DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL. Sambutan Ketua DJSN. Pada Pembukaan Kaleidoskop Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tahun 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

Peta Jalan Menuju JAMINAN KESEHATAN NASIONAL didukung oleh:

VISI DAN MISI BPJS KESEHATAN TAHUN Fachmi Idris Direktur Utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN

Pencapaian dan Tantangan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Dewan Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN TAHUN 2017 Makassar, 28 Februari 2017 Yth. Menteri Perencanaan

Perbaikan sistem pembiayaan kesehatan era JKN menuju Universal Health Coverage

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

Peran DJSN Dalam Tata Kelola Jaminan Kesehatan Nasional. Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional

PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERANAN DJSN DALAM KAJIAN DAN USULAN PEMBIAYAAN JKN YANG TEPAT

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

2016, No Presiden Nomor 28 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. Dewan Jaminan Sosial Nasional

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

BUPATI SEMARANG TANGGAL 11 JUNI 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BUPATI SEMARANG TANGGAL 8 OKTOBER 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT

BAB I PENDAHULUAN. daya yang mendukung untuk kualitas hidup masyarakatnya. Dalam meningkatkan

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA SOSIALISASI PP NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PENYAMPAIAN SURAT KEPUTUSAN KENAIKAN PANGKAT UNTUK GOLONGAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TATA KELOLA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN

YSH. KETUA TIM PENGGERAK PKK KABUPATEN MALINAU BESERTA ANGGOTANYA; YSH. KOMANDAN BATALYON 614 RAJA PANDITA; YSH. KOMANDAN SATUAN TUGAS PERBATASAN/

SAMBUTAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Rapat Koordinasi Terbatas Bidang Koperasi dan UMKM Tahun 2017

Subsidi Kesehatan (bukan) untuk Orang Miskin. Lola Amelia

Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 7-8 Desember 2012 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

ASSALAMU ALAIKUM WAR, WAB, SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN, YANG SAYA HORMATI,

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB VII PENUTUP. penduduk Kota Magelang yang belum mempunyai jaminan kesehatan. Program

Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN. Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN KAPAL SELF ELEVATED AND PROPELLED UTILITY PLATFORM 2 (SEAPUP 2) JAKARTA, 18 APRIL 2016

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL TIMUR

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah

DUKUNGAN REGULASI DALAM PENGUATAN PPK PRIMER SEBAGAI GATE KEEPER. Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PELANTIKAN DPRD KABUPATEN SLEMAN PERIODE TANGGAL : 1 OKTOBER 2014

Di awal kesempatan ini saya mengucapkan selamat kepada saudara-saudara yang yang telah dilantik sebagai pengawas sekolah dan kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

TANTANGAN DAN HARAPAN DOKTER UMUM DI ERA JKN

Oleh. Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) 3/15/2014 1

Sambutan KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA Peresmian Kantor OJK Palangkaraya Palangkaraya, 25 Mei 2015

Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 7 Nopember 2012

PENCEGAHAN FRAUD DALAM PELAKSANAAN JKN KOMISI VIII

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pointers Sambutan Ketua Dewan Komisioner OJK Peluncuran Strategi Perlindungan Konsumen Keuangan (SPKK) Jakarta, 18 Mei 2017

RANGKUMAN RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL (RAKERKESNAS) 2015 REGIONAL TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PEMBUKAAN PELATIHAN APARATUR PEMERINTAH DESA BIDANG MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BUPATI SEMARANG TANGGAL 25 JUNI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

LAPORAN MENTERI KEUANGAN ACARA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2011

MEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung

Upah Minimum atau Iuran PBI

Jakarta, 10 Maret 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undangan serta Hadirin yang berbahagia,

Kasus-kasus Perselisihan antara Hak Pasien dan Standar Biaya

MENTERI DALAM NEGERI RI AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XX TAHUN 2016

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

Pencegahan Korupsi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Niken Ariati Fungsional Direktorat Penelitian dan Pengembangan Jakarta, 8 Oktober 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT DALAM SIDANG PARIPURNA DPRD TENTANG PENETAPAN RANCANGAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI

SISTEMATIKA PENYUSUNAN PETA JALAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL BIDANG KESEHATAN

SAMBUTAN DALAM RANGKA PEMBUKAAN RAPAT KERJA NASIONAL (RAKERNAS) DEWAN NASIONAL INDONESIA UNTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL (DNIKS) DI PROVINSI BANTEN

Sambutan Kepala Perpustakaan Nasional RI Pada Peringatan HUT-Perpustakaan Nasional RI ke 30. Jakarta, 17 Mei 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL Sambutan Ketua DJSN Pada Pembukaan Kaleidoskop Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tahun 2017 Hotel Aryaduta, Jakarta, 28 Desember 2017 Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera. Yang saya hormati, Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional; Ketua dan Anggota Dewan Pengawas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan; Direktur Utama dan Direksi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan; Para Pejabat yang mewakili Kementerian/Lembaga dan hadirin yang berbahagia. Mengawali sambutan ini marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-nya yang senantiasa tercurah pada kita semua, pada hari ini kita bersama akan mengikuti acara Kaleidoskop Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tahun 2017. Akhir tahun menjadi waktu yang tepat untuk mereview kembali perjalanan penyelenggaraan jaminan sosial selama setahun ini guna mempelajari kekurangan dan memperbaikinya dimasa datang. 1

Hadirin Yang Kami Hormati, Indonesia memulai era implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional pada 1 Januari 2014 ditandai dengan lahirnya BPJS Kesehatan yang menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional dan BPJS Ketenagakerjaan yang menyelenggarakan program Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan. Momentum implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional yaitu dengan disepakatinya pencapaian kepesertaan semesta program jaminan kesehatan (universal health coverage) pada tahun 2019. Penyelenggaraan Jaminan Sosial dihadapkan pada berbagai kenyataan yang masih memerlukan perhatian, diantaranya : 1. Jumlah penduduk yang besar, sensus penduduk tahun 2010, estimasi jumkah penduduk tahun 2017 sebanyak 261.890.900 orang. Kondisi ini akan terus berkembang, dengan tingkat pertumbuhan penduduk setiap tahunnya sebesar 3-4 juta jiwa. Kondisi di lapangan menunjukan bahwa belum semua penduduk masuk dalam register NIK. 2. Jumlah penduduk yang besar ini dibarengi dengan distribusi penduduk yang tidak merata di 5000 pulau, 34 provinsi, 514 kabupaten/kota, 6.652 kecamatan dan 77.012 desa/kelurahan. Luasnya wilayah dan kepadatan penduduk yang berbeda-beda menimbulkan permasalahan tersendiri terkait penyediaan fasilitas kesehatan dan akses bagi penduduk. 3. Karakteristik penduduk Indonesia yang menunjukkan kecendrungan proporsi penduduk lanjut usia memberikan kontribusi permasalahan pendanaan jaminan kesehatan. 4. Tingginya angka pengangguran, rawan PHK bagi pekerja yang bekerja di sektor usaha kecil dan mikro. 5. Besarnya jumlah pekerja informal yang mencapai angka 72,9 juta. 6. Terbatasnya kemampuan keuangan pemerintah dalam alokasi anggaran bagi penyelenggaraan jaminan sosial khususnya PBI JKN. 2

Hadirin Yang Kami Hormati, Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 terdapat 4 (empat) arah kebijakan yang terkait dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional, yaitu: (1) Perluasan kepesertaan, pekerja penerima upah, bukan penerima upah, dan bukan pekerja. Hal ini dapat dicapai dengan strategi sebagai berikut: pendekatan melalui asosiasi usaha, penguatan sosialisasi dan edukasi masyarakat, penegakkan hukum untuk kepesertaan dan iuran, inovasi metode pendaftaran dan pengumpulan iuran, dan formulasi insentif kepesertaan. (2) Integrasi dan sinkronisasi dengan program lain, yang dapat dicapai dengan strategi sebagai berikut: integrasi program pemerintah daerah (Jamkesda) pada skema JKN, sinkronisasi dengan program perlindungan sosial lainnya (Kartu Indonesia Sehat, Kartu Keluarga Produktif dan Sejahtera). (3) Peningkatan layanan dan manfaat, yang dapat dicapai dengan strategi sebagai berikut: perluasan skema jaminan sosial untuk kelompok penduduk berkebutuhan khusus (lanjut usia dan penyandang disabilitas), penguatan sarana, prasarana, dan kualitas layanan kesehatan. (4) Peningkatan kapasitas institusi dan manajemen. Dibutuhkan komitmen dan peran serta berbagai pihak untuk mencapai hal tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan strategi sebagai berikut: peningkatan kapasitas dan kemampuan DJSN dalam pelaksanaan fungsinya (termasuk monev), serta penguatan kapasitas BPJS dalam manajemen pelaksanaan dan pengelolaan dana amanah program jaminan sosial, pembangunan sistem monitoring dan evaluasi terpadu untuk program jaminan sosial. 3

Bapak dan Ibu Yang Kami Hormati, Berkenaan dengan penyelenggaraan Jaminan Sosial Tahun 2017 ini sesuai fungsi dan kewenangan DJSN kami laporkan sebagai berikut : 1. Terbitnya Peraturan DJSN Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Umum Penetapan Dan Penilaian Indikator Pencapaian Kinerja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yang kemudian melalui proses pembahasan dan penelaahan kemudian menetapkan : a. hasil penilaian KPI BPJS Kesehatan Tahun 2014-2016 yaitu, Tahun 2014 dengan nilai 96,79 (Sehat) Tahun 2015 dengan nilai 95,17 (sehat) Tahun 2016 dengan nilai 94,12 (sehat). b. hasil penilaian KPI BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2014-2016 yaitu, Tahun 2014 dengan nilai 101,62 (sehat sekali) Tahun 2015 dengan nilai 99,13 (sehat) Tahun 2016 dengan nilai 104,68 (sehat sekali) 2. Tersusunnya draft Peraturan DJSN, meliputi : a. Tata Cara Penanganan Dugaan Pelanggaran, b. Tata Cara Penanganan Mediasi, c. Naskah Akademik Revisi Peraturan Pemerintah Tentang Penyelenggaraan Program JKK/JKM, d. Rancangan Revisi PP 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program JKK/JKM. 3. Tersusunnya rumusan kebijakan tentang Batas Usia Pensiun dalam penyelenggaraan program Jaminan Pensiun. 4. Tersusunnya rumusan kebijakan tentang Dana Operasional BPJS Kesehatan Tahun 2018. 5. Tersusunnya rumusan kebijakan stategic health purchasing yang 4

memberikan kewenangan kepada BPJS Kesehatan untuk kendali mutu dan kendali biaya. 6. Tersusunnya draft revisi kelembagaan DJSN. 7. Review atas kesehatan keuangan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Hasil Review atas laporan keuangan audited BPJS Kesehatan Tahun 2014-2016 menunjukan bahwa telah terjadi defisit struktural. Oleh karena nya kondisi ini memerlukan perhatian yang serius dan intervensi kebijakan yang komprehensif. Hadirin Yang Kami Hormati, Terhadap pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional yang telah berlangsung selama empat tahun ini, DJSN menyampaikan hal-hal berikut : Pertama, keberlangsungan finansial Hasil monitoring dan evaluasi DJSN menunjukkan bahwa Sejak operasional program jaminan kesehatan nasional tahun 2014 telah terjadi defisit anggaran dana jaminan sosial kesehatan, dan terus berlangsung hingga akhir tahun 2017 ini. Untuk sementara, defisit JKN masih dapat ditanggulangi. Namun demikian, untuk jangka panjang, defisit JKN akan menggerogoti kepercayaan publik (distrust) terhadap JKN. Jika keadaan itu terjadi, maka amanat UUD 45 tidak bisa dilaksanakan dengan baik. Oleh karenanya diperlukan langkah strategis yang dapat mencegah berkembangnya distrust guna menjamin kesinambungan JKN Program Jaminan Kesehatan Nasional dengan mekanisme asuransi sosial selama ini belum terpenuhi secara utuh. Prinsip dasar itu adalah kecukupan dana bersama (adequacy). Dalam konsep asuransi, beban biaya berobat seluruh penduduk/peserta diperhitungkan terlebih dahulu. Setelah dihitung, kemudian beban biaya berobat dibagi kepada seluruh peserta 5

dengan menyesuaikan tingkat pendapatan peserta. Penetapan iuran JKN yang terjadi saat ini lebih banyak berbasis pada persepsi kemampuan negara dan penduduk. Akibatnya, selama empat tahun JKN, terjadi ketidakseimbangan antara pemasukan (pendapatan iuran) dan pengeluaran (klaim/pembayaran manfaat). Adapun langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan yaitu : Tahap 1 (Jangka Pendek) Tahap satu adalah untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek. Sesuai dengan amanat Pasal 48 UU SJSN, bahwa Pemerintah dapat melakukan tindakan-tindakan khusus guna menjamin terpeliharanya tingkat kesehatan keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Menutup defisit DJS sebesar Rp 15.16 trilyun akan menjadikan posisi keuangan manjadi sehat sementara, dan selanjutnya defisit akan terus berlanjut untuk tahun-tahun berikutnya. Tahap 2 (Jangka Menengah) perlu dilakukan upaya jangka menengah, yaitu yang dapat mengendalikan defisit JKN dalam jangka waktu 1 sampai 3 tahun ke depan, yaitu: 1) Meninjau ulang sistem pembayaran dana kapitasi kepada FKTP milik pemerintah yaitu Puskesmas. 2) Menerapkan sistem kapitasi berbasis komitmen pelayanan bagi FKTP swasta setelah dilakukan rasionalisasi besaran kapitasi. 3) Memperbaiki sistem rujukan dan rujukan balik. 4) Waktu penagihan tunggakan iuran Pemda melalui pemotongan anggaran di Kementerian Keuangan yang semula 1 (satu) tahun (sesuai PMK No. 50 Tahun 2017) dipersingkat menjadi 3 (tiga) bulan. Oleh karena itu, PMK tersebut perlu direvisi. 6

5) Mengalihkan atau memberikan porsi pembangunan infrastruktur fisik menjadi pembangunan infrastruktur SDM Kesehatan guna terpenuhinya tenaga dokter khususnya di FKTP milik pemerintah. Kebijakan ini sepenuhnya tergantung pada keputusan Pemerintah atas pengalokasian anggaran pembangunan. 6) Efisiensi Penyelenggaran JKN harus menuju: a. penurunan biaya per output outcome. b. Persentase Dana Operasional BPJS semakin kecil sejalan dengan semakin banyak peserta. c. Persentase Dana Operasional BPJS semakin kecil dengan semakin besarnya pendapatan iuran. 7) Perbaikan manajemen klaim fasilitas kesehatan 8) Penyesuaian batas atas upah sebagai dasar perhitungan iuran 9) Implementasi strategic purchasing a. Memberikan kewenangan kepada BPJS Kesehatan untuk melakukan tender harga obat dan bahan medis habis pakai bagi Faskes swasta terpisah dari e-catalogue faskes milik Pemerintah. b. Memberikan kewenangan penuh kepada BPJS Kesehatan untuk melakukan kesepakatan tarif dengan asosiasi faskes di berbagai wilayah keekonomian dimana Kemenkes menetapkan tarif maksimum sesuai dengan Pasal 24 ayat (1) UU SJSN. 10) Perumusan kebijakan cost sharing moral hazard 11) Secara bertahap memperbaiki keseimbangan antara iuran yang diterima dan manfaat yang dijamin kepada peserta. Dalam konsep asuransi sosial, perhitungan kebutuhan biaya dimulai dari bayaran kepada fasilitas kesehatan yang memenuhi harga keekonomian setiap tahun dikalikan jumlah pemakaian selama satu tahun dibagi dengan jumlah peserta yang mengiur. Oleh karena itu, 7

pemerintah seharusnya memulai menghitung harga keekonomian setiap tahun dari masing-masing kelompok cbg dan kapitasi dikalikan dengan jumlah klaim menurut pengalaman tahun sebelumnya. Data itu menjadi acuan untuk perhitungan iuran dengan membaginya dengan jumlah peserta aktif yang kemudian ditetapkan besaran iuran dalam Peraturan Presiden. 12) Pengalihan sebagian dana infrastruktur, dana subsidi BBM dan listrik yang bersifat fisik menjadi infrastruktur non fisik berupa peningkatan kualitas, kuantitas dan distribusi SDM Kesehatan di FKTP. Hal ini dilakukan untuk menekan angka rujukan sehingga fungsi FKTP sebagai Gatekeeper dapat berjalan secara efektif. 13) Mereview pelaksanaan JKN secara menyeluruh dan sekaligus menyiapkan program jangka menengah (berupa rencana kerja dan anggaran) secara rinci simultan di beberapa aspek selama 3 tahun agar dalam 3 tahun kedepan DJS sehat secara keuangan dan sustain. Tahap 3 (Jangka Panjang) Mengkaji tingkat kelayakan dan waktu penerapan manfaat rawat inap satu kelas publik yang mencakup perhitungan kemampuan iuran, kemampuan rumah sakit menyediakan fasilitas kelas publik dan pemahaman peserta. Kedua, Kepuasan Peserta Program JKN saat ini sedang mengalami kendala ketidakcukupan dana untuk memenuhi biaya yang menjadi kewajiban BPJS. Secara objektif ketidakcukupan dana dapat dihitung secara makro dari cakupan penduduk yang sudah mencapai 184 juta jiwa (70% dari penduduk) akan tetapi belanja kesehatan JKN baru mencakup sekitar 15% belanja kesehatan di negeri ini. Sudah barang tentu, dengan perbandingan 15% dana untuk menjamin 70% penduduk tidak mungkin semua peserta puas. 8

Salah satu sasaran pokok Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional Tahun 2012-2019 menyebutkan bahwa paling sedikit 75% peserta menyatakan puas, baik dalam layanan di BPJS maupun dalam layanan di fasilitas kesehatan yang dikontrak BPJS. Temuan DJSN dalam beberapa kunjungan di lapangan diantaranya masih dijumpai keluhan antrian yang panjang, prosedur yang membingungkan dan masih ditemukan juga adanya iur biaya dari peserta. Hal ketiga yang ingin kami sampaikan adalah terkait pencapaian Universal Health Coverage Jaminan Kesehatan Nasional Pemerintah Indonesia telah menerbitkan dokumen Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional 2014-2019 (sesuai Perpes Nomor 74 Tahun 2014), yang merupakan pegangan bagi semua pihak untuk berperan dan mempersiapkan operasionalisasi BPJS Kesehatan dan pencapaian cakupan semesta jaminan kesehatan pada tahun 2019, dengan sasaran pokok Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional Tahun 2012-2019, yaitu pada tahun 2019 seluruh penduduk Indonesia mendapat jaminan kesehatan melalui program Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. DJSN telah menyusun Peta Masalah Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional salah satu yang mendapat perhatian dalam peta masalah tersebut diantaranya memprediksikan bahwa BPJS Kesehatan hanya mampu mencakup kepesertaan sebesar 82,4% dari total penduduk pada tahun 2019, apabila BPJS Kesehatan tidak meningkatkan strategi perluasan kepesertaan secara intensif seraya mengurangi pengaruh dan penyebab tidak langsung lainnya. 9

Hadirin Yang Kami Hormati, Untuk pelaksanaan program Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan yang telah berlangsung selama dua setengah tahun ini, DJSN menyampaikan halhal berikut : pertama, komitmen pada sinkronisasi dan harmonisasi regulasi. terbatasnya waktu untuk penyiapan regulasi penyelenggaraan jaminan sosial bidang ketenagakerjaan dan sosialisasi peraturan pelaksanaan program Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan dirasakan masih sangat kurang, hal ini berimplikasi secara langsung dengan ditemukan terjadi perbedaan antara filosopi tentang penyelenggaraan program jaminan ketenagakerjaan dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Demikian hal nya sinkronisasi antara regulasi di tingkat pusat maupun regulasi antar pusat dan daerah memerlukan perhatian dengan intensitas yang tinggi. kedua, upaya peningkatan kepesertaan. Sesuai tujuan program yaitu untuk melindungi seluruh pekerja dari resiko yang diakibatkan karena pekerjaannya, maka diperlukan terobosan dan upaya untuk melakukan rekruitmen kepesertaan. Tantangan peningkatan kepesertaan adalah pada kualitas data kepesertaan dan pencapaian universal coverage bagi pekerja. ketiga, penerapan kepatuhan dan sanksi. Masih terdapatnya perusahaan yang mendaftarkan sebagian upah, tenaga kerja dan program menjadi tantangan tersendiri pada aspek kepatuhan dan sanksi. BPJS ketenagakerjaan harus memastikan hak pekerja dalam jaminan sosial tidak terabaikan dan dapat dirasakan sesuai dengan tujuan dan filosofi program. keempat, pengembangan manfaat program untuk kepentingan peserta. Sesuai amanat undang-undang SJSN bahwa Dana amanat, hasil pengembangan, dan surplus anggaran akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Oleh karena nya BPJS Ketenagakerjaan perlu 10

menginisiasi kemudahan bagi peserta dalam memanfaatkan program jaminan sosial ketenagakerjaan. Hadirin Yang Kami Hormati, Mengakhiri sambutan ini, Saya mengajak kepada kepada semua yang hadir untuk senantiasa meningkatkan intensitas koordinasi dan konsultasi untuk bersama-sama memastikan SJSN berjalan sesuai dengan konstitusi. Dengan mengucapkan Bismillahirrahmannirrahiim, acara ini saya buka. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan petunjuk dan kekuatan kepada kita semua untuk memberikan yang terbaik dalam membangun Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam kerangka NKRI. Wabillahi taufik wal hidayah. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional dr. Sigit Priohutomo, MPH 11