BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk hasil pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan kualitas yang semakin baik setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB.I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah. Munculnya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan pemerintah merupakan komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Good governance merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang baik atau yang biasa disebut sebagai good government governance di seluruh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. dan teori perlu berimplikasi pada praktik. Oleh karena itu antara teori dan praktik

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pemeriksa Keuangan ialah lembaga yang dimaksudkan. Selain

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB I PENDAHULUAN. Dinamika perkembangan sektor publik di Indonesia saat ini adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik baik di pusat maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Laporan Keuangan adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sistem pengendalian internal (Windiatuti, 2013). daerah adalah (1) komiten pimpinan (Management Commitment) yang kuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK RI diamanatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam pelaksanaan tugas audit atas laporan keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan keuangan yang disajikan belum sesuai dengan peraturan pemerintah. Fenomena ini yang menyebabkan masyarakat menuntut untuk penyelenggaraan pemerintahan yang baik ( good governance goverment) semakin ditingkatkan. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam mewujudkan good governance goverment. Aspek teknis dalam peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah mencakup bidang peraturan, kelembagaan, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah, dan peran sistem pengendalian internal (Yuliani dkk, 2010). Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah menerbitkan regulasi peraturan tentang Keuangan Negara yang ditetapkan pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, Perbendaharaan Negara pada regulasi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, dan Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dituangkan pada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004. Dalam kaitan pemerintahan dan pengelolaan keuangan daerah diterbitkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004. Selain itu juga diterbitkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 24 1

2 Tahun 2005 (Halim, 2012). Tujuan penting regulasi peraturan tersebut adalah untuk perbaikan sistem, prosedur, dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara, termasuk di dalamnya keuangan daerah. Laporan pertanggungjawaban pemerintah atas kinerja keuangan kepada publik disajikan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan yang disajikan oleh pemerintah harus mengandung informasi keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan yang berkualitas tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yaitu laporan keuangan yang memenuhi karakteristik relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada prinsip akuntansi umum merupakan tahap akhir dari suatu proses akuntansi. Guna memberikan informasi laporan keuangan yang berkualitas maka dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan instansi daerah dalam penyusunan laporan keuangan adalah kompetensi sumber daya manusia. Kompetensi sumber daya manusia merupakan kemampuan yang dimiliki manusia meliputi tingkat pendidikan, pelatihan, dan pengalaman untuk mengerjakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan (Priyamana dkk, 2014). Dengan adanya sumber daya manusia yang kompeten akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Penentuan kualitas informasi laporan keuangan daerah juga dibutuhkan suatu sistem yang akurat, relevan, tepat waktu, dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, pemerintah menggunakan sistem informasi akuntansi keuangan untuk menghasilkan informasi yang sehat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sistem informasi akuntansi sebagai sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mengubah data akuntansi menjadi sebuah informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan

3 (George, 2003). Hal ini diperjelas dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Kualitas informasi laporan keuangan, tidak terlepas dari peran sistem pengendalian internal yang baik. Sistem pengendalian internal yang berlaku dalam entitas merupakan faktor yang menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas tersebut (Mulyadi, 2002). Pemeri ntah pusat maupun daerah menyelenggarakan sistem pengendalian internal secara menyeluruh, karena sistem pengendalian internal dapat dijadikan indikator awal dalam menilai kinerja suatu organisasi atau pemerintahan. Peran sistem pengendalian internal yaitu upaya perbaikan kualitas laporan keuangan untuk memperoleh opini wajar tanpa pengecualian laporan keuangan dan pencegahan serta pendeteksian penggelapan (fraud) (Udiyanti dkk, 2014). Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan salah satu bentuk laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah selama satu tahun anggaran. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) setiap tahunnya memberikan penilaian berupa opini terhadap laporan keuangan pemerintah setelah itu akan disampaikan kepada DPR/DPRD dan masyarakat umum. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang diberikan oleh BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah artinya bahwa laporan keuangan suatu entitas pemerintah daerah tersebut disajikan dan diungkapkan secara wajar dan berkualitas. BPK memiliki empat opini terhadap laporan keuangan yaitu Unqualified Opinion (opini wajar tanpa pengecualian), Qualified Opinion (opini wajar dengan pengecualian), Adverse Opinion (opini tidak wajar), dan Disclaimer of Opinion (pernyataan menolak memberi opini atau tidak memberi opini) (Mulyadi, 2002).

4 Dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2013, BPK telah melakukan pemeriksaan laporan keuangan tahun 2012 atas 108 LKPD. Hasil pemeriksaan atas 108 LKPD Tahun 2012 menunjukkan terdapat 1.367 kasus kelemahan SPI. Rincian kelemahan SPI tersebut meliputi kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan terdapat 568 kasus, kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja terdapat 549 kasus, dan kelemahan struktur pengendalian intern terdapat 250 kasus. Selain kelemahan SPI, IHPS II Tahun 2013 mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan sebanyak 2.114 kasus senilai Rp2.017.963,68 juta. Terhadap 108 LKPD Tahun 2012, BPK juga memberikan opini WTP atas 7 LKPD, opini WDP atas 52 LKPD, opini TW atas 2 LKPD, dan opini TMP atas 47 LKPD. Hal ini menunjukkan efektivitas SPI pemerintah daerah dan opini LKPD belum optimal. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK, menunjukkan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh pemerintah daerah masih belum memenuhi kriteria kualitas informasi yang ditentukan. Kriteria kualitas informasi laporan keuangan merupakan unsur penting dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini replika dari penelitian terdahulu yaitu penelitian Yuliani dkk (2010) yang memiliki persamaan pada variabel yaitu pemahaman akuntansi, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan pemerintah daerah, dan peran internal audit. Perbedaannya pada objek dan periode penelitian, dimana penelitian Yuliani dilakukan pada SKPD Kota Banda Aceh tahun 2010, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang tahun 2015.

5 Pada penelitian Yuliani (2010) memberikan hasil bahwa pengaruh pemahaman akuntansi, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah, dan peran internal audit berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Penelitian Roviyantie (2011) memberikan hasil bahwa kompetensi sumber daya manusia dan pemanfaatan sistem informasi akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Sedangkan, pada penelitian Akbar (2014) menunjukkan hasil sebaliknya bahwa sistem pengendalian internal tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dan penelitian Sukmaningrum (2012) menunjukkan hasil bahwa kompetensi sumber daya manusia tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Salah satu alasan penelitian ini dilakukan karena kebanyakan penelitian terdahulu tentang kualitas laporan pemerintah daerah hanya memfokuskan penelitian pada SKPD yang ada di Kabupaten/Kota. Tanpa sadar mereka mungkin mengabaikan peran Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) sebagai pihak yang mengkonsolidasikan laporan keuangan dari masing-masing SKPD. Walaupun laporan keuangan yang diberikan oleh masing-masing SKPD dinilai sudah baik, tetapi jika pihak yang mengkonsolidasikan tidak menjalankan tugas sebagaimana mestinya tentu laporan keuangan yang berkualitas itu tetap masih belum bisa diperoleh. Hal inilah DPKAD perlu untuk di pandang secara khusus, karena peranan yang dimainkannya itu cukup besar. Oleh karena itu, dipilih DPKAD Pemerintahan Kota Semarang. Alasan penelitian dilakukan pada Pemerintah Kota Semarang, karena Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Semarang tahun 2012 memperoleh opini WTP dari BPK. Meskipun memperoleh opini WTP, tetapi dalam laporan hasil pemeriksaan BPK masih menemukan kelemahan sistem pengendalian internal dan

6 ketidakpatuhan terhadap peraturan, contohnya pengendalian pengeluaran arus kas dan penerimaan kas kurang memadai serta pendapatan retribusi pelayanan kesehatan terlambat disetor ( www.bpk.go.id). Oleh karena itu, dilakukan penelitian kembali mengenai EVALUASI PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN PERAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris Pada Pemerintah Kota Semarang). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan dari penjelasan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah? 2. Apakah Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah? 3. Apakah Peran Sistem Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. 2. Untuk mengetahui pengaruh Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

7 3. Untuk mengetahui pengaruh Peran Sistem Pengendalian Internal terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan sehubungan dengan penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Daerah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tolok ukur kinerja dalam peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah tentang pengaruh kompetensi sumber daya manusia, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah, dan peran sistem pengendalian internal. 2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk penelitianpenelitian selanjutnya dan dapat menyediakan informasi tentang pengaruh kompetensi sumber daya manusia, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah, dan peran sistem pengendalian internal. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai kualitas laporan keuangan daerah dilihat dari pengaruh kompetensi sumber daya manusia, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah, dan peran sistem pengendalian internal.

8 1.5. Sistematika Penulisan Agar penelitian yang telah dibuat dalam bentuk laporan ini mudah untuk dipahami oleh pembaca, maka laporan penelitian ini dibagi menjadi bagian-bagian sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika laporan penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai teori yang digunakan ketika melakukan penelitian, pemaparan studi-studi penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan perumusan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai variabel dan definisi operasional penelitian, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi mengenai diskripsi objek penelitian, analisis data dan pembahasan. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran penelitian.