BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

III. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni.

Struktur Baja 2. Kolom

STRUKTUR BAJA 2 TKS 1514 / 3 SKS

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK)

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

STUDIO PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Permasalahan utama yang dihadapi dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

3.1 Tegangan pada penampang gelagar pelat 10

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

DESAIN BATANG TEKAN PROFIL C GANDA BERPELAT KOPEL

BAB 5 ANALISIS. Laporan Tugas Akhir Semester II 2006/ UMUM

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Gedung Parkir, Struktur Baja, Dek Baja Gelombang

BAB II STUDI PUSTAKA

Soal 2. b) Beban hidup : beban merata, w L = 45 kn/m beban terpusat, P L3 = 135 kn P1 P2 P3. B C D 3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Permasalahan Yang Akan Diteliti 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya,

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG

JEMBATAN RANGKA BAJA. bentang jembatan 30m. Gambar 7.1. Struktur Rangka Utama Jembatan

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

KAJIAN KEKUATAN SAMBUNGAN STRUKTUR PELENGKUNG RANGKA BAJA MENERUS PADA JEMBATAN UTAMA TAYAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


BALOK PELAT BERDINDING PENUH (GIRDER PLATE BEAM)

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR RANGKA ATAP BAJA UNTK BERBAGAI TYPE TUGAS AKHIR M. FAUZAN AZIMA LUBIS

PERBANDINGAN BERAT KUDA-KUDA (RANGKA) BAJA JENIS RANGKA HOWE DENGAN RANGKA PRATT

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

Sambungan diperlukan jika

xxiv r min Rmax Rnv Rnt

Penyelesaian : Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) : Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS

PERENCANAAN PETRA SQUARE APARTEMENT AND SHOPPING ARCADE SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM NON-KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

MACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK

ANAAN TR. Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan. pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG BANGSA SEMARANG MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.. i. LEMBAR PENGESAHAN ii. KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... 1

Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection)

ANALISA SAMBUNGAN BATANG TARIK STRUKTUR BAJA DENGAN METODE ASD DAN METODE LRFD

MODUL 6. S e s i 4 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tekan Pertemuan - 4

STRUKTUR BAJA 1 KONSTRUKSI BAJA 1

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

ANALISA SISTEM PENGAKU (STIFFENER) PADA GELAGAR PELAT GIRDER PENAMPANG - I

MODUL STRUKTUR BAJA II 4 BATANG TEKAN METODE ASD

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

BAB II PERATURAN PERENCANAAN. Jembatan ini menggunakan rangka baja sebagai gelagar induk. Berdasarkan letak

REVIEW DESAIN STRUKTUR GEDUNG CENTER FOR DEVELOPMENT OF ADVANCE SCIENCE AND TECHNOLOGY (CDAST) UNIVERSITAS JEMBER DENGAN KONSTRUKSI BAJA TAHAN GEMPA

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

BAB III LANDASAN TEORI. dan pasal SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2. U = 1,2 D + 1,6 L (3-2)

PERANCANGAN JEMBATAN

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

Analisis Profil Baja Kastilasi. Ni Kadek Astariani

BAB III METODE PERANCANGAN

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

2.2 Pembahasan Penelitian Terdahulu 7

PERANCANGAN JEMBATAN WOTGALEH BANTUL YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. Atma Jaya Yogyakarta. Oleh : HENDRIK TH N N F RODRIQUEZ NPM :

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA

Modifikasi Perencanaan Gedung Office Block Pemerintahan Kota Batu Menggunakan Struktur Komposit Baja Beton

Contoh Soal 1: Sambungan Sebidang/Tipe Tumpu Jawab :

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Jembatan Jembatan merupkan suatu struktur yang menghubungkan alur transportasi yang dapat melintasi rintangan, rintangan yang dimaksud dapat berupa sungai, jurang, danau, bagunan dan lain sebagainya. Jembatan terdiri atas beberapa struktur bangunan yang umumnya dibagi menjadi bangunan atas dan bangunan bawah. Untuk jembatan rangka baja kereta api struktur atas terdiri dari lantai kendaraan (rel), gelagar memanjang, gelagar melintang, gelagar induk, tumpuan jembatan. Dan untuk struktur bawah terdiri dari abutmen, pilar, dan pondasi. Jembatan kereta api adalah jembatan yang digunakan untuk menghubungkan jalan rel yang melintasi rintangan seperti sungai, jalan lain dan sebagainya, untuk dilewati kereta api. 2.2 Konstruksi Jalan Rel Dalam merencanakan jalan rel digunakan kecepatan rencana yang besarnya 1,25 x Vmaks. Di samping kecepatan rencana juga memperhitungkan beban gandar dari kereta api. Untuk semua kelas, beban gandar maksimum adalah 18 ton. Ketentuan ini akan dipakai guna evaluasi kelayakan pada perencanaan double track. Dibawah ini merupakan tabel klasifikasi standar jalan rel. Tabel. 2.1 Klasifikasi Jalan Rel Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 5

2.3 Komponen Jembatan Rangka 2.3.1 Struktur Bawah Struktur bawah jembatan merupakan struktur yang dibangun untuk mentransfer gaya pada struktur atas (jembatan rangka dan beban hidup) langsung ke tanah. Pada umumnya struktur bawah dapat berupa kelapa jembatan (abutment) dan pilar (piers). 2.3.2 Struktur Atas Struktur atas terdiri dari beberapa komponen yang lebih banyak dibandingkan dengan komponen struktur bawah jembatan. Komponen tersebut secara umum berupa rangka utama, portal ujung, gelagar melintang, gelagar memanjang, ikatan angin / lateral bracing, plat buhul, dan lantai kendaraan. 1. Rangka Utama Rangka utama jembatan rangka dapat dibentuk dengan berbagai variasi dan kebanyakan di Indonesia menggunakan jembatan rangka type Warren. Rangka utama merupakan pemikul utama keseluruhan beban jembatan yaitu beban mati dan beban atas (top chords), gelagar bawah (bottom chords), dan batang diagonal (diagonal chords). Seperti terlihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Rangka Utama 2. Portal Ujung Portal ujung merupakan rangkaian profil baja yang terletak pada ujung jembatan rangka. Portal ujung harus cukup kaku sehingga kuat memikul beban horizontal, terutama akibat angin. Sehingga portal ujung akan Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 6

memiliki dimensi penampang yang lebih besar dibandingkan komponen rangka utama lainnya, seperti terlihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Portal Ujung 3. Gelagar Melintang (Cross Girder / Cross Beam) Gelagar melintang bawah (Cross Grider) memikul beban-beban kendaraan dan beban hidup lainnya melalui gelagar memanjang (stringer) dimana gelagar melintang menyalurkan kepada rangka utama. Sedangkan gelagar melintang atas (Cross Beam) berfungsi sebagai penyalur gaya angina dan memper kaku struktur jembatan. 4. Gelagar Memanjang (Stringer) Gelagar memanjang menyalurkan beban-beban lantai kendaraan (beban mati dan beben hidup) kepada gelagar melintang, hal ini dikarenakan gelagar memanjang menumpu pada gelagar melintang (End Plate Connection). Berbeda dengan gelagar melintang, gelagar memanjang hanya ada di posisi bawah jembatan rangka dan tidak terdapat di bagian atas jembatan, seperti terlihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Gelagar Memanjang (Stringer) Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 7

5. Ikatan Angin (Lateral Bracing) Ikatan angin merupakan rangkayan profil baja yang berfungsi untuk menahan beban lateral akibat beban angin pada jembatan. Ikatan angin pada jembatan terletak di bagian atas dan bawah dari jembatan tersebut. 6. Pelat Buhul (Gusset Plate) Pelat buhul adalah satu komponen jembatan yang berfungsi untuk menghubungkan profil-profil baja pada rangka utama. Profil-profil baja yang terdapat pada rangka utama, dihubungkan ke pelat buhul, dengan menggunakan sambungan berupa baut. Pelat buhul harus memiliki ketebalan yang lebih besar dibandingkan dengan profil tebal plat pada profil baja. Hal ini dikarenakan semua gaya yang bekerja pada struktur rangka utama akan disalurkan ke pelat buhul tersebut,seperti terlihat pada Gambar 2.4 Gambar 2.4 Pelat Buhul (Gusset Plate) 7. Bearing, Seismic Buffer, dan Lateral Stop Bearing / landasan adalah suatu komponen yang dipersiapkan untuk mentransfer gaya vertical yang disebabkan oleh beban-beban jembatan rangka di atasnya. Bearing berada di antara pelat buhul ujung bawah (kanan dan kiri) dengan abutment. Bearing terbuat dari bahan karet yang dicampur dengan polimer. Biasanya disebut dengan Elastomeric Bearing. Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 8

Gambar 2.5 End Bearing Assembly Selain Bearing pada bagian ujung bawah jembatan juga terdapat komponen yang disebut seismic buffer. Seismic buffer dirancang untuk menahan gaya gempa maupun gaya longitudinal jembatan rangka. Seismic buffer berapa pada komponen plat buhul ujung bawah jembatan rangka. Sama halnya dengan bearing, Seismic buffer juga terbuat dari karet yang sejenis dengan bearing, seperti terlihat pada Gambar 2.5. 8. Lantai Kendaraan Lantai Kendaraan merupakan komponen utama jembatan yang berkontak langsung dari beban kendaraan pada jembatan. Konstruksi jalan rel (bantalan dan rel) merupakan lantai kendaraan untuk jembatan kereta api. 2.4 Metode Ereksi Jembatan (Metode Kantilever) Di Indonesia metode kantilever merupakan metode paling sering digunakan. Metode ini disebut kantilever, dikarenkan selama pemasangan, rangka jembatan berfungsi sebagai kantilever. Rangka jembatan dipasang sepotong demi sepotong dari salah satu ujungnya dalam keadaan menggantung secara berangsur-angsur sampai mencapai ujung yang lain. Pada pelaksanaannya system kantilever membutuhkan jembatan pemberat yang berfungsi sebagai penyeimbang saat pemasangan. Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 9

Jembatan pemberat disambungkan dengan jembatan pokok dengan menggunkan rangka penghubung (link set). Jembatan pemberat yang berperan sebagai pemberat akan diberikan pemberat pada ujung belakangnya yang berfungsi sebagai counter weight. Berikut gambar dari metode kantilever serta formula perhitungannya yang terlihat pada Gambar 2.6. Gambar 2.6 Formula metode kantilever 2.5 Metode Estimasi Biaya (Harga Satuan / Unit Price) Memperkirakan biaya berdasarkan harga satuan, dilakukan bilamana angka yang menunjukan volume total pekerjaan belum dapat ditentukan dengan pasti, tetapi biaya per unitnya dapat dihitung. Metode estimasi ini dilakukan dengan menghitung volume pekerjaan yang direncanakan dikalikan dengan harga satuan yang berlaku di lokasi pekerjaan. 2.6 Sambungan Baut 2.6.1 Umum Baut adalah salah satu alat penyambung profil baja, selain paku keling dan las. Pada umumnya baut yang digunakan untuk menyambung profil baja ada 2 jenis, yaitu : 1. Baut yang diulir penuh Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 10

Baut yang diulir penuh berarti mulai dari pangkal baut sampai ujung baut diulir, seperti terlihat pada Gambar 2.7 berikut ini : Gambar 2.7 Baut yang Diulir Penuh Diameter baut yang diulir penuh disebut Diameter Kern (inti) yang ditulis dengan notasi d k atau d 1 pada Tabel Baja tentang Baut. 2. Baut yang tidak diulir penuh Baut yang tidak diulir penuh ialah baut yang hanya bagian ujungnya diulir, seperti terlihat pada Gambar 2.8 berikut ini : Gambar 2.8 Baut yang tidak Diulir Penuh Diameter nominal baut yang tidak diulir penuh ialah diameter terluar dari batang baut. Diameter nominal ialah diameter yang tercantum pada nama perdagangan, misalnya baut M16 berarti diameter nominal baut tersebut = 16 mm. 2.6.2 Jenis-jenis Sambungan Yang Menggunakan Baut Ada 4 jenis sambungan yang menggunakan baut, yaitu : 1. Baut dengan 1 irisan (Tegangan geser tegak lurus dengan sambungan baut ), seperti terlihat pada Gambar 2.9. Gambar 2.9 Baut dengan satu irisan 2. Baut dengan 2 irisan (Tegangan geser tegak lurus dengan sumbu baut), seperti terlihat pada Gambar 2.10. Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 11

Gambar 2.10 Baut dengan dua irisan 3. Baut yang dibebani // sumbunya, seperti terlihat pada Gambar 2.11. Gambar 2.11 Baut yang Dibebani Sejajar dengan Sumbu 4. Baut yang dibebani sejajar sumbu dan tegak lurus sumbu, seperti terlihat pada Gambar 2.12. Gambar 2.12 Baut yang Dibebani Sejajar dengan Sumbu dan Tegak Lurus Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 12

2.7 Kriteria Umum Perencanaan Struktur Atas Jembatan Kereta Api 2.7.1 Umum Pembuatan desain berdasarkan kondisi batas ultimate atau metode LRFD (Load Resistance and Factor Design) dan menurut intilah SNI : PBKT (perencanaan beban dan kekuatan terfaktor), yang harus memenuhi kriteria keamanan untuk semua jenis gaya dalam. Kekuatan rencana tidak kurang dari pengaruh aksi rencana sebagai berikut : φrn dampak dari Σ γ i Q i (pers. 2.1) Dimana : Sisi kiri mewakili kekuatan rencana dari penampang komponen struktur jembatan, yang bisa dihitung dari Rn (besaran ketahanan atau kekuatan nominal dari penampang komponen struktur) dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan φ. Sisi kanan mewakili dampak batas ultimate atau yang paling membahayakan dari beban-beban, yang dihitung berdasarkan penjumlahan terkombinasi dari jenis-jenis beban yang berbeda Qi, yang masing-masing diberikan suatu faktor beban γi. Dibawah ini adalah faktor reduksi kekuatan φ untuk berbagai situasi rencana berdasarkan RSNI-T-03-2005. Tabel 2.2 Faktor Reduksi Kekuatan untuk Keadaan Batas Ultimit Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 13

2.7.2 Pembebanan a. Beban Utama Beban utama terdiri dari beban mati, dan beban hidup. Beban Mati (D) Beban mati terdiri dari berat sendiri komponen struktur baja, berat sendiri rel, bantalan, dan balas. Beban Hidup (L) Beban hidup bergerak berupa rangkaian lokomotif berdasarkan skema 100% RM 1921, seperti terlihat pada Gambar 2.13. Sebagai beban hidup ditentukan suatu kendaraan, yang rangkaiannnya sendiri dari dua lokomotif dengan tender-tender, masing-masing seperti skema dibawah ini : Gambar 2.13 Susunan lokomotif dan tender. Jumlah berat 168 ton atau 8.75 t/m ditambah sejumlah gerbong yang tidak tertentu seperti Gambar 2.14 : Gambar 2.14 Beban Merata Jumlah 24 ton atau 5 ton/m Kendaraan dirangkaikan sedemikian rupa sehingga guna perhitungan konstruksi diambil yang amat tidak menguntungkan (berbahaya). Jika pada suatu bentang jembatan hanya muat tujuh gandar, maka bebannya ditingkatkan hingga 15 ton seperti pada Gambar 2.15 Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 14

Gambar 2.15 Beban 6 atau 7 Gandar Jika pada suatu bentang jembatan hanya muat lima gandar, maka bebannya ditingkatkan hingga 17 ton seperti pada Gambar 2.16. Gambar 2.16 Beban 4 atau 5 Gandar Jika pada suatu bentang jembatan hanya muat tiga gandar, maka bebannya ditingkatkan hingga 18 ton seperti apada Gambar 2.17. Gambar 2.17 Beban 3 Gandar Jika pada suatu bentang jembatan hanya dua gandar, maka bebannya ditingkatkan hingga 19 ton seperti pada Gambar 2.18. Gambar 2.18 Beban 2 Gandar Jika pada suatu bentang jembatan hanya muat satu gandar, maka bebannya ditingkatkan hingga 20 ton seperti pada gambar 2.19. Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 15

Gambar 2.19 Beban 1 Gandar Dari rencana rencana beban tersebut, dipilih rencana yang mengakibatkan momen serta gaya lintang terbesar. Gaya gaya yang bekerja akibat beban hidup ini harus dikalikan dengan koefisien kejut (φ). Besarnya koefisien kejut Untuk jembatan baja dihitung dengan rumus : φ = 1,2 + (pers 2.2) Dimana : φ = Faktor kejut L t = bentang jembatan dalam (m) b. Beban Tambahan Beban utama terdiri dari gaya horizontal akibat angin, gaya menyimpang akibat lokomotif, gaya rem. Gaya Horizontal Akibat Angin (W) (AVBP 1932) Tekanan angin dianggap sebagai suatu beban terbagi merata, tidak dengan kejut dan bekerja dalam arah horizontal. Besarnya tekanan angin menurut AVBP 1932 adalah 100 kg/m 2. Luas bidang yang tertekan angin untuk jembatan rangka baja ialah luas bidang rangka batang ditambah dengan luas bagian lantai jalan yang mungkin muncul diatasnya dan luas muatan gerak. Gaya Menyimpang Akibat Lokomotif (S) (AVBP 1932) Dalam AVBP 1932, perlu diperhatikan pula santakan menyamping yang dilakukan oleh lokomotif terhadap jembatan, yang pengaruhnya dapat disamakan dengan suatu gaya horizontal S. Besar arah dan titik tangkap S dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 16

Tabel 2.3 Gaya Horizontal S oleh Tekanan Kesamping Lokomotif Lurus S = A max / 10 Lengkungan Besar Arah Titik Tangkap R 900 S = A max / 10 R 150 < 900 R 150 S = 0 S = (A max / 7500) x R1500 Tegak pada sumbu memanjang jembatan Sejajar dengan gaya menjauhi titik pusat Pada tinggi kepala rel ditempat yang paling membahayakan untuk masing masing batang Catatan :1. A max = Muatan gandar yang terbesar (tidak dengan koefisien kejut), yang ada dalam gandar lokomotif atau kumpulan gandar gandar lokomotif yang menurut rencana muatan berlaku untuk hitungan itu. 2. R = Jari jari lengkungan dalam meter. Jika rencanan muatan terdiri atas beberapa skala muatan terbagi rata, maka diambil A max sama dengan 1.5 x muatan terbagi rata, yang untuk penentuan momen lentur diperhitungkan bagi bagian konstruksi yang bersangkutan dengan keterangan bahwa A max tidak dapat melebihi harga muatan terbagi rata per meter yang berlaku untuk bentang 2 meter A max dipandang sebagai gaya tunggal. 2.7.3 Faktor Beban dan Kombinasi Beban Kombinasi pembebanan yang digunakan menurut kepada peraturan baja Indonesia, SNI 03-1729-2002 pasal 6.2.2. berikut jenis-jenis kombinasi pembebanannya : 1. M = 1.4 Mati 2. MHK = 1.2 Mati + 1.6 Hidup+ 1.0 Lokomotif 3. MHKA = 1.2 Mati + 1.6 Hidup + 1.0 Lokomotif + 1.3 Angin 4. MA = 0.9 Mati + 1.3 Angin Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 17

2.7.4 Perencanaan Penampang Baja a. Perencanaan Penampang Gelagar Dalam perencanaan penampang gelagar ada syarat yang harus dipenuhi seperti pada persamaan dibawah ini : Mu Ø x Mn (pers 2.3) Mn = 1.12 S x f y (pers 2.4) Setelah didapat penampang gelagar, penampang dikontrol terhadap: 1. KELANGSINGAN Plat Sayap dengan persamaan : f b 2. tf 170 p (kompak) (pers 2.5) fy Plat Badan dengan persamaan : h 2tf 2r w tw 1680 p (kompak) (pers 2.6) fy 2. KONTROL LENDUTAN AKIBAT BEBAN BALOK δ = 5 M. total L 48EI 2 < 1 x bentang (pers 2.7) 800 3. KONTROL TERHADAP PENGARUH LATERAL Dicari terlebih dahulu, L p, L b, L r. L p = 1,76. iy. E Fy (pers 2.8) L b = λ (tidak ada penyangga) L r = dimana : X 1 iy 1 1 X 2 2 FL (pers 2.9) FL AJEG X 1 =. Sx 2 X 2 = 4. Sx 2 Iw ( ). JG iy (pers 2.10) (pers 2.11) FL = 0,7. Fy (pers 2.12) J = 1/3 (h. tf 3 + 2b. tw3) (pers 2.13) Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 18

Kondisi plastis jika Lb < Lp, maka tahanan momen nominal menggunakan persamaan : Mu Ǿ.Mp (pers 2.14) Mu Ǿ. (1,12. Sx. fy ) Kondisi inelastis jika Lr > Lb > Lp, maka tahanan momen nominal menggunakan persamaan : Mu Ø Mn (pers 2.15) Dengan : Mn = Cb (Mp (Mp Mr)). (pers 2.16) 12,5 Mmaks Cb = 2.5Mmaks 3Ma 4Mb 3Mc 2.3 (pers 2.17) Mmaks = Momen maksimum Ma = Momen pada jarak ¼ segmen Mb = Momen pada jarak ½ segmen Mc = momen pada jarak ¾ segmen Mp = Fy. 1,12. Sx (pers 2.18) Mr = Sx. FL (pers 2.19) Kondisi elastis jika Lb > Lr, maka tahanan momen nominal menggunakan persamaan : Mu Ø Mn (pers 2.20) Dengan : Mn = Cb. S x. X 1. L r y b 2 X 1. X 1 Lb 2( ) r y 2 2 (pers 2.21) Secara garis besar perancangan batang gelagar dapat dilihat pada Gambar 2.20. Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 19

Mulai Analisa Struktur Pembebanan (Beban mati, hidup, rem, & angin) Hitung kombinasi pembebanannya (Mu dan D ). Hitung persyratan Mu Ø x Mn Mu Ø x (1.12 Sx fy) Sx Mu / (Ø x 1.12 x fy) Ambil profil yang melebihi Sx terhitung. Perbesar Profil Tidak KONTROL Penampang Terpilih" terhadap : Kelangsingan, Lentur & Geser, Lendutan, Terhadap Pengaruh Lateral Ya Selesai Gambar 2.20 Bagan Alir Perancangan Gelagar b. Perencanaan Batang Tarik Batang tarik yaitu komponen struktur yang memikul / mentransfer gaya tarik antara dua titik pada struktur. Komponen struktur yang memikul gaya aksial tarik terfaktor, Nu, harus memenuhi kuat tarik rencana, Nu ditentukan oleh dua kondisi batas yang mungkin dialami batang tarik, yaitu dengan mengambil harga terkecil diantara : a. Kondisi leleh sepanjang batang : Nu = 0.9 A g f y (pers 2.22) b. Kondisi fraktur pada daerah sambungan : Nu = 0.75 A e f u (pers 2.23) dimana : A g = luas penampang kotor A e = luas efektif penampang f y f u = tegangan leleh = kekuatan (batas) tarik Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 20

Secara garis besar perancangan batang tarik dapat dilihat pada Gambar 2.21. Mulai Analisa Struktur Pembebanan Hitung gaya tarik masing-masing batang Hitung gaya tarik paling ekstrim. Hitung i min yang dibutuhkan Imin = 1/240, unt komponen utama Imin = 1/300, untuk komponen sekunder Hitung Ag min yang dibutuhkan dari kondisi batas leleh : NU Ag min x fy Hitung Ae min yang dibutuhkan dari kondisi batas leleh : NU Aemin x fu.0,9 Ambil profil yang memiliki Ag Ag min i i min Hitung Ae dari Profil yang di pilih Tidak Ae Ae min Ya Pemeriksaan Kekompakan Profil λ λr Pemeriksaan daerah sambungan Balok Geser Ujung ø. Nn = min (ø.n ngs murni ; ø.n ngs tarik ) Perbesar jarak antara baut dalam arah gaya Pertebal pelat simpul Tidak ø. Nn blok ujung ø. Nn penampang terpilih Selesai Ya Gambar 2.21 Bagan Alir Perancangan Batang Tarik Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 21

c. Perencanaan Batang Tekan Batang tekan yaitu komponen struktur yang memikul / mentransfer gaya tekan pada dua titik pada struktur. Komponen struktur dengan gaya aksial murni umumnya merupakan komponen pada struktur segitiga (rangka batang) atau merupakan komponen struktur dengan kedua ujung sendi. Pada teori batang tekan LRFD, disyaratkan batang tekan yang mengalami tekuk dikatakan kuat bila : Nu Ø. Nn (pers 2.24) Ø = 0.85 Dengan besarnya Nn ditetapkan : Nn = A g. fy w (pers 2.25) Dengan ketentuan : 1 Untuk λc 0.25 λ c = w = 1 Lk i min fy E (pers 2.26) Pada kondisi ini, kekuatan batang tekan pada kekuatan platis. Untuk 0.25 λc 1.2 w = 1.43 1.6 0.67c (pers 2.27) Pada kondisi ini, kekuatan batang tekan mencapai pada kekuatan inelastis. Untuk λc 1.2 w = 1.25 λc2 (pers 2.28) Pada kondisi ini, kekuatan batang tekan mencapai pada kekuatan elastis. Secara garis besar perancangan batang tekan dapat dilihat pada Gambar 2.22. Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 22

Mulai Analisa Struktur Pembebanan Hitung gaya tekan masing-masing batang Hitung gaya tekan paling ekstrim. Hitung i min yang dibutuhkan L kx ( kl ) k i x min 200 200 L ky ( kl ) k i y min 200 200 Hitung Nn yang dibutuhkan = Nu Ambil profil yang memiliki i x i x min i y i x min Ambil profil yang memiliki Ag Ag min i i min Hitung nilai perbandingan lebar/tebal Web & flens dari profil λ Hitung Nilai Maksimum λ = λ V Pemeriksaan Kekompakan penampang λ λr Tidak Hitung Kapasitas penampang terhadap kondisi tekuk lentur : fy Nux Ag. f crx. Ag Nuxy Ag. f Ya x fy cry. y Ag Hitung Kapasitas penampang terhadap kondisi tekuk lentur-torsi : N Ag. f ult clt f Ag. cry f 2. H crz 1 4 f f cry cry. f crz. H f crz Hitung Kapasitas Tekan Penampang Nn = min {Nnx Nny Nnjt } Tidak ø. Nn Terpilih ø. Nn yang diperlukan akibat bebab kerja Ya Selesai Gambar 2.22 Bagan Alir Perancangan Batang Tekan Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 23

d. Perencanaan Sambungan Baut Secara garis besar terdapat dua jenis sifat pembebanan yang bekerja pada sambungan baut yaitu : Sambungan baut yang menahan beban sentris Sambungan baut dimana garis beban bekerja melalui titik berat susunan baut, sehingga susunan baut dapat diperhitungkan adanya beban yang diterima secara merata pada setiap baut. Jumlah baut yang diperlukan dapat dihitung langsung dengan asumsi seluruh jumlah baut yang ada menerima beban bekerja sama rata, dengan rumus : Nu n (pers 2.29) R φ. n Besar Rn dihitung dari kuat geser nominal baut terkecil dari persamaan dibawah ini : Rn (geser) = Ø. 0.5 f b u A baut. m (pers 2.30) Rn (tumpu)= δ min. d. 2.4 f b y. Ø (pers 2.31) Bila terdapat jumlah baut lebih dari lima, maka baut harus dipasang lebih dari satu baris arah garis kerja beban yang bekerja. Sambungan baut yang menahan beban eksentris Sambungan dimana baut pengikat mengalami tarik dan geser dijumpai pada hubungan balok dan kolom seperti Gambar 2.23, Gambar 2.23 Sambungan kolom dengan balok Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 24

Gambar 2.24 Baut (a) paling atas,mengalami tarikan maksimum akibat adanya momen yang dihasilkan gaya terpusat P, baut ini juga mengalami gaya geser 1. Sambungan baut yang menahan gaya tarik eksentris Kekuatan tarik nominal Rn = f b u. Ab (pers 2.32) Pada kasus kumpulan baut (a) seperti gambar diatas, baut mengalami tarikan pada sebelah atas garis netral dan tekanan pada baut sebelah bawah garis netral. Dengan adanya baja siku penyambung, maka bagian tekan dapat dipikul baja siku tersebut. Untuk menghitung tegangan-tegangan yang bekerja pada kumpulan paku ini digambarkan luas pengganti, dimana bagian tarik terdiri dari luas baut rata-rata dan bagian tekan terdiri dari luas sayap baja siku, untuk satu baris baut. luasbaut a = jarakbaut (pers 2.33) Letak garis netral, Atau, ½. a. (h c)2 = ½. b. c2 (pers 2.34) c h c a 1/ 2 ( ) b (pers 2.35) Atau, (½.b 1/2.a).c2 + a.h.c ½.a.h2 = 0 (pers 2.36) Biasanya dalam masalah-masalah praktis c/(h c) bervariasi antara 1/4 sampai 1/8 dan umumnya diambil 1/6. Berarti letak garis netral berada h/7 dari ujung bagian yang Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 25

tertekan. Momen inersia luas pengganti, I = b* c 3 3 3 a*( h c) (pers 2.37) 3 Tegangan tarik maksimum yang terjadi pada baut paling atas, ( M / 2)*( h c) ft = (pers 2.38) I Gaya tarik terfaktor, Rmaks = ft. Ab (pers 2.39) 2. Sambungan baut yang menahan gaya geser eksentris Sambungan baut dimana garis kerja beban tidak melalui titik berat susunan baut, sehingga susunan baut harus diperhitungkan adanya beban sekunder berupa momen sebesar (M = P x e) lihat Gambar 2.25. Gambar 2.25 Sambungan Eksentris Akibat beban kerja P dan momen M, Penampang Baut tergeser longsor ke bawah dan berputar dengan titik putar (titik netral ) di titik Z. Maka pada seluruh baut terjadi gaya geser, dengan titik baut yang paling kritis adalah baut yang paling jauh dari titik netral Z, yaitu bekerja Gaya geser sebesar (seperti gambar di atas). Besar KR dihitung sebagai berikut: Akibat Gaya P Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 26

Px = 1 P 2 n Akibat Beban M K X = K Y = M. Y ( X ( X i 2 i M. X i 2 Y i Y 2 i 2 i ) ) (pers 2.40) (pers 2.41) (pers 2.42) Untuk mempermudah perhitungan dilakukan dengan menggunakan Tabel 2.3. Tabel 2.4 Contoh tabel perhitungan gaya resultan baut. Rpk = 2 2 K M ( K M Px ) (pers 2.43) Sambungan dinyatakan kuat menerima beban kerja bila K R N Besar R n atau N dihitung dari kuat geser nominal baut terkecil dari persamaan 2.35 dan persamaan 2.36 di atas. Secara garis besar perancangan kebutuhan sambungan baut dapat dilihat pada Gambar 2.26. Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 27

Mulai Analisa Struktur Beban & gaya yang bekerja pada sambungan Asumsikan jumlah baut dan penempatan baut Hitung momen yang yang bekerja M = P. e Hitung K ix dan K iy dalam tabel Hitung Kp, K MX, K MY dan K R Perbayak jumlah baut Tidak K R N Ya Selesai Gambar 2.26. Bagan Alir Perancangan Kebutuhan Sambungan Baut Ardi Bayu Permana, Perancangan Struktur Atas Jembatan Rangka Baja.. 28