BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. syarat kriteria BLUE (Best Unbiased Estimato). model regresi yang digunakan terdapat multikolinearitas.

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dilakukan analisis model Fixed Effect beserta pengujian

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. ekonomi, variabel pertumbuhan ekonomi yaitu pendapatan asli daerah, investasi

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang muncul bersumber dari variasi data cross section yang digunakan. Pada

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perbedaan dari varian residual atas observasi. Di dalam model yang baik tidak

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 1%.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Metode anlisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Bruto, Indek Pembangunan Manusia, Upah Minimum Provinsi daninflasi

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. per fungsi terhadap pertumbuhan ekonomi 22 kabupaten tertinggal dengan

5. PENGARUH BELANJA PEMERINTAH, INFRASTRUKTUR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menganalisis pengaruh UMK (Upah Minimum Kabupaten), TPT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data sekunder.

BAB III METODE PENELITIAN. PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari : 1. Kab. Banjarnegara 13. Kab. Demak 25. Kab.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ASEAN. Pengambilan data penelitian ini dilakukan di 7 (tujuh) Negara ASEAN yaitu

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini dilakukan analisis model Fixed Effect dan pengujian

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. (Pendapatan Asli Daerah) pada kabupaten/ kota di Provinsi DIY tahun

3. METODE. Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menggunakan Uji Park yang ditunjukkan Tabel 1.9. independen terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM)

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji. Multikolinearitas dan uji Heteroskedastisitas.

HASIL ANALISA DATA ROE LDA DA SDA SG SIZE

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh investasi,

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ( ) JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Perekonomian Provinsi Aceh

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tenggara Barat dengan menggunakan data variabel kemiskinan digunakan

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

III. METODE PENELITIAN. yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air, dan tenaga kerja.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data

PEMODELAN REGRESI PANEL TERHADAP BELANJA DAERAH DI KABUPATEN/KOTA JAWA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari BPS dengan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. standar deviasi suatu data. Hasil analisis deskiptif didapatkan dengan. Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Apakah investasi mempengaruhi kesempatan kerja pada sektor Industri alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sama atau terjadinya homoskedastisitas antara nilai-nilai variabel independen

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode

BAB III. Metode Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah koperasi-koperasi pegawai republik

Transkripsi:

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh Belanja Pemerintah di Bidang Kesehatan, Belanja Pemerintah di Bidang Pendidikan, Indeks Pemberdayaan Gender, dan Infrastruktur Jalan terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu tahun 2010-2014. Alat analisis yang digunakan adalah data panel dengan model analisis Fixed Effect dan diselesaikan melalui program statistik komputer, yaitu Eviews 6.0. Hasil yang disajikan dalam bab ini adalah estimasi terbaik yang dapat memenuhi kriteria teori ekonomi, statistik maupun ekonometri. Hasil estimasi diharapkan mampu menjawab hipotesis yang diajukan dalam studi ini. Berdasarkan model regresi data panel terdapat dua jenis pendekatan, yaitu fixed effect dan random effect. Untuk menentukan model yang sesuai, peneliti menggunakan Uji Chow dan Uji Hausman. A. Pemilihan Model Dalam data panel terdapat tiga pendekatan yang digunakan,yaitu pendekatan kuadrat terkecil (ordinary/pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek acak (random effect). Pemilihan model pertama kali dengan Uji Chow untuk menentukan pooled atau fixed effect yang digunakan. Pemilihan metode pengujian data digunakan pada seluruh data sampel (9 kabupaten dan 1 kota). Jika nilai F statistik pada Uji 53

54 Chow signifikan, maka Uji Hausman dilakukan untuk memilih antara metode fixed effect atau random effect. Uji Hausman dengan nilai probabilitas kurang dari α adalah signifikan, artinya fixed effect yang dipilih untuk mengolah data panel. Pemilihan metode pengujian dilakukan dengan menggunakan pilihan fixed effect dan random effect serta mengkombinasikan cross-section,period maupun gabungan cross-section/period. 1. Uji Chow Uji Chow menentukan model terbaik antara fixed effect dengan common/pooled effect. Jika hasilnya menerima hipotesis nol maka model terbaik adalah common. Akan tetapi jika hasilnya menolak hipotesis nol, maka model terbaik adalah fixed effect dan pengujian berlanjut ke Uji Hausman. Tabel 5.1 Uji Chow Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 79,990 (9,36) 0,000 Cross-section Chi-square 152,220 9 0,000 Sumber : Hasil pengolahan data panel menggunakan Eviews Berdasarkan Uji Chow di atas, kedua nilai probabilitas Crosssection F dan Cross-section Chi-Square lebih kecil dari α, sehingga menolak hipotesis nol. Jadi model terbaik yang digunakan adalah

55 metode fixed effect.berdasarkan hasil Uji Chow yang menolak hipotesis nol, maka pengujian data berlanjut ke Uji Hausman. 2. Uji Hausman Uji Hausman merupakan pengujian untuk menentukan metode terbaik antara Random Effect dengan Fixed Effect. Jika hasil Uji Hausman menerima hipotesis nol, maka model terbaik yang digunakan adalah Random Effect. Namun jika hasilnya menolak hipotesis nol, maka model terbaik yang digunakan adalah Fixed Effect. Tabel 5.2 Uji Hausman Test Summary Chi-Sq. Statistik Chi- S.q d.f Prob. Cross- section random 17,962 4 0,001 Sumber : Hasil pengolahan data panel menggunakan Eviews Berdasarkan table diatas, nilai probabilitas Cross-section random adalah 0,0013 yakni lebih kecil dari 0,05 sehingga menolak hipotesis nol. Jadi berdasarkan Uji Hausman, model terbaik yang digunakan adalah model Fixed Effect.

56 3. Analisis Model Data Panel TABEL 5.3 Hasil Estimasi Belanja Pendidikan, Belanja Kesehatan, IDG, Infratruktur Jalan terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada Kabupaten/ Kota di Provinsi Bengkulu Variabel Dependen : IPM Common Effect Model Fixed Effect Random Effect Konstanta 35,959 59,753 57,989 Standar error 4,472 2,183 2,266 t-statistic 8,039 27,369 25,583 Probabilitas 0,000 0,000 0,000 Belanja Pendidikan 0,098-0,107-0,079 Standar error 0,138 0,056 0,055 t-statistic 0,707-1,882-1,430 Probabilitas 0,482 0,067 0,159 Belanja Kesehatan 0,359-0,095-0,065 Standar error 0,065 0,033 0,032 t-statistic 5,503-2,886-2,040 Probabilitas 0,000 0,006 0,047 IDG 0,215 0,130 0,137 Standar error 0,057 0,024 0,024 t-statistic 3,766 5,282 5,675 Probabilitas 0,000 0,000 0,000 Infrastruktur Jalan 0,000 0,027 0,029 Standar error 0,018 0,007 0,007 t-statistic 2,863 3,534 3,773 Probabilitas 0,006 0,001 0,000 R 2 0,602 0,981 0,509 F-Statistik 17,031 143,407 11,690 Prob(F-Stat) 0,000 0,000 0,000 Durbin-Watson Stat 0,841 1,487 0,937 Sumber : Hasil pengolahan data panel menggunakan Eviews Berdasarkan uji spesifikasi model yang dilakukan dengan Uji Chow dan Uji Hausman, keduanya menyarankan untuk menggunakan model fixed effect. Dan dari uji pemilihan terbaik maka model regresi yang digunakan dalam mengestimasi Belanja Pendidikan, Belanja

57 Kesehatan, IDG, dan Infrastruktur Jalan terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu adalah model fixed effect. Model ini dipilih karena memiliki probabilitas masing-masing variabel independen yang lebih signifikan dibanding model lain. B. Hasil Estimasi Model Regresi Panel Setelah melakukan pengujian statistik untuk menntukan model yang dipilih dalam penelitian, disimpulkan bahwa model Fixed Effect yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pada model ini, tidak diperhatikan dimensi waktu, namun individu memiliki perbedaan. Berikut tabel yang menunjukkan hasil estimasi data dengan jumlah observasi sebanyak 10 kabupaten/kota selama peride 2010-2014.

58 Tabel 5.4 Hasil Estimasi Fixed Effect Model Variabel Dependen : Indeks Pembangunan Manusia Model Fixed Effect Konstanta 59,753 Standar error 2,183 T-Statistic 27,369 Probabilitas 0,000 Belanja Pendidikan -0,107 Standar error 0,056 T-Statistic -1,882 Probabilitas 0,067 Belanja Kesehatan -0,095 Standar error 0,033 T-Statistic -2,886 Probabilitas 0,006 IDG 0,130 Standar error 0,024 T-Statistic 5,282 Probabilitas 0,000 Infrastruktur Jalan 0,027 Standar error 0,007 T-Statistic 3,534 Probabilitas 0,001 R 2 0,981 F-Statistik 143,407 Prob(F-Stat) 0,000 Durbin-Watson Stat 1,487 Sumber: Hasil pengolahan data panel menggunakan Eviews Dari hasil estimasi diatas, dibuat model analisis data panel terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu yang disimpulkan dengan persamaan: IPM it (s.e) t = 59,753-0,107*GPEN - 0,095*GKES + 0,130*IDG + 2,183 27,369-0,056 0,033 0,024-1,882-2,886 5,282 0,027*INFRA 0,007 3,534 Keterangan :

59 α = 59,753 diartikan bahwa jika semua variabel independen (Belanja Pendidikan, Belanja Kesehatan, IDG, dan Infrastruktur Jalan) dianggap bernilai nol maka IPM nya sebesar 59,753 poin. b 1 = Dengan signifikansi 5%, tidak terdapat cukup bukti bahwa belanja pemerintah di bidang pendidikan berpengaruh terhadap IPM di Provinsi Bengkulu (ceteris paribus). b 2 = - 0,095 diartikan bahwa dengan tingkat signifikansi 5%, terdapat cukup bukti bahwa setiap kenaikan belanja pemerintah di bidang kesehatan sebesar 1% menurunkan IPM Provinsi Bengkulu rata-rata sebesar 0,095 poin (ceteris paribus). b 3 = 0,130 diartikan bahwa dengan tingkat signifikansi 5% terdapat cukup bukti bahwa setiap kenaikan IDG sebesar 1 satuan akan menaikkan IPM sebesar 0,130 poin (ceteris paribus). b 4 = 0,027 diartikan bahwa dengan tingkat signifikansi 5% terdapat cukup bukti bahwa setiap kenaikan kualtias infrastruktur jalan sebesar 1% akan menaikkan IPM sebesar 0,027 poin (ceteris paribus). C. Uji Statistik 1. Uji t Untuk mengetahui apakah variabel independen (Belanja Pendidikan. Belanja Kesehatan, IDG, dan Infrastruktur Jalan) memiliki hubungan

60 terhadap IPM, diperlukan pengujian dengan menggunakan uji statistik, antara lain: a. Pengujian variabel Belanja Pendidikan terhadap IPM untuk mengetahui apakah belanja pemerintah di bidang pendidikan berpengaruh atau tidak terhadap IPM dan sesuai dengan hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut: Uji Hipotesis H 0 = Variabel independen belanja pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. H 1 = Variabel independen belanja pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. Berdasarkan hasil regresi fixed effect di atas, nilai probabilitas (tstatistik) variabel belanja pendidikan adalah 0,0679 yang nilainya melebihi tingkat signifikansi 0.05, sehingga H 0 diterima yang artinya variabel independen belanja pendidikan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap IPM. b. Pengujian variabel Belanja Kesehatan terhadap IPM untuk mengetahui apakah pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan berpengaruh atau tidak terhadap IPM dan sesuai dengan hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut: Uji Hipotesis H 0 = Variabel independen belanja kesehatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM.

61 H 1 = Variabel independen belanja kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. Berdasarkan hasil regresi fixed effect di atas, nilai probabilitas (tstatistik) variabel belanja kesehatan adalah 0,006 yang nilainya kurang dari tingkat signifikansi 0.05, sehingga H 0 ditolak yang artinya variabel belanja kesehatan memiliki pengaruh signifikan terhadap IPM. c. Pengujian variabel IDG (Indeks Pemberdayaan Gender) terhadap IPM untuk mengetahui apakah IDG berpengaruh atau tidak terhadap IPM dan sesuai dengan hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut: Uji Hipotesis H 0 = Variabel independen IDG tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. H 1 = Variabel independen IDG memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. Berdasarkan hasil regresi fixed effect di atas, nilai probabilitas (t statistik) variabel IDG adalah 0,000 yang nilainya kurang dari tingkat signifikansi 0.05, sehingga H 0 ditolak yang artinya variabel IDG memiliki pengaruh signifikan terhadap IPM. d. Pengujian variabel Infrastruktur Jalan terhadap IPM untuk mengetahui apakah infrastruktur jalan berpengaruh atau tidak terhadap IPM dan sesuai dengan hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut: Uji Hipotesis

62 H 0 = Variabel independen Infrastruktur Jalan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. H 1 = Variabel independen Infrastruktur Jalan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. Berdasarkan hasil regresi fixed effect di atas, nilai probabilitas (tstatistik) variabel IDG adalah 0,001 yang nilainya kurang dari tingkat signifikansi 0.05, sehingga H 0 ditolak yang artinya variabel infrastruktur jalan memiliki pengaruh signifikan terhadap IPM. D. Uji F Hasil perhitungan dengan Fixed Effect Model diketahui bahwa probabilitas nilai F hitung sebesar 0,000 dan dengan ketentuan α = 5 %, sehingga terdapat cukup bukti bahwa variabel independen yang terdiri dari belanja pendidikan, belanja kesehatan, IDG, dan infrastruktur jalan secara bersama-sama berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Bengkulu. E. R-Squared Nilai R-squared atau koefisien determinasi berguna untuk mengukur kemampuan model dalam menjelaskan variasi pada variabel dependen. Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan angka 0 hingga 1. Nilai determinasi kecil menunjukkan sedikitnya variasi variabel independen dalam menjelaskan

63 variasi variabel dependen. Nilai determinasi yang mendekati angka 1 memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Dari hasil olahan data menggunakan fixed effect model, diperoleh nilai R-squared sebesar 0,981. Artinya sebesar 98,1 % variasi pada IPM dapat dijelaskan oleh variasi pada variabel independen (Belanja Pendidikan, Belanja Kesehatan, IDG, dan Infrastruktur Jalan), sementara sisanya sebesar 1,89% dijelaskan oleh variasi lain di luar model. F. Uji Asumsi Klasik 1. Multikolinearitas Menurut Ajija,dkk (2011) multikolinearitas adalah hubungan linear antar variabel independen di dalam model regresi. Untuk menguji multikolinearitas, digunakan metode parsial antar variabel independen. Jika koefisien korelasi cukup tinggi di atas 0,85, maka diduga ada multikolinearitas dalam penelitian. Kombinasi data time series dan cross section mengakibatkan multikolinearitas berkurang. Penggabungan data, sebenarnya secara teknis dapat dikatakan bahwa masalah multikolinearitas tidak ada (Gujarati, 2006).

64 Tabel 5.5 Uji Multikolinearitas GPEN GKES IDG INFRA GPEN 0.003 0.000-0.000 0.000 GKES 0.000 0.001 0.000-0.000 IDG -0.000 0.000 0.000-0.000 INFRA 0.000-0.000-0.000 0.000 Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan Eviews Berdasarkan pengujian metode korelasi parsial antar variabel independen di atas, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam penelitian. Hal ini dikarenakan nilai matriks covarians kurang dari 0,9. 2. Uji Heterokedastisitas Gujarati (2006) menyatakan bahwa heterokedastisitas memberikan arti bahwa dalam suatu model terdapat varian residual atas observasi yang berbeda. Penelitian yang baik tidak mengandung heterokedastisitas apapun. Dalam uji ini, masalah muncul dari variasi data cross section yang digunakan. Uji heterokedastisitas dalam hal ini digunakan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Mendeteksi masalah heterokedastisitas dalam data panel digunakan Uji Park, di mana probabilitas semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 5%. Keadaan ini menunjukan bahwa adanya varian yang sama atau terjadi homoskedastisitas antara nilai-nilai variabel independen dengan residual setiap variabel itu sendiri (Var Ui= ). Berikut ini output hasil Uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji Park yang ditunjukan pada tabel dibawah ini:

65 Tabel 5.6 Uji Heterokedastisitas dengan Uji Park Variabel Prob. C 0,3249 Belanja Pendidikan 0,4441 Belanja Kesehatan 0,5681 IDG 0,1873 Infrastruktur Jalan 0,1474 Sumber : Hasil pengolahan data panel menggunakan Eviews Berdasarkan tabel di atas, nilai probabilitas signifikansi semua variabel dalam penelitian ini lebih besar dari 5% (>0,05) sehingga tidak terdapat masalah heterokedastisitas. E. Uji Teori (Interpretasi Ekonomi) Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat dibuat suatu analisis dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen (belanja pendidikan, belanja kesehatan, IDG, infrastruktur jalan) terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu yang diinterpretasikan sebagai berikut: 1. Pengaruh Belanja Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Hasil regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa belanja pemerintah di bidang pendidikan tidak berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada derajat kepercayaan 5% untuk semua kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu. Hal ini sejalan dengan penelitian

66 yang diperoleh Winarti (2014) yang menunjukkan hal serupa untuk IPM di Indonesia. Belum signifikannya pengaruh belanja pendidikan terhadap IPM di Provinsi Bengkulu diakibatkan oleh belum optimalnya pelaksanaan program-program pendidikan seperti pendidikan gratis wajib belajar 9 tahun dan beasiswa bagi siswa kurang mampu. Hal tersebut membutuhkan dana yang sangat banyak, dan jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadi beban tersendiri kepada pemerintah. Ditambah lagi dengan semakin meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) setiap tahunnya mengakibatkan semakin banyak pula biaya pendidikan yang harus diemban pemerintah. Selain itu, belanja di bidang pendidikan tidak berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi guru dan siswa, namun masih pada pembangunan sekolah secara fisik. Sedangkan Provinsi Bengkulu merupakan daerah rawan bencana, terutama gempa bumi sehingga pembangunan sekolah secara fisik tidak mengakibatkan peningkatan pada Indeks Pembangunan Manusia. Belum signifikannya pengaruh belanja pemerintah di bidang pendidikan disebabkan oleh anggaran pendidikan yang belum mencapai 20 persen, seperti sebagaimana yang seharusnya di alokasikan berdasarkan Undang- Undang.

67 2. Pengaruh Belanja Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Hasil regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa belanja pemerintah di bidang kesehatan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Pembangunan di kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu pada derajat kepercayaan 5%. Hal ini tidak sejalan dengan hipotesis penelitian. Koefisien belanja kesehatan mempunyai nilai sebesar -0,095 yang berarti apabila terjadi kenaikan belanja pemerintah di bidang kesehatan sebesar 1% sedangkan variabel lain tetap, maka variabel dependen (Indeks Pembangunan Manusia) akan menurun rata-rata sebesar 0.095 poin, vice versa. Hal ini disebabkan karena masih banyak terdapat kesalahan pada alokasi dana kesehatan yang ada di Provinsi Bengkulu sehingga mengakibatkan penurunan IPM. Dana kesehatan yang ada digunakan untuk pasien yang tidak terdata Jamkesmas, Jamkesda, dan Askes sehingga masyarakat yang semestinya mendapatkan pelayanan tersebut tidak mendapatkan pelayanan. Hal tersebut merupakan alokasi dana kesehatan yang salah sasaran sehingga masyarakat tidak dapat meningkatkan kesehatannya (Tempo, 2013) 1. Belanja kesehatan yang ada di Provinsi Bengkulu bukan dioptimalkan untuk pelatihan tenaga kesehatan, melainkan digunakan 1 Phesi Ester Julikawati, RSUD Bengkulu Minta Dana Rp 15 Miliar, diakses pada https://m.tempo.co/read/news/2013/08/15/058504584/rsud-bengkulu-minta-dana-kesehatan-rp-15- miliar, pada tanggal 2 Februari 2017 pukul 16.41

68 untuk pembangunan RSUD yang menghabisakan dana hingga 18 miliar (Bengkulu Online, 2014) 2. Selain itu, dana kesehatan digunakan untuk pembelian alat kesehatan yang tidak langsung berpengaruh terhadap IPM karena tidak segera digunakan sehingga kesehatan masyarakat mengalami penurunan. Dana kesehatan juga digunakan untuk pembangunan puskesmas dan puskesmas pembantu di Provinsi Bengkulu yang tidak memiliki dampak langsung kepada masyarakat. Gambar 5.1 Perkembangan Puskesmas di Provinsi Bengkulu 182 180 178 178 180 180 176 174 172 170 168 172 2010 2011 2012 2013 jumlah puskesmas Sumber: Pemprov Bengkulu Gambar 5.1 menunjukkan bahwa jumlah puskesmas terus bertambah setiap tahunnya. Peningkatan jumlah puskesmas tersebut tidak diikuti dengan meningkatnya kualitas tenaga medis yang ada sehingga 2 Redaksi Bengkulu Online, Ini SKPD dengan Anggaran Terbesar di Kota Bengkulu, diakses pada http://www.bengkuluonline.com/2014/03/ini-skpd-dengan-anggaran-terbesar-di-kotabengkulu.html, pada tanggal 2 Februari 2017 pukul 16.43

69 menurunkan IPM di Provinsi Bengkulu. Selain itu, banyaknya kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang ada di Provinsi Bengkulu juga mengakibatkan dana kesehatan tidak sampai langsung ke masyarakat. Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran tahun 2014 menyatakan bahwa Provinsi Bengkulu menduduki urutan ke-10 provinsi terkorup dengan 257 kasus. Adanya kasus korupsi dana RSUD oleh gubernur (Antara Sumbar, 2014) 3 serta kasus korupsi dana APBD guna pembelian alat kesehatan oleh Dinas Kesehatan mengakibatkan belum sampainya dampak dana kesehatan kepada masyarakat sehingga IPM masyarakat menurun dengan tingginya dana tersebut. 3. Pengaruh Indeks Pemberdayaan Gender Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Hasil regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Indeks Pemberdayaan Gender memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia untuk semua kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu pada derajat kepercayaan 5%. Hal ini sejalan dengan hipotesis penelitian. Koefisien Indeks Pemberdayaan Gender memiliki nilai sebesar 0,130 yang berarti apabila terjadi kenaikan nilai Indeks Pemberdayaan Gender sebesar 1 poin sedangkan variabel lain tetap maka Indeks Pembangunan Manusia akan meningkat rata-rata sebesar 0,130 poin, vice 3 Joko Nugroho, IPW: Polri harus Tetapkan Tersangka Korupsi Bengkulu, diakses pada http://www.antarasumbar.com/berita/89082/ipw-polri-harus-tetapkan-tersangka-korupsibengkulu.html,pada tanggal 2 Februari 2017 pukul 16.45

70 versa. Hal ini sejalan dengan masyarakat Provinsi Bengkulu yang sebanyak 44,8 persen cukup percaya pada kemampuan wakil perempuan untuk memperjuangkan kepentingan dan aspirasi perempuan di DPRD (Antara Bengkulu, 2014) 4 Pengaruh partisipasi perempuan akan peningkatan IPM terbukti pula dengan sudah semakin banyaknya calon legislatif, pemimpin, dan tenaga profesional perempuan di Provinsi Bengkulu sehingga semakin tinggi IPM di Provinsi Bengkulu. Gambar 5.2 Perkembangan Tenaga Profesional Perempuan di Provinsi Bengkulu 3300 3250 3200 3150 3100 3050 3000 2950 2900 3234 3177 3149 3160 3015 2010 2011 2012 2013 2014 jumlah tenaga Sumber: Badan Pusat Statistik Gambar di atas menunjukkan bahwa peran perempuan pada tahun 2011 mengalami penurunan namun kembali mengalami kenaikan pada tahun selanjutnya, yakni dari tahun 2012 hingga tahun 2014. Hal tersebut 4 Lamhir S. Sinaga, Keterwakilan Perempuan dalam Politik Indonesia, diakses pada http://www.antarabengkulu.com/berita/23284/keterwakilan-perempuan-dalam-politik-indonesia, pada tanggal 2 Februari 2017 pukul 16.50

71 diikuti pula dengan kenaikan IPM di Provinsi Bengkulu sehingga terbukti bahwa kenaikan Indeks Pemberdayaan Gender secara signifikan memiliki pengaruh yang positif terhadap IPM di Provinsi Bengkulu. 4. Pengaruh Infrastruktur Jalan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Hasil regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas infrastruktur jalan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia untuk semua kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu pada derajat kepercayaan 5%. Hal ini sejalan dengan hipotesis. Koefisien infrastruktur jalan memiliki nilai sebesar 0,027 yang berarti apabila terjadi kenaikan kualitas infrastruktur jalan yang baik sebesar 1% sedangkan variabel lain tetap maka Indeks Pembangunan Manusia akan meningkat sebesar 0,027 poin, vice versa. Hal ini sejalan dengan penelitian Sapkota (2015) yang menyatakan bahwa infrastruktur berperan dalam Indeks Pembangunan Manusia. Infrastruktur jalan yang baik akan memudahkan masyarakat menuju akses pendidikan dan kesehatan yang diberikan pemerintah. Sehingga hal tersebut meningkatkan pembangunan manusia di Provinsi Bengkulu. Meningkatnya infrastruktur jalan dalam kondisi baik membuat masyarakat semangat untuk mendapatkan penghasilan, pendidikan, dan kesehatan yang layak. Dengan terpenuhinya 3 hal tersebut, maka

72 indikator pendukung IPM meningkat sehingga IPM di Provinsi Bengkulu juga mengalami peningkatan. Mudahnya akses transportasi karena kondisi jalan yang baik antar wilayah di Provinsi Bengkulu mengakibatkan masyarakat melakukan kegiatan ekonomi dengan mudah sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat. Akses pendidikan dan kesehatan juga dengan mudah ditempuh melalui kondisi jalan yang baik sehingga meningkatkan kualitas masyarakat. Kesejahteraan yang tercapai dan kualitas masyarakat yang baik meningkatkan IPM di Provinsi Bengkulu. F. Implikasi Bagian ini akan menjelaskan dampak yang ditimbulkan masing-masing variabel terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan menitikberatkan pada solusi yang seharusnya dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. 1. Belanja Pemerintah di Bidang Pendidikan Belanja pendidikan oleh pemerintah mengindikasikan pemberian pelayanan di sektor pendidikan bagi masyarakat. Tingginya dana yang dikeluarkan pemerintah untuk pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah. Perhatian pemerintah terhadap pendidikan juga masih perlu ditingkatkan dengan menaikkan

73 belanja di bidang pendidikan terutama dalam hal di luar pembangunan gedung sekolah. 2. Belanja Pemerintah di Bidang Kesehatan Belanja kesehatan oleh pemerintah mengindikasikan pelayanan di sektor kesehatan bagi masyarakat. Dengan tingginya kesehatan di masyarakat, maka kualitas masyarakat akan meningkat pula. Dengan tingginya belanja pemerintah di bidang kesehatan, maka pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin akan dapat diakses oleh masyarakat yang membutuhkan. Perhatian pemerintah terhadap kesehatan perlu ditingkatkan dengan mengalokasikan dana kesehatan tepat sasaran, dengan mengadakan pelatihan kepada tenaga medis dan sebisa mungkin untuk menghindari terjadinya kebocoran dana. 3. Indeks Pemberdayaan Gender IDG mengindikasikan peran perempuan dalam mengambil keputusan dan peran perempuan dalam perekonomian. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan daerah, akan mengakibatkan penyerapan tenaga kerja pada perempuan yang tinggi. Hal tersebut menyatakan bahwa kualitas perempuan meningkat pula.

74 4. Infrastruktur Jalan Infrastruktur jalan dapat memberikan akses yang memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi, akses pendidikan, dan akses kesehatan. Dengan mudahnya akses yang didapat masyarakat, maka pendidikan dan kesehatan masyarakat akan meningkat pula sehingga kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah akan meningkat. Perhatian pemerintah terhadap infrastruktur jalan perlu ditingkatkan dengan terus memperhatikan kondisi jalan di setiap wilayah untuk memudahkan akses masyarakat.