BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa fungsi yang sangat penting. Fungsi-fungsi tersebut antara lain

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan dan keamanan; b. Fungsi alokasi, yaitu fungsi pemerintah sebagai penyedia barang publik,

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu negara yang menerapkan tarif pajak yang

I. Pendahuluan. II. Penyesuaian Besarnya PTKP

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

BAB I PENDAHULUAN. menerus dikeluarkan oleh pemerintah demi tercipta kesejahteraan rakyatnya. Pendapatan

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana. Meitri Megawati DA03

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

3 Tipe Perhitungan Pajak Penghasilan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

PJ.091/PPh/S/004/ TINDAK LANJUT AMNESTI PAJAK

Sebagai salah satu negara yang berkembang, Indonesia pasti sedang gencargencarnya. melaksanakan pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat yang

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

BAB 3 GAMBARAN UMUM SEJARAH BESARAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (TAHUN )

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap adalah:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat

I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB I PENDAHULUAN. fungsi, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend. Fungsi budgetair berarti

PENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sesuai dengan yang kita ketahui bahwa penerimaan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. dukungan dana terutama yang berasal dari penerimaan dalam negeri. dari sektor pajak disajikan pada Tabel I di bawah ini:

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sudah sering mengalami

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung. berhubungan dengan teori teori keahlian yang diterima di bangku

PT. Munirah adalah PKP yang bergerak di bidang penjualan elektronik di Makassar. Selama bulan Juli 2014 melakukan transaksi sebagai berikut :

Ruang Lingkup Jasa Konstruksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-32/PJ/2009 TANGGAL : 25 MEI 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang nomor 16 tahun 2009

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAGIAN PERTAMA: PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21. I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

Surat Keterangan Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 486/KMK.03/2003 TENTANG

BAB XXI AKUNTANSI PERPAJAKAN

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

KULIAH PERPAJAKAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Oleh : Mustofa, S.Pd., M.Sc. Dosen Pendidikan Ekonomi FE UNY. PPh UMUM 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012

Pertemuan 3 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + P)

Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015

Penghitungan PPh Akhir Tahun

Dasar-dasar Studi Kasus Perpajakan

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

b. Bagi WP badan, tarif PPh yang semula terdiri dari 3 lapisan, yaitu 10%, 15% dan 30% menjadi tarif tunggal 28% di tahun 2009 dan 25% tahun 2010.

EVALUASI MEKANISME PERHITUNGAN, PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) 21 PADA KOPERASI JASA MARGA BAKTI 5

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pos peerimaan terbesar, seperti halnya Indonesia. Menurut Rochmat

Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak

S-1081/PJ.313/2005 PENGENAAN TARIF ATAS JASA KONSTRUKSI (SE- 13/PJ.42/2002)

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi negara maju. Memiliki penduduk yang termasuk padat tidak

Contoh perhitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS dan Para Pensiunan.

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

Judul : Evaluasi Kewajiban Perpajakan Pasal 21 PT ABC Studi Kasus di Kantor Sopindo Consulting Nama : Juniar Tigva Boru NIM : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan melalui iuran wajib dari warga negaranya yang disebut pajak.

PENERAPAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pasal 21 Pada PT. XYZ. : Dedi Sudjana NPM : Dosen Pembimbing : Riyanti SE., MM.

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor khususnya pada sektor perekonomian. Baru baru ini juga terjadi

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. 1. Bagian-bagian dalam proses perhitungan pajak penghasilan PPh

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)...

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan infrastruktur, program pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, disusun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2009; 1) PPh yang dipotong dari penghasilan karyawan (PPh Pasal 21), baik karyawan tetap maupun karyawan tidak tetap, ataupun bukan pegawai (seperti dokter, konsultan dan profesional lainnya) selama ini memang menjadi salah satu idola dalam penerimaan pajak. Menjadi idola maksudnya adalah sumbangsihnya cukup besar bagi penerimaan pajak di Indonesia. Secara konstruksi hukum, ketentuan pemotongan PPh Pasal 21 memang sudah cukup kuat dan tingkat kepatuhan pemotongannya sudah relatif bagus, sehingga pembayaran pajak dari sektor ini memberi kontribusi yang cukup besar. PTKP merupakan pengurang penghasilan neto karyawan untuk menentukan berapa sebenarnya penghasilan kena pajak (PKP) karyawan tersebut. Semakin besar PTKP, semakin kecil PKP-nya. Sebaliknya, semakin kecil PTKP, semakin kecil PKPnya. Perbandingan besarnya PTKP yang sebelumnya dengan yang saat ini berlaku adalah: 1

2 Tabel 1.1 Perbandingan Besarnya PTKP Tahun 2014 dan 2015 PTKP Sebelumnya Sekarang Wajib Pajak Orang Pribadi Rp24.300.000,00 Rp36.000.000,00 Tambahan untuk WP kawin Rp2.025.000,00 Rp3.000.000,00 Tambahan untuk tanggungan Rp2.025.000,00 Rp3.000.000,00 Tambahan apabila penghasilan istri digabung Rp24.300.000,00 Rp36.000.000,00 dengan suami Sumber : http://www.pajak.go.id Meskipun diundangkan pada tanggal 29 Juni 2015, Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 122/PMK.010/2015 tersebut mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2015 sehingga akan menimbulkan konsekuensi sebagai berikut: 1. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang untuk Masa Pajak Juli s.d. Desember 2015 dihitung dengan menggunakan PTKP baru. 2. SPT Masa PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Januari s.d. Juni 2015 yang telah dilaporkan dengan menggunakan PTKP lama, harus dilakukan pembetulan dengan menggunakan PTKP baru.

3 Dalam hal terdapat kelebihan setor akibat pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari s.d. Juni 2015, dan agar manfaat kenaikan PTKP tersebut dapat langsung dirasakan oleh masyarakat luas maka pemberi kerja dapat mengkompensasikan kelebihan setor tersebut terhadap SPT PPh Pasal 21 Masa Pajak Juli s.d. Desember 2015. ( http://www.pajak.go.id, diakses pada tanggal 3 Desember 2015) Dengan kenaikan PTKP menjadi Rp 3 juta sebulan atau Rp 36 juta setahun, maka karyawan yang penghasilan netonya di bawah Rp 36 juta setahun atau di bawah Rp 3 juta sebulan tidak akan dipotong PPh Pasal 21. Secara lengkap PTKP dapat disajikan dalam tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2 Sejarah Perubahan PTKP Menurut Dasar Hukumnya (dalam ribuan rupiah) Dsr UU UU UU KMK PMK UU PMK PMK Hkm 7/1983 10/1994 17/2000 564/2004 137/2005 36/2008 162/2012 010/2015 TK/0 960 1.728 2.880 12.000 13.200 15.840 24.300 36.000 TK/1 1.440 2.592 4.320 13.200 14.400 17.160 26.325 39.000 TK/2 1.920 3.456 5.760 14.400 15.600 18.480 28.350 42.000

4 TK/3 2.400 4.320 7.200 15.600 16.800 19.800 30.375 45.000 K/0 1.440 2.592 4.320 13.200 14.400 17.160 26.325 39.000 K/1 1.920 3.456 5.760 14.400 15.600 18.480 28.350 42.000 K/2 2.400 4.320 7.200 15.600 16.800 19.800 30.375 45.000 K/3 2.880 5.184 8.640 16.800 18.000 21.120 32.400 48.000 K/I/0 2.400 4.320 11.520 25.200 27.600 33.000 50.625 75.000 K/I/1 2.880 5.184 12.960 26.400 28.800 34.320 52.650 78.000 K/I/2 3.360 6.048 14.400 27.600 30.000 35.640 54.675 81.000 K/I/3 3.840 6.912 15.840 28.800 31.200 36.960 56.700 84.000 Sumber : http://nasikhudinisme.com Kenaikan PTKP sedikit banyak berpengaruh terhadap penerimaan pajak, entah itu negatif maupun positif. Kenaikan PTKP akan berpengaruh negatif terhadap penerimaan PPh Pasal 21, karena jumlah Wajib Pajak yang penghasilannya dipotong PPh Pasal 21 berkurang. Di sisi lain, kenaikan PTKP akan memberikan pengaruh positif terhadap penerimaan PPN maupun pajak lainnya (misalnya PPh Pasal 4 ayat (2)) karena adanya peningkatan daya beli, daya investasi dan daya simpan masyarakat.

5 Potential Loss PPh Pasal 21 dapat dihitung dari selisih kenaikan PTKP yang ada, dihitung dengan kondisi yang sama atas penerimaan pajak tahun lalu. Dengan data yang ada DJP dapat menghitung potential loss PPh Pasal 21 dengan cara berikut ini. Angka-angka yang tertera dalam perhitungan hanya sebagai simulasi, bukan angka yang sebenarnya. Tabel 1.3 Perhitungan Potensial Loss PPh Pasal 21 (dalam ribuan rupiah) Status WP PTKP Baru PTKP Lama Selisih Jml WP Lapis I Jml WP Lapis II Jml WP Lapis III Jml WP Lapis IV Pot. Loss PPh Pasal 21*) (1) (2) (3) (4=2-3) (5) (6) (7) (8) (9 =*)) TK/0 36.000 24.300 11.700 100 140 80 120 959.400 TK/1 39.000 26.325 12.675 20 80 70 100 766.837,5 TK/2 42.000 28.350 13.650 30 60 60 100 757.575 TK/3 45.000 30.375 14.625 20 40 50 80 636.187,5 K/0 39.000 26.325 12.675 60 10 40 60 411.937,5 K/1 42.000 28.350 13.650 90 240 20 40 784.875 K/2 45.000 30.375 14.625 120 80 10 100 738.562,5 K/3 48.000 32.400 15.600 200 160 8 50 795.600 K/I/0 75.000 50.625 24.375 60 60 4 40 609.375 K/I/1 78.000 52.650 25.350 40 80 6 20 545.025 K/I/2 81.000 54.675 26.325 20 90 2 10 473.850

6 K/I/3 84.000 56.700 27.300 10 50 1 8 290.745 Jml 212.550 770 1.090 351 728 7.769.970 Sumber : http://nasikhudinisme.com Jml WP Lapis I = WP yang menggunakan tarif 5% Jml WP Lapis II = WP yang menggunakan tarif 15% Jml WP Lapis III = WP yang menggunakan tarif 25% Jml WP Lapis IV = WP yang menggunakan tarif 30% *) = (4x5x5%)+(4x6x15%)+(4x7x25%)+(4x8x30%)) Dengan simulasi di atas, potential loss PPh Pasal 21 yang akan terjadi sebesar Rp 7,7 miliar rupiah. Tentu saja angka tersebut tidak merepresentasikan angka yang sebenarnya, saya hanya ingin menunjukan salah satu alternatif cara penghitungannya saja. Angka tersebut diperoleh dengan mengalikan selisih kenaikan PTKP dengan jumlah pegawai per PTKP per tarif pajak, kemudian dijumlahkan untuk memperoleh potential loss yang terjadi. Perhitungan di atas belum memperhitungkan jumlah karyawan tidak ber NPWP yang dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif 20% lebih tinggi. Sementara itu PPh Pasal 21 yang sifatnya final tidak memperhitungkan PTKP. Kenaikan PTKP di sisi yang lain akan mengakibatkan kenaikan daya beli, daya investasi dan daya tabung masyarakat. Selisih kenaikan PTKP yang dikalikan

7 dengan tarif pajak mencerminkan kenaikan daya-daya tersebut. Misalnya karyawan A, dengan PTKP TK/0 memiliki kenaikan daya beli, daya investasi, maupun daya tabung sebesar Rp 11.700.000 (tabel 1.3) x tarif pajak setahun atau sejumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong. Apabila A memutuskan untuk menggunakan uang tersebut dalam rangka konsumsi, maka akan ada potensi PPN yang akan diterima negara. Apabila A memutuskan untuk menginvestasikan uang tersebut (misalnya dalam rangka membangun rumah), akan ada potensi PPN atau PPN Kegiatan Membangun Sendiri. Sementara apabila A memilih untuk menabung, juga akan terdapat potensi PPh Pasal 4 ayat (2) atas bunga tabungan/deposito. Meskipun akan ada banyak catatan atas potensi-potensi tersebut. Potensi-potensi pajak tersebut tidak dapat kita hitung mengingat pertumbuhan ekonomi memiliki multiplier effect salah satunya terhadap penerimaan pajak. Pada Jurnal Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), Sebuah Kebijakan Insentif Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Indonesia oleh Badan Kebijakan Fiskal Pusat Kebijakan Pendapatan Negara memberikan kesimpulan bahwa dalam jangka pendek, pertumbuhan penerimaan Negara dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 orang pribadi dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 akan menurun, penurunan tersebut sifatnya sementara, karena akan diimbangi dengan perkembangan ekonomi, karena dampak multiplier effect konsumsi rumah tangga. Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

8 Pengaruh Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Kasus Pada Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar pengaruh penghasilan tidak kena pajak (PTKP) terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi sebelum mengalami kenaikan. 2. Seberapa besar pengaruh penghasilan tidak kena pajak (PTKP) terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi setelah mengalami kenaikan. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan karya ilmiah sehingga diperoleh informasi mengenai pengaruh penghasilan tidak kena pajak (PTKP) terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai 1. Besarnya pengaruh penghasilan tidak kena pajak (PTKP) terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi sebelum mengalami kenaikan.

9 2. Besarnya pengaruh penghasilan tidak kena pajak (PTKP) terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi setelah mengalami kenaikan. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut di atas, penulis berharap bahwa penelitian ini akan memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu bagi : 1. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Sebagai bahan pertimbangan untuk Direktorat Jenderal Pajak (DJP) serta pemerintah dalam menentukan kebijakan mengenai besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap penerimaan pendapatan pajak. 2. Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan ilmiah yang dipraktikan dalam penelitian bidang ekonomi, dan akuntansi. Sehingga penulis dapat mengaplikasikannya antara teori yang di dapat dengan praktiknya. 3. Peneliti lainnya Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bermanfaat yang dapat dijadikan pedoman atau referensi bagi peneliti lainnya dalam melakukan penelitian sejenis.

10 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk keperluan penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I. Penelitian dilakukan secara langsung ke Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I guna memperoleh data sekunder berupa informasi penerimaan pajak penghasilan orang pribadi yang diterima di Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I. Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2016 sampai April 2016.