digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian Data kinerja lingkungan diperoleh dari website Kementerian Lingkungan Hidup tentang keikutsertaan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memperoleh suatu Program Peringkat Kinerja Lingkungan (PROPER) pada tahun 2011. Data kinerja keuangan, growth, dan leverage diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur tahun 2011. Sedangkan data pengungkapan lingkungan diperoleh dari website idx.co.id dan website perusahaan yang dibutuhkan berupa laporan tahunan (annual report) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2011. Sampel penelitian ini diambil dengan tehknik purposive samping yaitu merupakan perusahaan yang terdaftar di BEI, mengikuti PROPER, memiliki data keuangan lengkap yang digunakan dalam penelitian serta menerbitkan laporan tahunan pada tahun 2011. Berdasakan kriteria yang telah ditentukan dalam pengambilan sampel, maka terdapat jumlah sampel sebanyak 56 perusahaan pada tahun 2011. Berikut rincian kriteria perusahaan yang digunakan menjadi sampel yang disajikan pada tabel 4.1. 37
digilib.uns.ac.id 38 Tabel 4.1 Sampel dan Observasi Penelitian No Keterangan Jumlah 1 2 Perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) serta terdaftar sebagai peserta PROPER pada tahun 2011 Perusahaan yang tidak mempublikasikan Laporan Tahunan 67 (7) (Annual Report) tahun 2011 3 Perusahaan yang tidak menyediakan informasi lengkap (4) mengenai Pengungkapan Lingkungan tahun 2011 Jumlah sampel dalam penelitian 56 Sumber : data sekunder yang diolah 4.2. Hasil Analisis Data 4.2.1 Statistik Deskriptif Dalam hal analisis data, penelitian ini dimulai dengan statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi data pada variabel yang terdiri dari jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian (N), nilai minimum, nilai maximum, mean, dan standar deviasi. Analisis statistik deskriptif juga digunakan untuk melihat kecenderungan dari variabel penelitian yang digunakan. Berikut hasil analisis statistik deskriptif yang disajikan pada tabel 4.2.
digilib.uns.ac.id 39 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation EP 56 1 5 3.11.824 NPM 56 -.77051 2.45895 6.34317 35.57249 GRW 56 -.92696 1.23016.17655.33984 LEV 56-1.93538 1.23502 5.53573 20.22978 ED 56.07692.76923.36538.20391 Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa terdapat 56 perusahaan pada tahun 2011 yang digunakan menjadi sampel dalam penelitian. Pada EP (Kinerja Lingkungan) yang diukur berdasarkan peringkat PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup menunjukan rata-rata sebesar 3,11. Sehingga dapat diartikan bahwa sampel terbanyak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang mendapat skor 3 atau perusahaan yang mendapatkan peringkat Biru dalam PROPER pada tahun 2011. Nilai minimum pada EP sebesar 1 sedangkan nilai maximum EP sebesar 5 dengan standar deviasi 0,824. Berikut rincian data jumlah perusahaan berdasarkan peringkat PROPER beserta nilai skornya yang disajikan pada tabel 4.3.
digilib.uns.ac.id 40 Tabel 4.3 Peringkat Warna PROPER Peringkat Warna Jumlah Skor PROPER Perusahaan EMAS 5 2 HIJAU 4 13 BIRU 3 33 MERAH 2 5 HITAM 1 3 TOTAL 56 Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup 2011 Kinerja keuangan diukur dengan salah satu pengukuran profitabilitas yaitu Net Profit Margin (NPM) Pada nilai NPM diperoleh rata-rata sebesar 6,34317 dengan nilai minimum sebesar - 0,77051, nilai maximum sebesar 2,45895, dan standar deviasi sebesar 35,57249. Nilai minimum sebesar -0,077051 ditunjukan oleh perusahaan PT. Sumalindo Lestari Jaya sedangkan nilai maximum sebesar 2,45895 ditunjukan oleh PT. Citra Tubindo. Hal ini menunjukan bahwa hubungan NPM dan profitabilitas berbanding lurus. Ini dapat dibuktikan semakin tinggi NPM suatu perusahaan maka semakin tinggi tingkat profitabilitasnya. Variabel kontrol pada penelitian ini terdiri dari GRW (Growth/pertumbuhan perusahaan) menunjukan rata-rata sebesar 0,17655 dengan nilai minimum pertumbuhan perusahaan sebesar -,92696 dan nilai maximum pertumbuhan perusahaan sebesar 1,23016
digilib.uns.ac.id 41 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,33984. Selain growth, dalam penelitian ini juga terdapat variabel kontrol leverage yang menunjukan nilai rata-rata sebesar 5,53573 dengan nilai minimum leverage sebesar -1,93538 dan nilai maximum leverage sebesar 1,23502 dengan nilai standar deviasi sebesar 20,22978. Pengungkapan Lingkungan (Environmental Disclosure/ED) yang diukur menggunakan checklist item pengungkapan lingkungan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan, menunjukan ratarata 0,36538 dengan nilai minimum pengungkapan lingkungan sebesar 0,07692 dan nilai maximum sebesar 0,76923 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,20391. Hal ini menunjukan bahwa nilai minimum yang di peroleh ditunjukan oleh salah satu sampel perusahaan yaitu PT. Chaeron Phokpand yang hanya mengungkapkan 1 pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaannya. Sedangkan nilai maximum yang di dapat dari analisis statistik deskriptif pada variabel pengungkapan lingkungan diperoleh perusahaan PT Medco E& P Indonesia yang memiliki pengungkapan lingkungan yang paling lengkap dibandingkan dengan perusahaan lainnya yang menjadi sampel dalam penelitian. 4.2.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat variabel pengganggu atau apakah residual memiliki
digilib.uns.ac.id 42 distribusi normal. Terdapat dua cara dalam mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Uji yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan salah satu uji statistik yaitu pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test (K-S) terhadap model yang diuji. Berikut hasil pengujian normalitas data yang disajikan dalam tabel 4.4 Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Unstandarize d Residual N Kolmogorov- Smirnov Z Asymp. Sig. (2 tailed) Keterangan Model 1 56 0,868 0,438 Normal Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa besarnya nilai One Sample Kolmogorov Smirnov (K-S) sebesar 0,868 dan signifikan pada 0,438 > 0,05 hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi secara normal. 4.2.2.2. Uji Heterokedastisitas Pengujian heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam pengujian ini penulis menggunakan salah satu uji heterokedastisitas yaitu uji Spearman s Rho. Standar nilai
digilib.uns.ac.id 43 Unstandarized Residual dalam uji Spearman s Rho apabila nilai signifikansi (2-tailed) memiliki nilai lebih dari 0,05. Berikut hasil pengujian Heterokedastisitas disajikan pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Sebelum Outlier N Nilai Spearman s Rho Keterangan EP 56 0,445 BebasHeterokedastisitas NPM 56 0,003 Terjadi Heterokedastisitas GRW 56 0,470 BebasHeterokedastisitas LEV 56 0,651 BebasHeterokedastisitas Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kinerja lingkungan memiliki nilai 0,445; nilai NPM 0,003; nilai growth 0,470; dan leverage 0,651 dengan jumlah 56 sample. Dari hasil uji heterokedastisitas ditemukan bahwa nilai NPM mengalami masalah uji heterokedastisitas yang mempunyai hasil berada di bawah nilai signifikansi kurang dari 0,05. Dikarenakan kasus atau data memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau dapat disebut dengan outlier. Deteksi terhadap outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai batas yang akan dikategorikan sebagai data
digilib.uns.ac.id 44 Unstandarized Residual outlier yaitu dengan cara mengkonversi nilai data kedalam skor standardized atau yang biasa disebut dengan z-score, yang memiliki nilai sama dengan means (rata-rata) sama dengan nol dan standar deviasi sama dengan satu. Identifikasi keberadaan outlier ditunjukan dengan nilai z-score yang memiliki standar skor ±2,5 apabila jumlah sampel berada di bawah 80, sedangkan standar skor +3 apabila jumlah sampel dalam skala yang besar. Outlier dilakukan dengan cara menghilangkan data yang melebihi nilai standar skor yang telah ditentukan. Penggunaan outlier dimaksudkan agar semua variabel dapat terdistribusi secara normal. Berikut hasil pengujian heterokedastisitas setelah dilakukan penerapan outlier yang disajikan pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Pengujian Heterokedastisitas Setelah Outlier N Nilai Spearman s Rho Keterangan EP 48 0,834 BebasHeterokedastisitas NPM 48 0,138 Bebas Heterokedastisitas GRW 48 0,837 BebasHeterokedastisitas LEV 48 0,726 BebasHeterokedastisitas Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel pengujian Spearman s Rho diatas setelah penerapan outlier, sampel data yang sebelumnya memiliki 56 sampel menjadi berkurang dan hanya menjadi 48 sampel yang bebas heterokedastisitas. Selain itu, hasil NPM
digilib.uns.ac.id 45 berada di atas standar signifikansi yang telah ditentukan dengan nilai 0,138. Hal ini dapat disimpulkan setelah penerapan outlier, uji heterokedastisitas ini tidak terdapat masalah/bebas dari heterokedastisitas. Sebelum dilakukan uji heterokedastisitas dengan jumlah 48 sampel, didapat bahwa uji normalitas memiliki hasil yang berbeda. Berikut merupakan hasil uji normalitas dengan 48 sampel atau setelah penerapan outlier yang disajikan pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Pengujian Normalitas setelah Outlier Unstandarize d Residual N Kolmogorov- Smirnov Z Asymp. Sig. (2 tailed) Keterangan Model 1 48 0,780 0,576 Normal Sumber: Data Sekunder yang diolah Dari hasil pengujian normalitas setelah outlier memiliki hasil yang tetap Normal. Ini ditunjukan dari hasil nilai One Sample Kolmogorov Smirnov (K-S) sebesar 0,780 dan signifikan pada 0,576 > 0,05 dengan jumlah 48 sampel. Dari hasil pengujian setelah mengalami outlier dapat disimpulkan bahwa untuk pengujian selanjutnya data yang digunakan dalam penelitian berjumlah 48 sampel perusahaan.
digilib.uns.ac.id 46 4.2.2.3. Uji Multikolinieritas Pengujian multikolonieritas dalam analisis ini dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance influence faktor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan dengan variabel independen lainnya. Standar nilai pada tolerance yaitu <0,10 sedangkan pada VIF memiliki standar nilai >10. Berikut hasil pengujian multikolinieritas yang disajikan pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Pengujian Multikolinieritas Variabel Tolerance VIF Keterangan EP 0,881 1,135 Tidak terjadi multikolonieritas NPM 0,491 2,035 Tidak terjadi multikolonieritas GRW 0,720 1,388 Tidak terjadi multikolonieritas LEV 0,609 1,641 Tidak terjadi multikolonieritas Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel pengujian multikolinieritas dapat dilihat bahwa data tidak terdapat pengaruh uji multikolinieritas. Hal ini ditunjukan bahwa tidak terdapat satupun nilai dari variabel yang diteliti memiliki nilai
digilib.uns.ac.id 47 tolerance <0,10 dan VIF yang memiliki nilai kurang dari 10. Dengan demikian dapat diperoleh hasil bahwa variabel penelitian tidak mengalami uji multikolinieritas 4.2.2.4. Uji Autokorelasi Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi muncul apabila observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan salah satu uji statistik Durbin Watson (DW). Pengujian ini memiliki standar nilai kisaran lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari nilai tabel 4-du. Berikut hasil pengujian autokorelasi pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Hasil Pengujian Autokorelasi Model DW Du 4-du Keterangan 1 2,315 1,615 2,385 Bebas Autokorelasi Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil regresi pada pengujian kinerja lingkungan dan kinerja keuangan terhadap pengungkapan lingkungan diperoleh angka DW sebesar 2,315. Dari hasil pengujian diatas nilai DW terletak antara du dan 4-du, sehingga dapat disimpulkan pengujian nilai DW tidak terdapat masalah autokorelasi.
digilib.uns.ac.id 48 4.2.3. Uji Kelayakan Model 4.2.3.1. Koefisien Determinasi ( ) Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model yang digunakan dalam penelitian dalam menerangkan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Apabila nilai ( ) mendekati angka 1 maka mengindikasikan bahwa variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Jika nilai ( ) mendekati angka 0 berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen terbatas. Berikut hasil pengujian koefisien determinasi ( ) yang disajikan pada tabel 4.10. Tabel 4.10 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 0,600 0,360 0,300 0,17039703 Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel diatas menyajikan nilai ( ) sebesar 0,360 dan nilai Adjusted ( ) sebesar 0,300. Hal ini menunjukan bahwa variabel pengungkapan lingkungan (ED) dapat dijelaskan oleh variabel kinerja lingkungan (EP) dan kinerja keuangan (NPM), growth, dan leverage sebesar 30%.
digilib.uns.ac.id 49 Sedangkan sisanya yang sebesar 70% dijelaskan oleh faktorfaktor lain diluar model. 4.2.3.2. Uji Statistik F Pengujian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (kinerja lingkungan dan kinerja keuangan) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (pengungkapan lingkungan). Berikut hasil pengujian uji statistik F yang disajikan pada tabel 4.11. Tabel. 4.11 Hasil Uji Statistik F Sum of Squares df Mean Square F Sig 1 Regresi 0,702 4 0,176 6,046 0,001 Residual 1,249 43 0,029 Total 1,951 47 Sumber : Data sekunder yang diolah Dengan melihat tabel diatas dapat diperoleh hasil pengujian nilai F hitung sebesar 6,046 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel kinerja lingkungan dan kinerja keuangan mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengungkapan lingkungan. 4.2.3.3. Uji Statistik t Uji statistik t digunakan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara
digilib.uns.ac.id 50 individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berikut hasil pengujian uji statistik t yang disajikan pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Hasil Pengujian Statistik t (Uji Statistik t) Variabel Dependen Variabel Independen T Sig Keterangan 1 ED Constant -1,147 0,258 EP 3,985 0,000 Signifikan NPM 1,834 0,074 Tidak Signifikan GRW LEV -0,664 0.670 0,510 0,506 Tidak Signifikan Tidak Signifikan Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pengujian kinerja lingkungan berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi (Sig t) sebesar 0,000 < 0,05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan kinerja lingkungan berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan diterima. Pada pengujian kinerja keuangan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi (Sig t) sebesar 0,074 > 0,05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan kinerja keuangan berpengaruh terhdap pengungkapan lingkungan ditolak. Variabel kontrol pada growth dan leverage masingmasing menunjukan nilai yang tidak signifikan > 0,05 yaitu
digilib.uns.ac.id 51 0,510 dan leverage 0,506. Selain itu nilai t hitung untuk growth yaitu -0,664 dan leverage 0,670. Dari hasil ini dapat ditarik kesimpulkan bahwa hanya kinerja lingkungan yang berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan karena memiliki nilai signifikansi < 0,05. 4.2.4. Pembahasan Uji Hipotesis Hasil uji hipotesis dalam penelitian tentang pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan yaitu Net Profit Margin (NPM) terhadap pengungkapan lingkungan dapat dilihat sebagai berikut: 4.2.4.1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan Lingkungan. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah menguji bahwa terdapat pengaruh positif antara kinerja lingkungan terhadap pengungkapan lingkungan. Hasil pengujian menggunakan analisis regresi menunjukan bahwa koefisien kinerja lingkungan positif dan signifikan dengan tingkat signifikansi 0,000 (sig < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara tingkat kinerja lingkungan terhadap pengungkapan lingkungan, sehingga hipotesis pertama (H1) Diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rahmawati dan Ahmad (2012), serta Suratno, dkk (2006) dimana pada commit penelitian to user tersebut memiliki hasil kinerja
digilib.uns.ac.id 52 lingkungan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan lingkungan. Dalam penelitiannya Verrecchia (1983, dalam Suratno, dkk, 2006) terdapat asumsi bahwa kinerja lingkungan yang baik dapat mengurangi pengungkapan biaya lingkungan masa depan perusahaan. Dalam penelitiannya dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik perlu mengungkapkan informasi kuantitas dan mutu lingkungan yang lebih dibandingkan dengan perusahaan dengan kinerja lingkungan yang buruk. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Al- Tuwajiri,dkk (2004) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif signifikan diantara environmental performance dan environmental disclosure. 4.2.4.2. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pengungkapan Lingungan Hipotesis kedua yang diajukan menyatakan bahwa diduga kinerja keuangan yang menggunakan proxy NPM berpengaruh secara positif signifikan terhadap pengungkapan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh besarnya koefisien untuk NPM sebesar 0,074 (sig>0,05). Hasil ini berada diatas standar signifikansi yang telah ditentukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan
digilib.uns.ac.id 53 tidak berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan, sehingga hipotesis kedua (H2) Ditolak. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Suhardjanto dan Miranti (2008) yang menguji salah satu karakteristik perusahaan yaitu profitabilitas yang berpengaruh positif signifikan terhadap environmental disclosure. Selaras dengan Suhardjanto dan Miranti (2008) penelitian ini memiliki hasil yang tidak sesuai dengan Sari (2012), serta Dewi dan Sitinjak (2009) yang memiliki hasil yang sama bahwa salah satu karakteristik perusahaan yaitu profitabilitas berpengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sembiring (2005) yang menyebutkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dikarenakan besar kecilnya profitabilitas tidak akan mempengaruhi tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Prihastuti (2008) yang menyebutkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap voluntary disclosure. Agustina (2006, dalam Prihastuti, 2008) menyebutkan bahwa hal ini diduga dikarenakan kemungkinan perusahaan cenderung kurang transparan dalam
digilib.uns.ac.id 54 melaporkan laporan keuangan karena tingkat profitabilitas perusahaan cenderung rendah maka perusahaan akan kurang dalam menyediakan informasi terinci mengenai kondisi perusahaan. Penelitian lainnya yaitu Sudarmandji dan Sularto (2007) yang menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan tipe kepemilikan perusahaan terhadap luas voluntary disclosure pada laporan keuangan tahunan. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa profitabilitas memiliki hasil tidak berpengaruh terhadap voluntary disclosure. Hal ini dikarenakan bahwa semakin profitable perusahaan maka semakin tidak signifikan dalam mengungkapkan voluntary disclosure dibandingkan dengan perusahaan yang kurang profitable.