BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72.

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

BAB I PENDAHULUAN. penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA CABAI MERAH GILING DI PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

PEWARNA ALAMI; Sumber dan Aplikasinya pada Makanan & Kesehatan, oleh Dr. Mutiara Nugraheni, S.T.P., M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo.

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. alami tersebut, sekarang marak dipakai pewarna sintetik/buatan

Pengaruh sodium tripoliphosphat (STPP) terhadap sifat karak (kerupuk gendar) Noor Ernawati H UNIVERSITAS SEBELAS MARET I.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan khususnya penggunaan bahan kimia. berbahaya pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan di dalam kehidupannya (Effendi, 2012). Berdasakan definisi dari WHO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, keamanan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

Alasan Penggunaan BTM : (Food Food Protection Committee in Publication) BAB 4 BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (BTM)

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

ANDA BERTANYA, APOTEKER MENJAWAB. Diasuh oleh para Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Apakah Pantangan Makanan Ibu Hamil?

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Warna Makanan, peraturan tentang Penggunaan Pemanis Buatan. 2. memanfaatkan zat aditif sintesis yang dibuat dari zat-zat kimia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat warna alami semakin

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB 1. Di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya mempunyai tingkat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kerupuk sudah lama dikenal di tanah air kita terutama sebagai lauk pauk

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni Identifikasi rhodamin B pada kembang gula yang beredar di Kota Jambi ABSTRAK

METODE. Materi. Rancangan

RINGKASAN Herlina Gita Astuti.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PANGAN Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan-minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makananminuman. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Yang dimaksud dengan membahayakan kesehatan antara lain pangan yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan proses produksi pangan. 1) B. KERUPUK Kerupuk adalah produk kering yang diperoleh dari tapioka atau tepung lain dengan atau tanpa penambahan bahan lain sesuai dengan jenis makanan, misal : kerupuk ikan, kerupuk bawang dan sebagainya. 12) Kerupuk berwarna adalah kerupuk yang diberi warna, adapun tahap pengolahannya adalah biji-bijian seperti, jagung atau gandum dilakukan penggilingan menjadi tepung, setelah itu dilakukan pencampuran dengan bahan lain (garam, gula, telur, bawang, MSG dan air secukupnya) menjadi adonan yang rapat dan kompak, ke dalam adonan itu ditambahkan bahan tambahan pangan misalnya pengenyal dan pewarna. Setelah itu adonan siap dicetak dan dikeringkan hingga menjadi kerupuk mentah dan siap untuk digoreng. Penggorengan dapat dilakukan dengan minyak atau pasir. C. BAHAN TAMBAHAN PANGAN Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal pemucat dan pengental. 1)

Ketentuan mengenai bahan tambahan pangan diatur dalam Permenkes no : 722/MenKes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan. Peraturan ini memuat ketentuan yang menetapkan Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan serta batas jumlah penggunaannya dan Bahan Tambahan Makanan yang dilarang. 1. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pernggunaan bahan tambahan pangan tidak boleh sembarangan hanya dibenarkan untuk tujuan tertentu saja, misalkan untuk mempertahankan mutu atau kestabilan makanan/untuk memperbaiki sifat organoleptiknya dari sifat alami, disamping itu juga diperlukan dalam pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, perawatan, pembungkusan atau pengangkutan. Selain itu setiap tambahan makanan mempunyai batas-batas penggunaan maksimum. 13) Pemakaian bahan tambahan makanan diperkenankan bila bahan tambahan tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut untuk pemeliharaan kualitas gizi bahan pangan, peningkatan kualitas/stabilitas simpan sehingga mengurangi kehilangan bahan pangan, membuat bahan pangan lebih menarik bagi yang tidak mengarah pada penipuan, diutamakan untuk membantu proses pengolahan bahan pangan. 14) Penggunaan bahan tambahan makanan harus dapat menjaga produk tersebut dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen. Oleh karena itu pemakain bahan tambahan makanan ini tidak diperkenankan bila untuk menutupi tehnik pengolahan dan penanganan yang salah, menipu konsumen dan menyebabkan penurunan nilai gizi. Keamanan pemakaian bahan tambahan makanan adalah merupakan persyaratan utama, pemakaianya diijinkan dalam bahan pangan harus merupakan kebutuhan minimum yang ditetapkan. 2. Penyalahgunaan Bahan Tambahan yang Dilarang Kasus penyalahgunaan bahan tambahan makanan yang sering terjadi adalah penggunaan bahan tambahan yang dilarang untuk bahan pangan dan penggunaannya melebihi batas yang telah ditentukan. Masalah yang menyebabkan timbulnya penyalahgunaan bahan tambahan tersebut adalah kurangnya pengetahuan produsen kerupuk terhadap penggunaan bahan tambahan

pada makanan. Penyebab lain produsen berusaha memenuhi kebutuhan dengan keuntungan yang besar dan konsumen ingin mendapatkan makanan dalam jumlah yang banyak dengan harga murah. Dalam Undang-Undang no. 7 tahun 1997 tentang Pangan, pasal 10 ayat (1) bahwa setiap orang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan dilarang atau melampaui ambang batas maksimal. Penjelasan ayat (2) menyebutkan penggunaan bahan tambahan pangan dalam produksi pangan yang tidak mempunyai resiko terhadap kesehatan manusia dapat dibenarkan karena hal tersebut memang lazim dilakukan, namun penggunaan bahan yang dilarang sebagai bahan tambahan pangan secara berlebihan sehingga melampaui ambang batas maksimal tidak dibenarkan karena dapat merugikan/membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi pangan tersebut. 15) D. ZAT PEWARNA RHODAMIN B 1. Definisi zat pewarna Rhodamin B Rhodamin B merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan dalam larutan berwarna merah terang berpendar (berfluorescensi). Nama lain dari Rhodamin B adalah : Tetra ethyl rhodamin, Rheonine B, D & Red No.19, CI Basic Violet 10, CI No.45179. 2. Kegunaan zat pewarna Rhodamin B Rhodamin B sering digunakan sebagai zat pewarna untuk tekstil, kertas dan sebagai reagensia untuk pengujian Antimon, Cobalt, Bismuth dan lain lain, Rhodamin B dilarang digunakan dalam obat, makanan dan kosmetika (Permenkes No.239/Menkes/Per/V/85 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya), Rhodamin B seringkali disalahgunakan untuk pewarna pangan dan kosmetika misalnya sirup, kerupuk, lipstik dan lain lain. Pewarna makanan-minuman untuk warna merah disarankan memakai pewarna alam atau pewarna sintetik yang aman sesuai dengan Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan, contoh : Karmin, Merah Allura. 3. Bahaya Rhodamin B terhadap Kesehatan

Bahaya utama Rhodamin B terhadap kesehatan adalah paparan Rhodamin B dalam waktu yang lama (kronis) dapat menyebabkan gangguan fungsi hati / kanker hati sedangkan tanda dan gejala akut bila terpapar Rhodamin B adalah jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit, jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata dan jika tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan. 16) Rhodamin B dapat melukai mata, merusak hati, menyebabkan tumor hati/karsinogenik. 8) 4. Identifikasi zat pewarna Rhodamin B Identifikasi zat pewarna Rhodamin B dengan metode kromatografi kertas. Kertas yang digunakan kertas whatman no.42 ukuran 25mm. Sebagai fase diam adalah air yang terserap dalam kertas whatman dan fase gerak 2g tri natrium sitrat, 5ml amoniak pekat dalam aquades ad 100ml. Untuk pengamatan penampakan bercak dideteksi dengan sinar ultra violet dengan panjang gelombang 254nm, bercak akan terlihat warna merah muda berarti mengandung Rhodamin B. 17) Definisi kromatografi menurut FI IV adalah tehnik pemisahan zat terlarut oleh proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari 2 fase atau lebih yang salah satunya bergerak berkesinambungan dalam arah tertentu dan didalam zat zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. 18) E. KONSEP PERILAKU Menurut Soekidjo Notoatmodjo pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan. Akan tetapi tidak berarti bentuk perilaku hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakan saja. Perilaku dapat saja bersifat potensial yaitu pengetahuan, motivasi dan persepsi 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil daripada tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Pengetahuan yang ada pada manusia tersebut bertujuan untuk dapat menjawab permasalahan kehidupan manusia yang dihadapi sehari hari dan digunakan untuk mendapatkan

kemudahan kemudahan tertentu Pengukuraan pengetahuan dapat dilaksanakan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian / responden mengenai pengetahuan yang ingin kita ketahui disesuaikan dengan tingkat pengetahuan. 2. Sikap Sikap merupakan kecenderungaan untuk berbuat sesuatu, sikap belum dapat dilihat dengan nyata, artinya sikap itu dalam diri seseorang sehingga sulit untuk mengetahui bagaimana sikap seseoarang terhadap sesuatu. Faktor terpenting yang menentukan bahwa respon individu terhadap stimulus yang diterimanya yaitu hakekat stimulus, latar belakang, perjalanan individu, motivasi juga sikap individu memagang peranan penting dalam menentukan bagaimana kondisi sesorang terhadap lingkungan atau stimulus lingkungan. Sikap merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena kalau sikap sudah terbentuk dalam diri seseorang maka sikap tersebut dapat ikut dalam menentukan tingkah laku terhadap sesuatu. Hubungan antara perilaku dan sikap, tidak sepenuhnyaa dipengaruhi namun bukti adanya hubungan tersebut cukup banyak. Analisis akan memperhatikaan misalnya bahwa sikap sampai tingkat tertentu merupakan penentu, komponen dari akibat perilaku. Hal tersebut merupakan alasan yang cukup untuk memberikan perhatian terhadap sikap, keyakinan dan nilai sebagai faktor. 3. Praktek dan Tindakan Praktek dan tindakan merupakan salah satu dari tiga jenis perilaku yang berbentuk perbuatan (action) terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Perbuatan atau praktek tidak sama dengan perilaku. Perwujudan dari perilaku yang lain dapat melalui pengetahuan dan sikap. Perwujudaan suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata perlu adanya kondisi tertentu yang memungkinkan antara lain adanya fasilitas dan dukungan. 4. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku Menurut Teori Precede dari Green perilaku dipengaruhi oleh beberapa factor yang sangat berpengaruh untuk terjadinya perilaku tersebut yaitu :

a. Faktor Predisposisi (Predisposing), yaitu faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Kelompok yang termasuk didalamnya adalah pengetahuan, sikap, nilai-nilai dan budaya, kepercayan dari orang terhadap perilaku, beberapa karakteristik individu (umur, Jenis kelamin, tingkat pendidikan). b. Faktor Pemungkin (Enabling), yaitu faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tersebut. Kelompok yang termasuk didalamnya adalah ketersediaan pelayanan kesehatan, ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun biaya dan sosial, peraturan peraturan dan komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku tertentu tersebut. c. Faktor Penguat (Reinforcing).yaitu faktor yang memperkuat kadang-kadang justru dapat memperlunak untuk terjadinya perilaku tertentu tersebut. Kelompok yang termasuk didalamnya adalah, pendapat, dukungan, kritik keluarga, teman, lingkungan. Ketiga kategori tersebut memberi kontribusi atas perilaku kesehatan. 19)

F. KERANGKA TEORI Produk Pangan Pangan tidak mengandung bahan berbahaya (Rhodamin B ) Pangan mengandung bahan berbahaya (Rhodamin B) Akumulasi dalam tubuh (jumlah kecil) dan bersifat karsinogenik serta menyebabkan keracunan dalam jumlah banyak Produsen : - Pengetahun - Sikap - Pendidikan Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian 20)

G. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Pengetahuan Variable Bebas produsen tentang Rhodamin B Variabel Terikat Penggunaan Rhodamin B pada kerupuk Variabel Bebas Sikap produsen terhadap penggunaan Rhodamin B Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian H. HIPOTESA 1. Ada hubungan antara pengetahuan produsen kerupuk dengan penggunaan zat pewarna Rhodamin B pada kerupuk. 2. Ada hubungan antara sikap produsen kerupuk dengan penggunaan zat pewarna Rhodamin B pada kerupuk