Daerah Urban / Perkotaan. Daerah Urban / Perkotaan. Pendahuluan. Interaksi aktivitas manusia dengan siklus hidrologi alamiah.

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

Drainase Perkotaan. Pendahuluan

BANJIR DAN MASALAH BANJIR

4/12/2009 DEFINISI BANJIR (FLOOD) BANJIR/FLOOD. MASALAH BANJIR Flood problem

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

RC TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

4/12/2009. Water Related Problems?

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

KOLAM RETENSI SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALI BANJIR Evy Harmani, M. Soemantoro. Program Studi Teknik Sipil Universitas Dr.

Drainase P e r kotaa n

PERTEMUAN 10 LIMPASAN

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

Tata cara Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

Pengelolaan Air Limbah Domestik

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

Drainase Berkelanjutan (Sustainable Urban Drainage)

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI LAYANAN SANITASI DI RUSUNAWA SEMANGGI KOTA SURAKARTA

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. Small Bore Sewer (Sistem Riol Ukuran Kecil)

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Surface Runoff Flow Kuliah -3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB III LANDASAN TEORI

REKAYASA HIDROLOGI II

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

SISTEM DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN (EKO-DRAINASE) UNTUK MENDUKUNG SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan

BAB I PENDAHULUAN. dan mencari nafkah di Jakarta. Namun, hampir di setiap awal tahun, ada saja

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. mungkin terdapat kehidupan. Air tidak hanya dibutuhkan untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan dan Infiltrasi dalam suatu DAS. pengangkut bagian-bagian tanah. Di dalam bahasa Inggris dikenal kata run-off

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Limbah domestik merupakan jumlah pencemar terbesar yang masuk ke perairan

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

KONSEP KONSERVASI LAHAN DAN AIR DI DAERAH PUNCAK SEKUNING KELURAHAN LOROK PAKJO PALEMBANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang. bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan

PROSEDUR DALAM METODA RASIONAL

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

MAKALAH REKAYASA DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN

SUMUR RESAPAN AIR HUJAN SEBAGAI WAHANA KONSERVASI AIR

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :

Transkripsi:

Daerah Urban / Perkotaan Penggelontoran Pencemaran SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE MASYARAKAT SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH LINGKUNGAN TL 4001 Rekayasa Lingkungan 2009 Program Studi Teknik Lingkungan ITB Banjir Hujan Daerah Urban / Perkotaan Interaksi aktivitas manusia dengan siklus hidrologi alamiah Gangguan : Pengambilan air wastewater Penutupan tanah dengan permukaan yang kedap air stormwater sistem drainase Pendahuluan o Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah o Air limbah ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang dan sebagainya. o Kualitas air limbah tidak memadai untuk langsung dibuang ke lingkungan, oleh karena itu harus dikumpulkan dan dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL)

Pendahuluan (2) Air hujan yang jatuh sebagian masuk ke dalam tanah dan yang lainnya mengalir dipermukaan tanah (surface runoff) Q Surface runoff dapat langsung masuk ke sungai atau danau, tetapi dapat juga terperangkap di tempat tertentu sehingga dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk atau serangga lain yang dapat menganggu kesehatan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan sistem pengumpul air hujan untuk mengalirkan ke tempat yang sesuai. t Keadaan di Indonesia Di Indonesia hanya sebagian penduduk dilayani oleh sistem pengumpul air limbah. Untuk melayani seluruh penduduk harus dibangun sistem dengan biaya yang sangat mahal. Kota yang memiliki sistem pengumpul adalah: Bandung, Medan, Cirebon, Surakarta, Yogya, dan Jakarta Kota lainnya menggunakan sistem individu : septic tank yang dapat mencemari lingkungan Sistem pengumpul air hujan biasanya dibangun bersamaan pembangunan jalan Sampai saat ini masih banyak Kota menangani drainase dengan paradigma lama yaitu mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run-off) secepat-cepatnya ke penerima air/badan air terdekat. Penanganan masih bersifat teknis belum pempertimbangkan faktor lingkungan, sosial-ekonomi dan budaya, serta kesehatan lingkungan. Kedua sistem memerlukan biaya pemeliharaan yang besar Sistem Penyaluran (Pembuangan) Air Limbah Ada 2 (dua) tipe sistem penyaluran (pembuangan) air limbah: Sistem Terpisah Sistem Penyaluran Air Limbah Sistem Penyaluan Air Hujan Sistem Gabungan

Pendahuluan (3) Sistem penyaluran air limbah : menyalurkan air limbah dari perumahan dan fasilitas umum, ada juga yang digabung dengan air limbah industri Sistem drainase membawa air limpasan dari hujan yang jatuh di atap gedung, jalan, dan permukaan lainnya. Sistem gabungan membawa kedua jenis air tersebut dalam satu sistem Sumber : deltrac.org/stormwater/image (diakses Tanggal 26 Februari 2009) Pemilihan Sistem Alasan utama penggunaan sistem terpisah : Air limbah biasanya dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah untuk diperbaiki kualitasnya sebelum dibuang ke sungai/laut Sistem Terpisah Umumnya direncanakan untuk melayani aliran maksimum Jika hujan turun, sistem gabungan akan menerima aliran 50x aliran normal Hal ini berarti instalasi pengolahan harus direncanakan dengan ukuran yang berlebihan atau air limbah akan meluap dari sistemnya dan masuk ke sungai/kali Sumber : www.ci.springfield.or.us (diakses Tanggal 26 Februari 2009)

Pengelolaan Limbah Domestik Dalam pengelolaan limbah domestik dikenal sistem pengolahan terpusat (off site sanitation) dan sistem pengolahan setempat (on site sanitation) Penempatan Pengolahan Air Limbah 1. Sistem off site : sistem dimana air limbah disalurkan melalui sewer (saluran pengumpul air limbah) lalu kemudian masuk ke instalasi pengolahan terpusat menggunakan salah satu dari jenis pengolahan yang telah diterangkan sebelumnya Sistem on site : sistem dimana penghasil limbah mengolah air limbahnya secara individu, misalkan dengan menggunakan tangki septik Komponen On-site Sanitation Sanitasi Setempat

Cubluk Kembar Komponen On-site Sanitation (2) Jarak Sumber Air dan Kakus Sumber : www.abeeseptic.com (diakses tanggal 15 Februari 2009) One-Compartment Septic Tank Two-Compartment Septic Tank Sumber : www.title5v.com (diakses tanggal 15 Februari 2009) Sumber : www.abeeseptic.com (diakses tanggal 15 Februari 2009)

Bidang resapan Sistem Penyaluran Air Buangan (offsite system) Sumber : www.co.thurston.wa.us (diakses tanggal 15 Februari 2009) Konfigurasi Sistem Sistem jaringan pengumpul air limbah dan air hujan ada 5 (lima) pola. A. Pola Zone, pola ini dapat digunakan untuk sistem gabungan. Pola ini membagi daerah pelayanan menjadi 3 (tiga) zone : tinggi, sedang dan rendah. Air yang terkumpulkan dialirkan ke IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Pada saat terjadi hujan besar, air yang meluap langsung dibuang ke sungai melalui interseptor. Untuk melayani daerah rendah dugunakan stasiun pompa. p Konfigurasi Sistem (2) B. Pola Interseptor, dapat digunakan untuk sistem gabungan. Pola ini membagi daerah pelayanan dalam beberapa wilayah (district), masing-masing wilayah dilayani satu interseptor.

Konfigurasi Sistem (3) C. Pola Tegak Lurus, dapat digunakan untuk sistem air hujan atau sistem gabungan. Pola ini menggunakan lebih dari satu pipa utama. Pada sistem ini air hujan langsung dibuang ke sungai. Konfigurasi Sistem (4) D. Pola Kipas, biasanya digunakan untuk sistem air limbah. Pada pola ini pipa utama (main trunk) hanya satu. Konfigurasi Sistem (5) E. Pola Radial, digunakan untuk sistem air limbah atau gabungan. Pada pola ini digunakan jika tidak mungkin mengumpulkan air limbah pada satu lokasi dan daerah pelayanan berada pada daerah berbukit. Faktor Penting Perancangan Sistem Umum Penentuan daerah yang akan dilayani Pengamatan topografi Lokasi sungai dan IPAL Penentuan konfigurasi jaringan Terpisah Gabungan Sistem penyaluran air limbah Jumlah populasi Pelayanan air limbah domestik dan industri Kuantitas air limbah Kriteria perencanaan Kecepatan minimum air dalam pipa (prinsip saluran terbuka) Jarak Manhole Umumnya air limbah domestik diperhitungkan dari 80% air minum yang digunakan

Langkah Perancangan Skenario Penyaluran Air Buangan Domestik Penyaluran Air Limbah Asumsi 1 (satu) unit rumah dengan penghuni 5 (lima) orang Pemakaian air 150 liter/orang/hari Air limbah : 80% x 5 x 150 l/o/hr = 600 l/rumah/hari Population Equivalent = 600 l/rmh/hr = 0,0069 l/unit/hr Angka selanjutnya digunakan untuk merencanakan dimensi pipa yang diperlukan pada jaringan pengumpul Langkah selanjutnya adalah merencanakan dimensi pipa Lateral, minimum diameter 150 mm Submain Main (pipa utama) diameter bisa mencapai lebih dari 2000 mm Sumber : www.infoindonesia.files.wordpress.com (diakses tanggal 15 Februari 2009) Skenario Penyaluran Air Buangan Domestik (2) Sistem Penyaluran Air Hujan (Drainase) Sumber : www.infoindonesia.files.wordpress.com (diakses tanggal 15 Februari 2009)

Banjir Menurut Kamus International Commission on Irrigation and Drainage (ICID), banjir (flood) adalah: A Relatively high flow or stage in a river, markedly higher than usual; also the inundation of low land which may result there from. A body of water raising, swelling and overflowing land not usually thus covered DEBIT > 50 TAHUNAN TRADISIONAL OK OK NO PROBLEM DAERAH PENGUASAAN SUNGAI BANJIR SUNGAI BANJIR DAN MASALAH BANJIR M.A.B M.A.N PALUNG SUNGAI Garis Sempadan () ( FLOOD PLAIN ) MODEREN DEBIT/ALIRAN NORMAL KONDISI BANJIR Drainase Perkotaan Storm Sewer System Drainase berasal dari bahasa Inggris drainage, yang memiliki arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Drainase : suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan dan atau lahan sehingga fungsi kawasan tersebut tidak terganggu. (Suripin. 2004). Drainase perkotaan yaitu suatu sistem drainase yang menangani permasalahan kelebihan air di wilayah perkotaan yang meliputi drainase permukaan dan drainase bawah permukaan.

Faktor Penting Perancangan Sistem Sistem Pengumpul Air Hujan Kuantitas air yang akan dialirkan tergantung luas daerah dan curah hujan Air hujan tergantung intensitas hujan, jenis daerah yang akan dilayani Pembagian daerah pelayanan berdasarkan jenis penggunaannya Prinsip alam dalam infiltrasi air hujan masih diharapkan terjadi sehingga ukuran saluran tidak terlalu besar Jenis bahan penutup permukaan tanah menentukan banyaknya air yang mengalir dan masuk ke dalam tanah Kualitas air hujan yang dikumpulkan dari atap rumah dan jalan sudah mengandung bahan pencemar Langkah Perancangan (2) Pengumpul Air Hujan Daerah pelayanan diidentifikasi sebagai sebagai langkah awal Pola jaringan ditentukan Menggunakan rumus rasional : Q = C. A. I dimana : Q : besarnya air hujan yang dikumpulkan (m³/jam) C:koefisien limpasan berdasarkan jenis permukaan (tanpa dimensi) A : luas permukaan wilayah yang akan dikeringkan(m²) I : intensitas hujan (cm/jam) Harga C untuk atap rumah =1,0 ; lapangan rumput = 0,3 dan tempat parkir = 0,9 Kriteria perencanaan : kecepatan air minimum di dalam saluran adalah 1,5 m/s agar pasir dan sampah dapat terbawa. Kiat Drainase Kiat drainase tradisional, yaitu membuang limpasan air hujan secepatnya dengan jalur sependek-pendeknya, yang akan mempercepat datangnya debit puncak aliran dimana banjir akan melanda daerah hilir alirannya. Kiat drainase, seperti halnya kiat penataan lingkungan digolongkan menjadi 2, yaitu (Hardjosuprapto,1998) : Tindakan yang sifatnya biologis-ekologis, diantaranya adalah melestarikan atau menyediakan daerah hijau sebagai daerah retensi dan peresapan air yang optimal. Tindakan yang sifatnya teknologis-higienis, diantaranya dengan prinsip semua daerah hulu, arus limpasan air hujan yang belum membahayakan atau belum mengganggu lingkungan sebisa mungkin dihambat, diresapkan, atau ditampung dalam kolam retensi sebagai sumber daya imbuhan air tanah dan air permukaan. Green Infrastruktur konsep/strategi perencanaan yang tetap mempertahankan proses alamiah ekologi kawasan, konservasi udara, dan sumber air tanpamenimbulkan degradasi sumber-sumber alam dalam jangka panjang dan memberikan kontribusi pada kesehatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat/pemukim.

Eko-Sanitasi (Pengelolaan Air Limbah) Sanitasi ekologis = Recycle TOILET EKOSAN BROWNWATER (Tinja) GREYWATER (Mandi, Cuci) YELLOWWATER (Urine) Rottebehaelter / Tangki Pengomposan Awal PADATAN KOMPOS AIR TERSARING HORIZONTAL PLANTED FILTER URINE HOLDING TANK (Tangki Penampung) URINE STRORAGE TANK (Tangki Penyimpan) PUPUK TANAMAN SUMBER NUTRIENT BAGI TANAMAN

tangki pengomposan awal Fungsi :: menahan padatan :: mengeluarkan cairan dari brownwater Horizontal Planted Filter adalah Wetland Buatan dengan filter aliran Horizontal Wetland buatan adalah sistem pengolahan air buangan yang terdiri dari media/substrat, vegetasi, kehidupan satwa, dan air yang menyerupai lahan basah alami Green Infrastructure (Pengelolaan Air Hujan) Konsep Green Infrastruktur dapat diaplikasikan melalui beberapa infrastruktur drainase yang berbeda dengan infrastruktur konvensional, antara lain : 1. Saluran drainase standar & swales 2. Kolam retensi 3. Sistem bioretensi 4. Parit infiltrasi Rainwater Harvesting

Saluran Standar Saluran Standar (2) Saluran Dengan Perkerasan Saluran Tanpa Perkerasan Dry Swale Dry swale : struktur berupa saluran yang diberi vegetasi serta lapisan filter di dasar saluran untuk mencegah lapisan tanah terbawa oleh aliran air. Karena kondisinya yang hampir Struktur selalu Dry kering, Swale struktur ini baik untuk digunakan di daerah permukiman. Wet Swale Wet Swale : struktur berupa saluran dengan vegetasi pada daerah rawa atau daerah yang memiliki elevasi muka air tanah yang tinggi. Jika mika air Struktur Wet Swale tinggi, struktur ini tergenang oleh air, sedangkan jika muka air rendah struktur ini kering.

Kolam Retensi Kolam Retensi (retention basin) : dikenal juga dengan istilah wet pond atau wet pool, adalah kolam yang digunakan untuk mereduksi kadar polutan yang terbawa oleh air hujan. Kolam Retensi Sistem Bioretensi Sistem Bioretensi : struktur berupa cekungan pada suatu area seperti tempat parkir, perumahan, dan Tipikal Struktur Bioretensi lain-lain yang menerima limpasan air hujan dari sekelilingnya. Air limpasan hujan mengalir menuju area bioretensi mengalami penggenangan di permukaan tanah dan kemudian berangsur-angsur menyerap ke dalam tanah. Sistem Parit Infiltrasi Parit Infiltrasi : struktur berupa parit yang diisi oleh agregat batu sehingga memungkinkan penyerapan limpasan air hujan melalui dinding dan dasar parit. Air limpasan hujan yang tertampung dalam parit ini diharapkan berangsur-angsur akan menyerap ke dalam tanah. Tipikal Struktur Parit Infiltrasi

Sistem Pengendali Banjir Sistem Pengendali Banjir (2) Sistem Pengendali Banjir (3) Sistem Pengendali Banjir (4)

TERIMA KASIH Limpasan (runoff) (2) Limpasan (runoff) Prediksi: 1. Metoda rasional 2. Metoda hidrograf

DAERAH PENGUASAAN SUNGAI TANGGUL BANJIR DEBIT > 50 TAHUNAN DAERAH PENGUASAAN SUNGAI M.A.B M.A.N ( FLOOD PLAIN ) TIDAK LAYAK DAN LEBIH BERBAHAYA ( FLOOD PLAIN ) SUNGAI BANJIR TERBESAR (PMF) TANGGUL BANTARAN BANTARAN SUNGAI 3. MASALAH BANJIR MASALAH BANJIR MAB TANGGUL M.A.B M.A.B MAB M.A.N M.A.N BEBAS BANJIRKAH?? RUMAH PANGGUNG TIDAK DIJAMIN MAS, PALUNG SUNGAI BANTARAN! BANTARAN PALUNG SUNGAI BANTARAN BANTARAN DEBIT/ALIRAN NORMAL TANGGUL (STRUKTUR) TIDAK BISA MENJAMIN TERBEBAS DARI BANJIR DAN GENANGAN SECARA MUTLAK. BANJIR YANG LAYAK DIKENDALIKAN BANJIR TERBESAR (PMF) BANJIR YANG LAYAK DIKENDALIKAN DEBIT/ALIRAN NORMAL BANJIR > DARI YANG DIKENDALIKAN