Identifikasi Jenis Amphibi Di Kawasan Sungai, Persawahan, dan Kubangan Galian Di Kota Mataram. Mei Indra Jayanti, Budiono Basuki, Susilawati

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. sumber: ( Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat

KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU. A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

METODE CEPAT PENENTUAN KERAGAMAN, KEPADATAN DAN KELIMPAHAN JENIS KODOK

KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI (ORDO ANURA) DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SURANADI - LOMBOK BARAT*

I.PENDAHULUAN. Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang suhu tubuhnya tergantung pada suhu

SPESIES AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT KENAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014,

KEANEKARAGAMAN ANGGOTA ORDO ANURA DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA ANURA DIVERSITY IN YOGYAKARTA STATE UNIVERSITY

KUNCI IDENTIFIKASI AMFIBI

SPECIES DICROGLOSSIDAE (AMPHIBIA) PADA ZONA PEMANFAATAN TNKS DI WILAYAH SOLOK SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Bio Ekologi Herpetofauna 2.1. Taksonomi Taksonomi Reptil Taksonomi Amfibi

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI KAWASAN TAMBLING WILDLIFE NATURE CONSERVATION (TWNC) TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) PESISIR BARAT LAMPUNG

JENIS-JENIS KATAK (AMPHIBI: ANURA) DI DESA KEPENUHAN HULU KECAMATAN KEPENUHAN HULU KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

EKOLOGI KUANTITATIF KOMUNITAS AMFIBI DI BEBERAPA SUNGAI PADA SUAKA MARGASATWA NANTU PROVINSI GORONTALO. Disusun oleh : RIZKI KURNIA TOHIR E

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian di Youth Camp terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

ANALISIS HISTOLOGI GINJAL Fejervarya limnocharis Bouie. (Anura: Ranidae) YANG HIDUP PADA AREAL PERTANIAN DI

SPESIES KATAK (ANURA) YANG DITEMUKAN PADA KEBUN KARET DESA TRIMULYA KENAGARIAN PANYUBRANGAN KECAMATAN TIMPEH KABUPATEN DHARMASRAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

Karakterisik dan Kepadatan Populasi Genus Microhyla Di Wilayah Cagar Alam dan Taman Wisata Alam (CA-TWA) Telaga Warna ABSTRAK

FISIOLOGI HEWAN SISTEM GERAK PADA KATAK (Rana sp) OLEH :

BAB III METODE PENELITIAN

INVENTARISASI ANURA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG SUKABUMI

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Jenis-Jenis Anura (Amphibia) Di Hutan Harapan, Jambi. The Anuran species (Amphibia) at Harapan Rainforest, Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Karanganyar. Secara geografis terletak

ABSTRAK Salah satu ordo amfibi tanpa ekor, yaitu Ordo Anura (katak dan kodok). Separuh masa hidup Anura dihabiskan dalam air sebagai berudu dan

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Goin dan Goin (1971), klasifikasi dan sistematika amfibi adalah sebagai

KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI DI KAWASAN HUTAN LARANGAN ADAT KENEGERIAN RUMBIO KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB II AMFIBI, REPTIL & PENGETAHUAN ANAK-ANAK TENTANG AMFIBI DAN REPTIL

Keanekaragaman Herpetofauna di Lahan Reklamasi Tambang Batubara PT Singlurus Pratama, Kalimantan Timur

METODOLOGI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dasar atau basic research yang

PERSEBARAN DAN KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DALAM MENDUKUNG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KAMPUS SEKARAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SPECIES AMPHIBIA PADA ZONA PEMANFAATAN TNKS JORONG PINCURAN TUJUH KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN. Mita Ria Azalia, Jasmi, Meliya Wati.

Komunitas Anura (Amphibia) pada Tiga Tipe Habitat Perairan di Kawasan Hutan Harapan Jambi

BAB III METODE PENELITIAN

JENIS DAN KOMPOSISI KOMUNITAS AMFIBI DI DESA BATU MBELIN KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA SKRIPSI

Fauna Indonesia. Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor MZI ISSN Volume 8, No. 1 Juni Museum Zoologicum Bogoriense. o o.

3. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

SURVEI AWAL KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI DESA KETENGER, BATU RADEN, JAWA TENGAH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 1. Januari 2014 (21 30)

Inventarisasi Jenis-jenis Amfibi (Ordo Anura) di Areal Lahan Basah Sekitar Danau Sebedang Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Keanekaragaman Jenis Fauna Amphibia di Taman Nasional Lore Lindu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut :

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

KEPADATAN POPULASI KATAK SAWAH (Rana cancrivora Gravenhorst) YANG DITEMUKAN DI BUNGO PASANG KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN

SURVEI. Hal yang perlu diperhatikkan dalam merancang survei. Persyaratan Ilmiah dalam perencanaan survei 6/7/2013

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. dalam kawasan wisata alam Trinsing yang secara administratif termasuk ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. daerah yang berlumpur dan pada ekosistem mangrove. Ikan gelodok hanya

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

KEPADATAN KODOK FEJERVARYA CANCRIVORA DI PERSAWAHAN DAERAH KABUPATEN KERAWANG, JAWA BARAT PADA TAHUN 2016

MAKANAN KODOK Bufo melanostictus PADA BEBERAPA HABITAT DI SAWAHLUNTO ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

JURNAL HUTAN LESTARI (2015) Vol. 3 (1) : 15 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, sub

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Telur

DISTRIBUSI VERTIKAL ANURA DI GUNUNG SEBLAT KABUPATEN LEBONG, BENGKULU VERTICAL DISTRIBUTION OF ANURA IN SEBLAT MOUNT LEBONG REGENCY, BENGKULU

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

STUDI KEANEKARAGAMAN FLORA DAN FAUNA DI GUA KANGKUNG DESA PUCUNG KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI JAWATENGAH NASKAH PUBLIKASI

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JENIS- JENIS AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN KELAPA SAWIT KANAGARIAN KUNANGAN PARIK RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI DI KAWASAN LINDUNG SUNGAI LESAN, KALIMANTAN TIMUR RAHMAT ABDIANSYAH

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KEPADATAN POPULASI KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora) DI PERSAWAHAN JORONG KOTO TINGGI KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BERUDU ANURA DI SUNGAI KEDURANG, BENGKULU SELATAN DAN PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL, JAWA BARAT

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. 1 Sehingga dalam jenis

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

Kisah Profesor ITB yang Namanya Diabadikan Jadi Nama 6 Spesies Hewan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Sriwijaya

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Identifikasi Jenis Amphibi Di Kawasan Sungai, Persawahan, dan Kubangan Galian Di Kota Mataram Mei Indra Jayanti, Budiono Basuki, Susilawati Abstrak; Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui pola distribusi jenis amphibi di kawasan sungai, persawahan, dan kubangan galian di Kota Mataram. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode VES (Visual Encounter Survey). Data yang terkumpul berupa daftar jenis amphibi (ordo anura) dan distribusinya di masing-masing lokasi pengambilan sampel. Lokasi pengambilan smpe dipilih dengan menggunakan teknik cluster sampling. Hasil penelitian ini menjukkan bahwa jenis amphibi yang teridentifikasi di kawasan sungai berasan dari Fejervarya cancrivora, sedangkan jenis amphibi di kawasan persawahan dan kubangan galian berasan dari Bufo melanostictus dengan masingmasing kawasan memiliki pola distribusi mengelompok (clumped) dengan nilai Ip > 0. Kata Kunci: Amphibi, Pola distribusi. PENDAHULUAN Amfibi (kelas Amphibia) adalah hewan berdarah dingin tetrapoda (vertebrata berkaki empat) telur yang tidak memiliki membran pelindung tangguh sekitar embriocontohnya termasuk katak, kodok, salamander, kadal air, mudpuppies, dan caecilian (New World Encyclopedia, 2008, dalam Iskandar, 1998). Berdasarkan American Museum Natural History (2011, dalam Iskandar, 1998), kelas amphibia di dunia saat ini terdiri dari 6771, di mana Ordo Anura terdiri dari 5966, Ordo Caudata 619, dan Ordo Ghymnophiona 186. Famili Bufonidae dari Ordo Anura terdiri dari 558. Famili Megophryidae terdiri dari 156, famili Ranidae 347. Famili Microhylidae terdiri dari 487 dan 321 dari Rhacoporidae. Indonesia memiliki dua dari tiga ordo amfibi yang ada di dunia, yaitu Gymnophiona dan Anura. Ordo Gymnophiona dianggap langka dan sulit diketahui keberadaannya, sedangkan ordo Anura merupakan yang paling mudah ditemukan di Indonesia mencapai sekitar 450 jenis atau 11% dari seluruh jenis Anura di dunia. Ordo Caudata merupakan satu-satunya ordo yang tidak terdapat di Indonesia (Iskandar, 1998). Ordo Anura terdapat di seluruh Indonesia dari Sumatera sampai Papua (Iskandar 1998). Amfibi yang ditemukan di Sumatera terdiri atas Ichtyophidae, Bufonidae, Megophryidae, Microhylidae, Ranidae, Rhacophoridae (Iskandar & Colijn, 2000). Katak di Semenanjung Malaysia, Sumatera, 6 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 5 Nomor 1 April 2016

Kalimantan dan Jawa berasal dari wilayah gugusan Sunda Besar. Katak yang terdapat di Semenanjung Malaysia memiliki kesamaan jenis yang tinggi dengan katak yang terdapat di Sumatera. Tingkat kesamaan jenis katak di Jawa dengan Sumatera lebih tinggi dibandingkan dengan kesamaan jenis katak di Jawa dengan Kalimantan (Inger & Voris, 2001, dalam Iskandar, 1998). Distribusi fauna tanah di suatu daerah bergantung pada keadaan faktor fisika-kimia lingkungan dan sifat biologis fauna itu sendiri. Distribusi fauna di alam dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk, yaitu bentuk teratur (uniform), bentuk random, dan bentuk berkelompok (clump). Distribusi suatu jenis di komunitasnya dapat memberikan gambaran hubungan antar jenis, dan bentuk distribusi suatu fauna di habitatnya sangat menentukan cara pengambilan contoh dan metode analisis datanya. Perubahan bentuk distribusi suatu jenis fauna sering berhubungan dengan adanya perubahan dari ukuran populasinya (Suin, 2006). METODE Penelitian ini merupkan penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel dilakukan pada malam hari menggunakan metode VES (Visual Encounter Survey) yaitu metode pencarian yang dibatasi oleh waktu (Kusrini, 2009). Waktu pencarian dibatasi selama ± 3 jam. Pada rentang waktu tersebut dilakukan penangkapan semua individu amfibi yang ditemukan di wilayah yang telah ditentukan. Data yang terkumpul berupa daftar jenis amphibi (ordo anura) dan distribusinya dimasing-masing lokasi pengambilan sampel. Daftar jenis didapatkan dari analisis secara deskriptif menggunakan kunci determinasi Amphibi Jawa dan Bali karangan Iskandar (1998). Penentuan pola sebaran spasial dilakukan dengan menggunakan pendekatan indeks penyebaran Morisita (Kreb, 1989): Id = n. Id = Derajat penyebaran Morisita Σx 2 = Jumlah kuadrat dari total individu suatu jenis pada suatu komunitas Σx = Jumlah total individu suatu jenis pada suatu komunitas Untuk menentukan bentuk pola sebaran spasial maka selanjutnya dilakukan uji statistik menggunakan uji Chi-square: Mu = Mu = Indeks Morisita untuk pola sebaran seragam (uniform) X²0,95 = Nilai chi-square pada db (n-1), selang kepercayaan 95%. Σxi = Jumlah individu dari suatu jenis pada petak ukur ke-i. 7 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 5 Nomor 1 April 2016

Untuk menentukan derajat pengelompokkan (clumping index) suatu maka dihitung dengan menggunakan persamaan: Mc = Mc = indeks Morisita untuk pola sebaran agregatif (clumped) X²0,05= Nilai chi-square pada db (n-1), selang kepercayaan 5%. Σxi = Jumlah individu dari suatu jenis pada petak ukur ke-i. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan, maka didapati sejumlah sampel amphibi yang dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1. Hasil identifikasi jenis amphibi di kawasan sungai, persawahan, dan kubangan galian Lokasi Jumlah Gambar 17 Standar derajat Morisita (Ip) dihitung dengan empat rumus sebagai berikut: Ip = 0,5 + 0,5 ; jika Id Mc 1 Ip = 0,5 ; jika Mc > Id 1 Ip = -0,5 ; jika 1 > Id > Mu Ip = -0,5 + 0,5 ; jika 1 > Mu > Id Kaidah keputusan untuk menentukan pola sebaran jenis-jenis pada suatu komunitas tumbuhan berdasarkan nilai Ip adalah sebagai berikut (Michael, 1994) : Bila Ip = 0, maka pola penyebaran acak (random) Bila Ip > 0, maka pola penyebaran mengelompok (clumped) Bila Ip < 0, maka pola penyebaran merata (uniform) 21 15 : Sungai : Persawahan : Kubangan galian Bufo melanostictus Fejervarya cancrivora Bufo melanostictus Dari 36 di kawasan persawahan dan kubangan galian ditemukan 36 8 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 5 Nomor 1 April 2016

dengan ciri-ciri tubuh relatif besar mencapai 50-80 mm, tubuh sangat kasar, biasanya terdapat sepasang kelenjar paratoid, warna coklat keabuan atau coklat kemerahan, kepala tanpa alur-alur, warna kemerah-merahan, kecoklatan, dan keabuan dengan benjolan hitam dan termasuk dalam Bufo melanostictus.. Sedangkan pada kawasan sungai ditemukan 17 dengan ciri-ciri j ari dengan atau tanpa pembesaran ujungnya, tetapi tanpa lekuk sirkum marginal, tubuh labih dari 80-100 mm mm, dengan atau tanpa pertumbuhan serupa taring pada rahang bawah, kulit tertutup oleh bintil-bintil panjang, kalau tidak sebenarnya kulit relatif halus, jari kaki tanpa ujung melebar, sepasang lipatan pada daerah dagu binatang jantan, tidak terdapat pertumbuhan serupa taring pada rahang bawah, selaput biasanya mencapai ujung jari kaki keempat, metatarsal dengan dua bintil, kehijauan atau keabu-abuan dengan bintil-bintil gelap yang termasuk dalam Fejervarya cancrivora.. Famili Bufo disebut sebagai kodok sejati. Suku ini sangat umum dan tersebar hampir di seluruh dunia kecuali Australopapua di belahan bumi selatan, dan di Indonesia suku ini diwakili oleh enam marga. Semua anggota suki ini kasar dan kekar penampilannya dan pada beberapa jenis tubuhnya tertutup oleh bintil-bintil. Kodok Indonesia terbesar terdapat di Kalimantan dan Sumatera. Komposisi Buforenidae di Indonesia. Sedangkan Fejervarya cancrivora termasuk dalam famili Ranidae yang merupakan katak sejati dengan keberadaan yang tersebar luas di Indonesia (Iskandar, 1998). Pola penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu penyebaran merata (uniform), penyebaran secara acak (random), penyebaran berkelompok/berumpun (clumped) (Michael, 1994). Hasil analisis pola distribusi jenis amphibi menggunakan pendekatan indeks penyebaran Morisita berdasarkan hasil pengumpiulan data dapat diamati pada Tabel 2 Tabel 2. Hasil Analisis Pola Distribusi Jenis Amphibi Lokasi Id Mu Mc Ip Kat 1,02 6,99 6,63 0,001 C 1,51 11,78 11,5 0,024 C 1,05 9,06 8,88 0,003 C : Sungai : Persawahan : Kubangan galian Kat : Kategori pola distribusi C : Mengelompok (cluster) Pola distribusi yang ditemukan pada penelitian ini secara keseluruhan tertuju pada kategori mengelompok (clumped). Dalam pola 9 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 5 Nomor 1 April 2016

distrubusi seperti ini individu-individu selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah. Hal ini dibuktikan dengan seringnya peneliti menemukan adanya kelompok-kelompok kecil dari Bufo melanostictus Fejervarya cancrivora pada masing-masing plot pengamatan di tiap kawasan/lokasi penelitian. Pola distribusi mengelompok umumnya dijumpai di alam karena adanya kebutuhan akan faktor lingkungan yang sama dan merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan. Pada hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan sosial (Michael, 1994). DAFTAR PUSTAKA Iskandar, D. 1998. Amphibi Jawa dan Bali. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI. Kusrini, M.D. 2009. Pedoman Penelitian dan Survei Amfibi di Alam. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB. Michael, P. 1994. Metoda Ekologi untuk Penelitian Ladang Laboratorium. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Suin, N.M. 2006. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta : Bumi Aksara KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu jenis amphibi yang teridentifikasi di kawasan sungai berasan dari Fejervarya cancrivora, sedangkan jenis amphibi di kawasan persawahan dan kubangan galian berasan dari Bufo melanostictus dengan masing-masing kawasan memiliki pola distribusi mengelompok (clumped) dengan nilai Ip > 0. 10 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 5 Nomor 1 April 2016