60 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Prosedur perizinan pembangunan hotel di Kota Yogyakarta ditinjau dari Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung sudah dilaksanakan oleh Dinas Perizinan sesuai dengan Peraturan Daerah tersebut. Langkah-langkah untuk mendapatkan izin pembangunan hotel sudah disusun secara jelas. Tahapan perizinan pembangunan hotel terdiri atas tahap administrasi seperti melengkapi syarat-syarat Amdal, dan tahap teknis berupa pengecekan langsung di lapangan. Sedangkan mengenai hasil dari pelaksanaan prosedur perizinan pembangunan hotel yang sudah masuk ke Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sampai dengan dikeluarkannya Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 tentang Pengendalian Pembangunan Hotel masih ada yang belum dikeluarkannya izin sampai dengan akhir bulan Desember 2015 dikarenakan belum lengkapnya berkas perizinan yang diajukan oleh pemohon pembangunan hotel. 2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi prosedur perizinan pembangunan hotel di Kota Yogyakarta ditinjau dari Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 secara garis besar adalah sebagai berikut : a. Jumlah pegawai yang terbatas, dengan tugas yang harus diselesaikan tidak seimbang sehingga akan mempengaruhi kecepatan dan ketepatan dalam memproses perizinan yang diajukan. b. Kelengkapan administrasi dokumen perizinan yang belum memenuhi sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan menjadi kendala dalam mengeluarkan perizinan yang diajukan. c. Kelengkapan dokumen kajian lingkungan, proses untuk mendapatkan hasil kajian lingkungan oleh ahlinya memerlukan waktu lama (enam bulan) menjadi kendala bagi pemohon untuk segera melengkapi persyaratan dokumennya. 60
61 d. Sikap dan perilaku sebagian masyarakat disekitar calon lokasi hotel yang menolak. Sebagian masyarakat dilokasi calon pembangunan hotel masih menolak kehadiran pembangunan hotel. Masyarakat khawatir dengan dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh kehadiran pembangunan hotel yang akan dilaksanakan. B. Saran Untuk memperlancar implementasi solusi yang telah ditawarkan seperti tersebut diatas maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut kepada : 1. Walikota Kota Yogyakarta. Dalam proses pembangunan hotel baru perlu dikaji kebijakan yang saling menguntungkan antara pihak pemilik hotel dengan masyarakat sekitar (simbioses mutualisme). 2. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta. Perlunya ada kebijakan untuk menambah tenaga di Dinas Perizinan untuk lebih memperlancar proses pemberian izin kepada pemohon pembangunan hotel. 3. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. Mengingat proses untuk mendapatkan hasil kajian lingkungan memerlukan waktu yang agak lama, maka diperlukan terobosan untuk memangkas jarak waktu tetapi tetap menjaga kualitas yang dipersyaratkan. 4. Kepada Kepala Dinas Kominfo Kota Yogyakarta. Masyarakat perlu diinformasikan secara tranfaran dan akuntabel sesuai dengan semangat keterbukaan informasi publik melalui berbagai media yang ada sehingga masyarakat yang akan mengajukan perizinan pembanguan hotel menjadi sangat paham dan jelas. 5. Kepala Kelurahan setempat. Perlunya pencerahan kepada masyarakat setempat tentang adanya rencana pembangunan hotel di wilayahnya secara tranfaran sehingga masyarakat bisa memahami dan mengambil manfaat tentang keberadaan hotel yang akan ada di wilayahnya.
62 6. Kepada Tokoh masyarakat. Perlunya menjembatani informasi yang obyektif kepada anggota masyarakat lainnya sehingga tidak ada mis informasi tentang keberadaan hotel yang akan dibangun di wilayahnya. 7. Kepada Pemilik hotel. Wajib menerapkan tanggung jawab sosial dunia usaha terhadap masyarakat di sekitar hotel yang akan dibangun.
63 DAFTAR PUSTAKA Buku Adrian Sutedi. 2011. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta : Sinar Grafika AG Subarsono. 2009. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Dewi Aniaty, Aviani Santi, dan Baryono. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan 3 SMP dan MTs Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. H.B. Sutopo. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Surakarta : UNS Press Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : ANDI Marihot Pahala Siahaan. 2008. Hukum Bangunan Gedung Di Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Ni matul Huda. 2006. Hukum Pemerintahan Daerah. Bandung : Nusa Media Ramesh, Howlett. 1995. Faktor Internal Maupun Eksternal Implementasi Kebijakan. Jakarta : Aksara Baru Ridwan HR. 2011. Hukum Administrasi Negara. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Soerjono Soekanto. 2010. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia Press Sri Suwitri. 2008. Konsep Dasar Kebijakan Publik. Semarang : Universitas Diponogoro Utang Rosidin. 2010. Otonomi Daerah dan Desentralisasi. Bandung: Pustaka Setia Jurnal Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Bernard. 2013. Identifikasi Variabel Penting Keandalan Bangunan Gedung di Kota Serang. Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.3 No.3, 185-193
64 Arellano Colongon, Jr. 2003 What Is Happening on the Ground? The Progress of Decentralisation, in Local Power and Politics in Indonesia. ISEAS, Volume 88 Perundang-undangan : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara nomor 04 tahun 2007 tentang Pedoman Umum Formulasi, Implementasi, Evaluasi Kinerja, dan Revisi Kebijakan Publik Di Lingkungan Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Banguan Gedung Internet (http://www.jogjaprov.go.id/pemerintahan/kalender-kegiatan/view/luas-wilayah diakses pada 04 Januari 2016 pukul 15.00).