BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Melalui pendidikan pula suatu bangsa dapat menjamin. kelangsungan generasi yang berperadaban dan beradab.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Islam baik MI, MTs, MA, maupun PTAI sering

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. ada perantaraan pendidikan agar perkembangannya sempurna sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Pada lembaga-lembaga pendidikan tersebut mata pelajaran agama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional betujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. * Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanat dari Allah SWT dan sudah seharusnya orang tua. mendampingi dan mengawali perkembangan anak, sehingga anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROBLEMATIKA BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK PENYANDANG TUNA GRAHITA (SLB B/C YPPLB NGAWI Kabupaten Ngawi) SKRIPSI

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan. Kesempurnaan, kemuliaan, serta kebahagiaan tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, sampai kapan dan dimanapun ia berada. sebagaimana sabda

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Jika dilihat

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. lingkungan masyarakat atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang. disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pendidikan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak didiknya. Aktivitas kegiatan seorang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN. karena tidak mampu untuk bersaing dalam bidang ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. peluang sebesar-besarnya kepada setiap anak Indonesia, untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KELAS 6 SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) TUNA LARAS BHINA PUTERA BANJARSARI SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan lewat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan bagi setiap orang tua adalah memiliki anak-anak

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang disosialisasikan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, berketerampilan, dan berakhlak mulia. hubungan ini tepat sekali ajaran agama Islam yang menjunjung tinggi ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang yang menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah Swt. pada Q.S. al-mujadalah ayat 11, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. mengembangakan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Hal ini sejalan pula dengan Hadist Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh kehidupan modern, wanita semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan menggunakan fitrah tersebut manusia belajar dari keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ;

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari sekolah, selain mengembangkan pribadinya. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap kehidupan tersebut, di satu sisi sangat bermanfaat bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mentransferkan ilmunya ke siswa, sehingga hasil belajar atau kompetensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama sangat penting bagi kehidupan ini, maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Melalui pendidikan pula suatu bangsa dapat menjamin kelangsungan generasi yang berperadaban dan beradab. Muhaimin (2001: 78) menjelaskan bahwa secara umum Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam untuk menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam secara resmi di sekolah-sekolah mempunyai dasar yang kuat. Dasar tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi, misalnya Al-Quran surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi: ا د ع ا ل ى س ب ی ل ر ب ك ب ا ل ح ك م ة و ا ل م و ع ظ ة ا ل ح س ن ة و ج ا د ل ھ م ب ا ل ت ي ھ ي ا ح س ن ا ن ر ب ك ھ و ا ع ل م ب م ن ض ل ع ن س ب ی ل ة و ھ و ا ع ل م ب ا ل م ھ ت د ی ن Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa 1

2 yang tersesat dari jalan-nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Departemen Agama Republik Indonesia, 2005: 281). Paradigma pengelolaan pendidikan luar biasa telah mengalami perubahan sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 wilayah penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa mencakup aspek yang lebih luas, yakni pelayanan pendidikan kepada mereka yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial, warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, serta warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. Di samping itu, sebutan untuk pendidikan Luar Biasa dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 telah diperluas menjadi Pendidikan Khusus (PK) dan Pendidikan Layanan Khusus (PLK). Pendidikan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran karena kelainan fisik, mental, emosional, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Sedangkan Pendidikan Layanan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang berada di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi, hal ini berarti bahwa tugas Direktorat Pelayanan Sekolah Luar Biasa tidak hanya terbatas

3 memberikan layanan pada siswa yang berkebutuhan khusus, tetapi semua siswa yang tidak dapat diakomodasi oleh sistem persekolahan yang kovensional. Landasan paedagogis, pengelolaan anak tunagrahita adalah pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003: 12). Program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah harus disambut dengan baik, dengan cara meningkatkan layanan pendidikan pada anak berkebutuhan khusus baik secara kualitas maupun kuantitas. Hasil sensus pada tahun 2003 menjelaskan bahwa baru sekitar 3,70 % (33.850 anak) dari mereka terlayani baik di sekolah khusus (SLB) maupun di sekolah regular. Perlu kita ketahui bersama bahwa angka tersebut belum termasuk mereka yang tergolong autis, berbakat, dan kesulitan belajar (Depdiknas, 2003: 1). Era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam berbagai bidang, seperti bidang teknologi, manajemen dan sumberdaya manusia, hal inilah yang melatar belakangi munculnya RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional). Dengan munculnya berbagai sekolah yang diciptakan untuk anak normal, keberadaan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus akan lebih menyempit lagi. Pemerintah hanya mengupayakan pendidikan untuk anak yang mampu secara intelektual dan

4 materiil, padahal dalam UUSPN 2003 menyebutkan, bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Anak tuna grahita tidak dapat memahami dunia yang ada di sekitarnya. Pendidikan Agama Islam sangat berperan penting dalam menanamkan dasardasar norma kehidupan, meskipun ada keterbatasan yang dimiliki oleh anakanak tuna grahita, namun mereka masih memiliki secercah harapan bahwa mereka masih bisa dilatih, dibimbing, diberi kesempatan dan didukung agar mereka mengembangkan potensi-potensinya untuk dapat membantu dirinya sendiri dan memiliki harga diri yang sama seperti orang orang lain yang lebih beruntung Sekolah Luar Biasa C Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa (SLB C YPSLB) Kerten Surakarta merupakan institusi yang memberikan layanan pendidikan bagi anak penyandang tuna grahita. Berdasarkan kemampuan intelegensi anak, maka SLB-C Kerten Surakarta dibedakan atas: 1. SLB-C bagian C: mampu didik dengan IQ 50-55 sampai sekitar 70. Mereka mampu dididik, misalnya: membaca, menulis, berhitung, menggambar, bahkan menjahit. Anak tuna grahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi. Selain itu kondisi fisik mereka juga tidak terlihat begitu mencolok. Mereka mampu mengurus dirinya sendiri untuk berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tuna grahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra, mereka hanya perlu terus dididik (Lumbantobing, 2001: 5).

5 Adapun ciri-ciri dari tuna grahita ringan, antara lain: masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana; dapat didik menjadi tenaga kerja semi skilled seperti: pekerjaan laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baim dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan; tidak mampu melakukan penyesuaiansosial secara independent; secara fisik anak tuna hrahita ringan seperti anak normal pada umumnya; serta bila dikehendaki mereka masih dapat bersekolah di sekolah anak berkesulitan belajar dengan dilayani pada kelas khusus dan guru dari pendidikan luar biasa (Somantri, 2006: 106). 2. SLB-C bagian C 1 : mampu latih dengan IQ 35-40 sampai 50-55. Tidak jauh berbeda dengan anak tuna grahita ringan. Anak tuna grahita sedang mampu untuk diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, mereka bisa menjawab pertanyaan dari orang lain, contohnya: ia tahu siapa namanya, alamat rumah, umur, nama orang tuanya, mereka akan mampu menjawab dengan jelas (Lumbantobing, 2001: 6). Beberapa karakter anak tuna grahita sedang, antara lain: sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung, walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial, misalnya menulis namanya sendiri, alamat rumahnya, dan lain-lain; masih dapat dididik mengurus diri seperti menyapu, membersihkan perabot rumah tangga, dan sebagainya; masih dapat bekerja di tempat terlindung; dan

6 dalam kehidupan sehari-hari memerlukan pengawasan secara terus menerus. SLB C YPSLB Kerten Surakarta merupakan institusi yang memberikan layanan pendidikan dari tingkatan TKLB (Taman Kanak-kanak Luar Biasa)-SMALB (Sekolah Menengah Atas Luar Biasa). Di sini peneliti akan lebih memfokuskan pada tingkatan SMPLB (Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa), karena pada dasarnya mereka memasuki masa remaja, masa ini menduduki tahap progresif (kemajuan) dalam pembagian tahap perkembangan manusia, di mana anak akan mengalami banyak perubahan di masa remaja, dari segi jasmani serta rohani. Adapun SMPLB C terdiri dari 3 (tiga) kelas, yaitu: SMPLB C kelas 7, SMPLB C kelas 8, dan SMPLB C kelas 9. Dengan berbagai kebutuhan yang dialami oleh anak tuna grahita terutama mereka yang duduk di SMPLB C, maka mereka memerlukan berbagai macam metode dalam pembelajaran seperti: metode individual, ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, dan latihan/drill. Penerapan masing-masing metode pembelajaran PAI bagi siswa tuna grahita dilaksanakan dengan cara diulang-ulang, baik mengulang penjelasan materi maupun mengulang teknik yang diajarkan. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta lebih menekankan pada materi akhlak, dengan bimbingan dan pembiasaan akhlak yang baik, anak tuna grahita akan memiliki pembiasaan yang baik pula, karena anak tuna grahita akan memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin (Somantri, 2006: 106).

7 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNA GRAHITA (Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama bagian C Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa Kerten Surakarta) B. Penegasan Istilah Untuk menghindari berbagai macam penafsiran terhadap judul di atas, maka terlebih dahulu penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi tersebut. 1. Metode Pembelajaran Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 740). Sedangkan menurut Nata (2004: 17), metode merupakan aspek penting untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa. Adapun pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 17). Sedangkan menurut Sagala (2005: 61), pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai baru.

8 Dengan demikian, metode pembelajaran adalah cara teratur yang digunakan guru untuk mentrasfer ilmu pengetahuan dan membantu anak didik mempelajari suatu kemampuan dan nilai baru. 2. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam yakni upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang (Muhaimin, 2001: 30). Pendidikan Agama Islam adalah proses pentransferan ilmu pengetahuan umum dan agama yang dilandasi dengan nilai-nilai akhlak dalam rangka menumbuh kembangkan potensi dasar manusia (jasmani, ruh dan akal) yang terdapat dalam dirinya, guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan Akhirat (Azmi, 2006: 24). Adapun pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dimaksud dalam skripsi ini adalah macam-macam bidang studi agama yang diajarkan di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta, antara lain: Al-Qur an, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh dan Hadharah, serta Al-Hadits, khusus untuk SMPLB C kelas 3. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan anak didik agar meyakini, memahami dan mengamalkan agama Islam melalui bimbingan dan pengajaran. 3. Anak Tuna Grahita Nevid, Rathus dan Greene (2005: 149) mendefinisikan tuna grahita yaitu keterlambatan yang mencakup rentang yang luas dalam

9 perkembangan fungsi kognitif dan sosial. Aeni (2004: 105) mendefinisikan, tuna g rahita adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual atau IQ dan keterampilan penyesuaian di bawah rata-rata teman seusianya. Anak tuna grahita adalah anak yang memiliki kecerdasan jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Oleh karena itu, anak tuna grahita membutuhkan pendidikan secara khusus, yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut. 4. SLB-C YPSLB Kerten Surakarta SLB adalah Sekolah Luar Biasa, yaitu lembaga pendidikan yang dirancang untuk anak yang berkelainan, yang mempunyai cacat tuna atau tidak normal. SLB bagian C untuk anak dengan keterbelakangan mental (retardasi mental/tuna grahita). Berdasarkan kemampuan intelegensi anak, maka SLB-C Kerten Surakarta dibedakan atas: a. SLB-C bagian C: mampu didik dengan IQ 50-55 sampai sekitar 70. b. SLB-C bagian C 1 : mampu latih dengan IQ 35-40 sampai 50-55. Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa (YPSLB) adalah suatu badan atau yayasan yang mengelola pendidikan luar biasa yang sifatnya swasta, juga sebagai nama dari yayasan tersebut. 5. SMPLB-C YPSLB Kerten Surakarta SMPLB adalah Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa yaitu lembaga pendidikan tingkat SMPLB yang dirancang untuk anak yang

10 mengalami retardasi mental. Adapun tingkatan retardasi yang dialami anak di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta terdiri dari dua tingkatan, yaitu retardasi mental ringan dan retardasi mental berat. Berpijak pada pengertian istilah-istilah di atas, selanjutnya dapat ditegaskan bahwa maksud judul penelitian ini adalah cara ataupun proses pembelajaran agama Islam di sekolah khusus, guru sebagai pendidik yang memberikan pengajaran dan latihan kepada peserta didik sehingga diharapkan anak penyandang tuna grahita memahami tentang iman, taqwa, sehingga dapat berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan penegasan istilah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB-C YPSLB Kerten Surakarta? 2. Apa faktor pendukung dan kendala metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan: a. Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita. b. Faktor pendukung dan kendala metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita.

11 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah: a. Secara teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah keilmuan terutama dalam ilmu pendidikan dan pengajaran Pendidikan Agama Islam, lebih khusus lagi bagi anak penyandang cacat yang memiliki intelegensi di bawah rata-rata. b. Secara praktis: Dapat dijadikan masukan, sumbangan pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan dan pembinaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa baik di SMPLB C Kerten Surakarta maupun SMPLB C lainnya. E. Kajian Pustaka Sebelum penelitian ini dilakukan memang sudah ada penelitian sejenis, akan tetapi dalam hal tertentu penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan. Berikut ini beberapa penelitian sebelumnya yang dapat penulis dokumentasikan sebagai kajian pustaka: 1. Kartini Kartono (2000) dalam bukunya Hygiene Mental, mengungkapkan bahwa pribadi normal dengan mental yang sehat akan bertingkah laku adekuat (serasi, tepat) dan bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya; sikap hidupnya sesuai dengan norma dan pola hidup kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan. Pribadi abnormal pada umumnya dihinggapi gangguan

12 mental, baik yang tunggal ataupun yang ganda dengan kelainan-kelainan atau abnormalitas pada mentalnya; selalu diliputi oleh banyak konflik batin, jiwanya miskin atau tidak stabil, tidak punya perhatian pada dunia sekitar, terpisah hidupnya dari masyarakat, dan selalu merasa gelisah dan takut. Biasanya mereka juga sakit-sakitan. 2. Syamsu Yusuf (2004) dalam bukunya Mental Hygiene (Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan Agama), mengungkapkan bahwa, agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau pengembangan mental (rohani) yang sehat. Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai mentalnya yang sehat, agama berfungsi sebagai berikut: memelihara fitrah, memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara keturunan. 3. Tutik Munawaroh (2009) dalam skripsinya yang berjudul Problematika Belajar Pendidikan Agama Islam pada Anak Penyandang Tuna Grahita (SLB B/C YPPLB Ngawi Kabupaten Ngawi), mengemukakan bahwa problematika yang dialami oleh siswa SDLB YPPLB Ngawi adalah penyesuaian materi, perbedaan kemampuan dan pemahaman, titik kejenuhan, hiperaktif, komunikasi, kurangnya dukungan dari orang tua, dan metode yang digunakan oleh guru kurang bisa diterima oleh siswa. Solusi untuk mengatasi problem belajar tersebut adalah mengadakan les, klasifikasi, relaksasi, pengarahan, dan melakukan pendekatan.

13 Dari tiga hasil penelitian di atas tampaknya belum ada yang meneliti tentang Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tuna Grahita (Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama bagian C Yayasan Pembina Sekolah Luar Biasa Kerten Surakarta). Dengan demikian, masalah yang diangkat dalam penelitian ini memenuhi unsur kebaruan. F. Metode Penelitian Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010: 3). Untuk melakukan penelitian ini diperlukan metode penelitian yang tersusun secara sistematis, dengan tujuan agar data yang diperoleh valid, sehingga penelitian layak untuk diuji kebenarannya. 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Ditinjau dari objeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan, karena data-data yang diperlukan untuk menyusun karya ilmiah ini diperoleh dari lapangan yaitu di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta. Dalam hal ini objek yang diteliti adalah metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita dan faktor pendukung serta penghambat pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta. Penelitian lapangan ini bersifat kualitatif, Menurut Herdiansyah (2010: 9), penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang

14 diteliti. Dalam penelitian ini yang diungkapkan adalah masalah yang terjadi di lokasi, yaitu di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta. Adapun pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif adalah pendekatan yang diarahkan untuk memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya hasil penelitian (Riduwan, 2010: 65). 2. Subjek dan Tempat Penelitian Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru Pendidikan Agama Islam di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta. Sedangkan yang menjadi tempat penelitian adalah di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu: a. Observasi Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan 2010: 30). Metode ini akan digunakan penulis untuk mengamati dan mencatat mengenai letak geografis, dan metode yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta.

15 b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua orang pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban itu (Moleong, 2007: 186). Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pendanaan, lingkungan sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, situasi dan kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, serta faktor pendukung dan penghambat pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta. c. Dokumentasi Arikunto (2010: 274) mendefinisikan dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal/variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Metode ini digunakan penulis untuk menggali data tentang sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, sarana dan prasarana, keunggulan, tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, jadwal Pendidikan Agama Islam, materi Pendidikan Agama Islam, dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta. 4. Metode Analisis Data Analisis data menurut Patton (di dalam Moleong, 2011: 280) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Metode penarikan

16 kesimpulannya menggunakan cara berpikir induktif yaitu cara berpikir untuk mengambil kesimpulan yang berangkat dari masalah yang sifatnya khusus ke masalah-masalah yang sifatnya umum (Hadi, 2006: 47) Proses analisis data, baik ketika mengumpulkan data maupun setelah pengumpulan data dilakukan melalui langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Miles & Huberman 1992 (dalam Patilima, 2005: 100), sebagai berikut: a. Pada waktu pengumpulan data, peneliti melakukan studi pre-elimenery yang berfungsi untuk verifikasi dan pembuktian awal bahwa fenomena yang diteliti itu benar-benar ada. b. Reduksi data, peneliti mengubah hasil dari wawancara, observasi dan hasil studi dokumentasi menjadi bentuk tulisan (script) sesuai dengan formatnya masing-masing. c. Display data, peneliti mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks. Kesimpulan atau verifikasi merupakan tahap terakhir dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model interaktif. G. Sistematika Penulisan Skripsi Pembahasan skripsi ini terbagi menjadi lima bab, yang terbagi dalam sub-sub bab, yaitu: BAB I Pendahuluan, yang meliputi: Latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II Kajian Teoritik Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tuna Grahita, yang isinya tentang: metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam, karakteristik anak tuna grahita, metode pembelajara Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita dan faktor

17 pendukung serta kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita. BAB III Gambaran Umum Sekolah dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tuna grahita di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta yang terdiri dari: A. Gambaran umum sekolah SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta yang terdiri atas: sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, pendanaan, sarana dan prasarana, keunggulan dan lingkungan sekolah. B. Data tentang metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita di SMPLB C YPSLB Kerten Surakarta yang terdiri dari dua unsur, yaitu pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, yang berisi tentang: tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, materi Pendidikan Agama Islam, jadwal Pendidikan Agama Islam, guru Pendidikan Agama Islam, siswa SMPLB kelas VII-IX, metode Pendidikan Agama Islam, evaluasi pembelajran Pendidikan Agama Islam; dan faktor pendukung serta kendala metodepembelajaran Pendidikan Agama Islam. BAB IV Analisis Data, meliputi: Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan faktor pendukung serta penghambat pembelajaran Pendidikan Agama Islam. BAB V Penutup, yang meliputi: kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.