KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI (ORDO ANURA) DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SURANADI - LOMBOK BARAT*

Transkripsi

1 KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI (ORDO ANURA) DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SURANADI - LOMBOK BARAT* Oleh: Noar Muda Satyawan HMPS Biologi FKIP Unram, Jl. Majapahit 62 Mataram, noarmudasatyawan@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat keanekaragaman jenis amfibi khususnya ordo anura di Kawasan Taman Wisata Alam Suranadi-Lombok Barat. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode VES (Visual Encounter Survey). Pengambilan sampel dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Februari dan Maret Selama penelitian telah ditemukan 4 species amfibi yang termasuk ke dalam 2 famili. Keempat spesies tersebut adalah 2 species Bufonidae ( Bufo melanostictus dan Bufo biporcatus) dan 2 species Ranidae ( Rana erythraea dan Fejervaria limnocharis). Bufo biporcatus merupakan species yang paling melimpah dengan proporsi (63 %) kemudian diikuti oleh Rana erythraea dengan (27 %). Bufo melanostictus merupakan species yang paling sedikit ditemukan dengan proporsi hanya (1 %). Berdasarkan nilai H (indeks Shan nonwiener) keanekaragaman jenis amfibi di Kawasan Taman Wisata Alam Suranadi tergolong rendah (H =0,92). Kata kunci : Amfibi, Suranadi, Lombok Barat ABSTRACT This research to see the diversity of amphibian species, especially anura order in the Suranadi Natural Park Area - West Lombok. Two weeks sampling during February and March 2009 were done by VES (Visual Encounter Survey). During this research found 4 species of 2 family. These four species are two species for Bufonidae family (Bufo melanostictus and Bufo biporcatus) and two species Ranidae family (Rana erythraea and Fejervarya limnocharis). The most abundant species is Bufo biporcatus (63%), the second abundant is Rana erythraea (27%). The least abundant species is Bufo melanostictus (1%). Species diversity index of amphibian on the Suranadi Natural Park is 0,92 (low category). Key word : Amphibian, Suranadi, West Lombok

2 PENDAHULUAN Bagi sebagian orang, katak dan kodok adalah hewan yang menjijikkan karena kulitnya berlendir, bahkan ada yang beracun. Katak dengan warna kulitnya, cara hidup, hingga bentuknya yang beraneka ragam merupakan daya tarik tersendiri yang tidak dapat ditemukan pada hewan lain. Bahkan, karena bisa hidup di air dan di darat, katak dapat digunakan untuk mengukur adanya kerusakan lingkungan hidup. Cacat atau hilangnya jenis katak tertentu bisa menjadi indikasi kerusakan lingkungan. Penelitian yang berkaitan dengan herpetology di Indonesia kurang mendapat perhatian. Pada saat ini telah ditemukan sekitar 500 spesies katak di Indonesia padahal Indonesia memiliki sekitar 16% (1100 spesies katak) dengan total jumlah spesies katak yang ada di dunia (Anonim, 2007) Beberapa hasil penelitian tentang katak yang ada di Indonesia diantaranya adalah Survey sistematis yang dilakukan baru-baru ini untuk amfibi NT dilakukan oleh Western Australian Museum. Survey ini berhasil menemukan beberapa jenis baru. Jumlah total katak di Nusa Tenggara adalah 45 jenis (sebagian besar Rana, Litoria dan Rachoporus), jumlah ini mungkin dua kali lebih besar dari jumlah sebelumnya. Di pulau Lombok khususnya telah tercatat 10 jenis amfibi yang beberapa diantaranya merupakan jenis endemik pulau (Monk,2000). Taman Wisata Alam (TWA) Suranadi sebelumnya merupakan Hutan Lindung Suranadi dan Ranget berdasarkan keputusan Residen Bali Lombok No. 1/4/3 dan No. 1/4/4 tanggal 2 Februari 1934 tentang penetapan Hutan Lindung Suranadi dan Ranget. Berita acara tata batas tanggal 10 September 1941 Kawasan Hutan Suranadi telah dideklarasikan sebagai kawasan hutan yang perlu dilindungi seluas ± 60 ha. Keputusan Menteri Pertanian No. 646/ Kpts/ Um /10/ 1976 tanggal 15 Oktober 1976 jo No. 274/ Kpts/ Um /5/ 1977 tanggal 30 Mei 1977 Taman

3 Wisata Alam Suranadi seluas 52 hektar telah ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam. TWA Suranadi terletak di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat, 17 km dari kota Mataram. Kawasan TWA Suranadi mempunyai kondisi hutan yang relatif utuh dengan topografi yang relatif datar dan di dalam kawasan hutannya banyak terdapat jalan-jalan trail dan jalan setapak. Selain itu juga terdapat areal camping ground yang cukup lapang. Dengan kondisi yang demikian, kawasan ini sering dipilih sebagai lokasi outbond baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun oleh perusahaan. Selama tahun 2007 tercatat dua perusahaan dan tujuh instansi pemerintah yang memanfaatkan TWA Suranadi sebagai lokasi outbond (Anonim, 2007) Menurut pembagian iklim Schmitt dan Ferguson, Komplek Taman Wisata Suranadi termasuk tipe iklim D dengan curah hujan rata-rata antara s/d mm per tahun, hujan turun antara bulan Oktober sampai bulan April. Temperatur minimum 22,2 C, maxsimum 36, 9 C dan rata-rata 26 C per tahun. Letaknya berada pada ketinggian 256 meter di atas permukaan laut. Keadaan wilayah Taman Wisata Suranadi umumnya datar, landai, miring dan sedikit bergelombang, dengan sudut kemiringan antara 1-3%, 4-8%, 9-15% dan 16-25%. Di dalam Taman Wisata Suranadi hidup beberapa jenis satwa yang jumlahnya relatif lebih kecil dibanding dengan Taman Nasional Rinjani. Diantaranya jenis mamalia (kera Abu -abu /Macaca Fascicularis), kera Hitam (Presbytis cristata), musang Air (Cyngale benniti),jelarang (Ratuf a bicolor), jenis burung ((burung Elang /Falchonidae),Burung Madu (Nectariniidae)), Jenis Reptil biawak (Varanus Salvator) dan Ular (Calobridae) (Anonim,2008). Sampai saat ini belum ada data mengenai keberadaan amfibi di kawasan TWA Suranadi. Sehubungan dengan hal tersebut, Penelitian ini

4 bertujuan untuk mengetahui kenekaragaman amfibi (ordo anura) sebagai data dasar bagi konservasi amfibi di kawasan tersebut. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Visual Encounter Survey (VES) dimana personel lapangan berjalan pada suatu area atau habitat untuk mencari hewan. VES dikatakan time constraint search atau pencarian yang dibatasi waktu. Peneliti bukan hanya mencari katak di atas vegetasi tapi juga mencoba mencari katak yang tersembunyi dibalik kayu rebah, batu, serasah atau membalikkan kayu/dahan rebah(kusrini,2009). Pengambilan sampel dilakukan pada daerah pemanfaatan yaitu di sekitar bendungan dan sepanjang aliran sungai (±200 meter) pada kawasan tersebut. Sementara itu pengambilan data habitat (kondisi lingkungan dan lokasi) dilakukan pada siang hari. Penelitian dilakukan pada bulan Februari dan maret dengan 2 kali pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul WITA. Adapun data species yang dikumpulkan meliputi : 1. Nama species, jumlah individu/species, SVL (snout -vent length), aktivitas saat dijumpai dan posisi dalam lingkungan. 2. Data habitat meliputi nama lokasi, waktu pengambilan data, substrat, suhu udara dan suhu air, dan spesies vegetasi. 3. Analisis Data a. Identifikasi, deskripsi species dan penamaan amfibi mengacu pada Iskandar (1998) dan Kurniati (2003).

5 b. Kelimpahan jenis anura ditentukan dengan membandingkan jumlah individu tiap jenis anura dengan jumlah total jenis anura yang ditemukan di lokasi pengamatan ni Kr N x 100% Kr = kelimpahan relatif Ni = jumlah individu anura jenis ke-i N = jumlah individu seluruh (total) jenis anura c. Berdasarkan hasil pengamatan jenis dan kelimpahan tiap jenis amfibi ditentukan nilai Indeks keanekaragaman jenis amfibi dengan menggunakan formula dari Shannon-Wiener : H I = - pi ln pi pi = proporsi jumlah individu amfibi dengan jumlah individu total jenis ke-i d. Untuk menentukan dominansi species digunakan indeks Simpson s : D=1/Σ (pi) 2 pi = proporsi jumlah individu anura jenis ke-i dengan jumlah individu total HASIL DAN PEMBAHASAN Dari 10 spesies yang tercatat keberadaannya di pulau Lombok (Monk,2000), di kawasan Taman Wisata Alam Suranadi berhasil ditemukan 4 species amfibi ( ordo anura) yang termasuk dalam 2 famili yaitu bufonidae dan ranidae. 4 species anura yang ditemukan adalah Bufo melanostictus, Bufo biporcatus, Rana erythraea, dan Fejervaria limnocharis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :

6 Tabel 1. Data species Amfibi (ordo anura) yang ditemukan di Kawasan Taman Wisata Alam Suranadi NO Famili Species 1 Bufonidae Bufo melanostictus 1 Bufo biporcatus 47 2 Ranidae Rana erythraea 20 Fejervarya limnocharis 7 SVL Berat Max Min Max Min 7,54 7, ,59 3 3,5 1,5 7,52 4 4,1 1 8,87 4,3 8,5 1,5 Hasil ini jauh berbeda dengan penelitian-penelitian yang dilakukan di pulau jawa. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Kusrini(2003) di kawasan sungai ciapus leutik, bogor ditemukan 11 (sebelas) jenis amfibi yang termasuk ke dalam 3 famili yaitu bufonidae, megophrydae dan Ranidae. Berbeda juga dengan hasil survey yang dilakukan oleh Team HSC (2009) di kawasan Universitas Mataram ditemukan 3 spesies dari 3 famili yaitu Bufonidae, Ranidae, dan Microhylidae. Jenis dari family microhylidae yang ditemukan pada kawasan tersebut adalah Kaloula baleata yang tidak ditemukan pada Kawasan Taman Wisata Alam Suranadi padahal jenis ini biasa ditemukan pada dataran rendah sampai 1000 m dpl. Species yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini adalah Bufo biporcatus dengan 47 individu. Ini wajar kerena habitat dari anura jenis ini adalah hutan primer dan hutan sekunder (Iskandar,1998). Lain halnya dengan Bufo melanostictus yang berasosiasi erat dengan manusia sehingga pada saat pengamatan hanya ditemukan 1 individu saja. Rana erythraea juga merupakan species yang banyak ditemukan pada saat pengamatan, dimana ditemukan 20 individu Rana erythraea. Sedangkan untuk family ranidae lainnya yaitu Fejervaria limnocharis hanya ditemukan 7 spesies saja.

7 Kondisi lingkungan pada saat pengamatan tidak terlalu dingin dimana kisaran suhu antara 24 24,5 o C untuk suhu air dan 25,5 26 o C untuk suhu udara. Suhu memegang peranan penting bagi kehidupan amfibi, karena amfibi merupakan hewan berdarah dingin atau poikilotermal (ekotermal), suhu tubuh mereka berfluktuasi mengikuti suhu lingkungan. Kisaran suhu hutan suranadi masih dalam batas toleransi mengingat bahwa amfibi masih dapat hidup pada kisaran 3 41 o C. Berdasarkan hasil perhitungan kelimpahan jenis, Bufo biporcatus Merupakan jenis yang jumlahnya paling melimpah dan dapat dijumpai di seluruh lokasi pengamatan dengan nilai 62,67 %. Satu jenis lagi yang kelimpahannya cukup banyak adalah Rana erythraea dengan 26,67 %. Kelimpahan jenis anura disajikan pada diagram berikut : Perhitungan keanekaragaman anura di Kawasan TWA Suranadi dengan menggunakan indeks Shanoon Wiener (H ) diperoleh nilai sebesar ( H = 0,92) ini menunjukkan bahwa keanekaragaman species anura di kawasan Taman Wisata Alam Suranadi tergolong rendah dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di Kebun Raya Bogor (Fitri,2002) dengan nilai H sebesar 1,33, Kusrini (2003) yang dilakukan di sungai Ciapus Leutik dengan nilai H sebesar 1,49 dan penelitian yang dilakukan oleh Utama (2003) di areal PT Intracawood Manufacturing,

8 Kalimantan Timur dengan H berkisar antara 1,040 2,164. Pulau jawa memang memiliki keanekaragaman spesies amfibi lebih tinggi dibanding dengan pulau Lombok. Serta bila dibandingkan dengan pulau Jawa, di pulau Kalimantan memiliki keanekaragaman jenis amfibi yang lebih tinggi (Iskandar,1998; Voris&Inger, 2001). Sedangkan untuk nilai indeks dominansi (D=2,12), pada kawasan TWA Suranadi menunjukkan dominansi oleh satu species. Dalam hal ini Bufo biporcatus merupakan species yang mendominansi dibanding species yang lainnya dengan proporsi 63 % dari total individu yang dujumpai. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ditemukan 4 species dari 2 famili amfibi ( ordo anura) di Kawasan Taman Wisata Alam Suranadi yaitu Bufonidae ( Bufo melanostictus dan Bufo biporcatus) dan Ranidae ( Rana erythraea dan Fejervaria limnocharis). 2. Bufo biporcatus merupakan species yang paling melimpah diantara species lain yang ditemukan. 3. Keanekaragaman species amfibi di Taman Wisata Alam Suranadi tergolong rendah dan ada satu species yang mendominansi yaitu Bufo biporcatus.

9 DAFTAR PUSTAKA Anonim, Herpetologi Belum banyak Diminati Peneliti Indonesia. Diakses 15 Maret Endarwati Keanekaragaman Hayati Dan Konservasinya Di Indonesia. diakses 15 Maret Fitri, A Keanekaragaman Jenis Amfibi (ordo anura) Di Keun Raya Bogor. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Depertemen Konservasi Sumber Daya Hutan. Bogor : IPB Press. Goin, Introduction to Herpetology. San Fransisco. W.H. Freeman and Company. Herlambang, Diakses pada 20 Mei Iskandar, D. T Amfibi Jawa dan Bali Seri Panduan Lapangan. Bogor : Puslitbang LIPI. Kurniati, H Amfibin & Reptiles of Gunung Halimun National Park West Java, Indonesia. Cibinong : LIPI. Kusrini, M.D, dkk Konservasi Amfibi dan Reptil Di Indonesia. Bogor : Depertemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB., Keanekaragaman Amfibi (ordo anura) Di Sungai Ciapus Leutik, Bogor, Jawa Barat. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Depertemen Konservasi Sumber Daya Hutan. Bogor : IPB Press.,2009. Pedoman Penelitian Dan Survei Amfibi Di Alam. Bogor : IPB Press. Monk Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku. Jakarta: Prenhallindo. Radiopoetro Zoologi. Jakarta : Erlangga. Utama, Studi Keanekaragaman Amfibi (ordo anura) di Areal PT Intracawood Manufacturing, Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Depertemen Konservasi Sumber Daya Hutan. Bogor : IPB Press. Diakses 17 April Diakses 9 Juni Diakses 9 Juni 2009.

10 Lampiran 1. Peta KawasanTaman Wisata Alam Suranadi Lombok Barat Peta Kawasan Taman Wisata Alam Suranadi Lampiran 2 : Jenis amfibi ordo anura yang ditemukan di Kawasan Taman Wisata Alam Suranadi Lombok Barat Bufo biporcatus Bufo melanostictus Rana erythraea Fejervarya limnocharis