BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan good governance atau kepemerintahan yang baik sangat diperlukan dalam pemerintahan. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga agar tujuan yang ditetapkan pemerintah dapat tercapai. Kepemerintahan yang baik menurut Soleh dan Rochmansjah (2010) ditandai dengan adanya penyelenggaraan manajemen pembangunan yang baik, bertanggung jawab, sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran terhadap kesalahan alokasi dana, dan pencegahan korupsi, kolusi dan nepotisme secara politik maupun administratif. Pelaksanaan kepemerintahan yang baik sangat berkaitan dengan elemen transparansi dan akuntabilitas. Transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan organisasi, sedangkan akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atas pelaksanaan fungsi dan tugas sesuai kewenangan yang dimiliki oleh tiap bagian dalam suatu organisasi (Siregar, 2004). Kedua elemen tersebut sangat disoroti karena merupakan konsekuensi atas penggunaan dana publik dalam penyelenggaraan pemerintahan. Tanggung jawab pemerintah atas pengelolaan dana publik dituangkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa, Keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Pertanggungjawaban 1
2 atas pengelolaan keuangan negara kemudian dituangkan dalam bentuk laporan keuangan pemerintah. Dalam rangka memberikan keyakinan pada masyarakat bahwa informasi terkait pertanggungjawaban keuangan yang diberikan oleh pemerintah sudah andal, dibentuklah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah dan memberikan opini terkait kewajaran penyajian informasi-informasi dalam laporan tersebut. Data yang diperoleh dari publikasi BPK berupa Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II tahun 2015 yang memuat ringkasan hasil pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) TA. 2014 menunjukkan bahwa ada peningkatan opini atas 539 LKPD Tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Kenaikan opini terjadi atas 138 LKPD yang meliputi peningkatan opini dari Tidak Wajar (TW) atau Tidak Memberikan Pendapat (TMP) menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atau Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sebanyak 33 LKPD, dan dari WDP menjadi WTP sebanyak 105 LKPD. Secara keseluruhan, jumlah LKPD yang memperoleh opini WTP mengalami kenaikan menjadi 252 LKPD atau naik sebesar 17%. Namun, masih terdapat temuan permasalahan atas pengelolaan keuangan negara yang selalu ditemukan oleh BPK saat melakukan pemeriksaan atas LKPD, salah satunya ialah permasalahan terkait pengelolaan aset. IHPS BPK semester I dan II tahun 2015 memperlihatkan akun yang sering menjadi pengecualian BPK dalam pemeriksaan LKPD pada tahun 2014, yaitu akun aset tetap dan aset lainnya. Pengecualian akun aset tetap dan aset lainnya dialami oleh 271
3 pemerintah daerah yang memperoleh opini selain WTP dari total 504 pemerintah daerah di Indonesia. Pengecualian pada akun tersebut, mengisyaratkan bahwa penyajian nilai aset tetap dan aset lainnya tidak wajar dan tidak cukup memadai sehingga informasi pada akun tersebut tidak dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Dalam IHPS tahun 2015, BPK memaparkan beberapa permasalahan terkait aset tetap dan aset lainnya, di antaranya aset hibah yang diterima pemerintah daerah belum dicatat sebab naskah hibah Barang Milik Negara (BMN) belum diperoleh, pencatatan aset tetap pada Kartu Inventaris Barang (KIB) tidak lengkap dan belum menyampaikan informasi yang memadai, dan aset tetap belum dicatat dalam KIB. Berdasarkan informasi di atas, dapat dilihat bahwa permasalahan dalam pengelolaan aset tetap dan aset lainnya berada pada tahap penatausahaan. Hal tersebut membuktikan bahwa penatausahaan aset tetap dan aset lainnya belum dilakukan secara baik. Tahap penatausahaan merupakan tahap yang sangat krusial dalam pengelolaan aset. Dikatakan krusial karena hasil dari penatausahaan aset akan menjadi masukan informasi bagi penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah sehingga berkaitan langsung dengan penyajian nilai aset dalam neraca pemerintah daerah yang merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat. Oleh karena itu, jika penatausahaan aset tidak dilakukan dengan baik, nilai aset tetap yang disajikan dalam neraca menjadi tidak wajar. Hal tersebut akan berdampak pada buruknya opini BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah.
4 1.2 Masalah Penelitian Masalah penatausahaan aset tetap di Kabupaten Sumba Barat Daya merupakan masalah yang selalu menjadi temuan BPK dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, BPK memberikan opini wajar dengan pengecualian atas laporan keuangan pemerintah daerah. Salah satu pengecualiannya, yaitu penatausahaan aset tetap. Temuan BPK dalam penatausahaan aset tetap pada Pemerintah Daerah Sumba Barat Daya antara lain: i) Adanya aset tetap berupa tanah, gedung dan bangunan serta peralatan dan mesin yang belum diinventarisasi. ii) Adanya tanah ruas jalan yang belum dicatat. iii) Adanya perolehan aset tetap yang berasal dari bantuan sosial dan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk sekolah dasar yang tidak dicatat. Permasalahan dalam penatausahaan aset tetap seperti yang telah disebutkan di atas dapat merugikan daerah, seperti: i) Terbukanya peluang bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mengklaim dan menyalahgunakan aset tetap milik pemerintah daerah. ii) Pemerintah daerah tidak memiliki informasi yang valid mengenai jumlah aset sesungguhnya yang dimiliki. Hal itu akan berakibat pada tidak dapat dilakukannya penilaian aset tetap dan penyajian nilai aset tetap dalam laporan keuangan pemerintah daerah tidak andal. iii) Penyajian nilai aset tetap pada neraca pemerintah daerah tidak menggambarkan jumlah kekayaan yang sebenarnya dan membuka peluang bagi penyalahgunaan aset oleh oknum-oknum tertentu.
5 Berdasarkan pemaparan di atas, ditengarai bahwa penatausahaan aset tetap di Kabupaten Sumba Barat Daya belum memadai. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penatausahaan aset tetap di Kabupaten Sumba Barat Daya, faktor-faktor penyebab munculnya masalah dalam penatausahaan aset tetap, dan upaya perbaikan apa saja yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya untuk mengatasi permasalahan tersebut. 1.3 Pertanyaan Penelitian i) Bagaimana pelaksanaan penatausahaan aset tetap di Kabupaten Sumba Barat Daya? ii) Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab munculnya masalah dalam penatausahaan aset tetap? iii) Apa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya untuk menangani permasalahan penatausahaan aset tetap? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: i) Mengevaluasi pelaksanaan penatausahaan aset tetap di Kabupaten Sumba Barat Daya. ii) Mengkaji faktor-faktor penyebab permasalahan dalam pelaksanaan penatausahaan aset tetap di Kabupaten Sumba Barat Daya.
6 iii) Mengkaji upaya perbaikan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya. 1.5 Motivasi Penelitian Penelitian ini berawal dari keingintahuan peneliti terhadap fenomena temuan berulang terkait penatausahaan aset tetap pada Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan evaluasi terhadap proses penatausahaan aset tetap yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai fenomena yang terjadi. 1.6 Kontribusi Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis, akademis, dan kebijakan: i) Kontribusi praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya dalam mengambil langkah-langkah perbaikan terkait proses penatausahaan aset tetap. ii) Kontribusi akademis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur penelitian terkait fenomena pengelolaan aset tetap khususnya pada tahap penatausahaan dalam pemerintahan daerah di Indonesia.
7 iii) Kontribusi kebijakan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya dalam mengevaluasi dan menyusun kebijakan khususnya terkait tahap penatausahaan aset tetap. 1.7 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penatausahaan aset tetap pada Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya sehingga fokus penelitian hanya berada pada pelaksanaan proses penatausahaan aset tetap dan dimulai dari kegiatan pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan aset tetap. Selain itu, periode penatausahaan aset tetap yang diteliti ialah tahun 2016. Pembatasan tersebut dilakukan sebab peneliti memiliki keterbatasan waktu penelitian. 1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas: BAB 1 : Pendahuluan Bagian ini menjelaskan tentang latar belakang, masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian serta kontribusi penelitian. BAB 2 : Tinjauan Pustaka Bagian ini menjelaskan tinjauan pustaka tentang konsep aset, manajemen/pengelolaan aset, penatausahaan barang milik
8 daerah/aset tetap sesuai dengan peraturan serta hasil penelitian terdahulu yang relevan. BAB 3 : Metode Penelitian Bagian ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, di antaranya: Rasionalitas objek penelitian, jenis penelitian, jenis dan metode pengumpulan data, analisis dan interpretasi data, serta validitas dan reliabilitas data. BAB 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan Bagian ini berisi pemaparan hasil penelitian, evaluasi atas pelaksanaan penatausahaan aset tetap, faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan dalam proses penatausahaan aset tetap dan upaya yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut. BAB 5 : Simpulan dan Saran Bagian ini berisi simpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran.