerti bagaimana cara memanfaatkan kekuatan bawahan untuk mengimbangi kelemahan yang dimiliki oleh karyawannya (Thoha, 2002). Hal ini bertujuan agar karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan benar sehingga tujuan utama dari tugas tersebut dapat tercapai. Kepemimpinan transaksional, dikenal juga dengan managerial leadership dan berfokus pada peran pengawasan, organisasi, dan performa kelompok, merupakan pemimpin yang mendorong karyawannya untuk patuh melalui hukuman dan hadiah (Odumeru, 2013). Management by Exception-active merupakan salah satu karakteristik dari kepemimpinan transaksional yang menekankan fungsi manajemen sebagai kontrol dengan secara terus menerus melakukan pengawasan terhadap karyawan untuk mengantisipasi adanya kesalahan (Yukl, 1999). Adanya pengawasan langsung dari pemimpin terhadap karyawan dapat mengurangi perilaku karyawan untuk melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan termasuk cyberloafing. Gaya kepemimpinan transaksional merupakan pemimpin yang membimbing dan memotivasi karyawannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui peran dan tugas yang jelas (Robbins, 2008). Salah satu cara yang digunakan kepemimpin transaksional berfokus pada tingkat kebutuhan yang rendah yaitu penekanan terhadap kinerja tugas tertentu (Hargis, Wyatt, & Piotrowski, 2001). Kepemimpinan transaksional efektif jika tugas-tugas yang ada diselesaikan dengan cara membagi tugas-tugas tersebut secara individu sehingga tujuan dari target yang telah ditentukan dapat tercapai. Dengan demikian, kesempatan individu untuk dapat membuka internet di tempat kerja dalam waktu yang lama semakin berkurang karena adanya pembagian tugas yang jelas dan target yang harus dicapai. 7

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di Kantor Walikota Pematangsiantar. Pegawai negeri di Kantor Walikota Pematangsiantar memiliki kebebasan untuk mengakses berbagai situs internet tanpa adanya kebijakan khusus dari atasan dalam menggunakan internet. Fasilitas internet tersebut dilengkapi dengan tersedianya wifi di wilayah Kantor Walikota Pematangsiantar. Untuk dapat menggunakan wifi tersebut, para PNS harus memiliki wifi id masing-masing. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh gaya kepemimpinan transaksional terhadap perilaku cyberloafing pada PNS di Kantor Walikota Pematangsiantar. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, peneliti merumuskan permasalahan dari penelitian yaitu: Apakah terdapat pengaruh gaya kepemimpinan transaksional terhadap perilaku cyberloafing pada PNS? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan transaksional terhadap perilaku cyberloafing pada PNS. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu: 1. Manfaat Teoritis 8

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu Psikologi khususnya Psikologi Industri dan Organisasi mengenai peranan gaya kepemimpinan transaksional dan cyberloafing. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya sebagai referensi teoritis maupun empiris. 2. Manfaat Praktis Dengan adanya penelitian ini, diharapkan atasan di Kantor Walikota Pematangsiantar mendapatkan gambaran sejauhmana gaya kepemimpinan transaksional dapat mempengaruhi perilaku cyberloafing pegawai. Selain itu diharapkan dapat memberi informasi mengenai seberapa besar gaya kepemimpinan transaksional yang diterapkan oleh atasan di Kantor Walikota Pematangsiantar dan seberapa besar frekuensi perilaku cyberloafing PNS di Kantor Walikota Pematangsiantar, sehingga apabila frekuensi perilaku cyberloafing PNS tinggi atasan dapat memberikan intervensi yang tepat. E. SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini disusun dalam suatu sistematika penulisan ilmiah yang teratur sehingga memudahkan pembaca untuk membaca dan memahaminya. Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan Bab ini menguraikan penjelasan mengenai latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II: Landasan Teoritis 9

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Meliputi definisi cyberloafing, tipe-tipe cyberloafing, faktor-faktor yang mempengaruhi cyberloafing, definisi gaya transaksional, komponen gaya kepemimpinan transaksional, dinamika antara cyberloafing dan gaya kepemimpinan transaksional, dan hipotesa penelitian. BAB III: Metode Penelitan Bab ini menguraikan mengenai identifikasi variabel, definisi operasional, populasi, dan metode pengambilan sampel, metode pengambilan data, serta metode analisa data penelitian. BAB IV: Analisa Data dan Pembahasan Bab ini menguraikan tentang gambaran umum subjek penelitian, uji asumsi, hasil utama penelitian, hasil tambahan penelitian, serta pembahasan. BAB V: Kesimpulan dan Saran Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian serta saran metodologis dan saran praktis. 10