BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

Kata kunci : Ability Grouping, Hasil belajar, Mekanika Teknik

Kata kunci : Ability Grouping, Hasil belajar, Mekanika Teknik

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya,

1 Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret 2,3 Dosen Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suci Eniawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTU LKS TERSTRUKTUR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB II KAJIAN TEORETIS. tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHUUAN. aspek organisasi atau pribadi (Djamarah, 2006). menyertai perubahan tersebut Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIIC SMP N 1 PAJANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian,

Penggunaan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Dasar Mengubah Bentuk Pecahan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai

BAB II LANDASAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

matematika dikarenakan terlalu banyak deretan rumus-rumus yang abstrak dan membosankan. Sebagian besar peserta didik di sekolah menganggap bahwa mata

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VIII SMPN 2 KAWEDANAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sudjana dalam Rusman (2011: 1) belajar pada hakikatnya adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 1 MADIUN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan. pembelajaran (Kokom Komalasari, 2011: 57).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Hal ini menjadi tuntutan dalam dunia

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan juga merupakan suatu proses dalam rangka memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

PENDAHULUAN. membantu manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia di suatu Negara. Oleh karena itu pemerintah berupaya

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB II KAJIAN TEORI. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Citra Yunita dan Khairul Amdani Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

PENERAPAN MODEL ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT DAN SATISFACTION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR JURNAL.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V SD. Afandi Roqit

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembelajaran Matematika dari zaman ke zaman merupakan salah

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Berpendapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Fokus kegiatan pembelajaran di sekolah adalah interaksi pendidik dan siswa

758 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika di SD selalu mengacu kepada kurikulum SD yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang berkembang di masyarakat. Pengembangan kemampuan peserta didik dalam bidang matematika merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan berpikir rasional dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan kekritisan. Matematika berhubungan dengan angka-angka yang sering sekali ditemukan dalam berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, sehingga matematika bukan hanya penguasaan berhitung saja tetapi juga merupakan suatu proses pemantapan logika berpikir yang rasional dan kritis. Soedjadi (1999: 7) mengungkapkan bahwa Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula untuk membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu. Hal itu mengarahkan kepada siswa agar dapatmenjadikanmatematikasebagaikebutuhan. Serta matematika berkaitan dengan pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Guru matematika akan mampu menggunakan matematika untuk membawa siswa menuju tujuan yang ditetapkan apabila telah memahami dengan baik matematika yang akan digunakan sebagai wahana. Apabila pemahaman guru terhadap matematika kurang baik dapat dipastikan bahwa penggunaan matematika sebagai wahana pendidikan juga akan tidak berhasil seperti yang diharapkan. Penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan siswa pada mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar sangat membantu siswa dalam mengoptimalkan kemampuannya untuk jenjang selanjutnya. Beberapa keterampilan pada mata pelajaran matematika yang perlu dimiliki 1

2 siswadiantaranya adalah keterampilan dalam menyelesaikan berbagai macam operasi hitung dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Hasil kajian observasi awal menunjukan bahwa pembelajaran matematika di kelas IV-C SDN Utama Mandiri 1 Kota Cimahi diperoleh gambaran bahwa pada tahun ajaran 2012/2013pencapaian hasil ketuntasan belajar siswa di atas standar KKM yaitu sebanyak 63,33%. Hal ini dikarenakan umumnya pelajaran matematika hampir selalu disajikan secara konvensional dengan keterlibatan siswa yang sangat minim, kurang menarik minat siswa dan membosankan. Guru jarang menggunakan alat peraga atau media pembelajaran matematika serta tidak terbiasa melibatkan siswa dalam melakukan kegiatan diskusi pada pemecahan masalah. Dalam membahas materi matematika tidak terlihat adanya upaya guru untuk mengembangkan kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Selain itu, guru harus mampu mengkonkretkan objek-objek matematika yang abstrak, sehingga pemahaman siswa lebih matang. Hal ini merupakan kunci penting yang harus dimiliki oleh setiap guru matematika. Seperti pada materi operasi hitung pecahan, sebagai pemula siswa yang duduk di kelas tinggi ini merasakan kesulitan untuk menyamakan penyebut yang berbeda, menyederhanakan pecahan yang kebanyakan hasil dari penyederhaan tersebut menjadi pecahan campuran. Hal ini dikhawatirkan siswa sangat sulit untuk menerima materi yang sama tentang operasi hitung pecahan di kelas yang selanjutnya. Karena materi pecahan selain diajarkan di kelas empat juga diajarkan di kelas lima secara lebih rinci. Berdasarkan permasalahan di atas, menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap konsep pecahan masih rendah. Hal ini memerlukan upaya guru dalam proses pengajaran yang inovatif dengan menggunakan model, pendekatan, ataupun strategi yang memadai. Banyak sekali model pembelajaran yang cocok digunakan untuk pembelajaran pecahan salah satunya adalah model pembelajaran cooperative learning. Anita Lie (2000:28) mengemukakan Cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu system pembelajaran yang member kesempatan pada peserta didik untuk bekerjasama dengan peserta didik lain dalam

3 tugas-tugas yang terstruktur. Oleh karena itu, berdasarkan pernyataan di atas, model pembelajaran Cooperative Learning sangat cocok digunakan pada materi operasi hitung pecahan. Dikarenakan banyak siswa yang belum mengerti tentang materi pecahan, siswa akan mengalami peningkatan pemahaman tentang pecahan dengan diperlakukan belajar berkelompok yang saling membatu dan bertukar pikiran satu sama lainnya. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar dapat meningkatkan keaktifan siswa dan mengoptimalkan keterampilan siswa dalam operasi hitung dan pemecahan masalah pada mata pelajaran matematika. Salah satu alternatif model pembelajaran matematika yang diterapkan untuk meningkatkan siswa dalam menerapkan konsep adalah model pembelajaran cooperative learning. Karena model pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam bertukar pikiran dengan kelompoknya serta menanamkan nilai moral yaitu bergotong royong. Dengan demikian, sebagai upaya dalam peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan di kelas IV, peneliti melakukan penelitian dengan judul PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV-C di SDN 1 Utama Mandiri Kota Cimahi) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam penerapan model Cooperative Learningtipe STAD pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung pecahan di SDN Utama Mandiri 1 Kota Cimahi?

4 Agar penelitian ini dapat menjadi lebih terarah maka permasalahan tersebut dijabarkan ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran sebelum melakukan pembelajaran operasi hitung pecahan melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD? 2. Bagaimanakah pelaksanaan dalam melakukan operasi hitung pecahan melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD? 3. Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam melakukan operasi hitung pecahan setelah pembelajaran melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD? C. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatef tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk meneliti melalui PTK. Jika dalam proses pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD di kelas IV-C SDN Utama Mandiri 1 Kota Cimahi, diharapkan nilai hasil belajar dapat meningkat. D. Batasan Masalah Agar penelitian lebih terarah dan tidak terlampau meluas, maka penelitian dibatasi sebagai berikut: 1. Penelitian difokuskan pada siswa kelas IV-C SDN Utama Mandiri I Kelurahan Utama Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. 2. Materi pembelajaran dalam penelitian ini adalah operasi hitung pecahan, yaitu tentang penjumlahan, pengurangan, dan pemecahan masalah dalam pecahan. 3. Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan. Hasil belajar

5 yang dimaksud yaitu hasil belajar dalam ranah kognitif yaitu antara kemampuan pengetahuan hingga aplikasi. 4. Model pembelajaran yang digunakan adalah model Cooperative Learning Tipe STAD (Student Team Achievement Division). E. Tujuan Sesuai dengan rumusan masalah yang telahdiuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD (Student Team Achievement Division) pada materi operasi hitung pecahan. Adapun tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung pecahan. 2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung pecahan. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung pecahan. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Diantaranya sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Beberapa manfaat dari penelitian ini secara teoritis diantaranya: a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mencari alternatif pembelajaran pecahan b. Penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya dalam hal pembelajaran pecahan.

6 c. Guru kelas maupun guru ahli matematika di SD dapat menggunakan model pembelajaran cooperative learning sebagai alternatif lain pada materi operasi hitung pecahan. 2. Manfaat Praktis Selain manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan pengetahuan baru bagi berbagai pihak, khususnya bagi para pihak yang terlibat langsung diantaranya: a. Bagi guru Memiliki referensi strategi pengajaran dalam materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning b. Bagi siswa Meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Meningkatkan keaktifan dan keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat. Mengembangkan kekritisan berpikir siswa. Memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran pecahan. Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan pada siswa. Siswa dapat menyelesaikan permasalahan pecahan dengan menggunakan berkelompok, bekerjasama, dan membantu sesama. c. Bagi sekolah Memiliki inisiatif untuk meng-upgrade pengetahuan tentang model-model pembelajaran dan pendekatan-pendekatan lainnya. Berkolaboratif dan bekerjasama antar guru agar selalu meningkatkan kreativitas dalam mengajar. G. Definisi Operasional 1. HasilBelajar

7 Suprijono (dalam Isjoni, 2009: 6) mengemukakan: Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (penerapan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Agus Suprijono (dalam Cooperative Learning 2009: 6) 2. Model Pembelajaran Cooperative Learning Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2007: 12) Cooperative learning adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. 3. Pecahan Negoro danharahap (Ensiklopedia Matematika, 1998: 248) mengemukakan bahwa Pecahan adalah bilangan yang mengguanakan bagian dari suatu keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, atau bagian dari suatu himpunan. 4. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Soedjadi (2000: 37) mengemukakan: Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK. Hal tersebut menunjukkan bahwa matematika di sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu karena memiliki perbedaan penyajian, pola pikir, keterbatasan semesta, dan tingkat keabstrakan. Pernyataan di atas mengarah bahwa matematika yang sudah ditetapkan di Sekolah Dasar adalah yang telah disesuaikan dengan pola pikir dan kemampuan mengabstrakkan yang konkrit. Namun matematika di Sekolah Dasar juga harus

8 tetap dikembangkan mengikuti tekhnologi yang berkembang. Oleh karena itu, pendidikan matematika di SD sangat berperan penting dalam nilai-nilai kehidupan. Karena matematika merupakan suatu hal yang penting. Losaries (dalam Soedjadi, 2000) menyatakan bahwa Pembelajaran matematika di SD merupakan salah satu kajian yang selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat anak dan hakikat matamatika. Untuk itu diperlukan adanya jembatan yang menetralisir perbedaan tersebut. H. Metode Penelitian Menurut Ebbut (dalam Wiriaatmadja, 2005: 12) mengungkapkan: Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berarti kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakantindakan tersebut.