EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

dokumen-dokumen yang mirip
limas siswa harus mempunyai daya imajinasi yang baik tentang bangun berdimensi tiga. Siswa juga harus menguasai materi prayarat, yaitu segitiga dan

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Agung Putra Wijaya, Mardiyana, Suyono Program Studi Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY

Nurul Farida Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: Vol.2, No.5, hal , Juli 2014

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh SUSMONO S

Arinta Rara Kirana STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN NUMBERED HEADS TOGETHER

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

Yudhi Hanggara 1, Wajubaidah

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Aritsya Imswatama 1, Mardiyana 2, Budi Usodo 3

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

TESIS. Oleh: DWI HIDAYATI NIM S

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Zainal Arifin S

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT SISWA

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: IKA NOVIANTARI NIM S

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

JMP : Volume 4 Nomor 1, Juni 2012, hal

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) BERBANTUAN MEDIA INTERAKTIF PADA MATERI PELUANG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TTW DAN NHT PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Larasati Tiara Medyasari 1, Muhtarom 2, Sugiyanti 3 Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang 1.

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Oleh: Sumaji. Kata kunci : Pembelajaran Matematika, Group Investigation, Aktivitas Belajar.

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika...ISBN: hal November

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017 UIN Raden Intan Lampung 6 Mei 2017

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 7, No. 1, 2016, Hal

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

EKPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY DAN GROUP INVESTIGATION TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR DAN RT PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMP NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTU KARTU MASALAH DAN THINK PAIR SHARE BERBANTU KARTU MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

Journal of Mathematics and Mathematics Education ISSN:

Hidayat Bahktiar 1, Budi Usodo 2, Riyadi 3

ABSTRACT ABSTRAK. Keywords: achievement, Jigsaw, motivation, STAD

Reza Kusuma Setyansah 1) Budiyono 2) Sutrima 3)

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBASIS KOMPUTER PADA SISWA SMP KELAS VIII

EKSPERIMENTASI THINK TALK WRITE

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

NASKAH PUBLIKASI EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS BERBANTUAN KARTU DOMINO DENGAN MELIHAT KEMAMPUAN AWAL SISWA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD WITH GUIDED DISCOVERY LEARNING PADA MATERI POKOK LINGKARAN DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

Oleh : Sumaji PGSD FKIP Universitas Muria Kudus

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Prodi Magister Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister Progran Studi Pendidikan Matematika

Naning Sutriningsih Pendidikan Matematika, STKIP Muhammadiyah Pringsewu Abstract

Rahayu Sri Waskitoningtyas 1, Tri Atmojo Kusmayadi 2, Mardiyana 3

Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dan TPS Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING BERBANTUAN ALAT PERAGA DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

yahoo.co.id

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TESIS. Oleh Umi Supraptinah S

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Anna Setyowati S

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa : 1. Tesis yang berjudul: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH (JUCAMA) DAN PROBLEM BASED LEARNING

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN RME DENGAN PROBLEM SOLVING DAN RME DENGAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Desi Gita Andriani S

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika...ISBN: hal November

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN METODE PENEMUAN BERBANTUAN INTERACTIVE MULTIMEDIA DITINJAU DARI RESPON BELAJAR

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Transkripsi:

1 EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN THINK PAIR SHARE (TPS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN PATI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Himawan Sulasthomo 1, Budi Usodo 2, dan Mardiyana 3 1,2,3, Program Magister Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract: The objectives of the research were to find out: (1) which one providing better mathematics learning achievement, Jigsaw, TPS, or direct learning model, (2) which one having better mathematics learning achievement, students with high, medium, or low learning discipline, (3) in each learning models (Jigsaw, TPS, and direct) which one providing better mathematics learning achievement, high, medium, or low learning discipline, (4) in each student learning discipline (high, medium, or low) which one providing better mathematics learning achievement, Jigsaw, TPS, or direct learning model. This study was a quasi-experimental research. The research design used was a 3x3 factorial design. The population of research was all VIII graders of Public Junior High Schools through out Pati Regency in the academic year of 2015/2016. Meanwhile the sample was taken using stratified cluster random sampling. The sample consisted of 284 students: 96 students for experiment I class, 94 for experiment II class and 94 for control class. The instruments used to collect the data were learning discipline questionnaire and mathematics learning achievement test. From the result of research, it could be concluded as follow: (1) Jigsaw learning model provided mathematics learning achievement the better than TPS or direct learning model; TPS learning model provided mathematics learning achievement the same as direct learning model. (2) The learning achievement of the students with high or medium learning discipline were the same; and the learning achievement of the students with high or medium learning discipline were better than low learning discipline; (3) In each of learning models, students with high or medium learning discipline had the same achievement; In each of learning models, students with high or medium learning discipline had the better than low learning discipline; (4) In each of category of learning discipline, Jigsaw learning model gave the better than TPS or direct learning models; and in each of category of learning discipline, TPS or direct learning models gave learning achievement were the same. Keywords: jigsaw, TPS, direct learning, learning discipline, and learning achievement. PENDAHULUAN Matematika adalah ilmu yang mendasari berbagai disiplin ilmu. Matematika mempunyai peran penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyadari betapa pentingnya matematika, maka matematika sudah diajarkan sejak dari jenjang pendidikan usia dini sampai commit jenjang to pendidikan user tinggi. Matematika juga dapat

2 membentuk seseorang untuk mempunyai kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan karena sukar untuk dipelajari. Ada kecenderungan, bahwa materi yang harus dipelajari siswa semakin hari semakin bertambah jumlah, jenis, dan tingkat kesukarannya. Dari data nilai hasil Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2014/2015, baik tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional menunjukkan nilai rata-rata matematika menempati urutan keempat atau terbawah dari empat mata pelajaran UN. Tabel 1. Nilai Rata-rata UN Tahun Pelajaran 2014/2015 Bahasa Bahasa Tingkat Matematika IPA Indonesia Inggris Kabupaten Pati 73,60 57,16 53,06 57,06 Provinsi Jawa Tengah 74,52 53,04 47,43 52,49 Nasional 71,06 60,01 56,28 59,88 (BNSP, 2015) Berdasarkan kenyataan bahwa prestasi pelajaran matematika rendah, hendaknya dalam pembelajaran matematika perlu dilakukan usaha-usaha meningkatkan prestasi belajar matematika. Salah satu usahanya adalah dengan menerapkan model-model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan presatasi belajar siswa. Sebuah model pembelajaran mungkin tepat untuk diterapkan pada suatu materi tertentu namun bisa tidak tepat untuk materi yang lain. Model pembelajaran yang sampai saat ini sering diterapkan di mata pelajaran matematika adalah model pembelajaran langsung. Penerapan model pembelajaran langsung, dapat menjadi salah satu faktor rendahnya prestasi belajar matematika. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran langsung guru lebih dominan sehingga siswa lebih bersifat pasif. Hal tersebut menyebabkan siswa berada pada keadaan bosan dan tidak memiliki semangat untuk belajar matematika. Suatu pembelajaran akan lebih berarti apabila siswa belajar secara aktif, membangun pengetahuan sendiri secara diskusi daripada hanya mendengarkan ceramah guru (Tuan, 2010: 66). Dalam kelas diskusi siswa mendapatkan waktu dan kesempatan yang lebih banyak untuk memperjelas pemahaman, (Walshaw dan Anthony, 2009). Khususnya pembelajaran matematika, hendaknya guru menggunakan model pembelajaran dimana siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi untuk memecahkan masalah matematika yang dipelajari (Goos, 2004: 259). commit to user

3 Penelitian Doymus (2007) menyimpulkan pembelajaran yang didasarkan pada pembelajaran kooperatif secara signifikan menghasilkan prestasi lebih baik daripada menggunakan pembelajaran langsung. Sejalan itu hasil penelitian Awofala, et. Al (2012) menyimpulkan bahwa hasil post tes dengan pembelajaran kooperatif lebih baik daripada pembelajaran individual. Pada penelitian ini model pembelajaran kooperatif yang dipilih adalah model kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Think Pair Share (TPS). Beberapa alasan menjadi dasar pertimbangan dalam memilih tipe model kooperatif tersebut. Alasan yang pertama adalah sampai saat ini masih belum banyak penelitian yang membandingkan kedua model tersebut sekaligus. Kebanyakan penelitian yang sudah ada membandingkan Jigsaw dengan model selain TPS. Alasan yang kedua adalah model Jigsaw dan TPS mempunyai dua karakter yang berlainan, Jigsaw mempunyai langkah-langkah pembelajaran yang cukup rumit, sedangkan TPS mempunyai langkah-langkah pembelajaran yang sederhana. Model pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran yang berlawanan ini menarik untuk dibandingkan. Manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran yang langkahnya cukup rumit dengan model pembelajaran yang langkahnya sederhana. Alasan lainnya adalah pada model pembelajaran Jigsaw terdapat diskusi ahli. Apakah yang dimaksud dengan diskusi kelompok ahli dan bagaimanakah pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Selanjutnya istilah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw cukup ditulis dengan model pembelajaran Jigsaw Alasan lain dalam memilih Jigsaw karena pada materi prisma dan limas dapat dikenai model pembelajaran Jigsaw. Tidak sebarang materi pelajaran dapat dikenai model pembelajaran Jigsaw. Model pembelajaran Jigsaw dapat diterapkan pada materi dengan sub-submateri yang independen, artinya sub-sub materi dapat dipelajari berbarengan tanpa saling mempengaruhi. Sub-sub materi yang berbedabeda dapat dipelajari secara bersama-sama oleh kelompok ahli yang berbedabeda. Ciri khas yang utama dari model pembelajaran Jigsaw adalah dibentuknya kelompok ahli. Maksud dari kelompok ahli adalah kelompok tempat berdiskusinya siswa-siswa yang mendapatkan commit to user soal atau permasalahan yang sama.

4 Di kelompok ahli ini mereka berdiskusi memahami dan menyelesaikan masalah yang nantinya harus disebarkan kepada anggota kelompok asal mereka. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) selanjutnya ditulis dengan model pembelajaran TPS. Model pembelajaran TPS adalah model pembelajaran kooperatif yang sederhana karena hanya melibatkan dua siswa dalam berdiskusi. Tentunya berdiskusi hanya dengan dua siswa memudahkan dalam pembentukan kelompok dan tidak menyita banyak waktu, sehingga model ini mudah diterapkan pada pembelajaran di kelas. Dengan demikian diharapkan dengan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran TPS dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu berpikir (think), berpasangan (pair), dan dilanjutkan dengan berbagi (share). Pada tahapan berpikir diharapkan siswa dapat mengeksplorasi kemampuan berpikir (think) secara individu untuk menjawab masalah/soal dari guru. Dengan berpikir secara individu, siswa dilatih untuk mandiri tidak bergantung pada siswa lain. Pada tahapan berpasangan (pair) siswa dapat bertukar pemikiran/dikusi untuk menemukan solusi yang lebih baik/tepat atau. Pada tahapan berbagi (share) diharapkan siswa dapat mengomunikasikan hasil diskusi. Dengan mengomunikasikan tentunya siswa mengalami proses penguatan pemahaman materi. Faktor internal juga sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Kondisi siswa yang berbeda-beda antara lain daya pikir, motivasi, minat, intelegensi, kemandirian belajar, kedisiplinan belajar, kreativitas belajar, gaya belajar dan sebagainya. Pada penelitian ini menggunakan tinjauan dari kedisiplinan belajar sebagai faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Kedisipinan belajar dipilih sebagai tinjauan pada penelitian ini karena masih jarang penelitian yang memilih tinjauan dari kedisiplinan belajar siswa. Tinjauan yang sering dipilih antara lain kreatifitas belajar, aktifitas belajar, minat belajar, dan kecerdasa. Seorang siswa dengan tingkat kedisiplinan belajar yang berbeda dimungkinkan mempunyai prestasi belajar yang berbeda pula. Seorang siswa yang berdisiplin belajar tinggi apakah berprestasi commit lebih to baik user dibanding dengan siswa yang

5 berdisiplin belajar sedang atau rendah. Apakah siswa yang berdisiplin belajar sedang mempunyai prestasi yang lebih baik dibanding siswa berdisiplin belajar rendah. Hal inilah sebagai alasan mengapa peneliti memilih tinjauan ini. Lebih khusus lagi, penelitian yang membandingkan model pembelajaran Jigsaw dan TPS yang ditinjau dari kedisiplinan belajar, masih belum dijumpai oleh penulis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) model pembelajaran yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik di antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, model pembelajaran kooperatif tipe TPS atau model pembelajaran langsung, 2) pada tingkat kedisiplinan tinggi, sedang, atau rendah mana yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, 3) pada masing-masing model pembelajaran, tingkat kedisiplinan belajar mana yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik, siswa dengan kedisiplinan tinggi, sedang, atau rendah, 4) pada masing-masing tingkat kedisiplinan, model mana yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, model pembelajaran kooperatif tipe TPS atau model pembelajaran langsung. METODOE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu dengan desain 3x3. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri se-kabupaten Pati tahun pelajaran 2014/2015. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Dari 59 SMP Negeri terpilih tiga sekolah sebagai sampel, yaitu SMP Negeri 1 Tayu mewakili sekolah kategori tinggi, SMP Negeri 1 Margoyoso mewakili sekolah kategori sedang, dan SMP Negeri 1 Gunungwungkal mewakili sekolah kategori rendah. Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah model pembelajaran dan tingkat kedisiplinan belajar, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket, metode tes, dan metode dokumentasi. Metode angket digunakan untuk memperoleh data kedisiplinan belajar siswa dan metode tes digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar matematika, sedangkan metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sampel penelitian dan data kemampuan awal siswa. Data kemampuan awal diambil dari nilai Ulangan Akhir Semester Gasal tahun pelajaran 2015/2016 siswa. Data kemampuan awal digunakan sebagai data untuk menguji keseimbangan populasi. Sebelum dilakukan uji commit to user

6 keseimbangan, data kemampuan awal harus diuji prasyarat terlebih dahulu yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah penelitian dilakukan, data hasil penelitian yang berupa data prestasi belajar siswa juga diuji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Apabila hasil analisis variansi dua jalan dinyatakan bahwa H 0 ditolak, maka dilanjutkan dengan uji pasca anava. Uji lanjut pasca anava meliputi uji komparasi ganda antar baris, uji komparasi ganda antar kolom, dan uji komparasi ganda antar baris dan antar kolom. Uji komparasi antar baris maupun uji komparasi antar kolom dilakukan menggunakan analisis variansi satu jalan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berikut ini hasil uji normalitas, uji homogenitas, dan uji keseimbangan dari data kemampuan awal siswa. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan menggunakan metode Liliefors dengan taraf signifikansi 0,05. Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Uji Normalitas L obs L tabel Keputusan Simpulan Jigsaw 0,0897 0,0904 H 0 diterima Populasi berdistribusi Normal TPS 0,0657 0,0914 H 0 diterima Populasi berdistribusi Normal Langsung 0,0873 0,0914 H 0 diterima Populasi berdistribusi Normal Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa pada kelas Jigsaw, TPS maupun kelas kontrol, L obs < L tabel. Hal ini berarti keputusan uji normalitas populasi diterima. Kesimpulan yang dapat diambil adalah kelas Jigsaw, TPS maupun kelas kontrol masingmasing berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui bahwa populasi yang dibandingkan mempunyai variansi yang sama (homogen). Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Bartlett dengan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil uji homogenitas populasi dinyatakan bahwa nilai sebesar 2,3167 tidak termasuk dalam daerah kritis (DK = { 2 > 5,9910}). Hal ini berarti keputusan homogenitas populasi diterima. Disimpulkan bahwa kelas Jigsaw, kelas TPS, dan kelas kontrol mempunyai variansi sama (homogen). commit to user

7 Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui bahwa populasi mempunyai kemampuan awal yang sama. Uji keseimbangan ini menggunakan analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama. Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Keseimbangan Kemampuan Awal Sumber JK dk RK F obs F α Keputusan Model Pemb. 2412,0945 2 1206,0473 3,1349 3,208 H 0 diterima Galat 108104,4548 281 384,7134 - - Total 110516,5493 283 - - - Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa < maka diterima, sehingga disimpulkan bahwa populasi mempunyai kemampuan awal yang sama (seimbang). Selanjutnya uji normalitas dan uji homogenitas untuk hasil penelitian pada data prestasi belajar siswa pada materi prisma dan limas. Tabel 4. Hasil Analisis Uji Normalitas Prestasi Belajar Uji Normalitas L obs L tabel Keputusan Simpulan Jigsaw 0,0796 0,0904 H 0 diterima Populasi berdistribusi Normal TPS 0,0625 0,0914 H 0 diterima Populasi berdistribusi Normal Langsung 0,0743 0,0914 H 0 diterima Populasi berdistribusi Normal Pada uji normalitas dinyatakan bahwa L obs < L tabel, sehingga H o diterima dan disimpulkan bahwa data prestasi belajar siswa pada materi prisma dan limas berdistribusi normal. Pada uji homogenitas data prestasi belajar siswa dinyatakan bahwa 2 obs = 0,3641 dan 2 tabel = 5,9910. Ini dapat dinyatakan bahwa 2 obs < 2 tabel maka populasi data prestasi belajar mempunyai variansi yang sama (homogen). Selanjutnya dari data prestasi belajar siswa dilakukan uji hipotesis menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama. Hasil uji anava dua jalan dengan sel tak sama ini disajikan dalam Tabel 5. commit to user

8 Tabel 5. Ringkasan Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Sumber JK dk RK F obs F tabel Keputusan Model Pembelajaran (A) 2497,8118 2 1248,9059 5,7797 3,031 H 0A ditolak Kedisiplinan Belajar (B) 4898,5617 2 2449,2808 11,3349 3,031 H 0B ditolak Interaksi (AB) 26,2791 4 6,5698 0,0304 2,407 H 0AB diterima Galat 59423,0656 275 216,0839 Total 66845,7182 283 Dari hasil perhitungan > untuk H 0A, H 0B dan < untuk H 0AB, sehingga diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa, 2) terdapat perbedaan pengaruh kedisiplinan belajar siswa terhadap prestasi belajar, dan 3) tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kedisiplinan belajar siswa terhadap prestasi belajar. Karena H 0A dan H 0B ditolak, maka diperlukan uji lanjut pasca anava yakni uji komparasi ganda antar baris dan antar kolom dengan metode Scheffe. Sebelum dilakukan uji komparasi ganda antar baris, terlebih dahulu dihitung rerata marginalnya. Hasil perhitungan rerata tersebut disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Ringkasan Rerata Masing-Masing Sel dan Rerata Marginal Model Pembelajaran Kedisiplinan Belajar Tinggi Sedang Rendah Rerata Marginal Jigsaw 80,1429 75,9167 69,6000 75,8333 TPS 75,2593 70,2222 63,6364 70,1277 Kontrol 72,3478 68,6957 62,5600 67,9574 Rerata Marginal 76,1538 71,6835 65,0149 Tabel 6. digunakan untuk melihat rerata marginal dari masing-masing model pembelajaran dan kedisiplinan belajar siswa apabila dari perhitungan uji komparasi ganda berikut dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil uji ANAVA dua jalan sel tak sama menunjukkan ditolak, sehingga perlu dilakukan uji komparasi ganda antar baris. Hasil uji rerata antar baris disajikan pada Tabel 7. Tabel 7: Ringkasan Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Baris H 0 F obs 2F tabel Keputusan Uji μ 1. =μ 2. 7,1555 (2)(3,031) = 6,062 H 0 ditolak μ 1. = μ 3. 13,6340 (2)(3,031) = 6,062 H commit to user 0 ditolak μ 2. = μ 3. 1,0244 (2)(3,031) = 6,062 H 0 diterima

9 Dengan : μ 1. = rataan prestasi belajar tipe Jigsaw μ 2. = rataan prestasi belajar tipe TPS = rataan prestasi belajar pembelajaran langsung μ 3. Berdasarkan Tabel 7. ditunjukkan terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi model pembelajaran Jigsaw dengan TPS maupun Jigsaw dengan pembelajaran langsung. Dengan memperhatikan rerata marginal pada Tabel 6, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang diberi model pembelajaran Jigsaw lebih baik dibanding siswa yang diberi model pembelajaran TPS maupun pembelajaran langsung. Hal ini sesuai dengan hipotesis pertama yang menyatakan bahwa model pembelajaran Jigsaw menmberikan prestasi belajar yang lebih baik dibanding model pembelajaran TPS maupun pembelajaran langsung. Model pembelajaran Jigsaw memberikan prestasi belajar lebih baik dikarenakan pada model ini memberikan kesempatan siswa untuk belajar lebih aktif, setiap siswa mendapat peran untuk mendiskusikan masalah dan kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi kepada teman yang lain. Tahap diskusi dan menyampaikan hasil ini dapat menjadi sarana penguatan pembahaman yang sudah dipunyai siswa sehingga dapat meningkatkan pemahaman materi yang dipalajari. Hal ini ini relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Subyakto (2009) yang menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang diberi model pembelajaran Jigsaw lebih baik dibanding prestasi belajar matematika siswa yang diberi model pembelajaran langsung. Pada pembelajaran Jigsaw memberikan kesempatan siswa untuk lebih belajar aktif sehingga belajar lebih bermakna dan efektif dalam meningkatkan prestasi. Pembelajaran langsung membuat siswa cenderung pasif, tidak bertanya kepada teman atau guru jika terdapat kendala dalam memahami materi sehingga anak kurang mengerti materi yang disampaikan. Dari rangkuman Tabel 7. ditunjukkan pula bahwa model pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar yang tidak berbeda secara signifikan dengan model pembelajaran langsung. Ini juga dapat diartikan bahwa model pembelajaran TPS dan model pembelajaran langsung memberikan prestasi belajar yang sama baiknya. Hal ini berbeda dengan hipotesis yang menyatakan bahwa model pembelajaran TPS memberikan prestasi yang lebih baik dibanding model pembelajaran langsung. Hal ini dimungkinkan disebabkan pada model pembelajaran TPS hanya melibatkan dua siswa dalam diskusi kelompok, hal ini dimungkinkan diskusi kurang optimal untuk menyelesaikan masalah commit to user karena sumber pemikiran hanya dari dua siswa.

10 Hasil penelitian ini tidak relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Burhan (2013) yang menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang diberi model pembelajaran TPS lebih baik dibanding prestasi belajar matematika siswa yang diberi model pembelajaran langsung. Pada penelitian Burhan subjek penelitiannya adalah siswa SMK yang dimungkinkan dengan model TPS, pada siswa yang lebih dewasa dengan diskusi sederhana antara dua siswa tetap lebih baik daripada siswa tidak diskusi sebagaimana pada pembelajaran langsung. Hasil yang tidak relevan juga dapat dimungkinkan karena materi pembelajaran yang berbeda. Pada penelitian ini materi yang dipelajari adalah prisma dan limas, sedangkan pada penelitian Burhan materi pembelajarannya adalah logaritma. Pada materi prisma dan limas dapat dipahami dengan baik jika siswa mempunyai daya imajinasi yang baik terhadap bangun berdimensi tiga, apabila siswa kurang mempunyai kemampuan ini maka siswa tersebut memerlukan bantuan dari siswa yang jumlahnya mungkin bisa lebih dari satu orang. Pada penelitian burhan materi yang dipelajari adalah logaritma,siswa hanya perlu kemampuan mengoperasikan aljabar, ini mungkin bisa dibantu hanya oleh satu teman yang lain pada model pembelajaran TPS. Hasil uji ANAVA dua jalan sel tak sama menunjukkan ditolak, sehingga perlu dilakukan uji komparasi ganda antar kolom. Ringkasan hasil uji rerata antar kolom disajikan pada Tabel 8. Tabel 8: Ringkasan hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom H 0 F obs 2F tabel Keputusan Uji μ.1 =μ..2 4,6208 (2)(3,031) = 6,062 H 0 diterima μ.1 = μ..3 20,6950 (2)(3,031) = 6,062 H 0 ditolak μ..2 = μ..3 9,3038 (2)(3,031) = 6,062 H 0 ditolak Dengan : μ..1 = rataan prestasi belajar kedisiplinan belajar tinggi μ..2 = rataan prestasi belajar kedisiplinan belajar sedang = rataan prestasi belajar kedisiplinan belajar rendah μ..3 Berdasarkan Tabel 6. dan Tabel 8. disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang memiliki kedisiplinan tinggi dan sedang tidak ada perbedaan yang signifikan. Kesimpulan ini tidak sesuai dengan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa siswa berkedisiplinan tinggi mempunyai prestasi lebih baik dibanding siswa berkedisiplinan sedang. Hal commit ini dimungkinkan to user karena pada materi prisma

11 dan limas, siswa dengan berkedisiplinan sedang sudah cukup untuk dapat memahami materi prisma dan limas secara baik karena pada materi ini dimungkinkan lebih dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan siswa daripada tingkat kedisiplinan belajar siswa, sehingga dengan kedisiplinan belajar yang lebih tinggi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan tabel tersebut juga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kedisiplinan belajar tinggi maupun sedang mempunyai prestasi yang lebih baik dibanding dengan siswa dengan kedisiplinan belajar rendah. Hal ini sesuai dengan hipotesis kedua yang menyatakan demikian. Prestasi belajar siswa yang berkedisiplinan rendah sudah barang tentu tidak lebih baik dibanding siswa dengan kedisiplinan tinggi maupun sedang. Siswa dengan kedisiplinan belajar yang rendah mengakibatkan siswa sulit untuk memahami suatu materi pelajaran. Hasil penelitian ini tidak sepenuhnya relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Miftachul Anas (2013) yang menyimpulkan bahwa (1) Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki kedisiplinan tinggi lebih baik dibanding siswa yang memiliki kedisiplinan sedang maupun rendah. (2) Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki kedisiplinan sedang lebih baik dibanding siswa yang memiliki kedisiplinan rendah. Berdasarkan Tabel 5, hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dinyatakan bahwa H AB diterima, artinya bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kedisiplinan belajar. Kesimpulan tentang prestasi belajar mengacu pada efek antar kolom. Kesimpulan yang dapat diambil adalah (1) Model pembelajaran Jigsaw memberikan prestasi belajar yang sama baiknya pada siswa berkedisiplinan belajar tinggi maupun sedang dan model pembelajaran Jigsaw memberikan prestasi lebih baik pada siswa berkedisiplinan belajar tinggi maupun sedang dibanding dengan siswa berkedisiplinan rendah. (2) Model pembelajara TPS memberikan prestasi belajar yang sama baiknya pada siswa berkedisiplinan belajar tinggi maupun sedang dan model pembelajaran TPS memberikan prestasi lebih baik pada siswa berkedisiplinan belajar tinggi maupun sedang dibanding dengan siswa berkedisiplinan rendah.(3) Model pembelajaran langsung memberikan prestasi commit belajar to user yang sama baiknya pada siswa

12 berkedisiplinan belajar tinggi maupun sedang dan model pembelajaran langsung memberikan prestasi lebih baik pada siswa berkedisiplinan belajar tinggi maupun sedang dibanding dengan siswa berkedisiplinan rendah. Dari uraian analisis hasil penelitian tentang prestasi belajar siswa yang diberikan setiap model pembelajaran ditinjau dari kedisiplinan belajar siswa tidak sepenuhnya sesuai dengan hipotesis penelitian ketiga. Hal ini ditunjukkan pada prestasi belajar siswa yang pada setiap model dengan kedisiplinan tinggi sama baiknya dengan prestasi belajar siswa pada setiap model dengan kedisiplinan belajar sedang. Kesimpulan yang dapat diambil untuk menjawab hipotesis keempat adalah (1) Siswa dengan kedisiplinan belajar tinggi, dengan dikenai model pembelajaran Jigsaw mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding siswa yang dikenai model pembelajaran TPS maupun pembelajaran langsung; Siswa dengan kedisiplinan belajar tinggi, dengan dikenai model pembelajaran TPS mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa yang dikenai model pembelajaran langsung. (2) Siswa dengan kedisiplinan belajar sedang, dengan dikenai Model pembelajaran Jigsaw mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding siswa yang dikenai model pembelajaran TPS maupun pembelajaran langsung; Siswa dengan kedisiplinan belajar sedang, dengan dikenai Model pembelajaran TPS mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa yang dikenai model pembelajaran langsung. (3) Siswa dengan kedisiplinan belajar rendah, dengan dikenai model pembelajaran Jigsaw mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding siswa yang dikenai model pembelajaran TPS maupun pembelajaran langsung; Siswa dengan kedisiplinan belajar rendah, dengan dikenai model pembelajaran TPS mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa yang dikenai model pembelajaran langsung. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada setiap tingkat kedisiplinan belajar dengan model pembelajaran Jigsaw memberikan prestasi belajar lebih baik dibanding dengan model pembelajaran TPS maupun model pembelajaran langsung. Pada setiap tingkat kedisiplinan belajar dengan model pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar sama baiknya dengan model pembelajaran commit langsung. to user

13 Dari uraian analisis hasil penelitian tentang prestasi belajar siswa yang memiliki tingkat kedisiplinan belajar siswa sesuai dengan prestasi yang diberikan oleh masing-masing model pembelajaran. Hasil prestasi belajar terhadap efek kolom adalah pada masing-masing model pembelajaran Jigsaw, TPS, maupun pembelajaran langsung, siswa dengan kedisiplinan tinggi dan sedang mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dan pada masingmasing model pembelajaran, siswa dengan kedisiplinan tinggi maupun sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan siswa dengan kedisiplinan rendah. Hasil prestasi belajar terhadap efek baris adalah pada siswa dengan tingkat kedisiplinan tinggi, sedang maupun rendah, model Jigsaw memberikan prestasi belajar lebih baik dibanding model pembelajaran TPS maupun model pembelajaran langsung dan pada masing-masing model pembelajaran Jigsaw dan TPS memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan model pembelajaran langsung. Tidak adanya interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat kedisiplinan belajar siswa berarti hal ini tidak sesuai dengan hipotesis ketiga maupun hipotesis keempat yang menyatakan bahwa terdapat interaksi antara model dan tingkat kedisiplinan belajar siswa. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis, simpulan dari penelitian ini sebagai berikut: (1) Model pembelajaran Jigsaw memberikan prestasi belajar lebih baik dibanding model pembelajaran TPS maupun model pembelajaran langsung; model pembelajaran tipe TPS memberikan prestasi belajar sama baiknya dengan model pembelajaran langsung. (2) Siswa dengan kedisiplinan belajar tinggi mempunyai prestasi belajar sama baiknya dengan siswa dengan kedisiplinan belajar sedang; siswa dengan kedisiplinan belajar tinggi maupun sedang mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding siswa dengan kedisiplinan rendah, 3) Pada model pembelajaran Jigsaw, TPS maupun pembelajaran langsung, siswa dengan kedisiplinan belajar tinggi mempunyai prestasi belajar sama baiknya dengan siswa dengan kedisiplinan belajar sedang; Pada model pembelajaran Jigsaw, TPS maupun pembelajaran langsung, siswa dengan kedisiplinan belajar tinggi maupun sedang mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding siswa dengan kedisiplinan belajar rendah; 4) Pada siswa dengan kedisiplinan belajar tinggi, sedang maupun rendah, model pembelajaran commit Jigsawto memberikan user prestasi lebih baik dibanding

14 model pembelajaran TPS maupun model pembelajaran langsung; Pada siswa dengan kedisiplinan belajar tinggi, sedang atau rendah, model pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar sama baiknya dengan model pembelajaran langsung. Berdasar penelitian ini maka peneliti menyarankan, suatu pembelajaran matematika sebaiknya menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Pembelajaran dengan menerapkan model Jigsaw dapat mengkondisikan siswa belajar lebih aktif, lebih cepat menemukan solusi, dan membangun komunikasi antar teman. Dengan siswa belajar lebih aktif dan dengan diskusi dalam memecahkan masalah, maka belajar menjadi lebih bermakna dan lebih efektif untuk menghasilkan prestasi belajar lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Alvarez, M. 2008. Career Maturity: A Priority fo Secondary Education. Editorial EOS: Journal of Research in Educational Psychology, Vol.6, No. 16, 749-722 Awofala, A. O. A.,Fatade, A. O., and Ola-Oluwa, S. A. 2012. Achievement in Cooperative Versus Individualistic Goal-Structured Junior Secondary School Mathematics Classrooms in Nigeria. International Journal of Mathematics Trends and Technology. Vol. 3, pp. 7-12, ISSN: 2231-5373. Aplikasi PAMER UN 2015 tentang Laporan Ujian Nasional SMP Tahun Pelajaran 2014/2015 diterbitkan oleh BSNP (Badan Nasional Standar Pendidikan) Bezonsky, M.D. 1981. Adolescent Development. New York: Macmillan Publishing Co. Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press Baumann, C, & Krskova, H. 2016. School Discipline, School Uniforms, and Academic Performance. Research Paper: International Journalof education Management,Volume 30. Issue 6. Chaturvedi, A. 2012. Role of Emotional Maturity and Emotional Intelligence in Learning and Achievment in School Context. SPIJE: International Journal of Education, Vol. 2, 1-4 Coertse, S. & Schepers, J.M. 2004. Some Personality and Cognitive Correlates of Career Maturity. Department of Human Resource Management RAU: Journal of Industrial Psychology. No. 30(2), 56-73 Doymus, K. 2007. Effect of Cooperative Learning Strategy and Learning Phases of Matter and One Component Phase Diagrams. Journal of Chemical Education, Vol. 84, No. 11, pp. 1857-1860. commit to user

15 Dunne R & Ted W. 1996. Pembelajaran Efektif. Anwar Jasin. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia Goos, M. 2004. Learning Mathematics in a Classroom Community of Inquiry, Journal of Research of Mathematics Education, Vol. 35, No.4, pp 258-291. J Joseph Hoey IV. 2014. Extending Inquiry-Based Education in Creative Discipline through Assessment, Journal of Innovations in Higher Education Teaching and Learning, v.2. Tim. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Walshaw, M. and Anthony, G. 2009. Characteristics of Effective Teaching of Mathematics: A View from the West. Journal of Mathematics Educational. Vol. 2, No. 2, pp. 147-164. commit to user

16 DAFTAR PUSTAKA Ali Imron. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Jakarta: Pustaka Jaya. Amir Achsin. 1990. Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Proyek Pengembangan LPYK. Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Arief S. Sadiman, et.al., 1996, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Austin.2007. Interactive Learning in Mathematics Education.The Journal Of Computer Mathematic and science Teaching.26.(2). 137-153 Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : UNS Press..2004.Statistik Untuk Penelitian.Surakarta:UNS Press.. 2009. Statistik Untuk Penelitian Edisi ke 2.Surakarta : Sebelas Maret University Press..2011.Penilaian Hasil Belajar. Program Pascasarjana: UNS Press. Carss, Wendy Diane.2007. The Effect of Using Think-Pair-Share During Guided Reading Lessons.Tesis : The University of Waikato Daryanto. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media. Depdiknas. 2005. Model-model Pembelajaran Matematika. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas. 2005. Model-model Pembelajaran Matematika. Jakarta: Balai Pustaka. Goos, M. 2004. Learning Mathematics in a Classroom Community of Inquiry, Journal of Research of Mathematics Education, Vol. 35, No.4, pp 258-291. Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Koopertif. Universitas Negeri Surabaya Press. J Froyd.2008. International Journal For The Scholarship of Teaching and Learning.2.From ccliconference.com/2008 /Froyd_Stu- CenteredLearning.pdf diakses pada tanggal 2 Agustus 2012 Joesmani.1988.Pengukuran dan Evaluasi dalam Pengajaran.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Markaban.2008.Model Penemuan terbimbing pada pembelajaran matematika SMP, Paket Fasilitas Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika, Yogyakarta, P4tk Matematika. Masykur, M. and Fathani, A. 2007. Mathematical Intelligence. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. M. Cholik Adinawan dan Sugijono. 2004. Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga. M. Ngalim Purwanto. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhibin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan commit to user Suatu Pendekatan Baru. Edisi Revisi, Cetakan ke-1. Bandung: Remaja Rosda Karya.

17. 2005. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Edisi Revisi, Cetakan ke-11.bandung: Remaja Rosda Karya. Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Cetakan pertama. Jakarta: Rineka Cipta. Purwoto. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika. Surakarta: UNS Press. Owens Kay.1998.Responsivenes and affective process in the interactive construction of understanding in mathematics, Educational studies in Mathematics 35 : page 105-127. http://impjogja.diknas.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=232&itemid =70 diakses pada tanggal 10 Januari 2012 pukul 12.35 WIB. http://abdullahfaqih.multiply.com/journal/item/5 diakses pada tanggal 0 Januari 2012 pukul 12.54 WIB http://matemarso.files.wordpress.com/2008/04/penggunaanmedia- pendidikan-padapengajaran-matematika-di-sekolah-menengah.pdf) diakses pada tanggal 24 Januari 2012 pukul 20.15 WIB Simsek, U., Karacop, A., Doymus. K., and Koc, Y. 2010. The of Two Cooperative Learning Strategies on the Teaching and Learning of the Topics of Cemical Kinestetics. Journal of Turkish Science Education, Vol: 7, Issue. 2, pp. 52-65. Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning: Teori Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Smith-Stoner, M. and Molle, M.E. 2010. Collaborative Action Research: Implementation of Cooperative Learning. The Journal of Nursing Education, Vol. 49, No. 6, pp 312-318. Stoltz, P.G. 2000. Adversity Quotient : Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: grasindo. Slavin, R.E.2005. Cooperative Learning :Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media. Hlm 8-9 Sugiyono.2009.Statistika Untuk Penelitian.Bandung : alfabeta. Suharsimi Arikunto.2001.Dasar dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara..2005.Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek : Jakarta : Rineka Cipta Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sutratinah Tirtonegoro. 1994. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bina Aksara. Tran, V. D. (2012). Effect of Cooperative Learning on Students at An Giang University in Vietnam. International Educational Studies. Vol. 5, No. 1. pp.86-99. Zakaria, E and Iksan, Z.2007. Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Volume 3 Number 1 Page 35-39, diakses dari URL: http//www.ejmste.com pada tanggal 2 commit Agustus to 2012 user

18 commit to user