PROBLEMATIKA AKTA JAMINAN FIDUSIA (Suatu studi tentang Akta Jaminan Fidusia setelah berlakunya Sistem Pendaftaran Fidusia secara online )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

KEOTENTIKAN AKTA JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DITANDATANGANI DI HADAPAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Notaris sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat terlebih

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. law, zakerheidsstelling, atau zakerheidsrechten 1. Lembaga jaminan diperlukan. kegiatan-kegiatan dalam proyek pembangunan 2.

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017. surat yang dimaksud adalah akte-akte autentik. Kata kunci: Tindak Pidana, Pemalsuan, Akta Autentik.

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat di dalamnya. Menurut Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS. A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

RISALAH LELANG SEBAGAI AKTA OTENTIK PENGGANTI AKTA JUAL BELI DALAM LELANG

ASPEK HUKUM PEMBUKTIAN YANG BERUPA AKTA

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan peningkatan jaminan melalui lembaga-lembaga jaminan yang. hak tanggungan, kredit verban, fidusia, dan gadai.

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA. Menurut S. J. Fockema Andreae, dalam bukunya Rechts geleerd

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA OTENTIK, HAK TANGGUNGAN DAN ROYA. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau

BAB II SEGI HUKUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA

BAB II AKTA NOTARIS DAPAT MENJADI BATAL OLEH SUATU PUTUSAN PENGADILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEABSAHAN PENDAFTARAN FIDUSIA KENDARAAN BERMOTOR SECARA ONLINE OLEH PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE GROUP (PT. FIFGROUP)

AKIBAT PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA YANG DITERBITKAN OLEH KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu perjanjian accsoir yang ada dalam suatu perjanjian kredit.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

FUNGSI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA YANG DIBUBUHI DENGAN CAP JEMPOL SEBAGAI PENGGANTI TANDA TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

AKIBAT HUKUM TERHADAP OBJEK JAMINAN FIDUSIA ATAS KETERLAMBATAN PENDAFTARAN PADA KANTORPENDAFTARAN FIDUSIA HARI JULIO ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

TANGGUNGJAWAB WERDA NOTARIS TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA HERIANTO SINAGA

BAB II. AKTA NOTARIS SEBAGAI AKTA OTENTIK YANG MEMILIKI KESALAHAN MATERIL A. Tinjauan Yuridis Tentang Akta dan Macam-Macam Akta

BAB I PENDAHULUAN. lagi dalam pembuatan akta otentik yang merupakan perbuatan hukum yang

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Asas Publisitas dalam Pendaftaran Fidusia Secara Elektronik

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. umum berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

PENDAFTARAN FIDUSIA DALAM PRAKTEK PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT RAGA JAYATAMA DI BATUBULAN GIANYAR

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

Akibat Hukum Penandatangan Perpanjangan Akta Kuasa Membebankan Hak Tanggungan Yang Dibuat Oleh Notaris Tanpa Menghadirkan Kembali Para Pihak

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017. KEKUATAN PEMBUKTIAN SURAT MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Fernando Kobis 2

Oleh I Made Erwan Kemara A.A.Gede Agung Dharma Kusuma I Ketut Westra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015. AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS DALAM PELANGGARAN PENGGANDAAN AKTA 1 Oleh: Reinaldo Michael Halim 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Kebutuhan akan adanya lembaga jaminan, telah muncul sejak zaman romawi.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammad dan Idrus Al-Kaff, (Jakarta: Lentera, 2007), hal. 635.

PENGAMBILAN FOTO COPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB II PROSEDUR PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

CIPTO SOENARYO ABSTRACT

UNDANG-UNDANG FIDUSIA NO. 42 TAHUN 1999 MEMBAWA PERUBAHAN DALAM PRANATA JAMINAN RABIATUL SYAHRIAH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB II KEDUDUKAN HUKUM ATAS BATASAN TURUNNYA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS BERDASARKAN UUJN NO. 2 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

KEPASTIAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM SISTEM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SECARA ELEKTRONIK PUTU EVI KOMALA DEWI NPM :

Imma Indra Dewi Windajani

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan fidusia yang merupakan salah satu bentuk lembaga jaminan

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN TANDATANGAN PADA DOKUMEN ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM HUKUM ACARA PERDATA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN SUKINO Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Riau

BAB III KERANGKA TEORI. Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Mempunyai sifat sistem terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

Transkripsi:

PROBLEMATIKA AKTA JAMINAN FIDUSIA (Suatu studi tentang Akta Jaminan Fidusia setelah berlakunya Sistem Pendaftaran Fidusia secara online ) R. Suharto Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang Email: r.suhartoo@gmail.com ABSTRACT Fiduciary Deed (AJF) must be authentic. An authentic deed should be made under the Article 1868 of the Civil Code, which one of the requirements must be made by or in the presence of a Notary. AJF regristration is one of the duties that must be performed, which can now be done online. There are several problems in AJF making and regristation. This legal writing is addressed to answer some of the problems exist. The problem studied is on how strength of evidence that the signing fiduciary deed is not done in the presence of Notary law relating to the protection of the parties and whether the certificate of fiduciary deed through online regristration can be legally valid. Key words : authenticity terms of a deedm fiduciary online registration. ABSTRAK Akta Jaminan Fidusia (AJF) harus dibuat dalam bentuk otentik. Sebuah akta otentik harus dibuat berdasarkan Pasal 1868 KUHPerdata, yang salah satu syaratnya adalah harus dibuat oleh dan/atau di hadapan Notaris. Pendaftaran AJF merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan, yang saat ini dapat dilakukan secara online. Ada beberapa permasalahan dalam pembuatan dan pendaftaran AJF. Penulisan hukum ini untuk menjawab beberapa permasalahan. Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana kekuatan pembuktian akta jaminan fidusia yang penandatangannya tidak dilakukan di hadapan Notaris berkaitan dengan perlindungan hukum bagi para pihak dan apakah dengan pendaftaran akta jaminan fidusia secara online sertifikat fidusia dapat dianggap sah menurut hukum. Kata Kunci: akta jaminan, fidusia, pendaftaran on line. A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang berkesinambungan, para pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat, baik perseorangan maupun badan hukum memerlukan dana besar. Seiring dengan meningkatnya pembangunan, meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan, yang sebagian besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperoleh melalui pinjam-meminjam. 1 Dalam kegiatan pinjam-meminjam uang sering dipersyaratkan adanya penyerahan jaminan utang oleh pihak peminjam kepada pihak pemberi pinjaman. Jaminan utang dapat berupa barang 1 Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan, Semarang, BP Undip, 2009, hlm.171. 66

DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017 (benda) sehingga merupakan jaminan kebendaan dan atau berupa janji penanggungan utang sehingga merupakan jaminan perseorangan. Jadi sehubungan dengan jaminan utang, maka kita harus tahu tentang apa itu hukum jaminan yang terdapat dalam peraturan perundangundangan agar pihak-pihak yang berkaitan dengan persyaratan jaminan kredit dapat mengamankan kepentingannya. Menurut Pasal 1754 KUHPerdata, pinjam-meminjam adalah suatu perjanjian tentang mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang membahas karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula. Kebutuhan pendanaan tersebut dapat dilihat dan diperoleh melalui kegiatan perkreditan yang disediakan oleh lembaga keuangan dan lembaga pembiayaan. Perkembangan pembangunan dan perdagangan akan selalu diikuti oleh perkembangan kebutuhan akan kredit, dan pemberian fasilitas kredit akan selalu memerlukan adanya jaminan. Selama ini, kegiatan pinjam-meminjam dengan menggunakan hak tanggungan atau hak jaminan telah diatur dalam UU No. 2 Tahun 1996 tentang Hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Disamping itu hak jaminan yang banyak digunakan adalah Fidusia. Jaminan fidusia telah digunakan di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda sebagai suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi. Dasar hukum jaminan Fidusia yaitu dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Bentuk jaminan ini digunakan secara luas dalam transaksi pinjam-meminjam, karena proses pembebanannya dianggap sederhana, mudah dan cepat, serta adanya kepentingan hukum. Dibuatnya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia ini, dimaksudkan untuk menampung kebutuhan masyarakat mengenai peraturan jaminan fidusia sebagai salah satu sarana untuk membantu kegiatan usaha dan untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan. 2 Perjanjian kredit merupakan perjanjian pokok yang menjadi dasar dari perjanjian ikutannya, perjanjian jaminan fidusia merupakan perjanjian assesoir. Perjanjian assesoir tersebut pada prinsipnya dibuat secara terpisah dengan perjanjian pokoknya. Untuk menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum dari debitor, pengikatan jaminan tersebut tidak hanya dibuat secara tertulis melainkan dibuat secara otentik, akta otentik mana dibuat dengan akta notaris dan/atau PPAT. Akta jaminan fidusia merupakan akta partij, yakni akta yang dibuat di hadapan (ten overstaan) notaris, dalam praktik notaris disebut sebagai akta pihak. Artinya notaris dalam hal ini membacakan dan menyaksikan penandatanganan yang dilakukan di hadapannya. Menghadap dimaksudkan bahwa terhadap akta tersebut dilakukan pembacaan dan penandatanganan di hadapan notaris, sebagai pejabat umum. Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf 1 UUJN bahwa membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan notaris. Arti kata di hadapan dalam ketentuan ini adalah hadirnya seorang notaris secara fisik di hadapan para pihak dan saksi-saksi (penjelasan Pasal 16 ayat (1) huruf 1 UUJN). Dalam hal penandatanganan tersebut di atas ditegaskan kembali dalam Pasal 44 UUJN ayat (1) menentukan bahwa Segera setelah akta dibacakan, akta tersebut ditandatangani oleh setiap penghadap, saksi dan notaris kecuali apabila ada penghadap yang tidak dapat 2 Ibid, hlm. 173. 67

Problematika Akta Jaminan Fidusia (Suatu studi tentang Akta Jaminan Fidusia setelah berlakunya Sistem Pendaftaran Fidusia secara online ) membubuhkan tanda tangannya dengan menyebutkan alasannya. Berdasarkan penelitian pendahuluan, penandatanganan akta yang tidak dilakukan di hadapan notaris dilandasi dengan kebiasaan praktik pengikatan akta yang dilakukan di luar kantor notaris. Pengikatan mana jika terjadi secara bersamaan di tempat yang berbeda, maka notaris tidak akan mungkin berada dalam 1 (satu) tempat yang berbeda pada saat yang bersamaan. Contoh akta yang biasa tidak ditandatangani di hadapan notaris adalah akta jaminan fidusia, sehingga di depan dapat menimbulkan permasalahan hukum, yaitu berkenaan dengan kekuatan pembuktian akta tersebut, apakah akta tersebut tetap dapat dikatakan sebagai akta otentik atau hanya berkekuatan hukum sebagai akta di bawah tangan? Yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan pendaftaran AJF secara online adalah apabila minuta AJF belum dibuat namun pendaftaran terlebih dahulu dilakukan. Hal ini sangat dimungkinkan, mengingat pendaftaran jaminan fidusia hanya cukup dengan menginput data satupersatu ke dalam aplikasi online dan notaris dapat dengan mudah membuatnya dengan mendasarkan pada Perjanjian Kredit bukan pada Akta Jaminan Fidusia (AJF). Akta Jaminan Fidusia (AJF) selain harus dibuat dalam bentuk otentik, akta jaminan fidusia juga wajib didaftarkan. Pendaftaran pun harus dilakukan sesuai yang diatur dalam BAB III Bagian Kedua UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (UUJF). Dalam Pasal 11 ayat (1) UUJF diatur bahwa Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan. Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kemenkumham sebagai institusi yang melaksanakan pendaftaran jaminan fidusia menindaklanjuti sistim fidusia online dengan menerbitkan Surat Edaran Dirjen AHU No. AHU- 06.OT.03.01 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistim Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik (Online System), yang selanjutnya disebut Surat Edaran Dirjen AHU. Untuk informasi lebih detail dapat dilihat dalam halaman resmi Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia di www.ditjenahu.kemenkumham.go.id. Penggunaan sistim online ini dilakukan sebagai pelaksanaan amanat Pasal 14 ayat (1) dan Pasal 16 ayat (2) UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yakni agar pelaksanaannya jadi efektif dan efisien dan memenuhi pula. Pasal 14 ayat (1) UUJF berbunyi : Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada Penerima Fidusia Sertifikat Jaminan Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Pasal 16 ayat (2) UUJF berbunyi : Kantor Pendaftaran Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan perubahan, melakukan pencatatan perubahan tersebut dalam Buku Daftar Fidusia dan menerbitkan Pernyataan Perubahan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Sertifikat Jaminan Fidusia. Dengan adanya sistim online, maka sertifikat jaminan fidusia dapat dicetak dalam waktu tujuh menit. Sistim pendaftaran fidusia secara online telah memangkas waktu pendaftaran menjadi lebih singkat dibandingkan sebelumnya, yang dapat memakan waktu hingga berbulan-bulan akibat sistim administrasi di Kantor Pendaftaran Fidusia yang bersifat manual sehingga pelaksanaannya pun sesuai ketentuan Pasal 16 ayat (2) UUJF tersebut. Yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan pendaftaran AJF secara online adalah apabila minuta AJF belum dibuat namun pendaftaran terlebih dahulu dilakukan. Hal ini sangat dimungkinkan, mengingat pendaftaran jaminan fidusia hanya cukup dengan menginput data satupersatu ke dalam aplikasi online dan notaris dapat dengan mudah membuatnya mendasarkan pada perjanjian kredit bukan akta jaminan fidusia. 68

DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017 2. Metode Penelitian Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif. Pengertian yuridis dimaksudkan di dalam meninjau dan melihat serta menganalisa masalah digunakan prinsip-prinsip dan asas-asas hukum sedangkan pengertian normatif merupakan penelitian hukum yang didasarkan pada penelitian kepustakaan atau penelitian data sekunder yang mencakup asas-asas hukum kaidah-kaidah hukum, peraturan-peraturan perundangundangan. Dengan demikian pendekatan yuridis normatif merupakan pendekatan yang berdasarkan permasalahan yang diteliti berkisar pada peraturan perundangan yaitu hubungan peraturan satu dengan peraturan yang lainnya serta kaitannya dengan penerapannya dalam praktek. 3. Kerangka Teori Hukum pembuktian mengenal adanya alat bukti yang berupa surat sebagai alat bukti tertulis. Surat ialah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian. Surat sebagai alat bukti tertulis dibagi menjadi dua yaitu surat yang merupakan akta dan surat yang bukan akta. Sedangkan akta dibagi lebih lanjut menjadi akta autentik dan akta di bawah tangan. Membuat akta autentik inilah pekerjaan pokok sekaligus wewenang notaris. 3 Sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya dalam bab ini disebut UUJN). Akta sendiri adalah surat sebagai alat bukti yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian. Karena akta tersebut akan berfungsi sebagai alat bukti, setidaknya material yang dipakai untuk menerangkan tulisan tersebut menurut Van Esch haruslah memenuhi beberapa persyaratan diantaranya : 4 a) Ketahanan akan jenis material yang digunakan Hal ini berkaitan dengan diantaranya kewajiban bagi notaris untuk membuat minuta akta dan menyimpan minuta akta yang dibuatnya. b) Ketahanan terhadap pemalsuan Perubahan yang dilakukan terhadap tulisan di atas kertas dapat diketahui dengan kasat mata atau dengan menggunakan cara yang sederhana. Ini berarti bahwa para pihak akan terjamin apabila perbuatan hukum diantara mereka telah dilakukan dengan akta yang menggunakan jenis kertas tertentu. c) Orisinalitas Untuk minuta akta, hanya ada satu kata aslinya, kecuali untuk akta yang dibuat in originally dibuat beberapa rangkap yang semuanya asli. d) Publisitas Untuk hal-hal tertentu pihak ketiga yang berkepentingan dapat dengan mudah melihat akta asli atau minta salinan daripadanya. e) Dapat segera atau mudah dilihat (waarneembaarhei) Data yang terdapat pada kertas dapat dengan segera dilihat tanpa diperlukan tindakan lainnya untuk dapat melihatnya. f) Mudah dipindahkan Kertas dan sejenisnya dapat dengan mudah dipindahkan. Akta autentik diatur dalam Pasal 1868 BW yang menentukan bahwa suatu akta autentik adalah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di 3 Abdul Ghofur Anshori. Lembaga Kementerian Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika, Yogyakarta, UII Pers, 2009, hlm. 17 4 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 217-218. 69

Problematika Akta Jaminan Fidusia (Suatu studi tentang Akta Jaminan Fidusia setelah berlakunya Sistem Pendaftaran Fidusia secara online ) hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta itu dibuatnya. Akta autentik sebagai akta yang dibuat oleh notaris secara teoritis adalah surat atau akta yang sejak semula dengan sengaja secara resmi dibuat untuk pembuktian. Sejak semula dengan sengaja berarti bahwa sejak awal dibuatnya surat ini tujuannya adalah untuk pembuktian di kemudian hari jika terjadi sengketa, sebab surat yang tidak dengan sengaja dibuat sejak awal sebagai alat bukti seperti surat korespondensin biasa. Dikatakan dengan resmi karena tidak dibuat di bawah tangan. Sedangkan secara dogmatis yakni menurut Pasal 1868 BW suatu akta autentik adalah akta yang bentuknya dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai (pejabat) umum (door of ten overstaan van openbaare ambtenaren) yang berkuasa untuk itu (daartoe bevoegd) di tempat akta tersebut dibuatnya. 5 Akta autentik sebagaimana dikemukakan oleh C.A. Kraan didalam desertasinya (De Authentieke Akte) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 6 1) Suatu tulisan dengan sengaja dibuat semata-mata untuk dijadikan bukti atau suatu bukti dari keadaan sebagaimana disebutkan dalam tulisan dibuat dan dinyatakan oleh pejabat yang berwenang. Tulisan tersebut turut ditandatangani atau hanya ditandatangani oleh pejabat yang bersangkutan saja. 2) Suatu tulisan sampai ada bukti sebaliknya dianggap berasal dari pejabat yang berwenang. 3) Ketentuan perundang-undangan yang harus dipenuhi : ketentuan tersebut mengatur tata cara pembuatan sekurang-kurangnya memuat ketentuan-ketentuan mengenai tanggal tempat dibuatnya akta suatu tulisan, nama dan kedudukan/jabatan pejabat yang membuatnya c.q. data dimana diketahui mengenai hal-hal tersebut. 4) Seorang pejabat yang diangkat oleh negara dan mempunyai sifat dan pekerjaan yang mandiri (on partijdigindependence) serta tidak memihak (onpartijdig-impartial) dalam menjalankan jabatannya. Di Indonesia sesuai dengan ketentuan Pasal 1868 KUHPerdata jo. Pasal 15 ayat (1) UUJN. 5) Pernyataan dari fakta atau tindakan yang disebutkan oleh pejabat ada hubungan hukumannya di dalam hukum privat. Syarat suatu akta untuk dapat dikatakan sebagai akta autentik sebagaimana yang ditetapkan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) dan yang sejalan dengan pendapat Philipus M. Hadjon, bahwa syarat akta autentik, yaitu : 7 1. Didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang (bentuknya baku). 2. Dibuat oleh dan di hadapan pejabat umum Dikemukakan pula oleh Irawan Soerodjo, bahwa ada 3 (tiga) unsur esenselia agar terpenuhinya syarat formal suatu akta autentik, yaitu : 8 1. Di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang. 2. Dibuat oleh dan di hadapan pejabat umum. 3. Akta yang dibuat oleh dan di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu dan di tempat di mana akta itu dibuat. B. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses terjadinya jaminan fidusia dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu tahap pembebanan dan tahap pendaftaran jaminan fidusia. Pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam 5 Abdul Ghofur Anshori, Op. cit., hlm. 18. 6 C.A. Kraan dalam Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 214-215. 7 Philipus M. Hadjon, Formulir Pendaftaran Tanah Bukan Akta Autentik, Surabaya Post, 31 Januari 2001. 8 Irawan Soerodjo, Kepastian Hukum Atas Tanah di Indonesia, Surabaya, Arkoa, 2003, hlm. 148. 70

DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017 Bahasa Indonesia dan merupakan akta jaminan fidusia. Tujuan pendaftaran di fidusia adalah melahirkan jaminan fidusia bagi penerima fidusia, memberi kepastian kepada kreditor lain mengenai benda yang telah dibebani jaminan fidusia dan memberikan hak yang didahulukan terhadap kreditor dan untuk memenuhi asas publisitas karena kantor pendaftaran terbuka untuk umum. Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan termasuk juga benda yang dibebani dengan jaminan fidusia berada di luar wilayah negara Republik Indonesia. Bentuk akta autentik ditentukan oleh Undang-Undang, bentuk yang dimaksud diatur dalam Bab VII, Bagian Pertama Pasal 38 UUJN : (1) Setiap Akta terdiri atas : Akta jaminan fidusia adalah salah satu akta yang harus dibuat dalam bentuk autentik sebagaimana yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yang menjelaskan bahwa Pembebanan Benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidusia. Bila ditinjau dari aturan hukum yang berlaku, yakni Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN), akta notaris yang selanjutnya disebut Akta adalah akta autentik yang dibuat oleh atau di hadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang- Undang. Sedamg sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1868 KUHPerdata, akta otentik adalah : 1. Bentuknya ditentukan oleh Undang- Undang 2. Dibuat oleh dan/atau di hadapan notaris 3. Di tempat di mana akta dibuatnya Bentuk akta autentik ditentukan oleh Undang-Undang, bentuk dimaksud diatur dalam Bab VII, Bagian Pertama, Pasal 38 UUJN : (1) Setiap akta terdiri atas : a. awal akta atau kepala akta b. badan akta, dan c. akhir atau penutup akta (2) Awal akta atau kepala akta memuat : a. judul akta b. nomor akta c. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan d. nama lengkap dan tempat kedudukan notaris (3) Badan akta memuat : a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili. b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap. c. isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang berkepentingan, dan d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan dan e. tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal. (4) Akhir atau penutup akta memuat : a. uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf m atau Pasal 16 ayat (7) b. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan akta apabila ada. c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta, dan d. uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa penambahan, pencoretan, atau penggantian serta jumlah perubahannya. 71

Problematika Akta Jaminan Fidusia (Suatu studi tentang Akta Jaminan Fidusia setelah berlakunya Sistem Pendaftaran Fidusia secara online ) (5) Akta Notaris Pengganti, dan Pejabat Sementara Notaris selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), juga memuat nomor dan tanggal penetapan pengangkutan, serta pejabat yang mengangkatnya. Akta autentik harus dibuat oleh dan/atau di hadapan notaris. Apabila ditinjau dari segi pembuatannya, Pasal 1868 KUHPerdata mengenai 2 (dua) bentuk akta autentik, yakni akta yang dibuat oleh notaris yang disebut dengan akta relase (Ambtelijke Akta) dan akta yang dibuat di hadapan notaris yang disebut dengan akta pihak (partij acte). 9 Akta autentik yang dibuat di hadapan notaris (partij acte) mempunyai ciri pokok yang harus dipenuhi, agar pembuatannya mempunyai syarat menjadi akta autentik. 10 1) Pada umumnya bersifat partai Yang datang di hadapan notaris paling tidak terdiri dari dua pihak. Ada debitut dan ada kreditur. Oleh karena pihaknya bersifat partai maka : a) Akta autentik yang dibuat oleh notaris disebut akta pihak, dan b) Isinya disebut persetujuan para pihak. 2) Inisiatif datang dari para pihak Para pihak atas kemauan mereka sendiri, datang ke kantor notaris. Di hadapan notaris kedua belah pihak atau para pihak : a) Memberi atau menyampaikan keterangan sendiri b) Keterangan yang disampaikan dapat berbentuk lisan (oral) atau tulisan (in writing) Para pihak dalam hal ini meminta kepada notaris, agar ketentuan yang mereka sampaikan dituangkan dalam bentuk akta. 3) Notaris bersifat pasif 9 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata : Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Jakarta : Sinar Grafika, 2004, hlm. 570. 10 Ibid, hlm. 572. Pada prinsipnya notaris dalam pembuatan akta partai bersifat pasif melayani para pihak yang menghadap kepadanya. Dia hanya bertugas mencatat atau menuliskan dalam akta apa-apa yang diterangkan para pihak. Tidak berhak mengubah, mengurangi atau menambah apa yang diterangkan para penghadap. Akta autentik harus dibuat oleh atau di hadapan notaris selain itu harus dibuat oleh notaris di tempat dimana akta dibuatnya. Ini berkenaan dengan kewenangan notaris dalam membuat akta. Berdasarkan Pasal 18 UUJN, notaris mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah provinsi dari tempat kedudukannya. Jadi di luar wilayah jabatannya notaris tidak berwenang untuk membuat suatu akta. Dengan ukuran atau batasan sebagaimana tersebut dalam Pasal 1769 KUHPerdata yang menentukan batasan akta notaris yang mempunyai kekuatan pembuktian di bawah tangan dapat terjadi jika tidak memenuhi ketentuan berikut 1) Tidak berwenangnya pejabat umum yang bersangkutan, atau 2) Tidak mempunyai pejabat umum yang bersangkutan, atau 3) Cacat dalam bentuknya, meskipun demikian akta seperti itu tetap mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan jika akta tersebut ditandatangani oleh para pihak. Oleh sebab itu akta Jaminan Fidusia yang tidak ditandatangani dan tidak dibacakan oleh notaris di hadapan para pihak, maka kekuatan akta tersebut berubah menjadi akta di bawah tangan. Pembacaan tersebut wajib dicantumkan pada bagian akhit akta notaris, demikian pula jika notaris tidak membacakan, karena para pihak berkehendak untuk membaca sendiri, maka kehendak para pihak tersebut harus dicantumkan pada bagian akhir notaris. 72

DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017 C. SIMPULAN Akta Jaminan Fidusia merupakan akta partai maka akta notaris tersebut harus memenuhi syarat formil dan syarat material, ketentuan ini harus dipenuhi oleh notaris yang membuat akta autentik. Pelanggaran terhadap ketentuan ini berakibat bahwa akta tersebut menjadi akta di bawah tangan. Jadi apabila terjadi pelanggaran atas penandatanganan, mengakibatkan akta tidak sah dan tidak berkekuatan hukum sempurna sebagai akta autentik, tetapi hanya bernilai sebagai akta di bawah tangan. DAFTAR PUSTAKA Patrik, Purwahid dan Kashadi, 2009 (Hukum Jaminan), Semarang, BP Undip. Anshori, Abdul Ghofur, 2009 (Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika), Yogyakarta, UII Pers. Budiono, Herlien, 2006 (Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia), Bandung, Citra Aditya Bakti. Philipus M. Hadjon, 2001 (Formulir Pendaftaran Tanah Bukan Akta Autentik), Surabaya Post.. Irwan Soerodjo, 2003 (Kepastian Hukum Atas Tanah di Indonesia), Surabaya, Arkoa. M. Yahya Harahap, 2004 (Hukum Acara Perdata : Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan), Jakarta, Sinar Grafika. Salim H.S, 2012 (Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia), Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. G.H.S. Lumban Tobing, 1983 (Peraturan Jabatan Notaris), Jakarta, Erlangga 73