Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

A. D. Tuhu, Y. S. Ondho dan D. Samsudewa Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro,Semarang ABSTRACT

L.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT ABSTRAK

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

KUALITAS SEMEN SAPI BALI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEKUAN MENGGUNAKAN PENGENCER SARI WORTEL

STUDI TENTANG PENGENCER KUNING TELUR DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI JAWA BREBES

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

PENGARUH JUMLAH SPERMATOZOA PER INSEMINASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU KAMBING PERANAKAN ETAWAH

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

Sari Buah Lontar Sebagai Pengencer Alami Dalam Mempertahankan Kualitas Spermatozoa Babi. Nancy Diana Frederika Katerina Foeh dan Chyintia Dewi Gaina


BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1:

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

Semen beku Bagian 1: Sapi

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

PERBANDINGAN PENGGUNAAN PENGENCER SEMEN SITRAT KUNING TELUR DAN TRIS KUNING TELUR TERHADAP PERSENTASE DAYA HIDUP SPERMATOZOA SAPI JAWA BREBES

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

KAJI BANDING KUALITAS SPERMATOZOA SAPI SIMMENTAL, LIMOUSIN, DAN FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PROSES PEMBEKUAN

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Kuning... Riga Pradistya Hardian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

PENGARUH PENGGUNAAN RAK STRAW SELAMA EQUILIBRASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI PERANAKAN ONGOLE

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

Semen beku Bagian 1: Sapi

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

Mahasiswa Pascasarjana PS Peternakan Universitas Diponegoro

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

PENDAHULUAN Latar Belakang

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT PADA PENGENCER SKIM KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BALI

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP MOTILITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA SEMEN CAIR SAPI SIMMENTAL

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Tris-Sitrat... Muthia Utami Islamiati

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA SEMEN SEXING MENGGUNAKAN METODE SEDIMENTASI PUTIH TELUR DENGAN PENGENCER YANG BERBEDA

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI EJAKULASI TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA SAPI ACEH

PENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

Transkripsi:

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 44 50 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj EFEKTIVITAS PREFREEZING SEMEN SAPI JAWA SEBAGAI PARAMETER KEBERHASILAN PROCESSING SEMEN BEKU (The prefreezing effectiveness of semen of Java cattle as the successfull parameter of frozen semen processing) R. Purwasih, Y. S. Ondho, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas prefreezing terhadap gerakan individu dan persentase hidup spermatozoa pada sapi Jawa. Materi yang digunakan adalah semen sapi Jawa yang berasal dari 6 kali ejakulasi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan (T0 tidak dilakukan prefreezing; T1 prefreezing 5 menit; T2 prefreezing 9 menit dan T3 prefreezing 13 menit) dengan enam kali ulangan. Parameter yang diamati gerakan individu dan persentase hidup spermatozoa. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa efektivitas prefreezing tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap gerakan individu dan persentase hidup spermatozoa sapi Jawa. Disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada parameter yang diamati. Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut pada parameter yang lain, seperti pemeriksaan abnormalitas, evaluasi integritas membran plasma berupa keutuhan membran plasma ataupun keutuhan akrosom. Kata Kunci : sapi Jawa; prefreezing; gerakan individu; persentase hidup ABSTRACT The objectives of this study were to determine the prefreezing effectiveness for motility and the percentage of live spermatozoa in cattle Java. The material used was semen of Java cattle originated from 6 times ejaculation. The Complete Randomized Design (CRD) was used with four treatments (T0 : control; T1 : prefreezing time of 5 minutes; T2 : prefreezing time of 9 minutes and T3 : prefreezing time of 13 minutes) and six replications at each treatment. Parameters observed were motility and percentage of live spermatozoa. The results showed that the difference in the length of time of prefreezing did not significant (P> 0.05) on sperm motility and percentage of live cattle Java. It was concluded that there was not significant different on parameters observed. It is recommended that further research should be done on other parameters, such as the semen abnormalities, evaluation of plasma membrane integrity both on plasma membrane and the acrosome integrities. Key words: Java cattle; prefreezing; motility; percentage of sperm live

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 45 PENDAHULUAN Inseminasi Buatan (IB) merupakan proses penempatan semen di dalam vagina, sesuai dengan kawin alami dan dilakukan dengan bantuan alat untuk melakukanya. Semen dibutuhkan untuk proses IB. Semen yang berkualitas ini dapat diperoleh melalui tahapan yang baik saat proses penampungan semen, penanganan dan pembuatan semen beku (Djanuar, 1985). Prefreezing adalah proses setelah semen diisikan ke dalam straw yang dilakukan dengan cara diletakan di canister dan digantungkan dalam uap nitrogen cair selama beberapa menit. Proses prefreezing akan mempengaruhi gerakan individu atau daya gerak sperma, persentase hidup dan abnormalitas sperma. Lama waktu prefreezing menurut beberapa sumber adalah beragam. Straw yang telah diisi semen dilekatakan dipermukaan nitrogen cair ±4 cm dengan suhu berkisar antar -110⁰C s/d -120⁰C selama 9 menit (Standar Operasional Pelayanan BIB Ungaran, 2011). Amin et al. (1998) dalam penelitianya menerapkan lama waktu prefreezing adalah 10 menit 8 cm diatas permukaan nitrogen cair (suhu sekitar -130 0 C). Salamon (1971) menyatakan bahwa ketika semen (0,03 ml) yang diuapkan (prefreezing) selama beberapa menit sebelum direndam nitrogen cair, akan mempertahankan persentase gerakan individu spermatozoa setelah diperiksa post thawing motility (PTM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas prefreezing terhadap gerakan individu dan persentase hidup spermatozoa pada sapi Jawa. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi tentang efektivitas prefreezing dalam proses pembuatan semen beku sapi Jawa. Bahan dan alat percobaan MATERI DAN METODE Materi yang digunakan adalah semen sapi Jawa yang berasal dari 6 kali ejakulasi pada 4 sapi yang berbeda. Bahan yang digunakan meliputi susu skim, antibiotik, kuning telur, glukosa, gliserin dan aquabides untuk membuat pengencer, air hangat (37 0 C) untuk thawing, larutan eosin 0,2% untuk membuat preparat dan larutan eosin 2% untuk pemeriksaan konsentrasi, ph indikator, nitrogen cair untuk freezing. Peralatan penelitian meliputi vagina buatan untuk penampungan semen, termos air panas, tabung berskala, spuit 20 ml dan 10 ml, pipet, kompor listrik, gelas ukur 200 ml, lemari es, mini straw, pinset, gunting, bantal listrik, storage container, termometer, rak kayu, object glass, deck glass, mikroskop, bunsen, tisu, stopwatch, container. Metode percobaan Penampungan semen sapi Jawa dengan menggunakan vagina buatan. Semen pada masing-masing ejakulasi segera mengevaluasi semen yaitu secara makroskopis (volume, warna, bau, konsistensi dan ph) dan mikroskopis (gerakan

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 46 massa, gerakan individu, konsentrasi, persentase hidup). Pengenceran semen dengan menggunakan susu skim, antibiotik, kuning telur, glukosa, gliserin dan aquabides dan diisikan kedalam mini straw. Straw yang berisi semen diletakan pada jarak ± 4 cm diatas nitrogen cair (prefreezing) pada suhu -110 0 C. Lama waktu proses prefreezing yang dicobakan adalah sebagai berikut : 1. T0 = straw tanpa prefreezing 2. T1 = straw dengan lama prefreezing 5 menit 3. T2 = straw dengan lama prefreezing 9 menit 4. T3 = straw dengan lama prefreezing 13 menit Straw kemudian dibekukan dalam nitrogen cair dengan suhu -196 0 C. Semen beku kemudian dicairkan kembali (thawing) yaitu dengan memasukan straw kedalam air hangat bersuhu 37 0 C selama 30 detik selanjutnya diperiksa gerakan individu dan persentase hidup spermatozoa sapi Jawa. Parameter yang diamati Parameter kualitas semen sapi Jawa yang diamati adalah gerakan individu dan persentase hidup spermatozoa setelah PTM (post thawing motility) yang dilengkapi pula data pendukung evaluasi rata-rata semen segar. Pengamatan gerakan individu dilihat dengan mikroskop, dihitung di semua lapangan pandang. Metode pewarnaan eosin 2% adalah metode yang dilakukan dalam pemeriksaan persentase hidup spermatozoa. Perhitungan persentase hidup sperma menurut Mumu (2009) adalah sebagai berikut : Sel sperma hidup Persentase hidup = x 100% Sel sperma hidup Sel sperma mati Analisis data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan perbedaan lama waktu prefreezing dan 6 kali ulangan. Data dalam bentuk persentase ditransformasikan terlebih dahulu dengan menggunakan Arc sine transformation for proportion untuk data persebaran 0-100% dan transformasi akar kuadrat dengan persebaran data 0-30% dan 70-100% (Snedecor dan Cochran, 1989). Apabila terdapat perbedaan ragam taraf signifikan 1% dan 5% maka dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Kualitas Semen Segar Sapi Jawa HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dilakukan penampungan sebanyak 6 kali ejakulasi untuk memperoleh semen segar. Semen segar diperiksa kualitasnya secara makroskopis dan mikroskopis. Secara makroskopis, semen segar mempunyai ph 6,8; volume 5,72 ml dan warna putih susu dengan konsistensi sedang. Pemeriksaan secara mikroskopis semen sapi Jawa, mempunyai motilitas 70%;

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 47 persentase hidup 79,35%; persentase abnormalitas 13,27% dan konsentrasi 1607x10 6 spermatozoa/ml (Tabel 1). Berdasarkan karakteristik yang dievaluasi, dapat dinyatakan bahwa semen segar sapi Jawa layak untuk digunakan proses lebih lanjut menjadi semen beku. Tabel 1. Rata-rata Kualitas Semen Segar Sapi Jawa Karakteristik Rata-rata Derajat keasaman (ph) 6,8 Volume (ml) 5,72 Warna Putih susu Konsistensi Sedang Gerakan massa 2+ Motilitas (%) 70 Hidup (%) 79,35 Abnormalitas (%) 13,27 Konsentrasi (10 6 xspermatozoa/ml) 1607 Rataan kualitas semen segar sapi Jawa secara makroskopis dan mikroskopis relatif berbeda dengan sapi Peranakan Ongole (PO) yang dilaporkan oleh Affandhy et al. (2009) yaitu ph 7; volume 3,8 ml; warna putih susu; konsistensi sedang; gerakan massa 2+; motilitas 70,6%; persentase hidup 79,1%; persentase abnormalitas 0-3% dan konsentrasi sperma 1171,3 x 10 6 spermatozoa/ml. Derajat keasaman pada semen segar sapi Jawa adalah 6,4-8, hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Toelihere (1993) yaitu ph semen secara umum antara 6,4-7,8. Derajat keasaman semen segar tergantung kepada proporsi cairan yang tergabung dalam semen tersebut. Volume semen sapi Jawa hasil penelitian berkisar antara 3,5-11,6 ml/ejakulasi. Hal ini berbeda dengan Ax et al. (2000) bahwa volume semen normal yang dihasilkan oleh sapi pejantan per ejakulasi adalah sebanyak 5-8 ml. Volume semen akan bertambah sesuai umur, besar tubuh, tingkatan makanan, perubahan keadaan kesehatan reproduksi, frekuensi penampungan dan akan menurun sesudah mencapai puncak dewasa (Toelihere, 1993). Penelitian Mathevon et al. (1998) menunjukkan bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi volume semen. Semen segar hasil penelitian memiliki warna putih susu dan krem. Menurut Djanuar (1985) bahwa umumnya semen pada sapi jantan berwarna putih seperti susu sampai warna krem. Warna ini disebabkan oleh pigmen riboflavin yang menurut banyak pendapat, tidak berpengaruh apa-apa terhadap spermatozoa. Konsistensi semen segar sapi Jawa hasil penelitian adalah encer-sedang. Derajat kekentalan atau konsistensi dan sifat-sifat semen berbanding lurus dengan konsentrasi spermatozoa dalam semen tersebut. Semen segar yang dapat diproses lebih lanjut menjadi semen beku adalah semen yang memiliki gerakan masssa ++. Standarisasi semen segar untuk dapat diproses lebih lanjut menjadi semen beku adalah memiliki motilitas 70% (Standar Operasional Pelayanan BIB Sidomulyo Ungaran, 2011). Sorenson (1979) menyatakan bahwa konsentrasi semen sapi jantan sebanyak 800-1200 x 10 6 /ml. Djanuar (1985) menyatakan bahwa umumnya konsentrasi spermatozoa sejalan

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 48 dengan perkembangan seksual dan kedewasaan sapi pejantan, kualitas pakan yang diberikan, pengaruh kesehatan reproduksi dan besar testis. Persentase hidup dan mati dipengaruhi oleh pengencer (Hunter,1995). Persentase hidup dan mati sangat dipengaruhi oleh suhu, sinar matahari secara langsung dan goncangan yang berlebihan Toelihere (1993). Standarisasi untuk semen segar agar dapat diproses lebih lanjut menjadi semen beku adalah memiliki persentase hidup 70% (Standar Operasional Pelayanan BIB Sidomulyo Ungaran, 2011). Efektivitas prefreezing terhadap gerakan individu spermatozoa sapi Jawa Rata-rata lama waktu prefreezing terhadap gerakan individu spermatozoa sapi Jawa diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Gerakan individu Spermatozoa Sapi Jawa Perlakuan Rata-rata ----------(%)---------- T0 1,26 ± 1,25 T1 1,90 ± 1,25 T2 2,27 ± 1,25 T3 1,98 ± 1,25 Pada Tabel 1 ditunjukan bahwa gerakan individu spermatozoa terendah terdapat pada perlakuan T0 (tanpa prefreezing) yaitu 1,26 ± 1,25%. Hal tersebut disebabkan spermatozoa mati karena mengalami cold shock. Spermatozoa akan rusak bila dibekukan langsung pada suhu dibawah 0 0 C, karena terjadi kejutan temperatur (cold shock) yang akan mengakibatkan sperma kehilangan persentase hidupnya. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa persentase gerakan individu tidak berbeda (P>0,05) terhadap perlakuan. Rata-rata gerakan individu spermatozoa dalam batas yang tidak normal. Menurut Garner dan Hafez (2000) bahwa hasil Post Thawing Motility (PTM) yang diamati memiliki gerakan individu 40%. Artinya semen-semen tersebut tidak layak untuk inseminasi buatan. Syarat minimal nilai PTM agar semen dapat dipergunakan dalam inseminasi buatan adalah 40%. Sumardani et al. (2008) menyatakan bahwa kecenderungan penurunan persentase gerakan individu dapat disebabkan oleh aktivitas spermatozoa, akibatnya substrat energi di dalam plasma semen cepat habis dan terdapat akumulasi asam laktat sebagai sisa metabolism dengan konsentrasi lebih tinggi yang bersifat toksik pada spermatozoa. Gerakan individu sperma sangat dipengaruhi oleh ketersediaan suplai energi dalam sperma yang dihasilkan dalam metabolisme berupa ATP. Metabolisme dapat berlangsung dengan baik apabila membran sperma dalam keadaan utuh (Ax et al., 2000).

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 49 Efektivitas prefreezing terhadap persentase hidup spermatozoa sapi Jawa Hasil rata-rata lama waktu prefreezing terhadap persentase hidup spermatozoa sapi Jawa diperlihatkan pada Tabel 3. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa lama waktu prefreezing tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap persentase hidup spermatozoa. Tabel 3. Rata-rata Persentase Hidup Spermatozoa sapi Jawa Perlakuan Rata-rata ----------(%)---------- T0 36,10 ± 4,04 T1 41,74 ± 4,04 T2 41,72 ± 4,04 T3 39,29 ± 4,04 Tidak adanya perbedaan yang nyata pada persentase hidup spermatozoa ini diduga disebabkan oleh interval waktu yang rendah antar perlakuan prefreezing. Berdasarkan parameter yang diamati T0 memiliki persentase hidup 40%. Persentase hidup dan mati sangat dipengaruhi oleh suhu, sinar matahari secara langsung dan goncangan yang berlebihan Toelihere (1993). Standarisasi semen beku yang layak untuk diinseminasikan adalah memiliki persentase hidup 40% (Standar Operasional Pelayanan BIB Sidomulyo Ungaran, 2011). SIMPULAN DAN SARAN Disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap parameter yang diamati yaitu efektivitas prefreezing terhadap gerakan individu dan persentase hidup spermatozoa sapi Jawa. Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut pada parameter yang lain, contohnya adalah pemeriksaan abnormalitas, evaluasi integritas membran plasma baik keutuhan membran plasma ataupun keutuhan akrosom. DAFTAR PUSTAKA Affandhy, L., W. C. Pratiwi dan D. Ratnawati. 2009. Kualitas Semen Pejantan Sapi Peranakan Ongole (PO) dengan Perlakuan Pemberian Suplemen Tradisional Berbeda. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009. Amin, M.R., Toelihere, M. R., Tuty, Yusuf dan Situmorang, P. 1998. Pengaruh Plasma Semen Sapi terhadap Kualitas Semen Beku Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4: 143-147. Ax, R.L., M. Dally, B.A. Didion, R. W. Lenz, C.C. Love, D.D. Varner, B. Hafez, and M.E. Bellin. 2000. Semen Evalution. In : B. Hafez, and E.S.E. Hafez (Eds). Reprod. in Farm Anim. 7 th Ed, Lippincott William & Wilkins : Baltimore, USA : 365-375.

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, halaman 50 Djanuar, R. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Garner, D.L. and E.S.E. Hafez. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In: E.S.E. Hafez and B. Hafez (Eds). Reprod. in Farm Animals. 7 th Ed. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia : 96-109. Hunter, R. H. F. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik. Institut Teknologi Bandung, Bandung. (Diterjemahkan oleh D.K. H. Putra). Mumu, M. I. 2009. Viabilitas Semen Sapi Simmental yang Dibekukan Menggunakan Krioprotektal Gliserol. Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah. (Skripsi). Mathevon, M., M. Buhr and J.C.M. Dekkers. 1998. Enviromental, Management and Genetic Factors Affecting Semen Production in Holstein Bulls. J. Dairy Sci. 81 :3321-3330. Salamon, S. 1971. Fertility of ram spermatozoa following pellet freezing on dry ice at -79 0 C and -140 0 C. Aust. J. Biol. Sci. 24: 183-185. Snedecor, G.W. and W.G. Cochran. 1989. Statistical Methods. 8 th Ed. Iowa State University Press. Sorenson Jr., A.M. 1979. Laboratory Manual for Animal Reproduction. 4 th Ed. American Press. Boston. USA. Standar Operasional Pelayanan (SOP) BIB Ungaran (Petunjuk Teknis). 2011. BIB Sidomulyo Ungaran, Semarang (Tidak dipublikasikan). Sumardani, N.L.G., Tuty, L.Y. dan Pollung, H.S. 2008. Viabilitas Spermatozoa Babi dalam Pengencer Beltsville Thawing Solution (BTS) pada Tiga Tempat Penyimpanan Berbeda. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008. Media Peternakan 31 : 81-86. Toelihere, M.R. 1993. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Cetakan Ketiga. Angkasa, Bandung.