TEKNIK BERTANYA DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. Oleh :Winarto

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

YUNICA ANGGRAENI A

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan menempuh perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa SD khususnya. bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat diperlukan.

TITIK ARIYANI HALIMAH A

BAB 1 PENDAHULUAN. 2006, Standar Isi, Hlm. 19 2

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Motivasi belajar matematika berkurang. Minat belajar merupakan

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *)

I. PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, dalam Permendiknas tahun

Apa dan Mengapa Guru Matematika Harus Menggunakan Teknik Bertanya?

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Prestasi Indonesia terutama dalam mata pelajaran matematika, masih rendah. Banyak data yang menukung opini ini, seperti:

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan,

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FIS, UNY.

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOMPONEN QUESTIONING DAN LEARNING COMMUNITY UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mendidik generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu. yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan wadah mencerdaskan kehidupan bangsa sebab

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

Dosen Pembimbing I : Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd Dosen Pembimbing II : Dr. Hobri, S.Pd., M.Pd

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 1 No.2 November 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan hidup, baik yang bersifat manual, mental maupun sosial. Pendidikan

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PEMBELAJARAN MENULIS BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Oleh: Ary Kristiyani. Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan utama sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran terjadi karena adanya aktivitas guru dan aktivitas siswa. Anwar

Transkripsi:

TEKNIK BERTANYA DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Oleh :Winarto A. Pendahuluan Bertanya merupakan salah satu dari tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen itu adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Berikut ini akan dibahas satu contoh penerapan teknik bertanya dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diacu para widyaiswara/fasilitator dalam pedidikan dan pelatihan. Kemampuan seorang widyaiswara/fasilitator untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan dalam suatu kegiatan pendidikan dan pelatihan, sepintas lalu nampaknya tidak penting. Padahal, sesungguhnya justru itulah keterampilan yang sangat penting dan mutlak harus dikuasai oleh seorang widyaiswara/fasilitator. Nalarnya jelas, karena hakekat dari fungsi dan peran seorang widyaiswara dalam konsep pelatihan orang dewasa adalah juga sebagai fasilitator. Tidak jarang ditemukan dan ini merupakan kelemahan umum yang ditemui dalam banyak kegiatan pendidik dan pelatihan, proses belajar menjadi mandeg atau bahkan salah arah hanya karena widyaiswara/fasilitator mengajukan pertanyaan yang tidak tepat pada saat dan cara yang tidak tepat pula. Di kalangan banyak widyaiswara/fasilitator pemula, bahkan terlalu sering ditemukan mereka yang jadi bingung dan gerogi di depan kelas karena kehabisan perbendaharaan kata-kata untuk bertanya. Dalam keadaan panik dan bingung seperti itu, biasanya mereka secara gampang saja langsung menyimpulkan pengalaman belajar para peserta, tentu saja menurut persepsinya sendiri, maka jadilah penilaian dan persepsi yang sangat subjektif. Teknik bertanya dalam suatu kegiatan atau proses pendidikan dan pelatihan, sebenarnya sederhana saja, yang terpenting adalah kesadaran untuk tetap taat azas

pada prinsip pendidikan dan pelatihan dan andragogi. Bahkan, tak ada salahnya bagi seorang widyaiswara/fasilitator untuk mengakui saja tidak tahu (atau berpura-pura tidak tahu) tentang suatu hal yang dipertanyakan oleh peserta dan melemparkan kembali pertanyaan tersebut untuk dijawab oleh peserta lainnya, demi memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan pendapat dan pengalaman mereka sendiri. Ini yang prinsip. B. Hal-hal Teknis 1. Usahakan agar pertanyaan diajukan secara singkat dan jelas, jika perlu ulangi sekali lagi atau dua kali sampai jelas benar, terutama jika pertanyaan itu ditujukan pada salah seorang peserta. 2. Namun jangan sampai pertanyaan semacam itu justru menjadikan peserta gelagapan atau gugup menjawabnya, dan karenanya hindari pertanyaan tendensius dan gaya bertanya menghakimi (pelatih bukan interogator) kecuali pada kasus-kasus pelanggaran norma dan tata tertib. 3. Dalam meneruskan sebuah pertanyaan dari seorang peserta ke peserta lainnya, hindari jangan sampai terjadi antara peserta yang bersangkutan malah terjadi perang tanding (berdebat langsung di luar kendali widyaiswara/fasilitator). 4. Jika perlu, pertanyaan dari seorang peserta dikembalikan kepadanya lagi dengan pertanyaan balik seperti : menurut anda sendiri bagaimana? (agar ia sendiri mau berfikir dan tidak menganggap widyaiswara/fasilitator sebagai orang yang tahu segalanya). 5. Dan beberapa hal lainnya lagi yang hanya bisa difahami setelah mengalami sendiri bagaimana pemandu sebuah kegiatan pendidikan dan pelatihan, sesuai kondisi dan situasi yang ada. Ada beberapa hal yang lebih teknis lagi sebagai pedoman, bentuk-bentuk atau jenis pertanyaan dasar yang paling sering digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan selama ini, antara lain sebagai berikut :

1. Pertanyaan Ingatan Dimana anda mengalami..? Kapan hal itu terjadi.? Apakah hal semacam ini pernah terjadi pada anda.? Dengan mengalami ini, apakah bisa dikaitkan dengan pengalaman anda sebenarnya.? 2. Pertanyaan Pengamatan Apa yang sedang terjadi? Apakah anda telah melihatnya? 3. Pertanyaan Analitik (Urai Sebab-Akibat) Mengapa perbedaan pendapat itu terjadi? Bagaimana akibat kegiatan ini terhadap perilaku kelompok? 4. Pertanyaan Hipotetik (Memancing Praduga) Apa yang akan terjadi jika..? Coba ramalkan apa akibatnya andaikata? 5. Pertanyaan Pembanding Siapakah dalam hal ini yang benar? Mana yang anda anggap paling tepat antara..dan.? 6. Pertanyaan Proyektif (Mengungkap ke Depan) Bayangkan jika anda menghadapi situasi seperti itu, apakah yang akan anda lakukan? 7. Pertanyaan Tertutup (Menjurus ke Suatu Jawaban Tertentu) Kita sebagai pelatih harus selalu melemparkan pertanyaan yang tidak menjurus, ya kan?

Seperti terlihat jelas pada contoh-contoh pertanyaan di atas, jelas sekali bahwa apapun bentuk atau jenis pertanyaannya, semuanya tetap bertolak dari kata-kata kunci pertanyaan yang peling pokok yaitu : Apa? Siapa.? Dimana? Kapan? Bagaimana? Mengapa.? Kata-kata apa, siapa, dimana, dan kapan adalah kata tanya untuk mengungkapkan fakta. Kata kunci bagaimana adalah kata tanya untuk mengungkapkan baik fakta maupun pendapat (opini). Kata kunci mengapa adalah kata tanya untuk mengungkapkan pendapat. Atas dasar ini menjadi gampang jika ingin diterapkan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan. Kata-kata kunci apa, siapa, dimana, dan kapan lebih digunakan pada pertanyaan tahap mengungkapkan dalam proses pembelajaran pengalaman berstruktur karena tahap ini memang bermaksud mengungkap apa yang senyatanya terjadi atau dilakukan oleh peserta. Kata kunci bagaimana juga dapat digunakan pada proses ini dan proses menganalisa maupun menyimpulkan, tapi kata kunci mengapa lebih digunakan pada tahap menganalisa dan menyimpulkan saja, karena tahap ini memang sudah dimaksudkan untuk meminta pendapat peserta. Dikaitkan dengan bentuk atau jenis pertanyaan tadi, dapat dikatakan bahwa jenis pertanyaan ingatan dan pengamatan lebih digunakan pada tahap mengungkapkan. Jenis pertanyaan analitik, hipotetik, dan perbandingan, lebih digunakan pada tahap menganalisa, sementara jenis pertanyaan proyektif lebih banyak digunakan pada tahap menyimpulkan. Adapun jenis pertanyaan tertutup lebih digunakan pada saat widyaiswara/fasilitator akan menegaskan kembali kesimpulan peserta di akhir kegiatan latihan.

RUJUKAN Fajar S, 2012. Cara bertanya bagi guru, Kemendikbud, 2013. Kurikulum 2013, Jakarta http