1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Ketahanan wilayah merupakan bagian dari Ketahanan Nasional yang secara terus menerus harus ditingkatkan, sehingga akan menciptakan situasi yang kondusif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat yang kondusif, perlu adanya upaya menciptakan Keamanan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) yang merupakan domain dari lembaga Kepolisian Republik Indonesia. Peran Kepolisian dalam menciptakan Kamtibmas merupakan tugas yang cukup berat, salah satunya dalam hal mencegah kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian dimana sebuah kendaraan bertabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Kadang kecelakaan ini dapat mengakibatkan luka-luka atau kematian manusia dan mahkluk hidup lainnya. Dampak dari kecelakaan ini cukup serius bagi keluarga yang ditinggalkan dan akibatnya adalah berdampak pada kemiskinan serta menurunnya ketahanan wilayah. Kecelakaan lalu lintas merupakan bahaya laten yang beresiko terhadap ketahanan wilayah. Menurut data dari Institut Studi Transportasi (INSTRAN) trend kecelakaan lalu lintas secara nasional tiap tahun meningkat. Pada tahun 2009 lembaga ini mencatat sekitar 140 ribu lebih terjadi kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan korban meninggal 20 ribuan, luka berat 40 ribuan dan luka 1
2 ringan 80 ribuan. Angka ini naik dibanding tahun sebelumnya baik kasus kecelakaan maupun jumlah korban (http://www.jasaraharja.co.id/lomba/wpcontent/uploads/2011/10/3.-wilam-chon.pdf), diakses tanggal 15 Februari 2013. Kecelakaan lalu lintas juga telah berdampak pula terhadap peningkatan kemiskinan, karena menimbulkan biaya perawatan, kehilangan produktifitas, kehilangan pencari nafkah dalam keluarga yang menyebabkan trauma, stress dan penderitaan yang berkepanjangan. Biaya sosial ekonomi akibat kecelakaan lalu lintas berdasarkan perkiraan yang dilakukan WHO mencapai U$ 520 milyar atau rata-rata 2 % dari GDP. Di Indonesia menurut studi Asian Development Bank (ADB) jumlah korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas diperkirakan lebih dari 30.000 orang/tahun atau 87 orang per hari. Kajian yang dilakukan oleh Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM dan FE UI menyatakan perkiraan kerugian ekonomi akibat kecelakaan lalu lintas tahun 2002 sekurang-kurangnya sebesar 41 trilyun rupiah atau sekitar 2,91 % dari GDP. Ini merupakan kerugian yang terjadi setiap tahunnya dan kemungkinan akan berlanjut dan bahkan akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya bila tidak dilakukan langkah-langkah yang tepat dan benar untuk mengatasi permasalahan ini. Sedangkan dampak pemiskinan yang timbul dari jumlah korban yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 62,5 % bagi keluarga yang ditinggalkan dan sekitar 20 % dari korban yang mengalami luka berat kehidupan keluarganya mengalami pemiskinan dan tingkat kesejahteraannya,
3 (http://kemhubri.dephub.go.id/id/index2.php?module=news&act=view&id=mte y), diakses tanggal 15 Februari 2013. Berdasarkan data yang dikeluarkan PT Jasa Raharja, memperlihatkan trend peningkatan jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia dan diikuti jumlah kerugian yang diakibatkan mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2010 seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Data Kejadian Kecelakaan dan Kerugian di Indonesia Tahun Kejadian Kerugian 2006 Rp 500,5 miliar 2007 Rp 530,4 miliar 2008 Rp 1,031 triliun 2009 Rp 1,3 triliun -Okt2010 Rp 1,1 triliun Sumber: Data Sekunder diolah Peneliti, 2013. Sementara kasus kecelakaan yang terjadi di DKI, sebagaimana data yang dimiliki Polda Metro Jaya, jumlah kecelakaan pada tahun 2010 sebanyak 8.235 kejadian, dan membuat 1.346 pengguna jalan menjadi korban. Sebanyak 1.048 meninggal dunia, 3.473 luka berat, dan 5.825 luka ringan. Pada tahun 2011 jumlah kecelakaan mencapai 7.778 kejadian. Sebanyak 9.731 orang menjadi korban, dengan yang meninggal dunia mencapai 977, luka berat 2.686 orang, dan luka ringan 6.068 orang. Dari segi tempat kejadian kecelakaan lalu lintas, wilayah paling rawan adalah Jakarta Timur dengan jumlah kejadian kecelakaan mencapai 1.069 kasus,
4 diikuti Jakarta Utara dengan 806 kasus, dan Kabupaten Bekasi mencapai 769 kasus. Di wilayah Jakarta Timur, daerah paling rawan adalah daerah Cakung, Pulogadung, Kalimalang, Pasar Rebo. (http://metro.news.viva.co.id/news/read/ 276326-997-orang-tewas-di-jalan-jakarta-selama-2011), diakses tanggal 15 Februari 2013. Kecelakaan lalu lintas sering diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu: Pertama, faktor manusia; interaksi yang terjadi saat berlalu lintas sangat bergantung dari perilaku manusia sebagai pengguna jalan dan hal tersebut menjadi hal yang paling dominan dalam berlalu lintas. Beberapa indikator yang dapat membentuk sikap dan perilakunya di jalan raya antara lain : mental dan perilaku; pengetahuan; serta kemampuan dan keterampilan. Kedua, faktor kendaraan; menurut Undang Undang No 22 tahun 2009, kendaraan merupakan salah satu faktor utama yang secara langsung terlibat dalam dinamika lalu lintas jalan raya dengan dikendalikan oleh manusia, interaksi antara manusia dan kendaraan dalam satu kesatuan gerak di jalan raya memerlukan penanganan khusus baik terhadap mental, pengetahuan dan keterampilan pengemudi maupun kesiapan (laik jalan) kendaraan tersebut untuk dioperasionalkan di jalan raya. Kendaraan sendiri dipengaruhi oleh kuantitas kendaraan dan kualitas kendaraan. Ketiga, faktor jalan; menurut Undang Undang No 22 tahun 2009, jalan merupakan komponen utama transportasi yang tentunya tidak dapat dipisahkan dari komponen transportasi lainnya sebagai penghubung wilayah baik nasional maupun internasional, sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional. Jalan yang rusak sering menjadi faktor
5 penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Dalam suatu kecelakaan, ketiga faktor tersebut dapat saja menjadi penyebab secara bersama-sama (JB Suharjo B. Wahyono, 2008: 182). Peristiwa kecelakaan lalu lintas sebenarnya menjadi tanggung-jawab semua komponen, baik pengendara sendiri, penyedia sarana dan prasarana jalan dan Kepolisian. Kepolisian memiliki peran besar dalam hal mencegah kejadian kecelakaan karena manajemen lalu lintas menjadi tugas Kepolisian. Di jalan raya, Kepolisian memiliki wewenang besar dalam konteks berlalu lintas untuk mencegah terjadinya kecelakaan, salah satunya dengan menghentikan pengemudi yang diduga akan melakukan pelanggaran lalu lintas (pasal 19 (2) UU No. 28 /1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia). Lebih luas mengenai tugas Kepolisian disebutkan dalam pasal 13 Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, disebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: 1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; 2) Menegakkan hukum, dan 3) Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Manajemen lalu lintas menjadi tanggungjawab dari setiap tingkatan yang ada di Kepolisian. Kepolisian Daerah (Polda) misalnya bertanggungjawab di wilayah Propinsi, Polisi Resort (Polres) bertanggungjawab di wilayah Kabupaten/Kota, dan Polisi Sektor (Polsek) bertanggungjawab di wilayah Kecamatan. Dengan demikian, manajemen lalu lintas yang ada di wilayah Jakarta Timur menjadi tanggungjawab Satlantas Wilayah Jakarta Timur.
6 Hal tersebut sesuai dengan Pasal 7 (2) e Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disebutkan bahwa tugas pokok dan fungsi Polri dalam hal penyelenggaraan lalu lintas adalah sebagai suatu urusan pemerintah di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas. Pelaksanaan tugas penegakan hukum lalu lintas ini diemban oleh Satuan Lalu lintas (Satlantas). Satlantas menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu pendidikan masyarakat di bidang lalu lintas dan manajemen dan rekayasa lalu lintas. Polisi Lalu Lintas (Polantas) memberikan pendidikan lalu lintas sebagai suatu upaya preventif dalam menanggulangi masalah lalu lintas. Pertama, peranan pendidikan masyarakat di bidang lalu lintas dengan sasaran terhadap masyarakat umum dapat menciptakan sikap mental mentaati peraturan perundang-undangan lalu lintas, serta tercapainya peningkatan keikutsertaan masyarakat dalam menertibkan lalu lintas; dan kedua, manajemen lalu lintas di jalan dilakukan rekayasa lalu lintas yang meliputi a. Perencanaan, b. Pembangunan dan pemeliharaan jalan, dan c. Pengadaan, pemasangan dan pemeliharaaan rambu-rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas serta alat pengendalian dan pengamanan pemakai jalan. Satlantas Wilayah Jakarta Timur dalam melaksanakan tugasnya sebagai penegak hukum dituntut mencegah korban kecelakaan lalu lintas baik korban materil, luka-luka, maupun korban jiwa. Tingginya angka kecelakaan lalu lintas harus dicegah oleh semua pihak terkait sehingga ketahanan wilayah dapat terbina dengan baik. Salah satu cara yang ditempuh oleh Kepolisian dalam mencegah
7 kejadian kecelakaan lalu lintas yaitu dengan mencanangkan program Safety Riding dengan Sembilan (9) skala prioritas sebagai berikut: 1.1.1. Menggunakan sabuk pengaman dan helm standar bagi pengendara sepeda motor dan yang membonceng; 1.1.2. Menggunakan kaca spion lengkap; 1.1.3. Lampu kendaraan bermotor lengkap dan berfungsi baik; 1.1.4. Sepeda motor menyalakan lampu disiang hari; 1.1.5. Patuhi batas kecepatan (dalam kota 50 km/jam, luar kota 80 km/jam, daerah pemukiman / keramaian 25 km/jam dan jalan bebas hambatan 100 km/jam); 1.1.6. Kurangi kecepatan pada saat mendekati persimpangan; 1.1.7. Sepeda motor, kendaraan berat dan kendaraan lambat menggunakan lajur kiri; 1.1.8. Patuhi dan disiplin terhadap ketentuan dan tata-cara berlalu-lintas, disaat: a. Memasuki jalan utama; b. Mendahului; c. Membelok/memutar arah; dan d. Penggunaan lampu sign; 1.1.9. Patuhi rambu-rambu, marka jalan dan peraturan lalu-lintas. Penelitian tentang masalah Optimalisasi Peranan Satuan Lalu Lintas Dalam Mencegah Kecelakaan Lalu Lintas dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah ini sangat menarik. Hal ini disebabkan karena Jakarta Timur merupakan wilayah ibu kota negara yang berada di kota Jakarta. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan wilayah perkotaan DKI Jakarta lainnya dimana tingkat kecelakaan lalu lintas yang cukup tinggi. Selain itu wilayah ini merupakan
8 barometer dan citra ibu kota Negara, sehingga secara langsung menjadi cerminan perilaku kota-kota di Indonesia. Oleh karena itu kajian tentang masalah optimalisasi peran satuan lalu lintas dalam mencegah kecelakaan lalu lintas dan implikasi dari optimalisasi peran Satlantas tersebut terhadap ketahanan wilayah sangat menarik untuk diteliti. 1.2. Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut, maka beberapa permasalahan mendasar yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1.2.1. Bagaimana optimalisasi peran Satuan Lalu Lintas Wilayah Jakarta Timur dalam mencegah kecelakaan lalu lintas? 1.2.2. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam mencegah kecelakaan lalu lintas? 1.2.3. Bagaimana implikasi optimalisasi peran Satuan Lalu Lintas Wilayah Jakarta Timur dalam mencegah kecelakaan lalu lintas terhadap ketahanan wilayah? 1.3. Keaslian Penelitian Keaslian suatu penelitian dapat diketahui dengan melakukan inventarisasi terhadap berbagai penelitian sejenis yang telah dilakukan. Sejauh penelusuran yang telah dilakukan, penelitian dengan mengetengahkan tema Optimalisasi Peran Satuan Lalu lintas Dalam Mencegah Kecelakaan Lalu Lintas dan
9 Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah belum pernah dijadikan obyek kajian oleh peneliti sebelumnya. Penelitian terdahulu yang ditemukan peneliti antara lain: 1.3.1. Sagita Igani Emri tahun 2008 dengan judul Peranan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara Dalam Memberikan Pelayanan Administrasi Kepemilikan Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Kendaraan Bermotor). 1.3.2. Cintya Ayu S. tahun 2010 dengan judul Kinerja Kepolisian Dalam Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Kasus di Polisi Resor Sukoharjo). 1.3.3. Guritno Wibowo tahun 2005 dengan judul Penanganan kesemrawutan Lalu Lintas oleh Polsek Metropolitan Ciputat. Dari ketiga penelitian tersebut di atas, tidak ada satupun penelitian yang mengaitkan antara peran Kepolisian di bidang lalu lintas dengan ketahanan wilayah. Oleh kaerena itu penelitian tentang masalah pencegahan korban kecelakaan lalu lintas di wilayah Jakarta Timur memiliki kekhususan tersendiri. Penekanan yang diambil adalah masalah pencegahan korban kecelakaan lalu lintas dalam kaitannya dengan ketahanan wilayah. 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1.4.1. Mengetahui peran Satuan Lalu Lintas Wilayah Jakarta Timur dalam mencegah kecelakaan lalu lintas.
10 1.4.2. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Satuan Lalu Lintas dalam mencegah kecelakaan lalu lintas. 1.4.3. Mengetahui implikasi optimalisasi peran Satuan Lalu Lintas Wilayah Jakarta Timur dalam mencegah kecelakaan lalu lintas terhadap ketahanan wilayah. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna bagi studi bidang sosial dan kajian strategi pertahanan, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan masalah pencegahan korban kecelakaan lalu lintas 1.5.2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah, khususnya untuk Satuan Lalu Lintas Wilayah Jakarta Timur dalam menentukan kebijakan atau strategi yang tepat untuk mencegah korban kecelakaan lalu lintas untuk mewujudkan Ketahanan Wilayah Jakarta Timur yang tangguh. 1.5.3. Penelitian ini dapat memperkaya keragaman studi tentang pencegahan korban kecelakaan lalu lintas, sekaligus memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan kajian akademik pada Program Studi Ketahanan Nasional.