PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN PERIKANAN CUCUT DAN PARI (ELASMOBRANCHII) DI LAUT JAWA PRIYANTO RAHARDJO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ABSTRAK PRIYANTO RAHARDJO. Pemanfaatan dan Pengelolaan Perikanan Cucut dan Pari (Elasmobranchii) di Laut Jawa. Dibimbing oleh M. FEDI A. SONDITA, JOHN HALUAN, DAN I GEDE SEDANA MERTA. Ikan cucut dan pari adalah komponen penting dalam hasil perikanan laut dari Laut Jawa. Penelitian tentang perikanan cucut dan pari (Elasmobranchii) ini menyajikan keanekaragaman jenis cucut dan pari yang tertangkap di Laut Jawa, alat tangkap yang digunakan, jenis makanan, biologi reproduksi, pertumbuhan, dan opsi pengelolaan perikanan cucut dan pari. Penelitian dilakukan di lima lokasi pendaratan utama dan di laut. Jenis cucut yang tertangkap di Laut Jawa terdiri dari 35 spesies, yang merupakan anggota 3 ordo, 10 famili, 15 genus. Jenis pari yang tertangkap terdiri dari 42 spesies, yang merupakan anggota 4 ordo, 9 famili, 16 genus. Cucut banyak tertangkap oleh rawai dasar, sedangkan pari banyak tertangkap oleh jaring liongbun dan pancing senggol. Alat tangkap lain yang menangkap cucut dan pari adalah jaring arad, jaring insang mata kecil, jaring tramel, jaring insang tuna, rawai tuna dan bubu. Makanan utama cucut adalah ikan, sedangkan makanan utama pari adalah ikan dan udang. Cucut dan pari memiliki fekunditas yang sangat rendah, kurang dari lima embrio tiap individunya. Pemijahan jenis ikan ini diperkirakan terjadi sepanjang tahun. Cucut dan pari yang tertangkap umumnya masih dalam tahap belum dewasa (ukurannya kurang dari panjang pertama kali matang kelamin). Studi umur melalui metode vertebral centra dari tulang punggung jenis Dasyatis kuhlii diperoleh perkiraan umur maksimum betina 15 tahun dan jantan 10 tahun. Berdasarkan karakteristik biologi tersebut dan perkembangan perikanan terakhir, pengelolaan perikanan cucut dan pari sudah waktunya diarahkan untuk keberlanjutan sumberdaya ikan. Kata kunci : cucut, pari, pengelolaan perikanan, Laut Jawa, Dasyatis kuhlii
ABSTRACT PRIYANTO RAHARDJO. The study on Utilization and Management of Sharks and Rays (Elasmobranchii) Fisheries in Java Sea. Supervised by M. FEDI A. SONDITA, JOHN HALUAN, AND I GEDE SEDANA MERTA Sharks and rays are significant catch in the marine fisheries of Java Sea. The studies investigate the biodiversity of sharks and rays, fishing gear, food habit, reproductive biology, and alternative management for the fishery in Java Sea. A total of 35 species of shark representing 3 ordo, 9 families, 15 genus, and 42 species of ray representing 4 ordo, 9 families, 16 genus, were recorded at the five landing sites surveyed in North Java Sea. Shark were mainly caught by bottom long line, while rays were caught mainly by large demersal bottom gillnet and bottom long line. The other fishing gear for catching sharks and rays were tuna gill net, trammel net, mini trawl, long line, and portable trap. Mainly diet of sharks was fish, while food of rays were fish and shrimp. Sharks and rays have low fecundity, i.e. a maximum of five embryos but usually only a single embryo per female. Since the reproductive cycle of each species did not follow a seasonal pattern of spawning season was predicted all year. The most abundant shark and rays species were caught both as juveniles (lc<lm). The translucent zones on vertebral centra of Dasyatis kuhlii were apparently deposited annually and were thus used to estimate the ages of the individuals of this species. The maximum estimated ages of female and male Dasyatis kuhlii were 15 and 10 years, respectively. Based on biological characteristic and fishing development, sustainable management can be the alternative for shark and rays fishery in Java Sea. Keywords : Sharks, rays, fisheries management, Java Sea, Dasyatis kuhlii
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Pemanfaatan dan Pengelolaan Perikanan Cucut dan Pari (Elasmobranchii) di Laut Jawa adalah karya saya sendiri dengan arahan para Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Bogor, Mei 2007 Priyanto Rahardjo NRP P.26600002
Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebahagian atau seluruhnya dalam Bentuk apapun, baik cetak, microfilm, dan sebagainya
PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN PERIKANAN CUCUT DAN PARI (ELASMOBRANCHII) DI LAUT JAWA PRIYANTO RAHARDJO Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
Judul Disertasi : Pemanfaatan dan Pengelolaan Perikanan Cucut dan Pari (Elasmobranchii) di Laut Jawa Nama Mahasiswa : Priyanto Rahardjo Nomor Pokok : P.26600002 Program Studi : Teknologi Kelautan Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, MSc Ketua Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc. Anggota Prof. Dr. Ir. I G.Sedana Merta, MS Anggota Mengetahui, 2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Kelautan, Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 14 Desember 1961 sebagai anak ke empat dari ayah H. Soegito Gito Sudarmo (almarhum) dan ibu Soetirah (almarhum). Pada tahun 1973 penulis menamatkan pendidikan dasar di SD Negeri Tomang (Jakarta Barat), sedangkan pendidikan tingkat lanjutan pertama diselesaikan pada tahun 1976 di SMP Negeri Tiga Puluh Jakarta. Selanjutnya pada tahun 1980 penulis merampungkan pendidikan lanjutan tingkat atas di SMA Negeri XV Jakarta. Pendidikan sarjana muda di bidang teknologi penangkapan ikan ditempuh di Akademi Usaha Perikanan Jakarta dan lulus pada tahun 1983. Lulus pendidikan Program Diploma IV dibidang penangkapan ikan dari Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta pada tahun 1987. Pada tahun 1994, penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan studi tingkat Master of Science (S2) pada Program Studi Marine Biology di Agriculture University Malaysia (UPM) dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun 2000, penulis diberi kesempatan melanjutkan pendidikan ke program Doktor (S3) pada Program Studi Teknologi Kelautan, Program Pascasarjana IPB. Penulis bekerja sebagai teknisi sejak tahun 1983 pada Kelompok Peneliti Sumber Daya Pelagis Besar di Balai Riset Perikanan Laut (dulu Balai Penelitian Perikanan Laut), Pusat Riset Perikanan Tangkap, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Penulis menikah dengan Elly Nurliyati pada tahun 1989 di Jakarta, dan dikarunia seorang anak perempuan yang bernama Fatwa Afifah Nurahmani.
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah dipanjatkan ke hadhirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan rahmat-nyalah penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. Selain itu, disertasi ini dapat diselesaikan karena do a, bimbingan, arahan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Kedua orang tua, ayahanda H. Soegito Gito Sudarmo (almarhum) dan Ibunda Soetirah (almarhum) yang selalu menunjukkan kepada penulis beda antara salah dan benar, yang tidak akan pernah dapat terbalas jasa-jasanya oleh penulis. 2. Bapak Dr. Ir. H. M Fedi A. Sondita, M.Sc. selaku Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc. selaku Anggota Komisi Pembimbing dan Ketua Program Studi Teknologi Kelautan, Bapak Prof. Riset Dr. Ir. I Gede Sedana Merta, MS. selaku Anggota Komisi Pembimbing, Almarhum Bapak Dr. Ir. Johanes Widodo, MS selaku Anggota Komisi pembimbing semasa hidupnya, dan Bapak Prof Dr. Ir. Daniel R. Monintja selaku Guru Besar dan mantan Ketua Program Studi Teknologi Kelautan, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun disertasi ini. 3. Staf pengajar Program Studi Teknologi Kelautan yang telah memberi dan memperkaya bekal ilmu dan wawasan penulis sehingga mewarnai penulisan disertasi ini. 4. Kepala Pusat Riset Perikanan Tangkap (PRPT) dan Kepala Balai Riset Perikanan Laut (BRPL) yang telah memberi kesempatan dan mengizinkan penulis mengikuti program Doktor di Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. 5. Bapak Prof Riset Dr. Ir. I Gede Sedana Merta, MS, Dr. Ir. Bambang Sadhotomo, MS, dan Dr. Ir. Chandra Nainggolan, MSc, yang telah memberi rekomendasi agar penulis dapat mengikuti Sekolah Pascasarjana di IPB Bogor. 6. Dua ahli cucut dan pari (elasmobranch) tingkat dunia, yaitu Dr. Peter Last dan Dr. John Steven dari CSIRO Hobart Australia, yang telah memberikan pelatihan dan bimbingan dengan penuh kesabaran dalam melakukan penelitian
di Indonesia dan Australia, tanpa bimbingan dua tenaga ahli tersebut pemahaman kami tentang perikanan cucut dan pari tidak mungkin sampai sejauh ini. Selain itu Dr. Steven Blener dan Dr. Iasubaksti dari CSIRO Australia yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. 7. Sahabatku Dr. William White dan Prof. Ian Tool dari Murdoch University Perth Australia, yang bersama-sama dalam pelaksanaan penelitian dilapang dengan disiplin yang sangat tinggi dan berbagai analisis biologi di laboratorium Murdoch University yang belum biasa dilaksanakan di Indonesia.. 8. Sdr. Anung Widodo, S.Pi M.Si, Sdri. Siti Mardlijah, S.Si, Sdri Umi Chodriah, SPi, Sdr. Ervin Nurdin, SPi, Sdr. Hufiadi, SPi, Sdr. Enjah Rahmat dan Sdr. Sawon, dari tim peneliti Balai Riset Perikanan Laut yang bersama-sama dalam satu tim untuk melaksanakan penelitian ini. 9. Sdr. M. Somad, SSi dan Sdr Fahmi, SPi dari tim peneliti Pusat Riset Oseanologi LIPI yang bersama-sama dalam satu tim untuk melaksanakan penelitian ini. 10. Teman-teman mahasiswa Program Doktor pada Program Studi Teknologi Kelautan angkatan 2000 yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis sebelum dan selama penulisan disertasi. 11. Kepada isteri tercinta, Elly Nurliyati dan anakku tersayang, Fatwa Afifah Nurrahmani, atas dukungan, do a dan air mata bagi kelancaran studi penulis. Penulis tidak dapat membalas bimbingan, arahan dan bantuan yang telah diberikan, baik material maupun spiritual, kecuali hanya do a semoga amal kebaikan tersebut mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga disertasi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan dalam bidang kelautan khususnya dan bermanfaat bagi pembangunan perikanan dan kelautan. Bogor, Mei 2007 Priyanto Rahardjo
DAFTAR ISTILAH Alat tangkap yang legal : alat tangkap yang memenuhi aturan perundang-undangan yang berlaku. Alokasi optimal : suatu langkah kebijakan yang pertimbangannya telah dipikirkan dan dipertimbangkan dari segi untung dan rugi secara baik, seimbang dan serasi. CPUE (Catch per unit of effort) : hasil tangkapan ikan per unit upaya. Closed area : penutupan daerah penangkapan dalam upaya pelestarian sumber daya ikan. Closed season : penutupan musim penangkapan dalam upaya pelestarian sumber daya ikan. Daerah asuhan : daerah perlindungan ikan-ikan muda yang baru beruaya dari tengah laut biasanya berupa perairan payau atau perairan yang berhutan bakau. Eksploitasi : kegiatan pemanfaatan sumber daya ikan. ELEFAN : Sebuah perangkat lunak singkatan dari electronic length frequency analysis FAO (Food and Agriculture Organization) : badan dunia yang bernaung di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi pangan dan pertanian. FISAT : Sebuah perangkat lunak buatan FAO-ICLARM stock assesment tools Habitat : daerah tempat hidup ikan. Indeks kelimpahan : suatu ukuran yang digunakan untuk menyatakan kelimpahan suatu organisme.
Jaring arad : alat tangkap ikan yang dioperasikan di dasar perairan yang terdiri dari bagian kantong, badan jaring, sayap dan tali tari, dimana ukuran mata pada tiap bagian jaring berbeda Jumlah yang boleh dimanfaatkan : tingkat produksi ikan yang dapat diusahakan tanpa mengganggu kelestariannya. Juvenile : tingkatan pasca larva ikan yang telah mengalami beberapa kali ganti kulit dan masih berada di daerah asuhan. KEPPRES : keputusan presiden Kematangan gonad : tingkat perkembangan gonad pada ikan. Kuota : hak untuk menangkap ikan dalam jumlah tertentu. Laju kematian penangkapan (F) : mencerminkan suatu laju kematian yang disebabkan oleh akibat penangkapan. Laju kematian alami (M) : merupakan laju kematian karena sebab-sebab lain (pemangsaan, penyakit dan lain-lain). Laju pertumbuhan (k) : suatu parameter kurvatur yang menentukan seberapa cepat ikan mencapai panjang asimtotik. Laju tangkap : hasil tangkapan ikan per satuan waktu Mengakses : memasuki wilayah penangkapan ikan untuk melakukan penangkapan. Mentan : menteri pertanian. Metode sapuan (swept area method) : metode yang digunakan untuk menduga besarnya potensi sumber daya ikan (ikan) di suatu perairan dengan menyapu suatu area perairan dengan menggunakan trawl.
Omnivorous scavengers : jenis ikan pemakan bangkai dan pemakan segalanya Panjang asimtotik (Loo) : nilai rata-rata panjang ikan (ikan) yang sangat tua. Parameter pertumbuhan : merupakan nilai numerik dalam persamaan dimana kita dapat memprediksi ukuran badan ikan setelah mencapai umur tertentu. Post-larva : tingkat pada daur hidup ikan sesudah stadia larva sebelum tingkat yuwana. Potensi lestari : potensi yang dapat dimanfaatkan tanpa mengganggu kelestarian sumber daya. PRPT : Pusat Riset Perikanan Tangkap. Recovery : pemulihan kembali suatu stok sumber daya. Recruitment : penambahan ikan baru ke dalam stok dari kategori ukuran ikan yang lebih kecil. Renewable resources : sumber daya yang dapat memperbaharui diri sendiri. Ruaya : perpindahan ikan dari suatu tempat ke tempat lain SK : SKB : Stok : surat keputusan surat keputusan bersama. suatu sub gugus dari satu spesies yang mempunyai parameter pertumbuhan dan kematian yang sama serta menghuni suatu wilayah geografis tertentu. TKG : tingkat kematangan gonad.
TPI : tempat pelelangan ikan Tawur : suatu kegiatan penurunan jaring pada operasi penangkapan ikan. Trammel net : alat tangkap ikan yang dioperasikan di dasar perairan dan terdiri dari 3 lapis yaitu dua lapis yang di luar (outer net) mempunyai mata lebih besar dari pada lapisan dalamnya (inner net). Upaya optimum : suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum yang lestari tanpa mempengaruhi produktivitas jangka panjang. Upaya penangkapan : suatu usaha yang dilakukan dalam rangka menangkap ikan di laut. WIB : waktu Indonesia barat. Yuwana : ikan-ikan muda sesudah tingkatan post-larva dan berada di daerah asuhan.
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR ISTILAH... vi 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Permasalahan Penelitian... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.4 Manfaat Penelitian... 5 1.4 Kerangka Penelitian... 5 1.5 Hipotesis... 6 1.6 Ruang Lingkup Penelitian... 6 2 TINJAUAN PUSTAKA... 8 2.1 Pendahuluan... 8 2.2 Biologi cucut dan pari... 9 2.3 Eksploitasi perikanan cucut dan pari... 22 2.4 Pengelolaan perikanan cucut dan pari... 23 2.5 Kebutuhan penelitian perikanan cucut dan pari di Laut Jawa... 25 3 METODE PENELITIAN... 27 3.1 Pendahuluan... 27 3.2 Tempat dan waktu penelitian... 27 3.3 Metode pengumpulan data... 29 3.3 Analisis data... 31 4 IDENTIFIKASI, KOMPOSISI JENIS CUCUT DAN PARI BERDASARKAN LOKASI PENELITIAN DI LAUT JAWA... 39 4.1 Pendahuluan... 39 4.2 Bahan dan metode... 41 4.3 Hasil... 50 4.5 Pembahasan... 66 4.6 Kesimpulan... 71 5 TEKNOLOGI PENANGKAPAN CUCUT DAN PARI DI LAUT JAWA... 74 5.1 Pendahuluan... 74 5.2 Bahan dan metode... 76 5.3 Hasil... 78 5.4 Pembahasan... 94 5.5 Kesimpulan... 123
6 ASPEK BIOLOGI BEBERAPA JENIS CUCUT DAN PARI DI LAUT JAWA... 127 6.1 Pendahuluan... 127 6.2 Bahan dan metode... 131 6.3 Hasil... 135 6.4 Pembahasan... 174 6.5 Kesimpulan... 177 7 PENGELOLAAN PERIKANAN CUCUT DAN PARI DI LAUT JAWA... 181 7.1 Pendahuluan... 181 7.2 Evaluasi pengelolaan... 185 7.3 Konsep pengelolaan... 188 7.4 Sejumlah langkah aksi pengelolaan... 192 7.5 Rekomendasi... 195 8 KESIMPULAN DAN SARAN... 197 8.1 Kesimpulan... 197 8.2 Saran... 198 DAFTAR PUSTAKA... 199 LAMPIRAN... 205
DAFTAR TABEL Halaman 1. Tujuan penelitian, jenis data, metode pengumpulan data, metode 30 analisa data dari perikanan cucut dan pari di Laut Jawa... 2. Lokasi dan waktu penelitian identifikasi cucut dan pari di Laut Jawa tahun 2001-2004... 43 3. Jenis jenis cucut yang di daratkan dari Jakarta, Indramayu, Tegal, Juana dan Brondong tahun 2001 2004... 51 4. Jenis jenis pari yang didaratkan dari Jakarta, Indramayu, Tegal, Juana dan Brondong tahun 2001 2004... 52 5. Komposisi jenis-jenis cucut yang didaratkan dari Jakarta, Indramayu, Tegal, Juana dan Brondong tahun 2001 2004 (% ekor)... 54 6. Komposisi jenis pari yang didaratkan dari Jakarta, Indramayu, Tegal, Juana dan Brondong tahun 2001 2004 (% ekor)... 55 7. Komposisi jenis cucut menurut alat tangkap di Laut Jawa tahun 2001 2004 (% ekor). (J. insang dan rawai tuna beroperasi di Barat Sumatera dan Selatan Jawa)... 79 8. Komposisi jenis pari menurut alat tangkap di Laut Jawa tahun 2001 2004 (% ekor). (J. insang dan rawai tuna beroperasi di Barat Sumatera dan Selatan Jawa)... 80 9. Proporsi hasil tangkapan cucut, pari dan ikan lain pada berbagai alat tangkap yang beroperasi di Laut Jawa 2001 2004... 109 10. Rangkuman keanekaragaman jenis cucut dan pari oleh 9 alat tangkap yang beroperasi di Laut Jawa 2001-2004... 109 11. Evaluasi dampak berbagai alat tangkap cucut dan pari terhadap ekosistem di Laut Jawa tahun 2001 2004... 111 12. Produksi, upaya dan CPUE perikanan cucut di Laut Jawa... 111 13. Produksi, upaya dan CPUE perikanan pari di Laut Jawa... 112 14. Jumlah alat tangkap, produksi, CPUE dan indeks kemampuan tangkap (IKT) alat tangkap yang menangkap pari tahun 2002 di Laut Jawa. 112 15. Komposisi makanan menurut jenis cucut yang di daratkan di Laut Jawa tahun 2001 2004 (% volume dalam berat)... 138 16. Komposisi makanan menurut jenis pari yang didaratkan di Laut Jawa tahun 2001 2004 (% volume dalam berat)... 138 17. Nisbah kelamin ikan cucut dan pari di Laut Jawa (% ekor)... 138
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka pemikiran penelitian perikanan cucut dan pari (Elasmobranchii) di Laut Jawa... 7 2. Terminologi morfologi cucut (Last dan Stevens, 1994)... 11 3. Terminologi morfologi pari (Sumber : Lasts and Stevens, 1994)... 13 4. Klasifikasi cucut (Sumber :Compagno, 1999)... 16 5. Tiga tingkat kedewasaan cucut dan pari jantan, yaitu muda (1), mulai dewasa (2) dan telah dewasa (3). (Sumber: Holden and Rait, 1975 vide Compagno,1984)... 19 6. Lokasi penelitian ( = lokasi) 28 7. Jumlah jenis cucut dan pari pada lima lokasi penelitian di Laut Jawa tahun 2001 2004... 56 8. Komposisi cucut dan pari pada lima lokasi penelitian di Laut Jawa tahun 2001 2004... 56 9. Komposisi jenis cucut (diarsir) dan pari (polos) di Laut Jawa tahun 2001 2004... 57 10. Komposisi jenis cucut di Laut Jawa tahun 2001 2004... 57 11. Komposisi jenis cucut di Jakarta tahun 2001 2004... 59 12. Komposisi jenis cucut di Indramayu tahun 2001 2004... 59 13. Komposisi jenis ikan cucut di Tegal tahun 2001 2004... 60 14. Komposisi jenis cucut di Juana tahun 2001 2004... 60 15. Komposisi jenis cucut di Brondong tahun 2001 2004... 61 16. Komposisi jenis pari di Laut Jawa tahun 2001 2004... 63 17. Komposisi jenis pari di Jakarta tahun 2001 2004... 63 18. Komposisi jenis pari di Indramayu tahun 2001 2004... 64 19. Komposisi jenis pari di Tegal tahun 2001 2004... 64 20. Komposisi jenis pari di Juana tahun 2001 2004... 65 21. Komposisi jenis pari di Brondong tahun 2001 2004... 65 22. Jumlah jenis cucut dan pari dari sembilan alat tangkap di Laut Jawa tahun 2001 2004... 82 23. Komposisi jenis cucut dan pari dari sembilan alat tangkap di Laut Jawa tahun 2001 2004... 82 24. Komposisi jenis cucut dari jaring liongbun di Laut Jawa tahun 2001 2004... 83 25. Komposisi jenis pari dari jaring liongbun di Laut Jawa tahun 2001 2004... 83 26. Rancang bangun dan konstruksi umum jaring liongbun yang dioperasikan di Laut Jawa... 84 27. Armada jaring liongbun di pelabuhan Kejawanan Cirebon... 84 28. Komposisi jenis pari dari jaring insang dasar di Laut Jawa tahun 2001 2004... 86 29. Rancang bangun dan konstruksi umum jaring insang dasar yang dioperasikan di Laut Jawa... 86
30. Komposisi jenis pari dari jaring tramel di Laut Jawa tahun 2001-2004... 88 31. Rancang bangun dan konstruksi umum jaring trammel yang dioperasikan di Laut Jawa... 88 32. Komposisi jenis cucut dari jaring arad di Laut Jawa tahun 2001 2004... 91 33. Komposisi jenis pari dari jaring arad di Laut Jawa tahun 2001 2004... 91 34. Rancang bangun dan konstruksi umum jaring arad yang dioperasikan di Laut Jawa... 92 35. Komposisi jenis cucut dari jaring insang tuna di Laut Jawa tahun 2001 2004... 94 36. Komposisi jenis pari dari jaring insang tuna di Laut Jawa tahun 2001 2004... 94 37. Rancang bangun dan konstruksi umum jaring insang tuna yang dioperasikan di Laut Jawa... 95 38. Komposisi jenis pari dari pancing senggol di Laut Jawa tahun 2001 2004... 97 39. Rancang bangun dan konstruksi umum pancing senggol yang dioperasikan di Laut Jawa... 97 40. Pancing senggol yang disusun di atas dek kapal dan siap dioperasikan... 98 41. Selektivitas jaring liongbun, pancing senggol, dan arad terhadap ikan pari di Laut Jawa... 98 42. Komposisi jenis cucut dari pancing rawai dasar di Laut Jawa tahun 2001 2004... 100 43. Komposisi jenis pari dari pancing rawai dasar di Laut Jawa tahun 2001 2004... 100 44. Rancang bangun dan konstruksi umum pancing rawai dasar yang dioperasikan di Laut Jawa... 101 45. Komposisi jenis cucut dari pancing rawai tuna di Laut Jawa tahun 2001 2004... 103 46. Rancang bangun dan konstruksi umum pancing rawai tuna... 103 47. Pengoperasian pancing rawai tuna... 104 48. Armada kapal rawai tuna di pelabuhan Muara Baru... 104 49. Rancang bangun umum tali cabang rawai tuna di Muara Baru... 105 50. Komposisi jenis pari dari bubu di Laut Jawa tahun 2001 2004... 107 51. Rancang bangun umum bubu yang dioperasikan di Laut Jawa... 107 52. Produksi cucut di perairan Indonesia dan Jawa... 113 53. Produksi pari di perairan Indonesia dan Jawa... 113 54. Proporsi ikan laut, cucut dan pari di perairan Indonesia... 114 55. Sirip cucut siap untuk dikeringkan dan diambil isit-nya... 114 56. Sirip cucut sedang dijemur (1), tulang cucut sebagai bahan baku industri farmasi (2)... 115 57. Daging cucut siap dipasarkan dalam keadaan segar... 115 58. Suasana di pengasapan ikan cucut dan pari... 115 59. Lokasi penangkapan ikan cucut dan pari di laut Jawa, 1 (inshore) dan 2 (offshore).... 118
60. Perbandingan komposisi jenis cucut terhadap berbagai alat tangkap berdasarkan jumlah ekor di Laut Jawa tahun 2001 2004. Nilai stress = 0,151, variasi = 50 120 61. Perbandingan komposisi jenis pari terhadap berbagai alat tangkap berdasarkan jumlah ekor di Laut Jawa tahun 2001 2004. Nilai stress = 0,081, variasi = 80... 120 62. Proporsi sampel ikan yang memiliki lambung terisi makanan dari beberapa jenis cucut dan pari di Laut Jawa tahun 2001 2004. Histogram putih menunjukan jenis pari dan histogram diarsir menunjukan jenis cucut... 139 63. Komposisi makanan dari beberapa jenis cucut di Laut Jawa tahun 2001 2004, data komposisi makanan berdasarkan jumlah volume... 140 64. Komposisi makanan dari beberapa jenis pari di Laut Jawa tahun 2001 2004, data komposisi makanan berdasarkan jumlah volume... 141 65. Peta spasial hasil analisis multidimensi komposisi makanan dari beberapa jenis cucut, data berdasarkan jumlah volume di Laut Jawa tahun 2001 2004. Nilai stress = 0,151, variasi = 30... 142 66. Peta spasial hasil analisis multidimensi komposisi makanan dari beberapa jenis pari, data berdasarkan jumlah volume di Laut Jawa tahun 2001 2004. Nilai stress = 0,151, variasi = 35... 142 67. Biologi reproduksi ikan Alopias pelagicus. (1) Ukuran kematangan, histogram putih menunjukan ikan belum matang, histogram abuabu menunjukan ikan yang sudah matang dan anak panah L 50 menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah a menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (3) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abu-abu menunjukan ikan betina... 148 68. Biologi reproduksi ikan Carcharhinus amblyrhynchos. (1) Ukuran kematangan, histogram putih menunjukan ikan belum matang, histogram abu-abu menunjukan ikan yang sudah matang dan anak panah L 50 menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah a menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (3) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abu-abu menunjukan ikan betina... 149 69. Biologi reproduksi ikan Charcharhinus falciformis. (1) Ukuran kematangan, histogram putih menunjukan ikan belum matang, histogram abu-abu menunjukan ikan yang sudah matang dan anak panah L 50 menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah a menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (3) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abu-abu menunjukan ikan betina... 150
70. Biologi reproduksi ikan Rhinobatus thouin. (1) Ukuran kematangan, histogram putih menunjukan ikan belum matang, histogram abu-abu menunjukan ikan yang sudah matang dan anak panah L m menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (3) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abuabu menunjukan ikan betina... 151 71. Biologi reproduksi ikan Dasyatis kuhlii (1) Ukuran kematangan, histogram putih menunjukan ikan belum matang, histogram abuabu menunjukan ikan yang sudah matang dan anak panah DW 50 menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah a menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (3) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abu-abu menunjukan ikan betina... 152 72. Biologi reproduksi ikan Dasyatis zugei. (1) Ukuran kematangan, histogram putih menunjukan ikan belum matang, histogram abuabu menunjukan ikan yang sudah matang dan anak panah DW 50 menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah a menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (3) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abu-abu menunjukan ikan betina... 153 73. Biologi reproduksi ikan Himantura walga. (1) Ukuran kematangan, histogram putih menunjukan ikan belum matang, histogram abuabu menunjukan ikan yang sudah matang dan anak panah DW 50 menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah a menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (3) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abu-abu menunjukan ikan betina... 154 74. Biologi reproduksi ikan Aetoplatea zonura. (1) Ukuran kematangan, histogram putih menunjukan ikan belum matang, histogram abuabu menunjukan ikan yang sudah matang dan anak panah DW 50 menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah a menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (3) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abu-abu menunjukan ikan betina... 155
75. Biologi reproduksi ikan Charcharhinus albimarginus. (1) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abuabu menunjukan ikan betina... 156 76. Biologi reproduksi ikan Charcharhinus brevipinna. (1) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abu-abu menunjukan ikan betina... 157 77. Biologi reproduksi ikan Charcharhinus sorrah. (1) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abu-abu menunjukan ikan betina... 158 78. Biologi reproduksi ikan Prionance glauca. (1) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abu-abu menunjukan ikan betina... 159 79. Biologi reproduksi ikan Rhizoprionodon oligolinx (1) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abu-abu menunjukan ikan betina... 160 80. Biologi reproduksi ikan Rhinobatus sp2. (1) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abu-abu menunjukan ikan betina... 161 81. Biologi reproduksi ikan Himantura gerradi. (1) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abu-abu menunjukan ikan betina... 162 82. Biologi reproduksi ikan Mobula japonica. (1) Hubungan panjang klasper dan panjang total ikan, = muda, = berkembang, = matang, dan anak panah menunjukan ukuran pertama matang kelamin. (2) Histogram ukuran ikan menurut jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan jantan, histogram abu-abu menunjukan ikan betina... 163
83. Ukuran diameter telur (MOD) menurut bulan dari ikan Dasyatis kuhlii, Dasyatis zugei dan Himantura walga... 164 84. Ukuran lebarra cawan embrio menurut bulan dari ikan Dasyatis kuhlii, Dasyatis zugei dan Himantura walga... 165 85. Persentase frekwensi tingkat kematangan gonad ikan Dasyatis kuhlii berdasarkan bulan dan jenis kelamin... 166 86. Persentase frekwensi lebar cawan ikan Dasyatis kuhlii berdasarkan bulan dan jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan muda, histogram abu-abu menunjukan ikan matang... 167 87. Persentase frekwensi lebar cawan ikan Dasyatis zugei berdasarkan bulan dan jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan muda, histogram abu-abu menunjukan ikan matang... 168 88. Persentase frekwensi lebar cawan ikan Himantura walga berdasarkan bulan dan jenis kelamin, histogram putih menunjukan ikan muda, histogram abu-abu menunjukan ikan matang... 169 89. Ukuran pertama matang kelamin berdasarkan persentase frekwensi tingkat kematangan dari ikan Dasyatis kuhlii, Dasyatis zugei dan Himantura walgai, histogram putih menunjukan tingkat kematangan 1-2, histogram abu-abu menunjukan tingkat kematangan 3-5... 170 90. Kurva pertumbuhan von Bertalanffy dari ikan Dasyatis kuhlii, Jenis betina dan Jantan yang diperoleh berdasarkan kalkulasi umur melalui metode vertebral centra... 171 91. Telur dan anak ikan pari jenis Himantura gerrardi dalam kandungan... 171 92. Embrio jenis Dasyatis zugei dan Himmantura walga. 172 93. Telur dan embrio jenis Carcharhinus melanopterus 172 94. Embrio jenis Carcharhinus melanopterus dan Chiloscyllium 173 puntactum..
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Jenis jenis ikan cucut di Laut Jawa 2001-2004... 205 2 Jenis jenis ikan pari di Laut Jawa 2001-2004... 247 3 Mekanisme proses multidimensi analisis... 305