Rancang Bangun Aplikasi Penetapan Dosis Obat Individual Menggunakan Pemrograman Visual Basic.Net Berdasarkan Perhitungan Data Farmakokinetika

dokumen-dokumen yang mirip
FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A

Aplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).

SILABUS MATA KULIAH. Revisi : Tanggal Berlaku : 1 Februari 2014

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. Perancangan program aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. RSUD DR M.M Dunda Limboto pada bulan Januari Juni 2012, 70 kasus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesesuaian Dosis Vankomisin pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 3 dan 4 di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

SKRIPSI FITRIA ARDHITANTRI K Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

Interpolasi Polinom pada Farmakokinetik dengan Model Kompartemen Ganda

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

IDENTIFIKASI KESALAHAN PENGOBATAN (MEDICATION ERROR) PADA TAHAP PERESEPAN (PRESCRIBING) DI POLI INTERNA RSUD BITUNG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Farmakokinetik Klinik

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

ANALISIS ASPEK FARMAKOKINETIKA KLINIK PASIEN GAGAL GINJAL PADA IRNA PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR FARMAKOKINETIKA. meliputi ruang lingkup ilmu farmakokinetik dan dasar-dasar yang menunjang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perhitungan Dosis Obat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

RPS DAN RPPS MODUL CLINICAL PHARMACOKINETIC AND TOXICOLOGY

Tujuan Instruksional:

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kejang berulang disebabkan oleh pelepasan sinkron berulang, abnormal, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tujuan Instruksional:

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2

TUGAS FARMAKOKINETIKA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

ABSTRACT. Keywords : Rational, antibiotic, acute exacerbation of chronic bronchitis, elderly ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

By: Dr. Fatma Sri Wahyuni, Apt.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal stadium akhir (gagal ginjal kronik tahap 5) dapat

Menurut PP 51 pasal 1 ayat 4 tahun 2009 tentang Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang

BAB V HASIL PENELITIAN

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL II PERCOBAAN II

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

UJI TOKSISITAS SUB KRONIS DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata.l) TERHADAP HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH

DAFTAR ISI. Daftar Isi. Pengantar Penyunting. Formulir Berlangganan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

FARMAKOKINETIKA FA

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

Transkripsi:

Rancang Bangun Aplikasi Penetapan Dosis Obat Individual Menggunakan Pemrograman Visual Basic.Net Berdasarkan Perhitungan Data Farmakokinetika Ari Usman Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan, Indonesia ariusman09@gmail.com Nilsya Febrika Zebua Universitas Tjut Nyak Dhien Jl. Gatot Subroto No. 28 Medan Abstract Obat adalah suatu zat yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh manusia dalam takaran yang tepat akan menyembuhkan penyakit namun apabila takaran tersebut dilampaui maka akan terjadi keracunan. Dosis obat yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014 terdiri dari dosis lazim dan dosis maksimum hanya berdasarkan usia (dewasa atau anak-anak) tanpa memperhatikan kondisi ginjal pasien. Kondisi pasien dengan gangguan ginjal tidak dapat menerima dosis lazim biasa, perlu penyesuaian dosis dengan perhitungan farmakokinetik berdasarkan angka kreatinin serum. Obat-obat dengan range terapi sempit dan bersifat nefrotoksik dapat memperparah kondisi ginjal pasien. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membangun aplikasi visual basic.net perhitungan dosis individual berdasarkan rumus farmakokinetik. Bahasa pemrograman Visual Basic.net merupakan salah satu bahasa pemrograman yang dapat diimplementasikan ke dalam komputer baik dalam keadaan sendiri (stand alone) atau jaringan (network). Keywords : visual basic.net, drug dosage, pharmacokinetic calculations I. PENDAHULUAN Ginjal merupakan organ vital yang berperan dalam mempertahankan kestabilan biologis dalam tubuh. Ginjal berperan penting dalam pengaturan cairan tubuh, keseimbangan elektrolit, pengeluaran hasil metabolit dan eksresi obat dari dalam tubuh [1]. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan perhatian yang cukup besar agar organ tersebut tetap berfungsi dengan baik. Kasus gagal ginjal di dunia sekarang ini meningkat lebih dari 50%. Indonesia sendiri termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal cukup tinggi. Saat ini, di Indonesia jumlah penderita gagal ginjal diperkirakan sekitar 150 ribu orang. Dari jumlah itu, permasalahan penyakit gagal ginjal yang dihadapi masyarakat adalah tidak mampu berobat atau cuci darah (hemodialisa) karena biayanya sangat mahal yang harus dilakukan 2-3x seminggu. Akibatnya, tidak sedikit penderita yang meninggal dunia. Kecenderungan kenaikan penderita gagal ginjal itu antara lain terlihat dari meningkatnya jumlah pasien cuci darah yang jumlah rata-ratanya sekitar 250 orang/tahun [2]. Terdapat dua macam istilah umum gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Gagal ginjal akut, terjadinya penurunan fungsi ginjal secara tiba tiba yang dapat disebabkan oleh kerusakan, sirkulasi yang buruk atau penyakit ginjal lainnya [2]. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan penurunan fungsi yang progresif selama beberapa bulan hingga bertahun-tahun yang ditandai berubahnya bentuk serta fungsi dari ginjal normal secara bertahap [3]. Peresepan untuk penderita dengan gagal ginjal memerlukan pengetahuan mengenai fungsi hati dan ginjal penderita, riwayat pengobatan, metabolisme dan aktivitas obat, lama kerja obat serta cara ekskresinya. Pengobatan yang benar bermanfaat diperlukan oleh pasien dengan gangguan ginjal dan penyesuaian dosis berupa penurunan terhadap total dosis penjagaan harian sering kali diperlukan. Perubahan dosis obat yang sering 44

dijumpai adalah penurunan dosis atau perpanjangan interval pemberian obat atau gabungan keduanya [4]. Sebagian besar obat yang larut air dieksresikan dalam jumlah tertentu dalam bentuk utuh melalui ginjal. Dosis obat tersebut, terutama yang memiliki kisar terapetik sempit (narrow therapeutic window drugs) butuh penyesuaian yang hati-hati apabila diresepkan pada pasien dengan fungsi ginjal menurun [5]. Akumulasi kadar obat dalam plasma dapat terjadi dan level toksik minimum dapat terlewati apabila dosis tidak dihitung berdasarkan fungsi ginjal pasien. Sebagian besar obat juga memiliki efek merusak ginjal (nefrotoksik), sehingga dosisnya juga harus disesuaikan pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal [6]. Strategi penyesuaian dosis pada pasien gagal ginjal dapat membantu dalam terapi obat individu dan dapat mencegah penurunan kualitas hidup pasien lebih lanjut [7]. Metode yang direkomendasikan dalam mengatur penyesuaian dosis adalah dengan mengurangi dosis, memperpanjang interval dosis atau kombinasi keduanya [8]. Penelitian terkait penyesuaian dosis obat pada pasien gagal ginjal sudah banyak dilakukan pada banyak rumah sakit. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kesesuaian dosis obat yang diterima pasien gagal ginjal dengan dosis individu yang dihitung dengan persamaan farmakokinetika dengan menggunakan data bersihan kreatinin sebagai parameter penyesuaian dosis. Namun penelitian ini sering kali membutuhkan waktu yang lama dan pekerjaan yang rumit karena harus menghitung dengan manual (kalkulator) atau microsoft excel dan membuka sejumlah buku yang berkaitan dengan rumus farmakokinetik, fase ekskresi dan waktu paruh obat sehingga hanya tenaga ahli saja yang mampu melakukannya. Peneliti tertarik untuk merancang sebuah aplikasi penetapan dosis obat individual menggunakan pemrograman visual basic.net berdasarkan perhitungan data farmakokinetika. Aplikasi visual basic.net merupakan sebuah bahasa pemrograman untuk membangun sebuah aplikasi/software yang nantinya dapat diinstal di komputer rumah sakit sehingga dapat membantu kerja tim medis dalam menentukan dosis obat perorangan. Penyesuaian dosis ini diharapkan akan meningkatkan kualitas hidup pasien terutama pasien yang menderita gangguan ginjal, sehingga dapat mengurangi kasus malpraktek. II. METODE PENELITIAN A. Pembuatan Database Obat Membuat database obat yang mempunyai range terapi sempit dan bersifat nefrotoksik. Database ini memuat nama obat, dosis lazim sekali pakai, dosis lazim perhari, fase ekskresi berdasarkan bentuk sediaan obat seperti yang tertera pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 : Struktur Tabel Obat No. Fields Type Data 1. Nama obat Text 2. Dosis lazim perhari Numerik 3. Dosis lazim sekali pakai Numerik 4. Fraksi ekskresi Numerik 5. Toleransi Numerik 6. Bentuk Sediaan Text B. Rumus Farmakokinetik Mengumpulkan rumus farmakokinetik yang berkaitan dengan penyesuaian dosis berdasarkan angka kreatinin serum, yaitu a. Rumus Cockcroft & Gault [5]. (1) (2) CrCl est = adalah bersihan kreatinin dalam ml/min, umur dalam tahun, BW (Body Weight) adalah bobot badan pasien dalam kg, SCr adalah kreatinin serum. Nilai 0,85 adalah faktor koreksi untuk perempuan karena perempuan memiliki massa otot yang lebih kecil dari pada laki-laki. Persamaan ini hanya berlaku untuk pasien dengan bobot badan yang normal, memiliki usia diatas 18 tahun dan memiliki kreatinin serum yang stabil. b. Rumus Jellife & Jellife [5]. Pasien yang memiliki konsentrasi kreatinin serum yang tidak stabil, bersihan kreatininnya dihitung dengan persamaan Jeliffe & Jeliffe, sebagai berikut : (3) (4) 45

Ess adalah nilai eksresi kreatinin, IBW adalah bobot badan ideal dalam kg dan umur dalam tahun. Setelah didapatkan nilai Ess, dilakukan perhitungan terhadap nilai koreksi produksi kreatinin dengan rumus : (5) (6) (7) SCr ave adalah nilai rata-ratadua kreatinin serum yang ditentukan dalam mg/dl, Scr 1 adalah kreatinin serum pertama dan SCr 2 adalah kreatinin serum kedua, keduanya dalam mg/dl, dan t selisih waktu antara pengukuran Scr 1 dan Scr 2. c. Rumus Salazar & Corcoran[5]. Pasien yang obesitas, diukur bersihan kreatininnya dengan menggunakan persamaan Salazar & Corcoran sebagai berikut : (8) (9) d. Penyesuaian Dosis [9]. Setelah bersihan kreatinin (CrCl est ) dihitung dengan persamaan yang sesuai, dilakukan perhitungan penyesuaian dosis dengan mengintegrasikan database obat dengan rumusrumus berikut ini: Dengan (11) adalah dosis pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal dan adalah dosis pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Penyesuaian dosis juga dapat dilakukan dengan mengubah interval pemberian obat dengan persamaan: (12) dengan τ u adalah interval untuk pasien uremia dan τ N adalah interval pada fungsi ginjal normal. C. Membangun aplikasi dosis individual dengan bahasa pemrograman visual basic.net Tampilan aplikasi perhitungan dosis individual dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. Field memuat nama pasien, jenis kelamin, berat badan dalam satuan kg, umur dalam satuan tahun, tinggi dalam satuan meter, nilai serum kreatinin 1 (SCr 1 ) dan nilai serum kreatinin 2 (SCr 2 ) dalam satuan mg/dl, dan delta t yaitu selisih waktu pengukuran SCr 1 dan SCr 2. Data yang telah diisi kemudian akan dianalisis bersihan kreatinin (ClCr est ) dengan Metode 1, Metode 2 dan Metode 3. Pada field pemilihan obat kemudian dipilih obat dan bentuk sediaan obat, field ini akan langsung terintegrasi dengan database obat untuk mendapatkan fraksi ekskresi obat yang selanjutnya diperoleh dosis individual berdasarkan nilai bersihan kreatinin pasien. (10) k u /k N adalah rasio bersihan kreatinin pada ginjal yang terganggu fungsinya dengan ginjal yang normal, fe adalah fraksi obat yang dieksresikan dalam bentuk utuh, adalah nilai bersihan kreatinin pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan adalah nilai bersihan kreatinin pada ginjal normal. Dosis dihitung dengan menggunakan rasio bersihan kreatinin. Penyesuaian dosis berdasarkan dosis awal Gambar 1. Aplikasi Perhitungan Dosis Individual 46

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji coba implementasi aplikasi perhitungan dosis individual pada pasien P5, berjenis kelamin lakilaki, dengan berat badan 45 kg, umur 49 tahun, tinggi badan 1.63 m, data hasil laboratorium terhadap serum kreatinin pada pengukuran pertama 7,23 dan pengukuran kedua 5,36 pada selisih waktu 4320 menit (3 hari) setelah menekan tombol Process kemudian aplikasi ini akan menghitung bersihan kreatinin (ClCr est ) dengan 3 metode, yaitu: - Metode 1 menggunakan rumus Cockcroft & Gault dengan inputan data yang diperlukan jenis kelamin, berat badan, umur, dan SCr 1 mendapatkan hasil ClCr est 7,87 - Metode 2 menggunakan Jellife & Jellife dengan inputan data yang diperlukan jenis kelamin, berat badan, umur, SCr 1 dan SCr 2, serta delta T 4320 menit mendapatkan hasil ClCr est 7,90 Metode 3 menggunakan rumus Salazar & Corcoran dengan inputan data jenis kelamin, berat badan, umur, tinggi badan dan SCr 1 mendapatkan hasil ClCr est 10,98 Setelah mengamati hasil ClCr est tersebut, terlihat ClCr est metode 1 dan 2 tidak terdapat perbedaan yang signifikan walaupun pengukuran serum kreatinin 1 dan 2 berbeda namun karena selisih waktu pengukuran dilakukan selama 3 hari (4320 menit) sehingga data ini dianggap normal dan hasil bersihan kreatinin sama dengan metode 1, sedangkan pada ClCr est metode 3 sangat berbeda signifikan dari metode 1 dan 2 hal ini berbeda karena pasien ini tidak termasuk kategori obesitas. Kelebihan aplikasi ini tim medis dapat memilih metode mana yang tepat berdasarkan kondisi pasien, jika ClCr est dari metode 1 dan 2 yang dipilih karena pertimbangan pasien mempunyai berat badan normal. Namun jika ClCr est dari metode 1, 2 dan 3 diambil rataratanya maka akan diperoleh ClCr est rata-rata 8,917 yang selanjutnya data ini digunakan untuk menyesuaikan dosis obat. Obat yang dipilih dalam uji ini adalah ceftriaxone dalam bentuk sediaan injeksi dengan dosis normal perhari 1000 mg, dimana ceftriaxone merupakan antibiotik yang termasuk golongan nefrotoksik sehingga perlu dihitung dosis individualnya. Setelah dilakukan analisis perhitungan farmakokinetik dengan aplikasi visual basic.net ini diperoleh dosis individual berdasarkan bersihan kreatinin (ClCr est ) sebesar 89,17 mg perhari. Dosis individual sebesar 89,17 mg perhari ini yang seharusnya diberikan pada pasien Gangguan Ginjal Kronik (GGK), sehingga ketika tim medis memberikan sesuai dengan dosis normal perhari 1000 mg hal ini akan memperparah kondisi ginjal pasien. Implementasi aplikasi perhitungan dosis individual pada pasien dengan gangguan ginjal ini dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. Gambar 2. Implementasi Aplikasi Perhitungan Dosis Individual pada Pasien GGK Sebagian besar obat yang larut air dieksresikan dalam jumlah tertentu dalam bentuk utuh melalui ginjal. Dosis obat tersebut, terutama yang memiliki kisar terapetik sempit (narrow therapeutic window drugs) butuh penyesuaian yang hati-hati apabila diresepkan pada pasien dengan fungsi ginjal menurun [5]. Akumulasi kadar obat dalam plasma dapat terjadi dan level toksik minimum dapat terlewati apabila dosis tidak dihitung berdasarkan fungsi ginjal pasien. Sebagian besar obat juga memiliki efek merusak ginjal (nefrotoksik), sehingga dosisnya juga harus disesuaikan pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal [6]. Strategi penyesuaian dosis pada pasien gagal ginjal dapat membantu dalam terapi obat individu dan dapat mencegah penurunan kualitas hidup pasien lebih lanjut [7]. Metode yang direkomendasikan dalam mengatur penyesuaian dosis adalah dengan mengurangi dosis, memperpanjang interval dosis atau kombinasi keduanya [8]. Implementasi aplikasi perhitungan dosis individual berdasarkan rumus farmakokinetik ini kemudian diuji cobakan pada pasien dengan berat badan, umur, dan tinggi yang sama dengan pasien P5 namun serum kreatininnya termasuk normal yaitu 0,6 1,2 mg/dl, kemudian dilakukan analisis bersihan kreatinin (ClCr est ) dengan 3 metode dan diperoleh rata-rata ClCr est dari ketiga metode adalah sebesar 107,09. ClCr est sebesar 107,09 ini kemudian digunakan untuk menghitung dosis 47

individual juga pada obat yang sama yaitu Ceftriaxone dalam bentuk sediaan injeksi maka diperoleh dosis individual sebesar 1070,98 mg yang tidak jauh berbeda dengan dosis normal 1000 mg seperti yang terlihat pada Gambar 3 di bawah ini. Gambar 3. Implementasi Aplikasi Perhitungan Dosis pada Pasien non- GGK IV. KESIMPULAN Dengan menggunakan aplikasi ini sangat membantu tim medis dalam menghitung dosis obat pada pasien yang menderita gangguan ginjal kronik. Hanya dengan menginput data pasien seperti nama, jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan, dan serum kreatinin, dan obat yang digunakan dan bentuk sediaan obat tersebut yang diinput kurang dari 5 (lima) menit, tim medis telah dapat mengambil kesimpulan tindakan medis yang akan dilakukannya. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Kemenristek Dikti yang telah mendanai penelitian ini pada skim hibah Penelitian Dosen Pemula. REFERENSI [1] Shargel, L., Wu-Pong, S., Yu, A. B. C. Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics. Fifth edition. United States : The McGraw-Hill Companies. 2005. [2] Frizzel, J.P. Handbook of Pathophysiology. Philadelphia: Springhouse Corporation. 2001. [3] Joy, S.M., Kshirsagar, A., Franceschini, N. Chronic Kidney Disease. In Gary R. Matzke. Pharmacotheraphy : A Pathophysiology Approach. United State: The McGraw- Hill Companies, Inc. 2008. [4] Kenward, R., dan Tan, C.K, Penggunaan Obat Pada Gangguan Ginjal, dalam Aslam Farmasi Klinis: Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien 2003, 140-153, PT. Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta. 2003. [5] Bauer, L. A. Clinical Pharmacokinetics Handbook. Washington: McGram Hill. 2006. [6] Hewlet, T. Nephrotoxic Drug. Canadian Family Phycisian, 50, 5, 709 711. 2004. [7] Falconnier, A. D., Haefeli, W. E., Schoenenberger, R. A., Surber, C., Martin-Facklam, M. Drug Dosing in Patient with Renal Failure Optimized by Immediate Concurrent Feedback. JGIM, 16, 369 375. 2001. [8] Munar, M.Y, Singh, H. Drug Dosing Adjustment in Patients with Chronic Kidney Disease. American Academy of Family Physician, 75, 10, 1487 1496. 2007. [9] Shargel, L. dan Yu. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 449-453. 2005. 48