2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. memaknai pembelajaran dengan baik (Fauzan, 2012). pengembangan aspek sensori-motorik, afektif, dan nilai-nilai (value).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. khusus berusaha untuk memantapkan penanaman nilai-nilai dari masyarakat.

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI PADA MATERI FOTOSINTESIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arini, 2013

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebanyakan siswa tidak diajarkan bagaimana untuk belajar

2014 IDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH YANG MUNCUL MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATERI NUTRISI KELAS XI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, di situ pasti ada pendidikan (Driyarkara dalam Karisma,

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Metakognitif tentang cara berpikir siswa dalam membangun strategi untuk

2015 PROFIL COMMUNICATE STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutma innah, 2013

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

PENERAPAN GUIDED INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aa Juhanda, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PROFIL SCIENCE-RELATED ATTITUDES SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI BERBASIS PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern tentunya menuntut untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. IPA itu suatu cara atau metode mengamati Alam (Nash, 1963) maksudnya, membentuk suatu perspektif baru tentang objek yang diamati.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

commit to user BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Sains khususnya biologi sangat penting perannya dalam mendorong kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lingkungan pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada penggunaan atau

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains sangat berkaitan erat dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I.PENDAHULUAN. produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional ini menjiwai dan dijabarkan dalam semua aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan khususnya sains (IPA) dan teknologi, di satu sisi memang memberikan banyak manfaat bagi penyediaan beragam kebutuhan manusia. Namun disisi lain, hal ini sekaligus menjadi tantangan yang berat bagi kalangan pendidik untuk menyiapkan masyarakat yang bermodal melek sains, yaitu masyarakat yang mampu membuka kepekaan diri, mencermati, menyaring, mengaplikasikan, serta turut berkontribusi bagi perkembangan sains dan teknologi itu sendiri untuk peningkatan kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat. Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah ilmu yang berhubungan erat dengan fenomena alam. IPA bukan hanya penguasaan konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan(subiantoro, 2007). Oleh karena itu membelajarkan IPA akan berbeda dengan pembelajaran ilmu-ilmu lain seperti bahasa atau ilmu sosial. Berdasarkan pengamatan secara empiris di lapangan, Subiantoro (2007) mengatakan bahwa banyak guru-guru yang membelajarkan siswanya dengan strategi dan metode yang kurang representatif serta kurang mendukung pemenuhan kebutuhan keilmuan IPA. Hal tersebut tentunya menyebabkan pencapaian hasil belajar siswapun menjadi terbatas pada aspek pengetahuan (kognitif) saja, tetapi belum banyak mengalami pengembangan aspek sensori-motori, afektif dan nilai-nilai (values). Kurangnya variasi dalam memilih strategi dan metode pembelajaran tampaknya disebabkan oleh kurangnya pemahaman guru akan fungsi kegiatan praktikum atau kegiatan hands-on bagi pemahaman konsep siswa secara konstruktivistik, terutama konsep-konsep yang abstrak. Selain itu, keterbatasan guru dalam mengelola pembelajaran berpraktikum adalah masalah target dan waktu untuk pencapaian isi pembelajaran dan kelas yang terlalu besar merupakan kendala yang sering dihadapi

2 guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran berpraktikum. Padahal strategi belajar dengan menggunakan praktikum dapat mendukung siswa untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan berfikir (hands on dan minds on) (Hayatet al., 2011). Melalui pembelajaran berbasis praktikum siswa dirangsang untuk aktif dalam memecahkan masalah, berfikir kritis dalam menganalisis permasalahan dan fakta yang ada, serta menemukan konsep dan prinsip sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bermakna dengan suasana belajar yang kondusif. Pentingnya praktikum dalam pembelajaran IPA juga dinyatakan oleh para pakar pendidikan. Hudson (1996 dalam Hayatet al., 2011) menyatakan bahwa praktikum dalam pembelajaran IPA dapat: 1) memotivasi siswa dan merangsang minat serta hobinya, 2) mengajarkan keterampilan-keterampilan yang harus dilakukan di Laboratorium, 3) membantu perolehan dan pengembangan konsep-konsep, 4) mengembangkan sebuah konsep IPA dan mengembangkan keterampilanketerampilan dalam melaksanakan IPA tersebut, 5) menanamkan sikap ilmiah, dan 6) mengembangkan keterampilan sosial. Halimatul dan Supriyanti (2006 dalam Hayat et al., 2011) memperkuat pendapat Hudson dengan menjelaskan fungsi praktikum yaitu: (1) memperjelas konsep yang disampaikan di kelas melalui contoh langsung dengan alat, bahan atau peristiwa alam, (2) meningkatkan keterampilan intelektual siswa melalui observasi atau pencarian informasi teori secara lengkap dan selektif yang mendukung pemetan persoalan praktikum, melatih dalam memecahkan masalah, menerapkan pengetahuan dan keterampilan terhadap situasi yang dihadapi, (3) melatih dalam merancang eksperimen, menginterpretasi data dan membina sikap ilmiah. Jika dilihat lebih seksama pendapat para ahli di atas banyak menekankan bahwa kegiatan praktikum dapat menstimulus terbentuknya sikap ilmiah. Carin dan Sund (1997) menyatakan bahwa serangkaian sikap dan nilai yang dapat ditumbuhkan melalui kerja ilmiah adalah: (1) memupuk rasa ingin tahu dalam memahami dunia sekitarnya, (2) mengutamakan bukti, (3) bersikap skeptis, (4) menerima masukan atau pendapat dari orang lain, (5) bekerja sama, dan (6) bersikap

3 positif terhadap kegagalan. Dalam pembelajaran sikap ilmiah siswa sangat dibutuhkan dikarenakan dengan sikap ilmiah tersebut pembelajaran akan berjalan dengan baik sehingga mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan. Selain itu menurut Natalina (2013),sikap siswa terhadap pembelajaran biologi juga berkorelasi positif dengan prestasi belajar. Oleh sebab itu untuk mencapai prestasi belajar biologi yang lebih baik maka sikap positif siswa terhadap pembelajaran biologi harus ditingkatkan. Dengan memperhatikan kondisi tersebut, maka guru dituntut untuk melakukan perbaikan atau memilih strategi yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Strategi yang dipilih hendaknya melibatkan siswa secara aktif sehingga dapat membangkitkan sikap belajar siswa dalam pembelajaran dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran biologi yang dikehendaki adalah pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar secara aktif baik secara fisik, mental, intelektual untuk memahami konsep-konsep biologi tanpa mengabaikan hakikat IPA itu sendiri, yaitu mencakup komponen produk ilmiah, proses Ilmiah, dan sikap ilmiah dalam pembelajaran. Rustaman (2003) mengemukakan bahwa dalam pendidikan sains kegiatan praktikum merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar, khususnya biologi. Praktikum dalam pembelajaran biologi sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit dan abstrak padahal belajar biologi tidak sekedar belajar tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud pengetahuan deklaratif. Akan tetapi belajar biologi juga belajar tentang cara memperoleh sains, cara sains dan aplikasi sains. Menurut Redjeki (dalam Sudargo, 2009) mengatakan bahwa belajar dari pengalaman langsung pada pembelajaran biologi merupakan pembelajaran yang terbaik. Melalui kegiatan praktikum siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam memahami suatu fenomena alam. Hastuti (2013) mengatakan bahwa praktikum juga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa terutama dalam mempelajari biologi karena siswa belajar dari pengalaman langsung. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi dalam belajar akan bersungguh-sungguh dalam

4 mempelajari sesuatu sehingga akan mudah mengerti suatu konsep yang diajarkan. Kurangnya motivasi yang diberikan akan berakibat pada rendahnya sikap ilmiah siswa dalam belajar. Rendahnya sikap ilmiah siswa terhadap pembelajaran biologi dikarenakan proses pembelajaran yang diterapkan lebih mengutamakan hasil belajar, penyajian guru dalam mengajar lebih terfokus pada penciptaan target kurikulum. Oleh sebab itu, melalui pembelajaran berbasis praktikum siswa akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan lebih mudah untuk memahami suatu konsep biologi. Maka sikap siswa seperti inillah yang harus diubah sehingga ketertarikan siswa lebih kuat untuk mempelajari biologi. Salah satu konsep biologi yang penting untuk diajarkan di jenjang SMA adalah sistem ekskresi manusia yang meliputi materi struktur dan fungsi organ ekskresi manusia, mekanisme pembentukan urin dan kelainan serta penyakit pada sistem ekskresi yang mungkin terjadi serta implikasinya pada saling temas. Sistem ekskresi merupakan materi yang kompleks karena melibatkan struktur organ dan proses fisiologi yang terjadi di dalam tubuh. Materi tersebut melibatkan proses fisiologi di dalam tubuh dan pemahaman struktur anatomi suatu organ sehingga siswa cenderung menganggap materi sistem ekskresi rumit dan sulit. Ketika materi tersebut diajarkan dengan metode pembelajaran konvensional siswa hanya mendengarkan penjelasan guru saja, siswa cenderung pasif dalam pembelajaran dan tidak memperoleh pengalaman langsung yang memudahkan siswa untuk memahami materi tersebut sehingga motivasi siswa berkurang dan hasil penguasaan konsep siswa menjadi rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman langsung dalam rangka membangun pengetahuannya sendiri dan memudahkan siswa untuk menguasai konsep ini secara baik dan benar. Oleh sebab itu, berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah Dan Penguasaan Konsep Sistem Ekskresi

5 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pengaruh pembelajaran berbasis praktikum terhadap sikap ilmiah dan penguasaan konsep siswa pada materi sistem ekskresi? Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka rumusan masalah dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perbedaan kemampuan sikap ilmiah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan setelah dilaksanakan pembelajaran tentang sistem ekskresi? 2. Bagaimanakah perbedaan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan setelah dilaksanakan pembelajaran tentang sistem ekskresi? 3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum pada materi sistem ekskresi? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pembelajaran berbasis praktikum terhadap sikap ilmiah dan penguasaan konsep siswa pada materi sistem ekskresi. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak antara lain yaitu guru dan siswa dengan penjelasan sebagai berikut:

6 1. Bagi Guru. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis praktikum dan melatih sikap ilmiah yang dimliki oleh siswa 2. Bagi Siswa. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa agar lebih aktif dan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa memiliki pengalaman belajar yang lebih bermakna. E. Batasan Masalah Penelitian Agar permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini tidak meluas, maka permasalahan dibatasi sebagai berikut: 1. Penguasaan konsep yang diukur adalah penguasaan konsep ranah kognitif sesuai dengan taksonomi Bloom dari C1 sampai dengan C6. 2. Sikap ilmiah siswa yang akan diukur meliputi sikap ingin tahu, sikap respek terhadap data/fakta, berfikir kritis, kreatif, kerjasama, tekun dan peduli terhadap lingkungan sekitar. F. Asumsi Penelitian 1. Menurut Howard dan Miskowski (2005) pembelajaran yang menantang peserta didik menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan dapat meningkatkan keikutsertaan dan rasa keingintahuan dalam belajar, memperbaiki pola pikir, serta membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mengembangkan penelitian. 2. Salah satu strategi pembelajaran yang baik dan sejalan dengan hakikat kontruktivisme adalah penerapan model pembelajaran berbasis praktikum (Hayat, Anggraeni dan Redjeki, 2011).

7 3. Rustaman (2003) mengatakan bahwa dalam pendidikan sains kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar khususnya biologi. G. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi dalam penulisan skripsi yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 ini dipaparkan mengenai tahapan yang ditulis oleh peneliti dalam hal merumuskan masalah pentingnya pembelajaran berbasis praktikum untuk meningkatkan sikap ilmiah dan penguasaan konsep sistem ekskresi. Dalam bab 1 peneliti menyampaikan informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan dengan urutan penulisan sebagai berikut: A. Latar Belakang Penelitian B. Rumusan Masalah Penelitian C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Batasan Masalah Penelitian F. Asumsi Penelitian G. Struktur Organisasi Skripsi 2. BAB II KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORITIS Pada bab 2 peneliti memaparkan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan variabel penelitian. Urutan penulisan sebagai berikut: A. Pembelajaran Berbasis Praktikum B. Penguasaan Konsep C. Sikap Ilmiah

8 D. Hubungan Pembelajaran Berbasis Praktikum, Sikap Ilmiah dan Penguasaan Konsep E. Sistem Ekskresi 3. BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini bersifat procedural, yakni bagian yang mengarahkan pembaca untuk mengetahui bagaimana peneliti merancang alur penelitian dari mulai metode penelitian yang akan diterapkan, instrument yang digunakan, tahapan pengumpulan data hingga langkah-langkah analisis data yang digunakan. Untuk itu dalam bab metode penelitian penulis menjelaskan bagaimana cara-cara penelitian yang akan dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut: A. Metode Penelitian B. Desain Penelitian C. Lokasi dan Subjek Penelitian D. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian F. Analisis Uji Coba Instrumenn G. Teknik Pengambilan Data H. Pengolahan Data I. Prosedur Penelitian J. Alur Penelitian 4. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini menyampaikan hal utama, yaitu temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. 5. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.