PREFERENSI PENGGUNAAN JURNAL ILMIAH CETAK DAN NON CETAK. (Studi Deskriptif Perilaku Penemuan Informasi. Dikalangan Dosen Universitas Airlangga)

dokumen-dokumen yang mirip
Universitas Airlangga Surabaya merupakan salah satu universitas negeri terbesar

PERILAKU PENEMUAN INFORMASI JURNAL ILMIAH DI KALANGAN MAHASISWA PENGGUNA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencarian informasi erat kaitannya dengan kebutuhan akan informasi.

POLA PERILAKU PENEMUAN INFORMASI DI KALANGAN KOMUNITAS BISA MENULIS (KBM) Aditya Sekti Gladys Prasastie ABSTRACT

KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI STAF PENGAJAR POLITEKNIK NEGERI SEMARANG DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Hampir semua orang dalam setiap kegiatannya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tinggi adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan yang

Nisa Emirina Royan. Kata kunci : Perilaku Penemuan Informasi, Model Perilaku Penemuan Informasi, Mahasiswa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini

2016 DAMPAK INTERNET TERHADAP PENGGUNAAN KOLEKSI TERCETAK DI UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PERPUSTAKAAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Pemanfaatan Google Drive Dalam Pengembangan Electronic Document Delivery : Pendekatan Aplikatif Untuk Peningkatan Kinerja Pustakawan

Bonita Septia Jaya A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang

STUDI TENTANG PEMANFAATAN MAJALAH ILMIAH DI UPT PERPUSTAKAAN UNSRAT OLEH MAHASISWA UNSRAT MANADO

BAB I PENDAHULUAN. jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu

PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI TEKNOLOGI INFORMASI DI KALANGAN MAHASISWA EKONOMI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BIMBINGAN PEMUSTAKA UNTUK MAHASISWA BARU STMIK SURABAYA DI ERA DIGITAL. Deasy Kumalawati Perpustakaan STMIK Surabaya

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan tujuan penelitian tentang Dinamika Akses

Peran Teknologi Informasi bagi Jurnal Ilmiah

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

PERILAKU PEMUSTAKA DALAM TEMU KEMBALI KOLEKSI DENGAN MENGGUNAKAN OPAC BERBASIS SliMS (Studi Kasus di Perpustakaan STAIN Ponorogo)

FAKTOR PENGHAMBAT MINAT PEMUSTAKA DALAM PEMANFAATAN PELAYANAN REFERENSI UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERILAKU PENEMUAN INFORMASI LITERATUR BERBAHASA INGGRIS DI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 1

PROFIL DAN TANGGAPAN MAHASISWA DALAM MEMANFAATKAN WEB SITE MATA KULIAH KONSEP TEKNOLOGI

1 Universitas Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG TINGKAT KUNJUNGAN MAHASISWA PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HALU OLEO. Oleh. *Selmi **Hj. St Harmin ***Jumrana

Pengembangan Koleksi Modul 3

BAB I PENDAHULUAN. akademik yang mempunyai fungsi sangat strategis dalam menunjang terlaksananya tri

Perilaku Users dalam Pencarian Data dan Informasi melalui New Media

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERPUSTAKAAN JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNM UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN PENGUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ilmu pengetahuan akan semakin terus berkembang dengan adanya kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iis Naeni Sabila, 2013

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia IT (Information Technology) sekarang ini demikian

SIKAP MAHASISWA FISIP UNSRAT TERHADAP JASA LAYANAN UPT PERPUSTAKAAN UNSRAT. Oleh: Drs. Anthonius M. Golung, SIP

Oleh : Nias Maharani 1

BAB VI PENUTUP. Dari hasil pembahasan dan analisis penelitian pada bab sebelumnya dapat

KAJIAN PUSTAKA (REVIEWING the LITERATURE) Disampaikan pada kuliah Metodologi Riset Sistem Informasi Oleh: Jefri Marzal

Evaluasi Penggunaan Internet sebagai Penyelesaian Tugas Sekolah di SD N Karangjati 01

KEBIJAKAN LAYANAN KOLEKSI LOKAL KONTEN TERCETAK PADA ERA DIGITAL DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Information and Communication Technology ( ICT ) yang. keuntungan yang masuk, baik secara finansial maupun jaringan.

EVALUASI KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS WARMADEWA

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat memberikan persepsi kepada masyarakat atau publik. Pemahaman dari suatu

STUDI DAN EVALUASI TERHADAP KUNJUNGAN WEB BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang

Nomor Induk Mahasiswa :. Jenis Kelamin :.

Utilization Studies Library of Health Polytechnic Semarang. Pemanfaatan Perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

PANDUAN SINGKAT Akses E- Journal DIKTI

lokakarys Fungsional Non Psneii yang balk dan berkesinambungan. Juga diharapkan dapat menghindari terjadinya duplikasi penelitian maupun untuk meningk

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Aktivitas pendidikan umumnya banyak membutuhkan faktor pendukung yang

1. Judul Penelitian : Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Oleh Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Hasanuddin 2.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat membantu komunikasi dari top manajemen hingga ke bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai

Nadia Amelia Qurrota A yunin Pustakawan Pertama Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa

BAB I PENDAHULUAN. telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007, peran penting

P-ISSN : E-ISSN : Tahun 6, Volume 6 No. 1 Mei 2016

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan satu bentuk perguruan tinggi yang melaksanakan

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006

PENELUSURAN TERBITAN BERKALA PADA UNIT PELAYANAN REFERENSI, TERBITAN BERKALA, DAN NBC PERPUSTAKAAN UGM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR. sebuah perpustakaan di lingkungan pendidikan tinggi (akademi, universitas,

ANALISIS PELAYANAN PRIMA DENGAN KONSEP A6 PADA PERPUSTAKAAN TINGGI NEGERI DI SURABAYA. Oleh : Deby Julia Laurena ( ))

Perilaku Informasi, Semesta Pengetahuan

Sumber Data. Sumber data penelitian terdiri atas sumber data sekunder dan primer data sekunder.

PEMANFAATAN LAYANAN ONLINE DI INSTITUSI PENDIDIKAN JARAK JAUH MAKING USE OF ONLINE SERVICES WITHIN DISTANCE EDUCATION INSTITUTIONS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI TARUNA ANGKATAN 46 DI PERPUSTAKAAN POLITEKNIK ILMU PELAYARAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari globalisasi informasi. Globalisasi informasi merupakan istilah yang


BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. Layanan buku..., Harianto, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS INDIVIDU PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan

PENELUSURAN JURNAL INTERNASIONAL DAN KELOLA PUSTAKA DENGAN MENDELEY

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

UPAYA PUSTAKAWAN DALAM MEMAKSIMALKAN PEMANFAATAN E-JOURNAL DI PERGURUAN TINGGI Oleh Purwani Istiana

KAJIAN PENGADAAN KOLEKSI UPT PERPUSTAKAAN DALAM MENYEDIAKAN INFORMASI YANG DI BUTUHKAN OLEH MAHASISWA UNIVERSITAS SAM RATULANGI

PENDAHULUAN. Zulharman Staf Pengajar FK Unri Mahasiswa S2 Ilmu Pendidikan Kedokteran FK UGM

INOVASI PERPUSTAKAAN BERBASIS TEKNOLOGI UNTUK LAYANAN INFORMASI, PENELITIAN DAN REKREASI DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA

2015 HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN WEBPAC DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PEMUSTAKA DI UPT PERPUSTAKAAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ITB)

BAB I. Universitas Sumatera Utara

Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar Bagi Mahasiswa di Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

POLA LITERASI INFORMASI PEMUSTAKA DI PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI PADANG

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PADA AKADEMIS AMIK ASM LAKSI 31

BAB 1 PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi terutama penggunaan internet saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dan rekreasi dengan menyediakan berbagai macam informasi yang sesuai dengan

KAJIAN DESKRIPTIF PEMANFAATAN INTERNET OLEH MAHASISWA DI JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG PADA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi yang melahirkan sejumlah konsep, cara berpikir, dan strategi baru dalam dunia bisnis.

SUGENG PRIYANTO LOGO

Transkripsi:

PREFERENSI PENGGUNAAN JURNAL ILMIAH CETAK DAN NON CETAK ABSTRAK (Studi Deskriptif Perilaku Penemuan Informasi Dikalangan Dosen Universitas Airlangga) Oleh : Siti Nawang Linuwih Departemen Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya Jurnal ilmiah merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan oleh civitas academica, khusunya dosen, sebagai penunjang kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan perilaku penemuan informasi yang dilakukan oleh Dosen Universitas Airlangga terkait dengan pemanfaatan jurnal ilmiah, baik yang cetak dan non cetak. Serta mengetahui preferensi dan juga tendensi Dosen Universitas Airlangga dalam memilih jurnal cetak dan non cetak dalam memenuhi kebutuhan dan dalam menunjang aktivitas akademik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif diskriptif, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan multistage random sampling (sampel acak bertingkat), dimana tahap pertama adalah cluster random sampling (sampel acak kluster) dan tahap kedua adalah systematic random sampling (sampel acak sistematik). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, data sekunder, dan studi pustaka. Secara umum, penelitian ini menganalisi dua permasalahan. Pertama adalah preferensi penggunaan bentuk jurnal ilmiah. Yang kedua adalah perilaku penemuan informasi dengan menggunakan model Meho dan Tibbo, dimana model ini memiliki 10 tahap, yakni starting, chaining, browsing, monitoring, accessing, differentiating, extracting, verifying, networking, dan information managing. Hasil dari penelitian ini adalah 89,4% Dosen Universitas Airlangga cenderung menggunakan jurnal dalam bentuk elektronik. Untuk tahap penemuan informasi yang dilakukan secara umum sesuai dengan model yang dikemukakan oleh Meho dan Tibbo. Kata kunci : jurnal cetak, jurnal non cetak, Dosen Univeritas Airlangga, penemuan informasi. Preferensi penggunaan jurnal

ABSTRACT This study aims to explain the information-seeking behavior of Airlangga University lecturers. It is related to the scientific journal utilization (printed and e- journal). Moreover, this study also aims to know the preference and tendency of the lecturers in selecting printed and electronic journal. This study used descriptive quantitative research method. The writer took the sample randomly. The writer used multistage random sampling. The first stage was cluster random sampling and the second stage is systematic random sampling. The data collection was conducted by using questionnaire, secondary data, and literature study. Generally, this study analyzes the two problems. First, his study analyzes the preference using of scientific journal. The second problem is the information finding behavior using Meho and Tibbo model. This model has ten stages, namely starting, chaining, browsing, monitoring, accessing, differentiating, extracting, verifying, networking, dan information managing. The result of the study is that 89,4% of Airlangga University lecturers tend to use electronic journal. The stage of information finding which is conducted by the writer goes along with Meho and Tibbo model. Keywords: printed journal, electronic journal, Airlangga University lecturers, information finding behavior, preference using. Pendahuluan: Jurnal ilmiah adalah salah satu sumber informasi primer dari kelompok laporan penelitian yang banyak digunakan dalam pemenuhan kebutuhan informasi, utamanya bagi mereka yang berkecimpung didunia akademik. Dalam praktek pendidikan, sebuah karya ilmiah dianggap lebih baik dari segi isinya, validitas dan profesionalisme jika jumlah jurnal yang berkaitan dengan bidangnya digunakan sebagai salah satu data dan alat referensial. Hal tersebutlah yang membuat jurnal memiliki peranan penting dalam karya ilmiah setiap akademisi (Arzmi dan Mohd: 2013). Dapat dikatakan bahwa urgensi lain dari jurnal ilmiah adalah bisa dijadikan salah satu indikator apakah keilmuan dari suatu program studi tersebut berkembang ataukah jalan ditempat. Semakin banyak penelitian yang dimuat dijurnal, membuktikan banyak pula temuan baru yang didapat oleh sebuah keilmuan tersebut (http://pustaka.ristek.go.id/). Civitas academica perlu menggunakanya sebagai bahan

referensi, tak terkecuali bagi dosen yang dalam hal ini sebagai punggawa terlaksananya Tri Dharma Perguruan Tinggi. Salah satunya adalah pengajaran dan penelitian, yang dalam proses pelaksanaanya bisa menjadikan jurnal ilmiah sebagai sumber tambahan untuk mengup grade pengetahuan dan wawasan, khususnya terkait dengan keilmuan yang diampunya. Di sini bukan berarti memarginalkan sumber lainya, seperti buku ataupun majalah, namun biasanya sumber-sumber tersebut memiliki jangka waktu penerbitan yang lebih panjang. Sebab, sumber tersebut tidak hanya memasuki tahap penyusunan, namun juga editorial dan penerbitan yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Hal ini sedikit berbeda dengan jurnal, sebab biasanya jurnal berisi penelitian, studi literatur ataupun konsep yang baru saja diteliti. Waktu release-nya pun tidak jauhjauh dari penyelesaianya. Keberadaan jurnal ilmiah akan lebih baik lagi jika didukung dengan fasilitas yang tersedia dan ketersediaan sumber informasi di pusat informasi yang mudah dijangkau, seperti perpustakaan atau ruang baca, seharusnya dosen mampu menggunakan untuk menemukan jurnal ilmiah secara optimal. Pada kenyataanya masih sering ditemui beberapa materi yang disampaikan oleh dosen terkesan stagnan. Dimana konten materi yang cenderung sama antara pengajaran beberapa tahun lalu sampai saat ini. Merubah konten materi disini bukan berarti harus menyimpang dari silabus perkuliahan, akan tetapi memberikan tambahan informasi lain yang terbaru dan terkini (up to date), yang masih dalam cangkupan kurikulum yang berlaku, agar perkembangan ilmu bisa terlihat dan dirasakan. Dilapangan pun dosen masih minim memberikan rekomendasi referensi ataupun literatur penunjang pembelajaran yang bersumber dari jurnal. Pemberian literatur tersebut tidak hanya memperbaiki karyakarya tulis akademik dosen, tetapi juga pengalaman belajar mahasiswa untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi dunia pasca kampus (Arzmi dan Mohd: 2013). Minimnya penggunaan jurnal ilmiah, khususnya dalam bentuk cetak, oleh dosen terlihat dari data kunjungan dosen yang dihimpun oleh Perpustakaan Universitas Airlangga pada tahun 2013, yang menunjukkan angka 62 orang dari 1.499 orang dosen. Artinya hanya 4,14% saja yang menggunakan perpustakaan untuk melakukan penemuan informasi terkait dengan kebutuhanya. Data tersebut bisa dimaklumi, karena dimungkinkan para dosen lebih memilih menggunakan sumber elektronik. Preferensi pada sumber elektronik ini dimungkinkan terjadi karena sajian informasi dalam bentuk cetak, dalam hal ini utamanya jurnal ilmiah cetak, kurang memadai dalam mengakomodir kebutuhan informasi ilmiah, sehingga akses internet menjadi suatu penunjangnya. Munculnya akses internet seperti saat ini, dimana segala informasi bisa diakses dengan bebas, tak terkecuali jurnal, harusnya bisa membuat intensitas penggunaan jurnal pada dosen semakin meningkat. Tentunya akan mempengaruhi sajian materi pengajaran yang disampaikan pada mahasiswa ataupun referensi yang digunakan untuk aktivitas akademik lainya lebih mutakhir. Karena ditunjang oleh jurnal dimana kandungan informasinya yang cukup up to date (Tenopir & King dalam Liu: 2005). Namun, penggunaan internet yang berkaitan dengan pencarian informasi ilmiah, khususnya jurnal juga masih sangat minim. Dari

hasil penelitian yang dilakukan Yunindyawati pada tahun 2009, diketahui bahwa dari 40 orang dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sriwijaya yang diteliti, sebesar 95,7% adalah pengguna internet. Penggunaan akses internet untuk menggali informasi terkait dengan penelitian hanya 14,1% dan penemuan informasi terkait dengan ilmu pengetahuan sekitar 15,2%. Di mana link yang sering diakses adalah www.lipi.or.id dengan prosentase sebesar 7,6%. Dari prosentase tersebut sebesar 81,8% informasi yang ditemukan digunakan sebagai acuan bahan pengajaran. Jika fasilitas internet yang cukup mendukung belum maksimal dalam memberikan pengaruh terhadap aksesbilitas dosen dalam penggunaan jurnal, bisa jadi ini menandakan adanya kesulitan yang dihadapi oleh pengguna dalam menemukan informasi yang dibutuhkan. Seperti yang dikemukakan oleh Ziming Liu pada hasil penelitianya yang berjudul Print vs Electronic Resources: A Study of User perceptions, Preferences, and Use. Dimana responden menyatakan cenderung kurang menggunakan sumber elektronik karena cakupan informasi yang luas dan kualitas informasi yang masih belum tentu valid (Liu: 2005). Hal ini membuktikan bahwa pengguna masih dimungkinkan menghadapi kebingungan dalam memilih informasi yang tersedia secara over load jika dihadapkan pada sumber informasi elektronik. Beberapa responden dari penelitian Ziming Liu juga menyatakan kesulitan lainya yang berkaitan dengan keterbatasan bahasa yang ditemui dalam sumber informasi elektronik, dimana bahasa Inggris masih menjadi bahasa mayoritas sumber informasi tersebut. Serta masalah konektivitas atau sambungan internet yang digunakan (Liu: 2005). Masalah konektivitas dan banjir informasi yang disediakan sumber informasi elektronik adalah beberapa kekurangan sumber informasi elektronik, dimana sebagian bisa menjadi kelebihan yang membuat pengguna menjadi lebih cenderung menggunakan sumber informasi cetak. Koleksi dalam bentuk cetak juga dinilai lebih memberikan informasi yang rinci, meskipun diakui responden bahwa untuk menunjang up to date lebih memilih menggunakan sumber informsi elektronik. Dengan melihat beberapa kekurangan dan kelebihan yang ada pada sumber informasi cetak maupun elektronik tersebut, peneliti ingin mengetahui preferensi penggunaan jurnal ilmiah cetak dan non cetak yang digunakan oleh dosen Universitas Airlangga dan pola penemuan informasi yang dilakukan. Untuk mendukung proses penelitian preferensi peneliti menggunakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ziming Liu yang berjudul Print vs Electronic Resources: A Study of User perceptions, Preferences, and Use. Sedangkan untuk penggalian terhadap pola penemuan informasi, peneliti menggunakan pola penemuan informasi yang dikemukakan Lokman I. Meho dan Helen R. Tibbo (2003) yang merevisi penelitian David Ellis (1987, 1989). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana hasilnya bisa digunakan untuk melakukan generalisasi dari sampel yang diambil pada suatu populasi (Singarimbun: 1995). Karena fokus dari penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui preferensi

penggunaan jurnal ilmiah cetak dan non cetak dikalangan dosen Universitas Airlangga, serta pola penemuan informasi yang dilakukan. Sedangkan tipe penelitian menggunakan tipe penelitian diskriptif dengan tujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi obyek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi (Bungin, 2005:36). Dan nantinya menggunakan kuesioner sebagai alat untuk menghimpun data primernya. Penelitian ini melibatkan staf pengajar, khususnya dosen yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS). Jumlah sampel yang digunakan untuk pengambilan data, sebanyak 94 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Sampel Acak Bertingkat /Multistage Random Sampling. Tahap pertama dalam memilih sampel menggunakan Cluster Random Sampling (Sampel Acak Klaster) untuk menentukan fakultas yang eksak dan non eksak. Setelah di undi, didapat FKM dan Farmasi untuk eksak, sedangkan non eksak ada FIB dan FEB. Setelah itu masingmasing fakultas ditentukan sampelnya dengan menggunakan Sytematic Random Sampling. Teknis pengambilan sampel dengan sistem ini dilakukan dengan pemilihan acak pada unsur pertama saja dari sampel, sedangkan unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu (Singarimbun:1995). Untuk menentukan pola tersebut, pertama yang harus dilakukan adalah menentukan interval sampel. Setelah itu dari interval tersebut bisa ditentukan sampel pertama sampai ke-94. Analisis: A. Preferensi Penggunaan Jurnal Ilmiah Melakukan pembandingan dan penilaian secara evaluatif terhadap obyek, mutlak dilakukan oleh seseorang. Dari pembandingan dan penilaian tersebut akan menimbulkan gambaran obyek mana yang lebih memberikan benefit. Tak terkecuali dalam menggunakan jurnal ilmiah, akan ada banyak hal yang dipertimbangkan oleh pengguna sebelum memilih menggunakan jurnal dalam bentuk cetak atau pun non cetak. Untuk memahami preferensi penggunaan jurnal cetak dan non cetak dalam lingkup Dosen Universitas Airlangga ini, dapat dilihat dari teori preferensi yang dikemukakan oleh Ziming Liu. Menurut hasil penelitian Ziming Liu, sebagian besar responden dari penelitiannya leih memilih referensi non cetak sebagai bahan utama untuk menunjang kegiatan akademik. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat data bahwa sebanyak 89,4% atau 84 orang Dosen Universitas Airlangga memilih jurnal elektronik. Responden mempertimbangkan keuntungan bahwa jurnal non cetak lebih mudah diakses. Selain itu tidak dipungkiri lagi bahwa di era saat ini ketersediaan informasi yang memadai adalah dari sumber non cetak dan sumber cetak masih minim ketersediaanya. Alasan kedua yang banyak diungkapkan oleh para responden adalah karena jurnal non cetak tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, artinya jurnal non cetak tersedia 24 jam. Sementara responden yang memilih menggunakan jurnal

cetak sebagai referensi ada sebanyak 10,6%, karena jurnal cetak lebih nyaman digunakan. Utamanya jika responden mengalami gangguan kesehatan pada mata. Penggunaan jurnal yang telah dipilih oleh responden tidak hanya memberikan keuntungan saja. Disisi lain responden kerap mengalami kendala, baik yang menggunakan jurnal cetak maupun non cetak. Responden pengguna jurnal cetak mengaku tidak bisa mengakses jurnal cetak secara bebas, masih terbatasi oleh ruang dan waktu. Selain itu, ketika sudah mendapatkan dengan tema yang sesuai, akan susah mencari tema yang serupa di koleksi lainya. Sedangkan pengguna jurnal non cetak mengatakan bahwa hambatan yang sering dirasakan adalah koneksi internet yang disediakan universitas sering tidak stabil, sehingga mereka menyediakan secara pribadi. Selain itu, ketersediaan yang sesuai dengan kebutuhan dosen juga cukup berpengaruh pada penggunaan jurnal non cetak. Ada sebagian dosen yang berpendapat bahwa perpustakaan kurang mengakomodir kebutuhan pada disiplin ilmunya, dan lebih memperbanyak koleksi pada bidang lainya, sehingga mereka berlangganan jurnal non cetak secara pribadi meskipun harganya terbilang mahal. Hambatan kedua yang sering dirasakan adalah ketidak nyamanan ketika digunakan, terutama responden yang memang memiliki gangguan kesehatan pada mata, sehingga seringkali responden mem-print out jurnal non cetak tersebut. Dengan mempertimbangkan keuntungan dan hambatan tersebut, responden pengguna jurnal cetak, mengaku masih menambah referensi melalui jurnal non cetak. Dengan alasan, jurnal non cetak memberikan informasi terkini. Akan tetapi, sebagian besar responden pengguna jurnal non cetak mengaku tidak menambah referensi jurnal cetak. Karena memang ketersediaan jurnal di perpustakaan universitas terbilang minim dan kurang mengakomodir kebutuhan, serta keterbatasan waktu. B. Penemuan Jurnal Cetak Dan Non Cetak Dikalangan Dosen Universitas Airlangga Perilaku penemuan Informasi (Information Seeking Behaviour) merupakan upaya menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini, seseorang dapat saja berinteraksi dengan sistem informasi hastawi (misalnya, surat kabar, majalah, perpustakaan), atau yang berbasis komputer (Wilson, 2000 dalam Puri, 2011). 1) Starting: adalah proses awal yang dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan sekunder. Proses strating juga dikatakan sebagai langkah awal dari mulainya siklus hidup penelitian untuk pendekatan sebuah topik baru dan metode untuk mengumpulkan informasi yang telah direncanakan oleh dosen. Pencarian literatur, koran, menghubungi orang baik secara formal dan informal (kadang-kadang dalam betuk wawancara) dengan teman, kolega, subyek dan tokoh-tokoh utama lainya. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suryaningsih (2014), didapat data bahwa sebagian besar dosen peneliti memilih melakukan starting melalui search

engine, dengan alasan lebih memberikan kemudahan dan menyediakan berbagai macam jurnal. Sedangkan informasi yang banyak dicari adalah key word dan penerbit jurnal elektronik. Hasil yang sama juga didapat dari penelitian ini. Berdasarkan penelitian dilapangan didapat data bahwa sebanyak 89,4% atau 84 orang Dosen Universitas Airlangga memilih jurnal non cetak, dan dari responden yang memilih jurnal non cetak tersebut, sebanyak 98,81% melakukan kegiatan starting. Tabel 1 Bentuk Informasi Starting Jurnal Non Cetak Dengan Cara Memperolehnya Informasi Starting Cara Yang Dilakukan Judul Total Subyek Penulis Lainya Jurnal Melalui search engine 41 11 2 1 55 Melalui Katalog Perpustakaan 4 1 0 0 5 Melalui Website Penyedia Jurnal Non 18 1 1 1 21 Cetak Lainya 1 0 0 1 2 Total 64 13 3 3 94 Sumber: Data Primer yang Telah Diolah Dari tabel 1 diatas, dapat dianalisis bahwa sebagian besar dosen yang menggunakan jurnal non cetak sebagai referensi, yakni sebanyak 41 orang dosen melakukan proses starting dengan menggunakan search engine. Dan pilihan selanjutnya adalah melalui website penyedia jurnal non cetak, yang digunakan oleh 18 orang dosen. Sedangkan bertanya pada kolega dan pustakawan, dilakukan oleh sedikit dosen. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Meho dan Tibbo (2003) yang merevisi pola penemuan informasi milik Ellis, dimana berkomunikasi dengan pustakawan dan juga kolega adalah cara yang dipilih. Dari hasil kegiatan starting, diketahui bahwa informasi yang banyak dicari oleh dosen pengguna jurnal non cetak adalah berkaitan dengan subyek dan judul jurnal. Subyek disini lebih dimaksudkan pada key word yang dimasukan oleh dosen. Sisanya, berdasarkan penelitian dilapangan didapat data bahwa sebanyak 10,6% atau 10 orang Dosen Universitas Airlangga memilih jurnal cetak, dan dari responden yang memilih jurnal cetak tersebut, keseluruhan dosen melakukan kegiatan starting. Tabel 2 Bentuk Informasi Starting Jurnal Cetak Dengan Cara Memperolehnya Cara Yang Dilakukan Informasi Starting Total

Judul Jurnal Penulis Jurnal Lainya Diskusi dengan Kolega 2 0 0 2 Melihat Daftar Pustaka 2 2 1 5 Lainya 2 0 1 3 Total 6 2 2 10 Sumber: Data Primer yang Telah Diolah Dari tabel 2 diatas, dapat dianalisis bahwa sebagian besar dosen yang menggunakan jurnal cetak sebagai referensi, yakni sebanyak 41 orang dosen melakukan proses starting dengan menggunakan daftar pustaka. Cara selanjutnya yang dipilih oleh para dosen adalah berdiskusi dengan kolega. Hal ini sama seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Ellis (1987), bahwa mereka bertanya pada seorang yang dianggap ahli dibidangnya untuk mendapatkan rekomendasi bahan, misalnya judul, penulis dan subyek utama yang akan di rujuk. Dan cara selanjutnya adalah mencari melalui earch engine, cara ini dinilai efektif untuk mencari informasi terkini. Sedangkan library catalogues, abstrac and index yang menurut Ellis sebagai cara konvensional, tidak dilakukan oleh pengguna jurnal cetak. Justru yang digunakan oleh responden adalah search engine yang dinilai memberikan informasi terkini. Sedangkan informasi yang mereka cari dari kegiatan starting adalah judul jurnal, setelah itu penulis jurnal dan yang terakhir subyek. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ellis (1987), yang mengatakan bahwa langkah pertama yang dilakukan responden akan mencari orang-orang yang tahu sesuatu tentang tema dan bertanya pada mereka tentang referensi untuk karya pengantar, referensi kunci, dan penulis utama. 2) Chaining: adalah kegiatan yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber informasi baru atau sumber informasi baru yang dibutuhkan. Biasanya dilakukan dengan melihat sitasi. Hal ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang potensial. Chaining sebagian besar dilakukan dengan mengikuti referensi yang sering diperoleh melalui membaca dan kontak pribadi. Hal ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang potensial (Meho dan Tibbo: 2003). Dari hasil pengumpulan data dilapangan diketahui bahwa keseluruhan dosen yang menggunakan jurnal non cetak, yakni 84 dosen, melakukan kegiatan chaining. Dan dari seluruh dosen yang menggunakan jurnal non cetak tersebut, sebanyak 40,48% memanfaatkan web provider jurnal dan 36,90% memanfaatkan search engine, setelah mereka melihat dari daftar pustaka. Karena dengan cara ini mereka bisa melihat tingkat sitasi dari jurnal tersebut. Hasil ini berbeda dengan temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Meho dan Tibbo untuk merevisi teori penemuan informasi Ellis, dimana hasilnya sebagian besar

kegiatan chaining dilakukan melakukan kontak pribadi, misalnya dengan kolega atau pustakawan. Sedangkan dari keseluruhan Dosen Universitas Airlangga yang memilih jurnal cetak, sebanyak 80% dosen melakukan kegiatan chaining. Dari hasil pengumpulan data diketahui bahwa sebagian besar dosen pengguna jurnal cetak melakukan Forward Chaining, yakni menindaklanjuti, sumber lain yang merujuk pada sumber aslinya yang telah dikenal (Ellis: 1987). Dan dari hasil penelitian ini didapat, chaining banyak dilakukan melalui katalog online perpustakaan dan yang lainya memafaatkan jejaring kolega, setelah mereka melihat informasi dari daftar pustaka. Sedangkan 20% lainya melakukan closure untuk tidak menindaklanjuti informasi yang telah didapat. 3) Browsing: Browsing pada sumber primer dan sekunder adalah suatu kegiatan pencarian informasi penting bagi responden yang telah berhubungan pada beberapa poin pada tema. Secara umum ada 2 jenis browsing, yaitu: (1) pemindaian masalah baru-baru ini diterbitkan pada jurnal dan daftar isi dari buku yang relevan; dan (2) browsing katalog online, indeks dan abstrak, sumber daya web, dan referensi material yang ditemukan dan/atau dibaca. Dari hasil pengumpulan data dilapangan diketahui bahwa sebanyak 97,62% dosen yang menggunakan jurnal non cetak, melakukan kegiatan browsing. Alat yang banyak digunakan untuk browsing adalah judul dan abstrak, yang menurut Meho dan Tibbo termasuk pada identifikasi jenis kedua. Sedangkan dari keseluruhan Dosen Universitas Airlangga yang memilih jurnal cetak, sebanyak 90% dosen melakukan kegiatan browsing. Dan diketahui alat yang banyak digunakan untuk browsing adalah judul dan subyek dari jurnal yang harapanya pengguna bisa melakukan pemindaian secara khusus pada bidang yang potensial. Browsing ini lebih banyak dilakukan melalui katalog perpustakaan. Hasil ini sesuai dengan kenyataan bahwa browsing efektif untuk beberapa pembatasan yang ditempatkan pada bidang minat potensial yang akan dicari (Ellis:1987). 4) Monitoring: adalah penggolongan yang dilakukan dengan melibatkan aktivitas pengembangan topik melalui interaksi dengan sumber khusus. Saluran informasi formal dan informal digunakan untuk tetap menjaga kondisi up date misalnya melalui listservs, jurnal, prosiding konferensi, artikel koran, resensi buku, iklan dan katalog penerbit dan sumber-sumber Web, yang terakhir (yaitu, saluran informal) melalui pertukaran pribadi dengan rekan kerja, teman dan siswa melalui surat, e-mail, dan kolega lainya. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suryaningsih (2014), hanya sebagian kecil responden saja yang tidak melakukan monitoring, karena akan mencari e-jurnal sesuai kebutuhan. Hal ini sesuai dengan hasil pengumpulan data dilapangan bahwa hanya sedikit yang tidak melakukan monitoring, dan sebanyak 96,43% dosen yang menggunakan jurnal non cetak, melakukan kegiatan monitoring. Cara yang banyak dilakukan adalah cara formal, yakni melalui search engine, web provider

jurnal dan mengikuti link yang ada pada jurnal yang telah didapat sebelumnya. Hal ini sesuai dengan hasi penelitian yang dilakukan oleh Meho dan Tibbo. Sedangkan dari keseluruhan Dosen Universitas Airlangga yang memilih jurnal cetak, sebanyak 80% dosen melakukan kegiatan monitoring. Pengembangan tersebut dilakukan melalui beberapa cara yakni melalui jurnal cetak itu sendiri, forum diskusi dan melalui kolega. Dua cara terakhir ini oleh Ellis (1987) disebut sebagai kontak informal yang membantu agar pengguna tetap up-to-date. Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa sebagian besar dosen memandang monitoring sebagai tahapan yang penting. Menurut Donald O Case jika seseorang dalam keadaan mendapat tekanan seperti menyelesaikan tugas tepat waktu, maka akan mendorongnya untuk melakukan penemuan informasi secara sunggug-sungguh. Jika tugas tersebut terpenuhi maka seseorang tersebut akan kembali pada keadaan penemuan inforasi yang cenderung pasif (dalam Suryaningsih:2014). 5) Accessing: adalah kegiatan yang dilakukan oleh dosen untuk menemukan jurnal ilmiah yang akan digunakan sebagai referensi. Starting, chaining, browsing, monitoring, extracting, dan networking adalah hal mendasar dalam melakukan kegiatan penemuan informasi. Untuk proses penemuan perilaku informasi secara berkelanjutan, bagaimanapun peneliti perlu untuk mendapatkan, atau akses, materi atau sumber informasi. Dari hasil pengumpulan data dilapangan diketahui bahwa keseluruhan dosen yang menggunakan jurnal non cetak, melakukan kegiatan accesing. Akses yang paling banyak dilakukan oleh dosen adalah melalui search engine. Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Zuntriana (2008), dimana cara monitoring yang banyak dilakukan oleh responden adalah melalui media berbasis internet. Sedangkan dari Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, keseluruhan dosen juga melakukan kegiatan accesing. Media yang banyak digunakan adalah daftar bibliografi dan katalog perpustakaan. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Meho dan Tibbo (2003), dimana responden lebih banyak memanfaatkan koleksi universitas, baik yang dimiliki universitas sendiri ataupun melalui interlibrary-loan. Karena responden merasa memiliki waktu dan dana yang terbatas. Perbedaan ini dimungkinkan terjadi karena kondisi perpustakaan yang berbeda, utamanya pada fasilitas dan koleksinya. Diakui oleh sebagian besar dosen bahwa perpustakaan universitas belum bisa dimanfaatkan secara maksimal, karena akses koleksi jurnal elektroniknya pun masih dibatasi oleh ruang dan waktu. Dimana hanya bisa diakses full text jika pengguna langsung ke perpustakaan. Selain itu, seringkali apa yang dibutuhkan tidak tersedia diperpustakaan.

6) Differentiating: adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan sumbersumber yang dianggap memungkinan mengandung bahan yang cukup relevan, pada tingkat tertentu, dan dari jenis yang tepat (Ellis:1987). Kegiatan ini juga dilakukan oleh Dosen Universitas Airlangga, baik yang menggunakan jurnal cetak ataupun non cetak. Dari hasil pengumpulan data dilapangan diketahui bahwa keseluruhan dosen yang menggunakan jurnal non cetak, 46 dari 84 dosen melakukan kegiatan differentiating pada bahan yang telah mereka dapatkan. Alat yang sering digunakan sebagai alat pembanding yang pertama adalah isi jurnal. Karena pada konten atau isi jurnal memberikan kelengkapan informasi bagi dosen, khususnya untuk menilai metodologi, hasil dan lainya. Yang kedua adalah judul jurnal. Sebab judul adalah hal pertama yang bisa dianalisis oleh dosen. Dengan melihat judulnya, sebagian dosen bisa menilai apakah jurnal tersebut sesuai atau tidak dengan kebutuhanya. Hasil tersebut sesuai dengan 2 penelitian terdahulu yang dilakukan Zuntriana (2008) dan Suryaningsih (2014), dimana Sebagian besar responden melakukan differentiating dengan membandingkan konten atau isi jurnal, topik dan tahun terbit. Sedangkan dari Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, sebanyak 70% dosen yang melakukan kegiatan differentiating. Menurut Ellis, para ilmuwan sosial mengidentifikasi sumber-sumber pada fokus khusus. Identifikasi ini bisa dilakukan melalui muatan atau isinya, seperti yang dipaparkan oleh 57,14% dosen pengguna jurnal cetak. Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tsaurah (2011) yang menyatakan sebagian besar peneliti, baik pengguna cetak ataupun non cetak, yang melakukan differentiating dengan membandingkan topik bahasan yang menarik dan isi informasinya. Akan tetapi hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Meho dan Tibbo (2003), dimana responden cenderung membandingkan sumber yang akan mereka gunakan melalui asal sumber tersebut. Sehingga dari asal tersebutlah responden menilai apakah informasi yang disajikan bisa dipercaya atau tidak dan apakah akan digunakan atau tidak. 7) Extracting: Ekstraksi mengacu pada aktivitas melalui sumber tertentu dengan memilih mengekstraksi atau memfilter materi dari sumber tersebut. Pertimbangan yang utama dari ekstraksi adalah relevansi, seperti hasil penelitian yang telah dilakukan Ellis (1987) pada ilmuwan sosial. Kegiatan extracting yang mempertimbangkan relevasi pada sumber dan identifikasi selektif bahan juga diungkapkan oleh Meho dan Tibbo (2003) pada hasil penelitianya. Kegiatan ini juga dilakukan oleh Dosen Universitas Airlangga, baik yang memilih menggunakan jurnal cetak ataupun yang menggunakan jurnal non cetak. Dari hasil pengumpulan data dilapangan diketahui bahwa keseluruhan dosen yang menggunakan jurnal non cetak, 82 dari 84 dosen yang mengunakan jurnal non cetak atau sebesar 97,62%, melakukan extracting pada bahan yang akan digunakan

sebagai referensi. Alat yang banyak dipakai adalah isi atau muatan jurnal sebanyak 39,02%, penerbit sebanyak 23,17% dan judul jurnal sebanyak 14,63%. Alasan menggunakan muatan jurnal yang disampaikan oleh dosen, hampir sama ketika mereka melakukan differentiating, yaitu karena pada konten atau isi jurnal memberikan kelengkapan informasi bagi dosen, khususnya untuk menilai metodologi, hasil dan lainya. Sedangkan untuk penerbit, biasanya dosen memilih penerbit jurnal yang biasa dipakai oleh bidang keilmuanya. Dan untuk judul, menurut dosen adalah hal pertama yang bisa dianalisis. Dengan melihat judulnya, sebagian dosen bisa menilai apakah jurnal tersebut sesuai atau tidak dengan kebutuhanya. Sedangkan dari Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, sebanyak 9 dari 10 dosen yang melakukan kegiatan extracting. Alat yang banyak digunakan untuk mempertimbangkan relevansi adalah abstrak dan isi dari jurnal tersebut, yakni masing-masing sebesar 44,44%. Hal ini membuktikan bahwa Dosen Universitas Airlangga, masih mempertimbangkan tingkat relevansi jurnal yang akan digunakan. Dan sesuai dengan pemaparan Meho dan Tibbo, bahwa yang digunakan adalah sumber langsung, yaitu langsung mengacu pada isi jurnal dan sumber tak langsung yang mengacu pada abstrak. 8) Verifiying: Menurut Meho dan Tibbo (2003), verifying ditandai dengan kegiatan yang berhubungan dengan memeriksa keakuratan informasi yang ditemukan. Kegiatan ini juga dilakukan oleh Dosen Universitas Airlangga, baik yang memilih menggunakan jurnal cetak ataupun yang menggunakan jurnal non cetak. Dari hasil pengumpulan data dilapangan diketahui bahwa keseluruhan dosen yang menggunakan jurnal non cetak, sebanyak 45,24% dosen mengaku melakukan verifying pada bahan yang akan digunakan sebagai referensi. Dan alat yang dijadikan pertimbangan keakuratan adalah penerbit jurnal, muatan atau isi dari jurnal tersebut, sebagian lainya memilih penulis. Sedangkan dari Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, sebanyak 9 dari 10 dosen yang melakukan kegiatan verifying. Alat digunakan untuk mempertimbangkan keakuratan, sebanyak 80% muatan atau isi yang ada didalam jurnal. Penelitian yang dilakukan oleh Meho dan Tibbo (2003), menunjukkan bahwa responden cenderung memanfaatkan kolega dan pihak lain yang dipercaya untuk menilai keakuratan. Hal ini tidak sesuai dengan hasil dilapangan. Kolega dan pihak lain yang dimaksudkan oleh Meho dan Tibbo, bisa jadi adalah pustakawan. Dan diketahui pada tahap sebelumnya, yang dijadikan sumber pencarian oleh sebagian dosen adalah search engine, sedangkan koleksi perpustakaan belum menjadi prioritas utama. Hasil tersebut dapat dianalisis bahwa, Dosen universitas Airlangga masih belum banyak yang mempertimbangkan masalah keakuratan pada referensi jurnal yang akan digunakan. Hal ini bisa jadi karena saat ini juga marak munculnya

predatory journal, yakni jurnal yang belum layak diterbitkan karena masih masuk tahap peer preview. Pendapat tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryaningsih (2014), dimana sebagian responden memilih tidak melakukan verifying karena jurnal tersebut sudah cukup akurat dilihat dari publisher internasional yang terpercaya. Sedangkan responden yang melakukan verifying, karena banyak repository yang open access dan masih belum diakui. 9) Networking: ditandai dengan kegiatan yang berhubungan dengan komunikasi, dan memelihara hubungan dekat, dengan berbagai orang seperti teman-teman, kolega, dan intelektual yang ahli pada topik yang sama, anggota organisasi etnis, pejabat pemerintah, dan penjual buku, dan lainya (Meho dan Tibbo: 2003). Kegiatan ini juga dilakukan oleh Dosen Universitas Airlangga, baik yang memilih menggunakan jurnal cetak ataupun yang menggunakan jurnal non cetak. Dari hasil pengumpulan data dilapangan diketahui bahwa keseluruhan dosen yang menggunakan jurnal non cetak, hanya 38 dosen atau 45,24% yang melakukan networking pada bahan yang akan digunakan sebagai referensi. Dan sebagian besar dilakukan dengan mengikuti komunitas online sebanyak 36,84%, terhubung dengan penerbit jurnal sebesar 21,05% dan menjadi member provider jurnal sebesar 15,79%. Kegiatan yang sering dilakukan pun beragam, sebanyak 28,95% melakukan sharing informasi judul jurnal terbaru, sampai bertukar koleksi jurnal yang dilakukan oleh 34,21% responden. Sedangkan dari Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, sebanyak 6 dari 10 dosen atau 60% yang melakukan kegiatan networking, untuk melakukan komunikasi dengan pihak lain untuk meng-up date informasi jurnal cetak. Komunikasi ini dilakukan melalui komunitas dan forum diskusi untuk sharing informasi. Dari data tersebut dapat dianalisis, bahwa kegiatan networking belum bisa menjadi kegiatan utama yang dilakukan oleh dosen dalam melakukan proses penemuan informasi. 10) Information Managing: adalah aktivitas yang dilakukan untuk mengelola informasi jurnal yang telah didapat. Kegiatan ini dilakukan oleh Dosen Universitas Airlangga, baik yang memilih menggunakan jurnal cetak ataupun yang menggunakan jurnal non cetak. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Suryaningsih (2014), semua responden melakukan information managing dengan cara terbanyak adalah menyediakan file. Karena cara ini dianggap relatif efektif dan efisien. Dari hasil pengumpulan data dilapangan diketahui bahwa keseluruhan dosen yang menggunakan jurnal non cetak, kesemuanya melakukan Information managing pada bahan yang didapatkan. Sebanyak 67,86% responden melakukan Information managing dengan cara yang simpel, yakni menyediakan folder didalam laptop. Sebagian lainya adalah dengan menyediakan tempat khusus, semisal di hard disk external, falsh disk, drob box dan email. Tujuanya adalah untuk mem-back up data,

sehingga jika terjadi apa-apa dengan laptop, jurnal yang telah didapat bisa terselamatkan. Hanya sebagian kecil dosen yang mencetak dan mem-print out jurnal yang telah diperoleh. Sedangkan dari Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, yakni 8 dari 10 dosen atau sebanyak 80% melakukan information managing pada jurnal yang telah didapat. Cara yang dilakukan adalah dengan menyediakan space khusus pada rak dan juga dengan mengkliping. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Meho dan Tibbo (2003). Dari dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa Dosen Universitas Airlangga, melakukan information managing untuk mengumpulkan jurnal yang telah didapat. Kesimpulan: Penelitian tentang Preferensi Penggunaan Jurnal Ilmiah Cetak Dan Non Cetak (Studi Deskriptif Perilaku Penemuan Informasi di Kalangan Dosen Universitas Airlangga) menghasilkan temuan data baru selama di lapangan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan rumusan masalah yang terdapat dalam bab I, diperoleh kesimpulan yang mencakup preferensi penggunaan jurnal ilmiah cetak dan non cetak, penemuan jurnal cetak dan penemuan jurnal non cetak. Maka, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: A. Preferensi Penggunaan Jurnal Kecenderungan dari dosen di Universitas Airlangga dalam menggunakan jurnal ilmiah, lebih sering menggunakan jurnal non cetak dari pada cetak. Dosen pengguna jurnal cetak lebih memilih jurnal cetak karena kenyamanan ketika digunakan. Sedangkan dosen pengguna jurnal non cetak merasa bahwa jurnal non cetak memiliki akses yang mudah dalam pencarian. Akan tetapi mereka yang menggunakan jurnal non cetak juga tidak bisa meninggalkan jurnal dalam bentuk cetak. Sebab sebagian dosen tersebut mengaku masih membutuhkan jurnal cetak, akan tetapi karena keterbatasan koleksi dari institusi maka kurang terfasilitasi. Banyak juga yang mengaku mem-print out jurnal non cetak demi kenyamanan dalam penggunaan. Sebagian besar dosen pengguna jurnal cetak mengaku masih tetap membutuhkan informasi pada jurnal non cetak, karena menurut mereka informasi pada jurnal non cetak memang lebih up to date. B. Perilaku Penemuan Informasi Secara keseluruhan, data yang didapat dilapangan yang berkaitan dnegan perilaku penemuan informasi Dosen Universitas Airlangga, sesuai dengan Model Ellis, yang kemudian direvisi oleh Meho dan Tibbo.

1. Starting: Sebagian besar Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal non cetak, banyak yang melakukan kegiatan starting dengan menggunakan search engine, dan informasi yang banyak dicari adalah subyek yang disini lebih dimaksudkan pada key word. Hal yang sama juga terjadi pada Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, secara keseluruhan melakukan starting dengan menggunakan daftar pustaka. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Meho dan Tibbo (2003) 2. Chaining: Dari jumlah Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal non cetak, secara keseluruhan melakukan chaining dengan menggunakan web provider jurnal. Hal yang sama juga terjadi pada Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, secara keseluruhan juga melakukan chaining dengan menggunakan katalog perpustakaan, setelah melihat informasi dari daftar pustaka. 3. Browsing: Sebagian besar Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal non cetak melakukan browsing dengan menggunakan judul dan abstrak jurnal. Hal yang sama juga terjadi pada Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, sebagian besar melakukan browsing dengan menggunakan judul dan subyek dari jurnal. 4. Monitoring: Sebagian besar Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal non cetak melakukan kegiatan monitoring melalui search engine, web provider jurnal dan mengikuti link. Hal yang sama juga terjadi pada Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, bahkan secara keseluruhan melakukan kegiatan monitoring melalui jurnal cetak itu sendiri, forum diskusi dan melalui kolega. 5. Accessing: Dari jumlah Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal non cetak, secara keseluruhan melakukan kegiatan accesing melalui search engine. Hal yang sama juga terjadi pada Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, secara keseluruhan juga melakukan kegiatan accesing melalui daftar bibliografi dan katalog perpustakaan. 6. Differentiating: Dari jumlah Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal non cetak, hanya sebagian kecil yang melakukan kegiatan differentiating. Alat yang sering digunakan adalah isi jurnal. Sedangkan Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, sebagian besar melakukan kegiatan differentiating dengan membandingkan isi jurnal. 7. Extracting: Dari jumlah Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal non cetak, secara keseluruhan melakukan extracting dengan menggunakan isi jurnal. Hal yang sama juga terjadi pada dengan Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, sebagian besar melakukan extracting dengan menggunakan abstrak dan isi dari jurnal. 8. Verifying: Sebagian besar Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal non cetak, melakukan verifying dengan mempertimbangkan penerbit jurnal. Hal yang sama juga terjadi pada Dosen Universitas Airlangga yang

memilih menggunakan jurnal cetak, sebagian besar melakukan verifying dengan mempertimbangkan muatan atau isi jurnal. 9. Networking: Dari jumlah Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal non cetak, hanyan sebagian kecil yang melakukan networking dengan mengikuti komunitas online. Sedangkan Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, sebagian besar melakukan networking dengan mengikuti forum diskusi. Aktivitas yang sering dilakukan adalah sharing informasi. 10. Information managing: Dari jumlah Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal non cetak, keseluruhan dosen melakukan information managing dengan menyediakan folder didalam laptop. Hal yang sama juga terjadi pada Dosen Universitas Airlangga yang memilih menggunakan jurnal cetak, sebagian besar melakukan information managing dengan menyediakan space khusus. Daftar Pustaka atau Bibliografi: Abu, ArzmiBin dan Ariffin, Mohd Yahya Mohamed. 2013. The Usage Of E-Journal Amongst Lecturers At A Public University In Malaysia. TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology, vol.12, Issue2. Accessed13 April 2014, available at http://eric.ed.gov/ Bungin, M. Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media. Ellis, David. 1987. The Derivation of a Behavioural Model for Information Retrieval System Design. Ph.D.diss.,University of Sheffield. Accessed 28 October 2014, available at http://etheses.whiterose.ac.uk/2975/ Järvelin, K. and Wilson, T.D. 2003. "On conceptual models for information seeking and retrieval research" Information Research, Vol.9, no.1, paper 163. Accessed 4 July 2015, available at http://informationr.net/ir/9-1/paper163.html. Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Diakses pada 20 April 2014, tersedia dihttp://pustaka.ristek.go.id/. Liu, Ziming. 2004. Print vs. electronic resources: A study of user perceptions, preferences, and use. Information Processing and Management, vol.42, pp.583 592. Accessed 27 June 2014, available at www.sciencedirect.com

Meho, LokmanI dan Tibbo, Helen R. 2003. Modeling the Information-Seeking Behavior of Social Scientists: Ellis s Study Revisited. Journal of the American Society for Information Science and Technology. Vol.54, issue 6, pp. 570-587. Accessed 29 May 2014, available at http://onlinelibrary.wiley.com/ Puri, Chemmy Trias Sekaring. 2011. Pola Perilaku Penemuan Informasi (Information Seeking Behaviour) Mahasiswa Bahasa Asing di Universitas Airlangga. Skripsi. Universitas Airlangga Singarimbun, masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Suryaningsih, Astri. 2014. Perilaku Penemuan Informasi Peneliti Universitas Airlangga Melalui E-Journal. Skripsi. Universitas Airlangga. Tsaurah, Nadia. 2011. Perilaku Penemuan Informasi Peneliti Universitas Airlangga Melalui E-Journal. Skripsi. Universitas Airlangga. Yunindya. 2009. Pemakaian Internet Dikalangan Dosen FISIP Unsri (Studi Tentang Pemanfaatan Internet Dalam Kehidupan Akademis). Diakses pada 22 Juni 2014, tersedia di http://www.fisip.unsri.ac.id/ Zuntriana, Ari. 2008. Model Perilaku Penemuan Informasi Staf Pengajar Perguruan Tinggi. Skripsi. Universitas Airlangga.