BAB I PENDAHULUAN. terdiagnosis pada masa kanak-kanak dengan bangkitan awal sebelum 18

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan kejadian klinis sementara yang dihasilkan oleh aktifitas neuron otak

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan tidur dijumpai 25% pada populasi anak yang sehat, 1-5%

BAB 1 PENDAHULUAN. Epilepsi merupakan salah satu penyakit pada otak tersering mencapai 50 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi. penerus bangsa memiliki kemampuan yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Epilepsi merupakan kelainan kronik dari sistem saraf pusat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada usia dewasa. Insidens SN pada salah satu jurnal yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penjelasan dari individu dengan gejala atau gangguan autisme telah ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Skoliosis dapat didefinisikan sebagai kelainan lengkungan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. al., 2009). Lebih dari 60 juta penduduk di dunia mengalami Glaukoma (Wong et

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan penting di

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kejang berulang disebabkan oleh pelepasan sinkron berulang, abnormal, dan

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset. akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. secara progresif dan ireversibel, saat ini angka kejadian gagal ginjal kronik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perilaku Koping pada Penyandang Epilepsi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PADA PENDERITA EPILEPSI DI KECAMATAN MANYARAN DAN KECAMATAN JATIPURNO KABUPATEN WONOGIRI

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kejang merupakan masalah neurologi yang paling sering kita jumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB 1. PENDAHULUAN. mood, khususnya gangguan ansietas. 1

BAB I PENDAHULUAN. kusta maupun cacat yang ditimbulkannya. kusta disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

ABSTRAK. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, Audiometri

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Pada tahun 2000, dua di antara tiga orang lanjut usia (lansia) di seluruh dunia

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

Gangguan Mental Emosional pada Masyarakat di Rancabuaya Shelly Iskandar 1, Arifah Nur Istiqomah 1. Abstrak

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Epilepsi merupakan gangguan neurologis yang paling sering diderita oleh anak dan menjadi beban terbesar bagi anak (Novriska, 2013). Epilepsi sering terdiagnosis pada masa kanak-kanak dengan bangkitan awal sebelum 18 tahun (Katie et al., 2010). Epilepsi pada anak perlu mendapat perhatian karena merupakan gangguan neurologis kronik dengan komorbiditas pada aspek psikiatri (kejiwaan), kognitif, dan sosial yang dapat memperburuk kualitas hidup (Lin et al., 2012). Laporan WHO tahun 2012 memperkirakan bahwa sedikitnya ada 70 juta penderita epilepsi dan 80% diantaranya tinggal di negara berkembang (Brodie et al., 2012 ; WHO, 2012). Sekitar 10,5 juta anak di seluruh dunia diperkirakan merupakan penderita epilepsi (Guerrini, 2006). Prevalensi epilepsi di Indonesia berkisar antara 0,5-2% dengan kejadian epilepsi pada laki-laki sebesar 5,88 dan perempuan sebesar 5,51 per 1000 penduduk (Paryono et al., 2003). Data yang diperoleh dari Poliklinik Neurologi Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta dalam kurun waktu Januari- Juni 2008 jumlah pasien anak dengan epilepsi sebanyak 86 pasien dengan rentang usia antara 7 bulan sampai dengan 14 tahun (Setiawati, 2009). Hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada Januari-Maret 2014 diperoleh data jumlah pasien anak dengan epilepsi di Poli Neurologi Anak RSUD Dr. Moewardi sebanyak 79 pasien. 1

2 Pasien epilepsi perlu mendapat perhatian karena adanya komorbiditas epilepsi pada aspek kognitif, kepribadian dan gangguan perilaku yang juga mungkin dapat berpengaruh juga pada peningkatan emosionalitas penderita epilepsi (Devinsky dan Vazquez, 1993). Anak dengan epilepsi berisiko lebih besar mengalami gangguan psikiatri dan perilaku dibandingkan populasi anak normal. Gangguan perilaku yang risikonya meningkat pada anak dengan epilepsi antara lain Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (AD/HD), conduct disorder, Autisme Spectrum Disorder (ASD), gangguan afektif, agresif, dan sosial yang dapat memengaruhi kualitas hidup (Attarian et al., 2003; Besag, 2004; Johnson et al., 2004 ). Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan perkembangan neurobehaviour antara lain faktor kejang, penggunaan politerapi, adanya lesi struktural, atau kondisi lain yang menyertai seperti depresi atau status sosial ekonomi yang rendah (Berto, 2002). Faktor psikososial juga memengaruhi munculnya gangguan perilaku pada pasien epilepsi (Pellock, 2004). Gangguan perilaku merupakan bagian dari epilepsi itu sendiri atau dipengaruhi oleh respon penderita dalam menilai dan menyesuaikan diri terhadap keadaan penyakitnya (Firngadi, 1995). Prevalensi gangguan perilaku pada anak dengan epilepsi telah banyak diteliti di beberapa negara dan sebagian besar penelitian memberi kesan bahwa anak dengan epilepsi mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan perilaku dibandingkan dengan anak tanpa epilepsi. Penelitian di Yunani menunjukkan gangguan perilaku pada 45,9% anak dengan epilepsi

3 general idiopatik dan 19,4% pada epilepsi parsial idiopatik (Prassouli et al., 2008). Penelitian di Thailand tahun 2007 mendapatkan prevalensi 54% (Piyasil et al., 2008) dan di India tahun 2004 menunjukkan prevalensi gangguan perilaku pada anak epilepsi sebesar 52,8% (Datta et al., 2005). Di Yogyakarta, Indonesia penelitian Novriska (2013) ditemukan masalah perilaku pada 9,8% anak dengan epilepsi dan hanya 1,1% pada anak-anak tanpa epilepsi. Epilepsi dan gangguan perilaku yang menyertainya mempunyai pengaruh negatif terhadap kompetensi aktivitas, sosialisasi, dan kompetensi akademik pada anak dengan epilepsi (Haryanto, 1998). Skrining perilaku anak dengan epilepsi perlu dilakukan dan dilanjutkan dengan penegakan diagnosis serta terapi yang perlu dilakukan selanjutnya. Penelitian ini dilakukan pada anak dengan epilepsi yang berusia 7-16 tahun. Menurut teori perkembangan Piaget (1964) anak usia 7-11 tahun memasuki tahap perkembangan operasional konkrit, anak dianggap sudah mampu menggunakan logikanya dan penghilangan sifat egosentrisme yaitu kemampuan anak untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak usia >11 tahun berada pada tahap perkembangan operasional formal dengan karakteristik kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik simpulan dari informasi yang tersedia. Fungsi adaptasi sudah memadai sehingga diharapkan anak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya ataupun dengan kondisinya, seperti contoh epilepsi yang dideritanya. Sedangkan sebagai pembanding adalah kelompok pasien anak

4 tanpa epilepsi ataupun gangguan neurologis kronis yang kontrol di RSUD Dr. Moewardi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan proporsi kejadian gangguan perilaku antara pasien anak dengan epilepsi dan pasien anak non epilepsi di RSUD Dr. Moewardi. Gangguan perilaku pada anak diteliti dengan menggunakan Strength Difficulties Questionnaire (SDQ) yang diisi oleh orang tua pasien untuk menilai masalah perilaku pada anak usia 7-16 tahun. B. Rumusan Masalah 1. Apakah gangguan perilaku lebih sering terjadi pada pasien anak dengan epilepsi dibandingkan dengan pasien anak non epilepsi? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi terjadinya gangguan perilaku pada pasien anak dengan epilepsi? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perbedaan proporsi gangguan perilaku pada pasien anak dengan epilepsi dibandingkan dengan pasien anak non epilepsi. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang memengaruhi terjadinya gangguan perilaku pada pasien anak dengan epilepsi.

5 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat ilmiah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai gambaran gangguan perilaku pada pasien anak dengan epilepsi serta mengetahui faktor risiko yang mendasarinya. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan bagi keluarga dan dokter mengenai kemungkinan adanya masalah perilaku yang muncul pada pasien anak dengan epilepsi sehingga dapat dikenali sedini mungkin dan selanjutnya dapat dilakukan terapi untuk mengatasi masalah perilaku pada anak tersebut.