Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

dokumen-dokumen yang mirip
Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Lingkungan Rumah Ideal

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi Publik terhadap Kawasan Bersejarah

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat

Rumah Impian Mahasiswa

Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Keluhan dan Harapan Masyarakat terhadap Karakteristik Toilet Umum di Indonesia

Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

Ruang Favorit dalam Rumah

Pertimbangan Pemilihan Titik-Titik Temu Transportasi Publik

Korespondensi antara Kualitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

Kecenderungan Penggunaan Software Pemodelan dalam Proses Desain Terkait Alasan dan Usia Pengguna

Persepsi Masyarakat tentang Penggunaan Energi dalam Rumah Tinggal Berdasarkan Profesi

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

korespondensi antara kerusakan ekologi dan penyebabnya.

KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN ELEMEN KOTA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT INDONESIA

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Penilaian Jalur Pedestrian oleh Masyarakat Urban dan Kriteria Jalur Pedestrian yang Ideal Menurut Masyarakat

Mushola di dalam Rumah

Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung

Preferensi Hunian yang Ideal Bagi Pekerja dan Mahasiswa pada Kelompok Umur Dewasa Awal / Early Adulthood

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang

Preferensi Pasangan Berlibur Terhadap Jenis Penginapan dan Keadaan Interior

Preferensi Masyarakat tentang Tipologi Sekolah yang Meningkatkan Semangat dan Minat Belajar Siswa

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

Kota Impian: Perspektif Keinginan Masyarakat

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

Prioritas Pengembangan Kawasan Pusat Olahraga berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

Citra Kota Bandung: Persepsi Mahasiswa Arsitektur terhadap Elemen Kota

Potret Kualitas Wajah Kota Bandung

Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Publik Pantai Bahari, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

Preferensi Masyarakat dalam Menikmati Streetscape Perkotaan yang Ideal

Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

Preferensi Masyarakat terhadap Material Bangunan

Karakter Fisik Spasial Tempat Favorit Dewasa Muda

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana

Penilaian Kinerja Ruang Terbuka Sunken Court ITB

Persepsi Praktisi dan Akademisi terhadap Penerapan Teknologi BIM di Arsitektur

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tempat dengan Desain Menarik di Bandung

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Perbedaan Preferensi Gender dan Motivasi

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

Pengaruh Penggunaan Skylight & Sidelight pada Shopping Mall terhadap Perilaku Manusia

Identifikasi Faktor Kebutuhan Area Transisi :

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

Persepsi Masyarakat terhadap Transportasi Umum di Jababodetabek

Sustainable Waterfront Develepmont sebagai Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai

Analisis Kualitas Faktual Sebagai Salah Satu Alat Evaluasi Penentu Kualitas Ruang Terbuka Publik di Kota Bandung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D

Eksternalitas Penggunaan Ruang Publik sebagai Pasar Kaget (Pop-up Market) bagi Masyarakat Dewasa Muda Kota Bandung

Koresponden antara Pilihan Ruang Publik dengan Kegiatan Pengunjungnya di Kota Makassar

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Hasil Observasi Karakter Gang di Kawasan Kampung Kota Bantaran Sungai di Babakan Ciamis, Bandung

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Physical Milieu Ruang Komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Korespondensi Permasalahan dan Pemilihan Tempat di Alunalun sebagai Ruang Terbuka Publik

Teritori Ruang Dagang Bazar di Tangerang Selatan

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

Pengaruh Kepuasan Berhuni terhadap Keinginan Pindah pada Hunian Sewa

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

Studi Aspek Kenyamanan Pejalan Kaki Pada Masjid Al-Markaz Al-Islami Maros

MENARA SINAR MAS DI KAWASAN MEGA KUNINGAN, JAKARTA DRAFT LAPORAN TUGAS AKHIR AR 4099

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota Dicko Quando Armas (1), Tubagus M. Aziz Soelaiman (2) dominoharvard_insert@yahoo.com (1) Program Studi Magister Rancang Kota, (SAPPK), Institut Teknologi Bandung. (2) Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Kegiatan joging merupakan salah satu aktivitas yang populer di kalangan masyarakat di perkotaan karena kegiatannya bersifat praktis, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja tergantung dengan minat dan kebutuhan setiap individu. Namun, bagi masyarakat yang tinggal di area perkotaan, tidak semuanya mendapatkan kesempatan untuk melakukan kegiatan tersebut karena dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti pekerjaan sehari-hari, waktu yang terbatas, atau lokasi yang kurang terjangkau. Dalam studi ini, peneliti ingin lebih menekankan mengenai lokasi kegiatan joging serta alasan pemilihannya menurut persepsi dari masyarakat kota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara jenis lokasi kegiatan joging yang dipilih dengan alasan pemilihannya. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis data teks (content analysis) berdasarkan kuesioner online yang disebar kepada masyarakat umum dengan pertanyaan tertutup mengenai lokasi yang dipilih untuk melakukan kegiatan joging dan alasan memilih tempat tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa masyarakat lebih banyak memilih taman atau sarana olahraga lari sebagai lokasi kegiatan joging. Alasan utama masyarakat memilih lokasi adalah adanya kenyamanan fasilitas, disertai dengan keterjangkauan tempat. Kata-kunci : preferensi pemilihan, kegiatan joging, masyarakat kota, lokasi Pendahuluan Kesehatan adalah hal yang sangatpenting dalam kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang fundamental bagi setiap warga. Dalam memelihara kesehatan, salah satu kegiatan yang bisa dilakukan adalah dengan berolahraga. Meskipun olahraga itu esensial, kesempatan masyarakat untuk melakukannya tidak selalu tersedia. Edwards dan Tsouros (2006) dalam bukunya yang berjudul Promoting Physical Activity and Active Living in Urban Environments menyatakan bahwasatu dari lima orang dewasa di Eropa tidak melakukankegiatan olahraga sama sekali, dimana jumlah yang paling banyak ditemukan pada bagian timur. Penemuan ini menunjukkan bahwa adanya pengurangan aktifitas olahraga pada beberapa puluh tahun terakhir. Hal ini dipengaruhi oleh kesibukan pekerjaan dan tugas sehari-hari yang sangat penuh, terutama untuk masyarakat yang hidup di perkotaan yang selalu sibuk. Kegiatan joging merupakan salah satu aktivitas yang populer di kalangan masyarakat di perkotaan karena kegiatannya bersifat praktis, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, tergantung dengan minat dan kebutuhan masingmasing individu (BetterHealth). Untuk melakukan kegiatan joging tersebut, masing-masing individu memiliki preferensi yang berbeda-beda akan lokasi kegiatannya. Aktivitas seseorang juga terbentuk dengan lingkungan Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 E 047

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota kehidupan mereka. Dewan Riset Nasional (National Research Council) di Amerika Serikat menyatakan bahwa karakteristik dari lingkungan kehidupan seseorang dapat mempengaruhi kesempatan mereka untuk melakukan kegiatan olahraga. Contohnya, tempat seperti taman atau sarana joging dapat memfasilitasi seseorang untuk melakukan kegiatan joging (U.S.), 2005). Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini bersifat eksploratif (Creswell, 2002; Groat & Wang, 2002), dimana jawaban yang diberikan responden akan ditelusuri dengan ditanyakan alasannya. Lingkungan sekitar perumahan juga biasa digunakan sebagai lokasi melakukan joging. Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan oleh joging di sekitar perumahan, seperti adanya keamanan yang lebih terjamin jika berolahraga di sekitar tempat tinggal yang terjaga, atau bisa juga dapat menjalin hubungan persahabatan dengan tetangga sekitar tempat tinggal (Mejia, 2016). Tempat lain yang biasa digunakan sebagai lokasi kegiatan joging yaitu berupa trotoar yang disediakan untuk pejalan kaki yang ada di pinggir jalanan kendaraan. Latham (2015) menyatakan bahwa kegiatan joging kembali membawa keaktifan fisik badan kembali kepada lingkungan umum, salah satunya jalur pedestrian. Joging pada jalur pejalan kaki atau pedestrian bisa dianggap praktis bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan karena pada jalur kendaraan biasanya selalu menyediakan trotoar yang bisa digunakan dan mudah dijangkau dari mana saja(latham, 2015). Dari sekian banyak pilihan lokasi untuk melakukan kegiatan joging, persepsi masyarakat akan berbeda-beda dengan lokasi apa yang terbaik untuk melakukan kegiatan jogging. peneliti ingin melakukan kajian persepsi masyarakat mengenai lokasi kegiatan joging dan mengakomodasi berbagai makna dari sudut pandang yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lokasi yang paling diminati warga untuk melakukan kegiatan joging, kemudian mencari tahu apa saja alasan seseorang memilih lokasi kegiatan joging yang optimal. Manfaat yang diharapkan dari penelitian iniadalah menjelaskan apa yang menjadi unsur terpenting bagi seseorang dalam memilih lokasi kegiatan joging. Metode pengumpulan data Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, dimana pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner daring (online). Jumlah responden yang menjawab kuesioner daring ini adalah sebanyak 124 orang dengan jumlah masing-masing responden laki-laki 42 orang (33.87%) dan responden perempuan 82 orang (66.13%). Kuesioner daring diawali dengan pertanyaan tertutup mengenai data responden, yaitu jenis kelamin, umur, latar belakang pendidikan, dan pekerjaan. Kemudian responden menjawab pertanyaan tertutup suka atau tidaknya melakukan kegiatan joging. Bagi yang menjawab suka, responden diminta memilih salah satu dari tiga lokasi yang diberikan (pertanyaan tertutup). Lokasi tersebut adalah sarana olahraga, area sekitar rumah, dan pedestrian. Setelah itu, pertanyaan terbuka diberikan agar responden dapat menjelaskan alasan memilih tempat tersebut untuk melakukan kegiatan joging. Responden yang sebelumnya menjawab tidak suka joging juga diberikan pertanyaan terbuka untuk menjelaskan alasan tidak suka melakukan kegiatan joging. Metode analisis data Metode analisis data yang digunakan adalah analisis konten, analisis distribusi dan analisis korespondensi. Analisis konten diawali dengan tahap open coding untuk mengolah informasi yang didapatkan dan mengidentifikasi kata-kata kunci dari jawaban yang didapatkan. Kata kunci yang didapatkan kemudian dikelompokkan menjadi kategori-kategori dengan menggunakan axial coding. Analisis distribusi digunakan untuk melihat dominasi dari masing-masing kategori E 048 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017

yang diperoleh. Selective coding dilakukan menggunakan analisis korespondensi untuk melihat tingkat kebetulan antara lokasi yang dipilih dengan alasan memilih lokasi tersebut. Analisis dan Interpretasi Dari hasil pengumpulan data kuesioner online yang telah dibagikan, didapatkan sejumlah 85 responden (68.54%) yang mengatakan bahwa mereka suka melakukan kegiatan joging dan 39 responden (31.46%) menjawab tidak suka melakukan kegiatan joging. Dari responden yang menjawab "Iya" pada pertanyaan pertama, kemudian dilakukan analisis distribusi pada jawaban lokasi kegiatan joging yang diberikan. Hasil analisis distribusi pada lokasi kegiatan joging yang dipilih akan dijelaskan pada Gambar 1 berikut. Dicqo Quando Armas No Kata Kunci Kategori 1 2 3 4 5 6 7 Lokasi Dekat Praktis Biaya Murah Refreshing Cuci Mata Menikmati Pemandangan Tempat yang Khusus Lebih Sepi Suasana Segar Udara Segar Lebih Menyenangkan Lebih Semangat Suasana Cocok Tidak Dipenuhi Kendaraan Lebih Ramai Lebih Aman Lebih Nyaman Lebih Teratur Tempat yang Luas Fasilitas yang Memadai Keterjangkauan Tempat Menikmati Pemandangan Privasi Lingkungan yang Segar Suasana Ruang Jumlah Pengunjung Kenyamanan Fasilitas Gambar 2 berikut menunjukkan hasil analisis distribusi dari frekuensi masing-masing kategori alasan memilih tempat. Gambar 1. Analisis distribusi lokasi joging yang dipilih Diketahui bahwa jawaban yang paling banyak dipilih masyarakat sebagai lokasi kegiatan joging mereka adalah lapangan atau sarana joging, dengan jumlah 52 responden (61.17%), diikuti oleh area sekitar tempat tinggal, dengan jumlah 28 responden (32.94%), dan pedestrian dengan jumlah 5 responden (5.89%). Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis konten pada alasan-alasan responden dalam memilih tempat melakukan kegiatan joging. Kata kunci dan kategori akan ditampilkan seperti contoh pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Kata Kunci dan Kategori Alasan Memilih Lokasi Kegiatan Joging Gambar 2. Analisis distribusi Alasan Memilih Tempat Kategori yang dipilih responden paling banyak adalah kenyamanan fasilitas, yaitu sebesar 36 responden (31.57%). Kenyamanan fasilitas menjelaskan tentang perasaan yang cocok dan kelengkapan fasilitas yang diinginkan oleh masyarakat dari lokasi, seperti fasilitas yang memadai, keramaian orang, dan tempat yang luas. Hal ini juga memberikan perasaan lebih Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 E 049

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota aman dan nyamanbagi masyarakat yang melakukan joging disana. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Dewan Riset Nasional (National Research Council) di Amerika, karakteristik dari lingkungan kehidupan seseorang dapat mempengaruhi kesempatan mereka untuk melakukan kegiatan olahraga, dan tempat yang mendukung dapat memotivasi seseorang untuk melakukan kegiatan joging. Kategori kedua yang dipilih responden paling banyak adalah keterjangkauan tempat, dengan jumlah 35 responden (30.7%). Yang dimaksud dalam kategori ini adalah kecenderungan orang memilih tempat karena alasan lokasi tempat kegiatannya itu dekat. Tempat yang dipilih juga bersifat praktis, dimana kemudahan-kemudahan seperti tempat jajanan dan tetangga yang dikenal bisa dijangkau dengan mudah. Tempat ini juga dianggap lebih murah dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak jika berada di lokasi tersebut. Kategori ini hampir sama jumlahnya dengan kenyamanan fasilitas sebagai pertimbangan terbesar masyarakat dalam menentukan lokasi, dengan perbedaan hanya 1 (satu) responden. Jumlah ketiga paling banyak dipilih adalah kategori suasana ruang, dengan jumlah 16 responden (14.03%). Disini dijelaskan bahwa suasana ruang seperti kecocokan suasana untuk melakukan kegiatan joging dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk menjadi lebih bersemangat dan merasa kegiatan joging bisa menjadi lebih menyenangkan. Kategori setelah itu adalah jumlah pengunjung, dengan 14 (12.28%). Kategori ini menjelaskan bahwa keramaian dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan kegiatan joging, salah satunya dari faktor bisa berbaur dan bersosialisasi dengan orang sekitar. Alasan seseorang memilih opsi ini juga dikarenakan tempat tersebut tidak dipenuhi kendaraan, sehingga tidak ada gangguan saat mereka melakukan kegiatan joging. Kategori berikutnya adalah lingkungan segar, sebanyak 7 responden (6.14%) yang memilih. Masyarakat yang melakukan kegiatan joging memilih tempat untuk bisa merasakan suasana E 050 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 dan udara yang segar di lingkungan kegiatan mereka. Kategori terakhir yang memiliki jumlah paling sedikit adalah menikmati pemandangan, dengan jumlah 3 (2.63%). Kategori ini meliputi alasanalasan seperti ingin mengapresiasi pemandangan yang ada disekitar tempat joging mereka. Kegiatannya juga melakukan refreshing dan cuci mata dari lingkungan perkotaan yang biasa mereka hadapi di hari kerja. Dari jumlah responden yang dikumpulkan, kategori ini terlihat sebagai aspek pertimbangan yang tidak begitu signifikan dalam alasan seseorang memilih lokasi kegiatan joging. Kategori privasi juga merupakan kategori dengan jumlah paling sedikit, yaitu 3 (2.63%). Kategori ini adalah dimana mereka memberikan alasan untuk kepentingan pribadi mereka saja dan tidak ingin terganggu dengan faktor luar dari perkotaan. Kategori ini meliputi kata kunci seperti tempat yang khusus, dan menginginkan tempat yang lebih sepi. Sama seperti kategori menikmati pemandangan, ini juga tidak begitu signifikan dalam pertimbangan masyarakat menentukan lokasi kegiatan joging. Setelah analisis distribusi dilakukan, peneliti ingin mencari tahu keterkaitan antara lokasi yang dipilih untuk melakukan kegiatan joging dan alasan seseorang memilih lokasi tersebut. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis korelasi dengan bantuan software JMP. Disini peneliti mencoba menelusuri korelasi antara jawaban lokasi responden dengan alasan yang diberikan, dengan hasil yang berbentuk sebagai dendrogram. Hasil dari penelusuran ditampilkan dalam Gambar 3 berikut. Dendrogram AREA SEKITAR TEMPAT TINGGAL KETERJANGKAUAN TEMPAT JALUR PEDESTRIAN MENIKMATI PEMANDANGAN SARANA JOGGING TERTENTU PRIVASI SUASANA RUANG JUMLAH PENGUNJUNG KENYAMANAN FASILITAS LINGKUNGAN YANG SEGAR Gambar 3. Dendrogram Keterkaitan Antara Lokasi yang Dipilih dengan Alasan Memilih Tempat (p<0.0001).

Hasil menunjukkan korelasi Pearson dengan nilai p<.0001, yang berarti bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara lokasi yang dipilih dengan alasan memilih tempat kegiatan joging. Dendrogram menunjukkan bahwa untuk pilihan lokasi area sekitar tempat tinggal, kategori yang menjadi penentu jawaban tersebut adalah keterjangkauan tempat. Ini berarti orang yang melakukan joging di kawasan perumahan mereka sebagian besar beralasan bahwa tempat tersebut sangat mudah dijangkau dan sangat praktis dilakukan. Hal ini selaras dengan pernyataan Mejia (2016), yang menyatakan bahwa joging di sekitar perumahan bisa memberikan manfaat berupa menjamin keamanan jika berolahraga di sekitar tempat tinggal yang terjaga dan bisa juga menjalin hubungan persahabatan dengan tetangga sekitar tempat tinggal. Untuk pilihan lokasi jalur pedestrian, kategori yang menjadi penentu adalah menikmati pemandangan. Ini berarti bahwa masyarakat kota pada umumnya melakukan kegiatan joging di jalur pedestrian bertujuan untuk menikmati lingkungan dan pemandangan yang ada disekitar tempat itu. Untuk lokasi sarana joging tertentu, memiliki kategori yang terbanyak yang dimulai dari privasi, suasana ruang, jumlah pengunjung, kenyamanan fasilitas dan lingkungan yang segar. Untuk responden yang menjawab tidak suka melakukan kegiatan joging, peneliti melakukan analisis konten untuk mendapatkan kata kunci dan kategori yang kemudian disusun dalam bentuk histogram dengan menggunakan analisis distribusi, seperti yang ditampilkan dalam Gambar 4 berikut. Gambar 4. Analisis Distribusi Alasan Tidak Melakukan Kegiatan Joging Dicqo Quando Armas Dari Gambar 4 di atas,dapat dilihat bahwa kategori yang memiliki jumlah paling banyak adalah kurangnya motivasi diri, dengan persentase sebesar 37.5%. Ini menjelaskan bahwa orang tidak suka melakukan kegiatan joging karena mereka tidak memiliki ketertarikan akan olahraga tersebut, dengan persentase sebanyak 12.5%. Kata kunci yang lainnya adalah karena mereka tidak suka melakukan olahraga apapun, dengan persentase sebanyak 12.5%. Histogram dalam Gambar 4 tersebut menunjukkan bahwa motivasi adalah alasan utama mengapa orang tidak suka melakukan kegiatan joging. Kategori kedua terbanyak adalah tidak ada waktu, dengan jumlah 14 responden (35%). Kategori ini menjelaskan bahwa alasan orang tidak melakukan kegiatan joging adalah karena mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk meluangkan kegiatan tersebut. Kategori selanjutnya adalah kondisi fisik tidak mendukung, dengan jumlah sebesar 7 responden (17.5%). Kategori ini meliputi alasan berupa kondisi fisik badan tidak mendukung untuk melakukan olahraga. Ini dikarenakan mereka tidak kuat untuk dapat melakukan kegiatan joging dikarenakan masalah kesehatan. Kategori yang terakhir adalah tidak ada lokasi, dengan jumlah 4 responden (10%). Ini adalah alasan dimana orang merasa tidak adanya lokasidi sekitar mereka untuk melakukan kegiatan joging. Kategori ini merupakan hal yang tidak signifikan dalam menentukan alasan mengapa seseorang tidak suka melakukan joging dikarenakan jumlahnya yang paling sedikit. Kesimpulan Masyarakat dalam perkotaan lebih cenderung memilih sarana joging yang telah ditentukan sebagai lokasi untuk melakukan kegiatan joging, dengan alasan yang terbanyak dalam menentukan lokasi yang dipilih adalah faktor kenyamanan fasilitas. Alasan lain yang menentukan lokasi joging adalah faktor keterjangkauan tempat. Suasana ruang juga merupakan salah satu alasan memilih lokasi joging. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017 E 051

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota Analisis korespondensi antara alasan dan lokasi menunjukkan hubungan yang sangat signifikan. Masyarakat yang memilih area sekitar tempat tinggal karena alasan keterjangkauan tempat. Masyarakat yang memilih alur pedestrian karena alasan menikmati pemandangan. Mengenai preferensi dalam melakukan kegiatan joging, masyarakat yang tidak suka melakukan joging alasan utamanya adalah karena kurangnya motivasi diri serta ketersediaan waktu yang terbatas. Daftar Pustaka Creswell, J. (2002). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: SagePublications, Inc. Edwards, P., & Tsouros, A. (2006). Promoting Physical Activity and Active Living in Urban Environment. World Health Organization. Groat, L., & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. Latham, A. (2015). The History of a Habit: Jogging as a Palliative to Sedentariness in 1960s America. London: University College London, UK. Mejia, C. (2016, May 16). Why Jogging Around Your Neighborhood is the Best Cardio. Retrieved September 19, 2017, from NewYou: http://www.newyou.com/health/jogging-aroundneighborhood-best-cardio/ N. R. (2005). Does the Built Environment Influence Physical Activity? Washington, D.C.: Transportation Research Board. BetterHealth. (n.d.). Retrieved September 19, 2017, from; https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyli ving/running-and-jogging-health-benefits E 052 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017