BAB I PENDAHULUAN. sejumlah uang setiap waktu yang ditentukan. Maka dari itu, HKI akan mendorong

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perjanjian World Trade Organization (WTO), membuat Indonesia harus. yang ada dalam kerangka General Agreement on Tariffs and Trade

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Keanekaragaman budaya yang dipadukan

BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI

BAB I PENDAHULUAN. seorang wiraswasta. Dengan program Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi keunggulan produk dari merek tertentu sehingga mereka dapat

PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK TIDAK BERITIKAD BAIK DALAM TEORI DAN PRAKTEK DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas maka dapat ditarik. kesimpulan:

BAB I PENDAHULUAN. pelaku usaha atau produsen untuk menggunakan unsur-unsur seperti nama, logo

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka,

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab III, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha dalam perdagangan barang dan jasa pada zaman modern

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, suatu produk barang atau jasa yang dibuat pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

Perkembangan ekonomi global sekarang ini menuntut tiap-tiap negara untuk

BAB I Pendahuluan. suatu barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan diperlukan tanda

BAB I PENDAHULUAN. Hak merek merupakan bagian dari hak kekayaan intelektual yang timbul

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk baru atau pengembangan dari produk-produk. penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. para pemilik bisnis baik kecil, menengah, maupun besar, benar-benar harus

I. PENDAHULUAN. Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai isu internasional, HKI (Hak Kekayaan Intelektual) berkembang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan meningkat dengan pesat, khususnya ketika ekonomi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

No dan Cukai. Penting untuk digarisbawahi bahwa mekanisme perekaman ini sama sekali tidak menggantikan mekanisme pendaftaran HKI kepada Direkt

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di bidang ekonomi, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia. menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba

BAB I PENDAHULUAN. dengan persaingan bisnis antar para pelaku usaha, tentu saja tiap-tiap pihak

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia yang pada tahun 2020 memasuki era pasar bebas. Salah satu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pula hasrat dan keinginan masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

b. Merk jasa Merk jasa yaitu merk yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan

(a) pembajakan merajalela akibatnya kreativitas menurun;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Sejak dasawarsa delapan puluhan (era 1980-an), hak kekayaan intelektual atau

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. paparkan sebelumnya, dengan uraian sebagai berikut:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

BAB III KASUS KEMIRIPAN MEREK PADA PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mendorong

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kepustakaan dan hasil data di lapangan yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut atau memberikan izin pada pihak lain untuk menggunakannya. 3 Dengan

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

BAB I PENDAHULUAN. satu kondisi yang tidak mengenal lagi batas-batas wilayah. Aspek ekonomi

ANALISA YURIDIS TERHADAP PEMBONCENGAN KETENARAN MEREK ASING TERKENAL UNTUK BARANG YANG TIDAK SEJENIS (KASUS MEREK INTEL CORPORATION LAWAN INTEL JEANS)

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian baru dalam forum Nasional maupun Internasional.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perlindungan Dan Pengaturan Tentang Hak Merek Di Indonesia.

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013 Online di

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Ada dua terjemahan resmi atas istilah Intellectual Property Rights (IPR),

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA. Hendra Tanu Atmadja, Perlindungan Hak Cipta Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. maupun memasarkan suatu produk haruslah ditingkatkan. Hal ini dikarenakan

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

BAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat,

KELEMAHAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA. LETAK SIRKUIT TERPADU Rr. Aline Gratika Nugrahani*).

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya perdagangan internasional dan adanya gerakan

AKIBAT HUKUM HAK CIPTA ATAS LOGO YANG MENYERUPAI MEREK ORANG LAIN LEGAL MEMORANDUM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjanjian internasional tentang aspek-aspek perdagangan dari HKI

kata kunci: Hak Kekayaan Intelektual ; Merek

BAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1992 TENTANG MEREK

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GATT DALAM PERLINDUNGAN MEREK TERKENAL DI INDONESIA. Oleh : Eddhie Praptono, SH.MH. (Ketua sentra HKI UPS)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini teknologi merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI DAN MEREK. Desain Industri merupakan salah satu bidang HKI yang dikelompokan

NOMOR 14 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1992 TENTANG MEREK

Volume 12 Nomor 2 September 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1992 TENTANG MEREK

I. PENDAHULUAN. yang hari ini diproduksi di suatu negara, di saat berikutnya telah dapat dihadirkan

RGS Mitra 1 of 10 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 PENJELASAN ATAS TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 MEREK

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Industri;

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL ASING MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

BAB I PENDAHULUAN. Sistem yang ada di dalam hukum merupakan upaya untuk menjaga

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 PENJELASAN ATAS TENTANG DESAIN INDUSTRI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HKI). 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

! 1 BAB I PENDAHULUAN A.! Latar Belakang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan kegiatan perdagangan di dunia, termasuk Indonesia. Dengan adanya HKI, diharapkan akan memberi kepastian hukum kepada para pencipta, ilmuan, ataupun pelaku usaha. Selain itu, HKI juga mempunyai nilai ekonomis dikarenakan hak nya yang dapat diperdagangkan, yaitu dengan memberikan izin terhadap pihak lain untuk memanfaatkan HKI yang ia miliki dengan membayar sejumlah uang setiap waktu yang ditentukan. Maka dari itu, HKI akan mendorong para pelaku usaha untuk membuat dan menjual produk-produk yang terbaik untuk diperdagangkan. Dengan adanya persaingan usaha ini, maka secara otomatis akan meningkatkan ekonomi masyarakat karena adanya perputaran uang yang konstan antara pembeli dan penjual. Perlindungan terhadap HKI sudah sangat mendunia. Contohnya saja, terdapat perjanjian yang bernama The Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (Perjanjian TRIPs) yang dikeluarkan oleh World Trade Organization (WTO), yang mengatur standar minimum sebuah perlindungan HKI di negara-negara anggota WTO. Di Indonesia sendiri, terdapat berbagai macam peraturan perundang-undangan yang melindungi berbagai macam HKI. Ini menandakan bahwa seluruh masyarakat di dunia mengetahui arti penting HKI bagi mereka. Perlindungan yang baik terhadap HKI juga akan mendorong para pelaku

! 2 usaha untuk terus meningkatkan mutu produk-produk mereka agar dapat dikenal masyarakat luas. Perlindungan yang baik terhadap HKI juga akan menjaga keadilan dari para pelaku usaha, selain itu masyarakat sebagai konsumen pun akan merasa terjamin dengan produk-produk yang mereka beli. Merek, sebagai salah satu dari jenis HKI, mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Merek digunakaan sebagai identitas dari produk yang diperjual-belikan dan pelaku usaha itu sendiri. Maka dari itu, pelaku usaha berlomba-lomba membuat produk terbaik agar merek nya dikenal oleh masyarakat. Menurut pendapat Prof. R. Soekardono, yang diacu oleh Sadikin OK., merek merupakan suatu tanda yang mempribadikan sebuah barang tertentu, dimana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitasnya barang dalam perbandingan dengan barangbarang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan lain. 1 Pada prakteknya, pemberian merek terhadap suatu produk dari seseorang atau badan berfungsi sebagai pembeda dari produk barang/jasa yang sejenis. Nilai pembeda dari suatu merek dapat dilihat dari gambar, tulisan, bentuk, warna, sususan huruf maupun kata, atau kombinasi dari semuanya. Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa selain menjadi identitas, merek juga dipakai sebagai jaminan atas kualitas suatu produk. Pemberian merek terhadap suatu produk juga dapat memberikan reputasi yang baik terhadap pelaku usaha. Merek yang sudah memiliki reputasi yang baik di masyarakat akan menambah nilai jual suatu produk. Tidak jarang kita menemukan 1 R. Soekardono, 1962, Hukum Dagang Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta, hlm. 149

! 3 bahwa untuk barang yang sama dengan kualitas yang sama, terdapat perbedaan harga untuk merek yang sudah dikenal masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih memilih dan rela membayar lebih terhadap suatu produk dengan merek yang sudah dikenal dibanding membeli produk dengan merek yang belum dikenal kualitasnya oleh masyarakat. Oleh sebab itu, sebuah merek dapat menjadi suatu kekayaan yang berharga secara komersial, bahkan merek suatu perusahaan seringkali lebih bernilai dibandingkan aset riil perusahaan tersebut. Merek merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan perdagangan. Merek membantu pelaku usaha untuk memasarkan produk mereka. Akan menjadi hal yang sangat sulit bagi pelaku usaha yang akan memasarkan produk yang tidak memiliki merek, karena tidak mempunyai nilai pembeda dengan produk lain yang sejenis. Selain itu, akan sulit juga bagi konsumen untuk menilai kualitas dari suatu produk tanpa merek yang mereka belum pernah coba sebelumnya. Dengan adanya merek, konsumen dapat secara langsung mengetahui kualitas dari suatu produk tanpa harus memakai produk tersebut sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena konsumen sudah mengetahui bahwa merek tertentu selalu memproduksi barangbarang dengan kualitas tinggi. 2 Maka dari itu, seringkali produk-produk dari merek yang sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat ditiru dan dipalsukan oleh pelaku usaha yang lain yang ingin melakukan persaingan yang tidak sehat. 3 Pada era globalisasi, penggunaan dan pemanfaatan merek-merek terkenal sering terjadi di kegiatan 2 Tim Lindsey, 2003, Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar, Alumni, Bandung, hlm. 131 3 Insan Budi Maulana, 1997, Sukses Bisnis Melalui Merek, Paten, dan Hak Cipta, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 60

! 4 perdagangan dunia. Faktor utama yang mendorong para pelaku usaha untuk menggunakan dan memanfaatkan merek terkenal tidak lain adalah untuk meraup keuntungan yang lebih besar dan pasti. Selain itu, persaingan usaha yang sangat sulit sekarang ini membuat para pelaku usaha untuk memanfaatkan merek-merek terkenal. Alasan ini yang membuat para pelaku usaha untuk mengambil jalan pintas dalam meraih keuntungan, yaitu dengan menggunakan merek terkenal pada barang/jasa yang ia perdagangkan. Banyak sekali alasan bagi pelaku usaha untuk menggunakan dan memanfaatkan merek-merek terkenal untuk barang/jasa yang ia perdagangkan. Alasan yang utama antara lain adalah agar produknya lebih mudah untuk dijual. Para pelaku usaha ini tidak harus mengeluarkan modal yang besar untuk mengembangkan merek nya sendiri, mereka tidak perlu melakukan riset lapangan untuk mengetahui keluhan dari konsumennya atas produk yang ia perdangkan. Mereka tidak perlu melakukan quality control untuk menjaga kualitas produknya dan nama baik mereknya. Mereka juga tidak perlu repot-repot mengeluarkan uang yang besar untuk melakukan pengembangan atas produk yang ia perdagangkan agar selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Mereka hanya perlu menggunakan merek yang sudah terkenal untuk produknya dan menjualnya dengan harga yang lebih murah dari harga merek terkenal tersebut. Pemanfaatan merek terkenal dengan cara ini memang sangat efektif, hal ini dikarenakan kepercayaan dan pengetahuan masyarakat terhadap merek terkenal tersebut. Selain itu, hal ini juga didukung oleh daya beli konsumen dari tingkat ekonomi yang pas namun ingin tampil gaya dengan merek terkenal tersebut.

! 5 Pemalsuan terhadap merek apabila dibiarkan akan membahayakan perdagangan. Pelaku usaha yang menjadi korban dari pemalsuan merek akan menderita kerugian yang sangat besar. Kerugian ini bisa muncul akibat konsumen yang lebih memilih membeli produk dari pemalsu merek dibandingkan merek asli. Pemalsu merek pasti akan menggunakan bahan baku dengan kualitas rendah untuk menekan harga produksi, dan akan menjualnya dengan harga yang sangat murah. Lain halnya dengan produk asli yang diproduksi menggunakan bahan baku yang bagus demi mempertahankan kualitas dan reputasi merek. Mayoritas konsumen akan memilih untuk membeli produk dari pemalsu merek yang berharga rendah untuk lebih ekonomis. Kerugian ini dapat menurunkan tingkat penjualan serta pendapatan pelaku usaha yang merupakan pemilik merek asli. Penurunan pendapatan otomatis akan mempengaruhi modal pelaku usaha itu. Modal yang kecil akan menghambat perkembangan kualitas produk, sebab, pelaku usaha pasti akan memotong pengeluaran, salah satunya dengan cara memotong atau meniadakan anggaran untuk riset peningkatan mutu produk. Hal ini dapat memperlambat kemajuan kualitas produk. Kerugian lainnya yang dapat dirasakan adalah hilangnya kepercayaan konsumen. Konsumen pasti mengharapkan suatu standar kualitas dari merek-merek tertentu, apabila para pemalsu merek terus memproduksi barang-barang dengan kualitas rendah, konsumen yang tidak mengetahui adanya pemalsu merek akan kecewa dengan produk rendah kualitas yang ia beli dan akan menghindari untuk membeli produk dari merek tersebut. Akan lebih berbahaya lagi apabila konsumen

! 6 tersebut menghimbau calon konsumen lain untuk membeli dari merek yang sudah dipalsukan. Hilangnya kepercayaan konsumen tidak hanya berpengaruh kepada penurunan penjualan produk produk yang telah beredar di pasaran. Hal ini juga berpengaruh pada penjualan produk produk yang akan dijual kedepannya. Masyarakat yang sudah tidak percaya lagi dengan merek tertentu, akan cenderung enggan untuk membeli produk produk dari merek itu, baik yang sudah ada di pasaran, maupun yang akan dijual kedepannya. Produk-produk bajakan seperti ini mudah sekali ditemukan di kota-kota besar, mulai dari pedagang yang ada di pasar, maupun di pusat perbelanjaan. Produk-produk yang sudah dipalsukan merek nya akan lebih mudah ditemukan di kota-kota besar sebab perkembangan barang dan jasa kota cenderung lebih cepat, maka para pemalsu merek pun akan berlomba-lomba untuk menjiplak dan meniru produk-produk terkini yang beredar di kota. Selain itu konsumen di daerah perkotaan pun cenderung lebih konsumtif dibanding konsumen yang berada di pedesaan, sehingga lebih menguntungkan bagi para pemalsu merek untuk menjual produknya di daerah perkotaan. Produk-produk yang terlihat asli tapi palsu ini sangat beraneka ragam. Namun, produk yang paling sering dipalsukan merek nya adalah produk busana. Lebih tepatnya, memalsukan merek busana terkenal. Hal ini mudah sekali dilihat di pasar bahkan di pusat perbelanjaan di perkotaan. Sebagai contoh, kerap kali kita melihat pedagang menjual busana atau aksesoris bertuliskan Louis Vuitton, namun kualitas barang-barang tersebut sangat jauh dibawah dari produk asli. Pemalsuan

! 7 ini merek terkenal beraneka ragam, ada yang cuma menuliskan merek terkenal tersebut di pakaian atau aksesoris sehingga masih dapat dibedakan antara produk palsu dan asli, ada juga yang bahkan benar-benar menjiplak model pakaian merek terkenal, sampai tidak dapat dibedakan dengan produk yang asli, kecuali oleh orang yang paham dengan produk tersebut. Tingkat pemalsuan merek terkenal pada busana sangat tinggi. Hal ini dikarenakan karena produk-produknya yang cenderung mudah dijiplak dan kebutuhan masyarakat yang tinggi akan busana. Biaya produksi dan tingkat kesulitan untuk menjiplak produk busana juga tidak tinggi. Tidak perlu orang yang berkemampuan khusus untuk menjiplak produk busana, seseorang dengan kemampuan menjahit yang standard dan alat sablon pun dapat memalsukan merekmerek busana terkenal. Lain halnya dengan memalsukan produk elektronik yang memerlukan orang dengan kemampuan khusus di bidang elektronik untuk dapat menjiplak produk dari merek elektronik terkenal, sehingga tidak semua orang dapat memalsukannya. Biaya produksinya pun cenderung lebih mahal dari biaya produksi busana. Salah satu contoh pelanggaran terhadap merek terkenal yang akan dibahas kali ini adalah sengketa merek terkenal Pierre Cardin antara Pierre Cardin, seorang perancang busana asal Perancis yang menggugat Alexander Satryo Wibowo dan Pemerintah Republik Indonesia c.q. Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI c.q. Direktur Jendral Hak Kekayaan Intelektual c.q. Direktorat Merek. Kasus ini telah diputus oleh Mahkamah Agung pada tahun 2015 dengan Putusan Nomor 557 K/PDT.SUS-HKI/2015. Dalam kasus ini, Mahkamah Agung

! 8 beranggapan bahwa merek Pierre Cardin milik Alexander memiliki perbedaan, karena di dalam produk milik Alexander selalu tercantum kata-kata Product by PT. Gudang Rejeki. Selain itu, karena Alexander merupakan orang pertama yang melakukan pendaftaran atas merek dagang Pierre Cardin, maka permohonan kasasi Pierre Cardin tidak dapat diterima. Berdasarkan kasus diatas, dapat dilihat bahwa masih adanya kejanggalan dalam penentuan merek terkenal. Dasar apa yang sebenarnya harus dipakai untuk menentukan pengetahuan umum masyarakat Indonesia terhadap suatu merek tertentu, bagaimana seorang hakim dapat berkesimpulan bahwa suatu merek tidak dikenal dalam masyarakat. Selain itu, apakah sebenarnya sistem first to file dalam pendaftaran merek di Indonesia memberikan kepastian hukum bagi pemilik merek terkenal yang belum mendaftarkan mereknya di Indonesia. Oleh karena permasalahan tersebut, maka peneliti mengangkat judul Analisis Yuridis Terhadap Penggunaan Merek Terkenal Oleh Pihak Lain Di Luar Negara Asal Merek Terkenal (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 557 K/Pdt.Sus-Hki/2015 Tentang Pierre Cardin Melawan Alexander Satryo Wibowo Dan Pemerintah Republik Indonesia.) B.! Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1.! Apakah prinsip first to file memberikan kepastian hukum bagi pemilik merek terkenal yang belum mendaftarkan mereknya di Indonesia?

! 9 2.! Bagaimana sifat terkenal dari merek terkenal dinilai? C.! Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.! Tujuan Objektif: a.! Untuk mengetahui dan menganalisis apakah sebenarnya sistem first to file dalam pendaftaran merek memberikan kepastian hukum bagi pemilik merek terkenal yang belum mendaftarkan mereknya di Indonesia. b.! Untuk mengetahui dan menganalisis dasar-dasar yang seharusnya dilihat untuk menentukan sifat terkenal dalam sebuah merek yang adil bagi pemilik merek. 2.! Tujuan Subjektif: Penelitian dalam penulisan ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan jenjang pendidikan Strata 1 dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D.! Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran yang dilakukan oleh peneliti di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penulisan hukum dengan judul Analisis Yuridis Terhadap Penggunaan Merek Terkenal Oleh Pihak Lain Di Luar Negara Asal Merek Terkenal (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 557 K/Pdt.Sus- Hki/2015 Tentang Pierre Cardin Melawan Alexander Satryo Wibowo Dan

! 10 Pemerintah Republik Indonesia.) belum pernah dilakukan. Peneliti mengetahui bahwa penelitian dengan tema yang sama yaitu Merek Dagang dan HKI sudah pernah dilakukan sebelumnya namun dengan objek penelitian yang berbeda, sehingga penelitian ini diharapkan dapat melengkapi hasil penelitian yang telah ada. Berdasarkan penelusuran kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan Internet, ditemukan penelitian hukum berjudul: 1.! Penyelesaian Sengketa Merek Dagang Antara Merek Lokal Terdaftar Melawan Merek Terkenal (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 61/Pdt.Sus- HKI/2013 Tentang Forever 21 Melawan Forever 21 Inc.) oleh Yohakim A. Tampubolon, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada tahun 2015 2.! Perlindungan Hukum Atas Merek Terkenal Yang Mempunyai Persamaan Pada Pokoknya Dengan Barang Yang Tidak Sejenis (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 762 K/PDT.SUS/2012), oleh Indira Anisa Putri, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada tahun 2014; 3.! Analisis yuridis terhadap sengketa antara Yahoo melawan kudunyahoo terkait dengan hak cipta dan merek, oleh Aryani Damayanti, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada tahun 2014; Namun dari penelitian di atas, terdapat perbedaan dengan penulisan hukum yang dibuat oleh peneliti. Penulisan hukum yang dibuat oleh Yohakim A. Tampubolon mempunyai dua rumusan masalah, pertama yaitu kesesuaian perlindungan hukum terhadap merek terkenal dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, TRIPs, dan Konvensi Paris; dan yang kedua apakah putusan Mahkamah Agung tersebut sudah sesuai dengan Pasal 68 Undang-Undang No. 15

! 11 Tahun 2001 tentang Merek. Ada dua kesimpulan yang diraihnya, pertama belum ada kesesuaian terhadap perlindungan hukum merek terkenal dengan Undang- Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, TRIPs, dan Konvensi Paris dikarenakan belum jelasnya parameter untuk menentukan sifat terkenal dari merek terkenal. Kedua, putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung ia nilai sudah sesuai dengan Pasal 68 Ayat (1) Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek. Berbeda dengan penelitian yang akan Penulis lakukan, disini Penulis akan lebih menitikberatkan penelitian terhadap prinsip first to file dalam pendaftaran merek di Indonesia dan penentuan serta parameter sifat terkenal dari merek terkenal. Penulisan hukum yang dibuat oleh Indira Anisa Putri mempunyai dua rumusan masalah, pertama yaitu meneliti perlindungan hukum Piaget dan Piaget Polo yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan barang yang tidak sejenis dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 762 K/PDT.SUS/2012. Kedua yaitu meneliti upaya Pemerintah dalam rangka melindungi secara hukum merek terkenal yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan barang yang tidak sejenis. Atas penelitian yang ia lakukan, terdapat dua kesimpulan. Pertama yaitu perlindungan hukum Piaget dan Piaget Polo dalam Putusan Mahkamah Agung tersebut ia nilai sudah tepat, karena putusan tersebut membatalkan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek dagang terkenal Piaget dan Piaget Polo dengan mandasarkan kepada itikad tidak baik. Kedua, Pemerintah telah melakukan upaya perlindungan hukum terhadap merek terkenal yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan barang tidak sejenis. Upaya tersebut antara lain adalah adanya pemeriksaan administratif dan substantif seperti yang tercantum dalam

! 12 Pasal 13, 13, 18, dan 19 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek; adanya pengumuman yang memperbolehkan setiap pihak untuk mengajukan keberatan atas permohonan pendaftaran merek selama jangka waktu pengumuman; dan Pemerintah pun berupaya untuk mengumpulkan setiap putusan yang inkracht yang berkaitan dengan merek terkenal sebagai pembanding untuk pembentukan peraturan Pemerintah. Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh Penulis, disini Penulis memfokuskan terhadap perlindungan hukum atas merek yang mempunyai kesamaan pada pokoknya dengan merek terkenal yang sejenis, khusunya kepastian hukum dalam prinsip first to file dalam pendaftaran merek di Indonesia dan penentuan sifat terkenal dalam merek terkenal. Penulisan hukum yang dilakukan oleh Aryani Damayanti mempunyai dua rumusan masalah, pertama ia meneliti apakah merek Kudunyahoo dapat dikategorikan sebagai pelanggaran prinsip persamaan pada pokoknya dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek terhadap merek terkenal Yahoo. Kedua, ia meneliti masalah-masalah yang dihadapi dalam penegakkan hukum terkait hak cipta di media internet. Atas penelitian yang ia lakukan, terdapat dua kesimpulan. Pertama, tidak ada persamaan pada pokoknya antara Kudunyahoo dan Yahoo karena perbedaan susunan huruf, susunan kata yang terdapat pada kedua merek tersebut memiliki daya pembeda, dan pelafalan yang berbeda antara dua merek tersebut. Sedangkan dalam penelitian ini, peniliti tidak lagi membahas apakah Pierre Cardin milik Alexander memiliki persamaan pada pokoknya atau sebagian dengan Pierre Cardin milik Pierre Cardin, sebab, hakim dalam Mahkamah Agung

! 13 pun mengakui bahwa memang ada persamaan pada pokoknya antara Pierre Cardin milik Alexander dan Pierre Cardin milik Pierre Cardin, yang lebih ditekankan pada penelitian ini apakah Pierre Cardin milik Pierre Cardin merupakan merek terkenal menurut Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 maupun Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 dan bagaimana seharusnya penentuan sifat terkenal dari merek terkenal. Dengan demikian, penulisan hukum dengan judul Analisis Yuridis Terhadap Penggunaan Merek Terkenal Oleh Pihak Lain Di Luar Negara Asal Merek Terkenal (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 557 K/Pdt.Sus- Hki/2015 Tentang Pierre Cardin Melawan Alexander Satryo Wibowo Dan Pemerintah Republik Indonesia.) adalah asli dan untuk pertama kalinya dilakukan penulisan hukum. E.! Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis. 1.! Manfaat Teoritis Dalam penelitian ini peneliti berharap hasilnya mampu memberikan penjelasan dan pemahaman mendalam mengenai perlindungan hukum terhadap merek dagang terkenal asing yang ada di Indonesia berdasarkan Undang- Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, khususnya mengenai penentuan sifat terkenal dalam merek terkenal dan asas first to file

! 14 dalam pendafataran merek. 2.! Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan juga mampu memberikan sumbangan secara praktis, yaitu: a.! Bagi masyarakat, penelitian ini diharapan mampu meberikan pengetahuan kepada masyarakat agar lebih memahami pentingnya perlindungan hukum atas merek dagang; dan b.! Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan saran bagi pengembangan Ilmu Hukum, khususnya Hukum Dagang di bidang HKI.