BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat, bukan sekedar sebagai defisit unit dan sebagai surplus unit tetapi keberadaannya sangat mempermudah dan memperlancar seluruh aktivitas ekonomi masyarakat dan ini menempatkan bank menjadi sebuah lembaga keuangan yang sangat strategis. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah, terpadu serta di manfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam pengolahan sumber-sumber ekonomi lembaga-lembaga perekonomian bahu membahu mengelola dan menggerakkan semua potensi ekonomi agar berdaya dan berhasil secara optimal, termasuk lembaga keuangan. Lembaga keuangan di percaya memiliki peranan yang sangat penting bagi menggerakkan roda perekonomian suatu negara khususnya Perbankan. (Sinungan, 1993:1) dalam D. Jacob (2013). Sebagai suatu lembaga yang sangat berpengaruh terhadap tingkat perekonomian maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat. Untuk menciptakan perbankan yang sehat antara lain diperlukan pengaturan dan pengawasan bank yang 22
efektif dimana, Bank Indonesia sebagai lembaga yang melakukan pengawasan terhadap kinerja bank-bank di Indonesia mempunyai otoritas untuk menentukan tingkat kesehatan suatu bank yang bertujuan untuk menilai dan mengawasi apakah bank dalam keadaan sehat, tidak sehat yang didasarkan pada Laporan Keuangan bank dalam periode tertentu. Terpuruknya sektor perbankan pada masa krisis moneter telah menghadirkan masalah tersendiri bagi pemerintah dan Bank Indonesia, yaitu bank-bank di Indonesia menjadi sangat sulit bersaing dengan bankbank luar negeri. Oleh karena itu, diperlukan penanganan khusus untuk memulihkan kondisi perbankan Indonesia dari keterpurukan. Salah satu langkah yang telah diambil oleh pemerintah dan Bank Indonesia adalah program penyehatan perbankan melalui rekapitulasi bank umum yang bertujuan untuk mengatasi berbagai permasalahan akibat krisis tersebut. Menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan akibat krisis lalu dapat diperbaiki kembali melalui pemulihan tingkat kesehatan perbankan. Pemulihan tingkat kesehatan suatu bank dapat dilakukan dengan menganalisa laporan keuangannya oleh pihak manajemen bank yang bersangkutan secara berkelanjutan dan selalu mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dengan demikian suatu bank tidak mudah goyah jika dilain waktu mengalami kondisi serupa seperti yang dialami ketika terjadi krisis moneter. Sejak banyaknya bank yang dilikuidasi saat terjadinya krisis moneter, membuat Bank Indonesia lebih gencar untuk melakukan 23
restrukturisasi perbankan yang diharapkan dapat memunculkan stuktur perbankan yang kuat, efektif, efisien, dan sehat. Kinerja yang baik suatu bank diharapkan mampu meraih kembali kepercayaan masyarakat terhadap bank itu sendiri atau sistem perbankan secara keseluruhan. Pada sisi lain kinerja bank dapat pula dijadikan sebagai tolak ukur kesehatan bank tersebut. Secara intuitif dapat dikatakan bahwa bank yang sehat akan mendapat dukungan dan kepercayaan dari masyarakat serta mampu menghasilkan laba yang optimal. Demi menjaga kepercayaan para deposan dan stabilitas sistem pembayaran, bank bank yang beroperasi perlu di nilai tingkat kesehatannya. Kinerja keuangan suatu bank selalu menjadi sorotan bagi semua kalangan, tidak hanya pengelola, pemerintah, maupun investor. Namun masyarakat sebagai stake holder dan penyumbang dana pihak ketiga juga harus mengetahui bagaimana kinerja perbankan. Hal ini tentusaja yang menjadi daya tarik sekaligus kelebihan penelitian ini bagi semua kalangan yang mempunyai kepentingan. Hasil penelitian ini akan menunjukkan perbandingan tingkat kinerja keuangan antara BUSN Devisa dan BUSN Non Devisa. Kesamaan dari kedua kelompok bank ini adalah sebagian modalnya dimiliki oleh pihak swasta non asing, akan tetapi mempunyai ruang lingkup kinerja yang berbeda. Pada BUSN Devisa dapat melakukan transaksi dengan luar negeri atau berkaitan dengan valas, sedangkan BUSN Non Devisa tidak dapat melakukan transaksi dengan luar negeri atau berkaitan dengan valas. Alasan itu pula yang menjadikan penelitian 24
ini sangat penting bagi para pencari informasi dan pengambil keputusan agar nantinya dapat merusmuskan dan mengambil kebijakan yang tepat sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan. Peraturan bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382) Bank Wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara Triwulan dan mulai tahun 2012 penilaian sendiri (self Assessment) di lakukan paling kurang setiap semester untuk posisi akhir Juni dan Desember apabila terdapat perbedaan penilaian hasil yang di lakukan oleh Bank itu sendiri dengan Bank Indonesia, maka yang berlaku adalah penilaian menurut Bank Indonesia. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu sumber utama yang dapat di jadikan bahan penilaian adalah melalui laporan keuangan yang di terbitkan oleh bank yang bersangkutan. Melalui Laporan keuangan yang di terbitkan dapat di hitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Peraturan Bank Indonesia nomor. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tingkat kesehatan bank umum dapat diukur dengan menggunakan analisis CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, Earning, Liquidity). Analisis CAMEL digunakan untuk menilai kinerja bank dalam penentuan tingkat kesehatan bank berdasarkan pada laporan keuangan dari bank-bank yang bersangkutan. Adapun rasio-rasio CAMEL yang 25
digunakan yaitu CAR (Capital), KAP (Assets), NPM (Management), ROA dan BOPO (Earning), LDR (Liquidity). Dari komposisi aset perbankan nasional, total aset terbesar dikuasai oleh kelompok BUSN Devisa dan terkecil adalah BUSN Non Devisa. Secara umum, seluruh kelompok bank mengalami kenaikan total aset dari tahun 2010 sampai dengan akhir 2012. BUSN Devisa memiliki komposisi aset bank sebesar 38,44% dan 2,15% untuk BUSN Non Devisa pada tahun 2012. Total Aset selalu meningkat disetiap tahunnya, tercatat pada tahun 2010 total aset BUSN Devisa Rp.800miliar, 2011 meningkat menjadi Rp.1,2triliun dan tahun 2012 mencapai lebih dari Rp.1,4triliun sedangkan BUSN Non Devisa tidak mencapai Rp.200miliar disetiap tahunnya (LPP 2012). Total aset tersebut mengindikasikan bahwa kondisi kinerja BUSN Devisa dan BUSN Non Devisa adalah baik, akan tetapi masalah yang muncul adalah, dengan total aset yang berbeda tersebut bagaimana kondisi kinerja BUSN Devisa dan BUSN Non Devisa jika dinilai berdasarkan rasio-rasio yang ada sebagai ketentuan atau standar penilaian kinerja bank sebagai penentu tingkat kesehatan bank tersebut, apakah sudah sesuai dengan apa yang digambarkan di atas atau tidak, apakah kinerja BUSN Devisa dan BUSN Non Devisa sudah sesuai standar ketentuan yang berlaku atau tidak, serta bank mana yang paling baik kinerjanya dalam lingkup BUSN Devisa dan Non Devisa, serta faktorfaktor mana yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat 26
pertumbuhan laba BUSN Devisa dan BUSN Non Devisa. Penelitian ini merupakan replikasi dari Fathoni (2012) dan menambahkan dampak rasio CAMEL terhadap pertumbuhan laba. Maka penulis mengambil judul Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank antara BUSN Devisa dan BUSN Non Devisa dengan Menggunakan Metode CAMEL Serta Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Laba (Periode 2011 2014) 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini bermaksud menguji dan melakukan perbandingan tingkat kesehatan bank anatara BUSN Devisa dan Non Devisa dengan metode CAMEL serta mengetahui faktor-faktor yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Adapun permasalahan-permasalaan pokok yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana perbandingan tingkat kesehatan bank pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa (Periode 2011-2014)? 2. Rasio manakah (CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, dan LDR) yang berpengaruh terhadap pertumbuhan laba BUSN Devisa dan BUSN Non Devisa? 27
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan tingkat kesehatan antara Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa yang terdaftar di Bank Indonesia dengan menggunakan metode Capital, Asset, Management, Earnings, dan Liquidity dan rasio-rasio yang mempengaruhi pertumbuhan laba. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta pengetahuan kepada pembaca mengenai ilmu akuntansi, khususnya mengenai penilaian tingkat kesehatan perbankan dengan menggunakan aspek Capital, Asset, Management, Earnings, dan Liquidity. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam memberikan informasi bagi pihak yang berkepentingan mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum swasta nasional devisa dan non devisa yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2011-2014 yang dinilai berdasarkan aspek Capital, Asset, Management, Earnings, dan Liquidity untuk mengambil keputusan sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan serta faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba. 28