RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 69/PUU-XI/2013 Pemberian Hak-Hak Pekerja Disaat Terjadi Pengakhiran Hubungan Kerja I. PEMOHON 1. Jazuli, sebagai Pemohon I; 2. Anam Supriyanti, sebagai Pemohon II; 3. Wariajo, sebagai Pemohon III. II. III. IV. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Pasal 160 ayat (3) dan ayat (7) serta Pasal 162 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terhadap UUD 1945 KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Para Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji adalah : 1. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang dasar, memutus sengketa kewenangannya diberikan oleh undang-undang dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. 2. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan Pemohon KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON Para Pemohon adalah perseorangan yang mewakili organisasi serikat pekerja yang merasa hak-hak konstitusionalnya dirugikan atau berpotensi dirugikan dengan berlakunya Pasal 160 ayat (3) dan ayat (7) serta Pasal 162 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Kerugian konstitusional yang dimaksud adalah adanya penghilangan dan diskriminasi hak-hak para Pemohon saat terjadi pemutusan hubungan kerja, baik berupa pemberian uang pesangin, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak selama masa kerja yang telah dijalaninya.
V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI A. NORMA MATERIL Norma yang diujikan, yaitu: Pasal 160 ayat (3) dan ayat (7) UU 13/2003 3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh yang setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam proses perkara pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) 7) Pengusaha wajib membayar kepada pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4) Pasal 162 ayat (1) dan ayat (2) UU 13/2003 1) Pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, memperoleh uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) 2) Bagi pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung, selain menerima uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama B. NORMA UNDANG-UNDANG 1945 Norma yang dijadikan sebagai dasar pengujian, yaitu : Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945 1) Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hokum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hokum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya 2) Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Pasal 28A UUD 1945 Setiap orang berhak hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum Pasal 28G ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi Pasal 28H ayat (4) UUD 1945 Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat dikriminatif itu VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945 1. Ketentuan di dalam Pasal 160 ayat (3) dan ayat (7) serta Pasal 162 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan maka Pemohon yang saat ini jumlah anggotanya lebih dari 8.000 yang tersebar di beberapa perusahaan yang ada di Kabupaten Pasuruan dan juga jutaan pekerja/buruh yang ada di seluruh Indonesia terancam kehilangan hak-haknya, baik berupa uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak disaat terjadi pengakhiran hubungan kerja dengan alasan melakukan kesalahan berat; 2. Sebagaimana telah diketahui hak yang dimiliki seseorang adalah hakikatnya melekat pada pribadinya dan tidak dapat dirampas oleh siapapun dan dengan alasan apapun kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang, seperti koruptor yang dapat dijerat dengan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang, apabila pekerja/buruh melakukan kesalahan berat maka ia akan diancam dengan hukum pidana, akan tetapi tidak seharusnya pekerja/buruh tersebut ditambah hukumananya dengan berupa perampasan hak baik uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja maka jelas Pasal 160 ayat (3) dan ayat (7) serta Pasal 162 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1), Pasal 28A, Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), Pasal 28H ayat (4) dan Pasal 28I ayat (2) UUD 1945; 3. Pasal 162 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 telah secara nyata merugikan para Pemohon dan para pekerja/buruh se- Indonesia untuk mendapatkan hak-haknya terutama uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja disaat terjadi pengakhiran hubungan kerja karena mengundurkan diri, dimana pekerja/buruh yang sudah bekerja sangat lama dan bermaksud melakukan pengunduran diri secara baik-baik dan tidak ada kesalahan akan tetapi hak-haknya sebagaimana dimaksud dirampas/dihilangkan hal ini jelas sangat tidak adil.
VII. PETITUM 1. Mengabulkan permohonan Para pemohon seluruhnya; 2. Menyatakan Pasal 160 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bertentangan dengan UUD 1945; 3. Menyatakan Pasal 160 ayat (7) dan pasal 162 ayat (1) dan (2) Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bertentangan dengan UUD 1945; 4. Menyatakan Pasal 160 ayat (3), ayat (7) dan pasal 162 ayat (1), ayat (2) UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap/mengikat; 5. Mengubah frase Pasal 160 ayat (6) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang sebelumnya menyatakan Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (5) dilakukan tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial digantikan dengan kalimat yang menyatakan Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial 6. Mengubah frase Pasal 160 ayat (7) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang sebelumnya menyatakan Pengusaha wajib membayar kepada pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (5), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4) digantikan dengan kalimat yang menyatakan Pengusaha wajib membayar kepada pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5), uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4). 7. Mengubah frase Pasal 162 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang sebelumnya menyatakan Pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, memperoleh uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) digantikan dengan kalimat yang menyatakan Pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, memperoleh uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) 8. Mengubah frase Pasal 162 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang sebelumnya menyatakan Bagi pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung, selain menerima uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanannnya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama digantikan dengan
kalimat yang menyatakan Bagi pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung, memperoleh uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan menerima uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) serta diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanannnya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama 9. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara sebagaimana mestinya;. Atau apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Catatan: Perubahan pada norma yang diujikan, yaitu menjadi Pasal 160 ayat (3) dan ayat (7) serta Pasal 162 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Perubahan pada norma yang dijadikan dasar penguji, yaitu ditambahkannya Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 28A UUD 1945. Perubahan pada Petitum