NAMA : ELNI NIM : :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

SKRIPSI. Oleh Fitria Indriyani NIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

KEGIATAN MENEMPEL BULU AYAM PADA KELOMPOK BERMAIN BUNGA MULIA SLUMBUNG DESA SLUMBUNG KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI SKRIPSI

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Zaenudin As, 2016 UPI Kampus Serang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I1 LANDASAN TEORI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENARIK GARIS DALAM POLA DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA

KOLASE DAPAT MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK B TK KREBET KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. : Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Pemanfaatan Bahan Sisa Kardus Bekas Taman Kanak- Kanak Padang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

Artikel Penelitian. Disusun oleh MAHMUDAH NPM:

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS DAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN ORIGAMI PADA ANAK KELOMPOK B BA AISYIYAH NGALAS II

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA KELOMPOK B DI TK UMMAHAT DDI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

PENINGKATAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK MELALUI PERMAINAN BERHITUNG MENGGUNAKAN PAPAN TELUR DI TK AISYIYAH 7 DURI NOVA ROZI A ABSTRAK

ARTIKEL PENELITIAN. Disusun Oleh : INA SALAMAH NPM :

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MERONCE MELALUI METODE DEMONSTRASI ANAK KELOMPOK B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

JURNAL. Oleh: MUIN DWI ASTUTI NPM P. Dibimbing oleh : 1. DEMA YULIANTO, M.Psi. 2. ANIK LESTARININGRUM, M.Pd.

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI IMITASI DALAM GERAK TARI DI TAMAN KANAK KANAK AL HIKMAH LUBUK BASUNG FIRMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MERONCE DENGAN MEDIA MANIK-MANIK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL BROMO MEDAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Pra Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK PKK KAVAYA MARANA KEC. SINDUE

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

ARTIKEL PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN LEMPAR SUSUN DADU

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

Peningkatan Motorik Halus Melalui Kegiatan Paper Quilling Pada Anak Kelompok B3 Di TK. Darul Falah Cukir Diwek Jombang

MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENGANYAM PADA ANAK MELALUI MEDIA DAUN-DAUNAN PADA KELOMPOK B RA NUR-SALAM JURON NGUTER SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan berbagai kegiatan fisik lainnya. Bermain dapat membebaskan

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa :

KARYA ILMIAH. Oleh : SUSIWATI A1/111186

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENIRU GARIS PADA ANAK KELAS A TK ABA MERBUNG KLATEN SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014

NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK PERTIWI 1

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI SENAM IRAMA DI TAMAN KANAK-KANAK BINA UMMAT PESISIR SELATAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA KELOMPOK B DI TK AL-KHAIRAAT LOLU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN ROLET KATA DI TAMAN KANAK KANAK AISYIYAH KUBANG AGAM

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UNP KEDIRI.

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB II LANDASAN TEORI

KATMINI AR. KOESDYANTHO NIM:

Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini di TK Khasanah Islamic Entrepreneur Preschool

Ni Made Susanti 1 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kemampuan menggambar bentuk geometri masih kurang diminati anak Kelompok B

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO

Transkripsi:

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING DENGAN METODE DEMONSTRASI DI KELOMPOK BERMAIN LEMBAH TERIANG PAGADIH MUDIAK KECAMATAN PALUPUH NAMA : ELNI NIM : 821674475 email : elnaelni@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya kemampuan motorik halus anak di Kelompok Bermain Bintang Lembah Teriang Pagadih Mudiak Kecamatan Palupuh. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggunting Dengan Metode Demonstrasi di KB Lembah Teriang Pagadih Mudiak Kecamatan Palupuh. Subjek penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun dengan jumlah 20 orang. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah melalui observasi dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan dalan dua siklus, Siklus I dilakukan tiga kali pertemuan dan siklus II dilakukan tiga kali pertemuan. Untuk melakukan Siklus I maka peneliti melihat kondisi awal dan setelah Siklus I dilaksanakan, apabila tingkat kemampuan anak masih renah maka dilanjutkan pada Siklus II. Hasil penelitian perbaikan kegiatan pengembangan telah menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan karena sudah Berkembang Sangat Baik (BSB). Perkembangan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menggunting dengn metode demonstrai terlihat dalam data berikut: 1) Ketepatan mengendalikan jari-jemari ketika menggunting, pada kondisi awal 0% kemudian pada siklus I menjadi 35% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 85%. 2) Kerapian menggunting sesuai sesuai pola, pada kondisi awal 0% kemudian pada siklus I menjadi 35% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 85%. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di KB Lembah Teriang Pagadih Mudiak Kecamatan Palupuh maka kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan kegiatan menggunting menggunakan metode demonstrasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Kata kunci : Kemampuan, Motorik Halus, Metode Demonstrasi PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan jasmani dan rohani anak dibagi dalam tiga aspek pengembangan yaitu aspek motorik halus, aspek afektif, aspek psikomotorik anak, dimana aspek motorik halus terdiri dari kemampuan bahasa, daya pikir dan daya cipta yang merupakan komponen terpenting dalam pengembangan akademik anak, sedangkan aspek afektif yang meliputi moral, emosi, sosial, yang akan membentuk sikap perilaku untuk dapat bersosialisasi dalam masyarakat dan kehidupan anak di masa mendatang, dan aspek psikomotorik yang meliputi pengembangan motorik halus dan motorik kasar, untuk menentukan keluwesan anak dalam bergerak dan koordinasi dari unsur-unsur jasmani anak.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB I Pasal 1 Ayat 14 tertulis bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. BAB II Pasal 3 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan keterampilan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini berarti bahwa peletakan proses pendidikan di Kelompok Bermain harus benar dan sesuai dengan karakter pertumbuhan dan perkembangan menuju pertumbuhan optimal. Apabila tidak dikembangkan dengan baik dan benar akan menyebabkan penyimpangan terhadap tumbuh kembang anak dan akan sulit untuk diperbaiki. Hal ini akan merugikan anak dalam menghadapi masa depannya, keluarga dan bangsa. Perkembangan Motorik adalah perkembangan dari unsur pengembangan dan 1 pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik berkembang dengan kematangan syarat dan otot. Perkembangan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik halus adalah gerakan tubuh menggunakan media kertas dalam kegiatan pengembangan. Aktivitas anak dalam keterampilan menggerakan motorik halus dalam perkembangan menganyam dari kreativitas anak masih belum terampil dengan ketidakmaksimalan ini penyebabnya adalah pengelolaan kelas, yaitu penggunaan metode dalam menumbuh kembangkan kreativitas anak dalam meningkatkan keterampilan motorik halusnya. Pendidikan di Kelompok Bermain dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting,

menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Lewat bermain terjadi stimulasi pertumbuhan otot-ototnya ketika anak melompat, melempar, atau berlari. Selain itu anak bermain dengan menggunakan seluruh emosi, perasaan, dan pikiranya. Pendidikan di Kelompok Bermain (KB) dilaksanakan dengan prinsip Bermain sambil belajar, atau belajar seraya bermain. Sesuai dengan perkembangan, oleh sebab itu diharapkan seorang pendidik yang kreatif dan inovatif agar anak bisa merasa senang, tenang, aman dan nyaman selama dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengamatan di KB Lembah Teriang Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, keterampilan motorik halus kelompok umur 4-5 tahun belum begitu berkembang. Beberapa anak menunjukkan keterlambatan dalam keterampilan motorik halusnya terutama menggunting, yang ditandai dengan belum terampilnya anak dalam menggunting. Dari 20 anak tercatat sebanyak 13 anak yang cara memegang guntingnya belum benar dan belum tepat dalam menggunting sesuai garis atau belum mengikuti garis batas. Ada 5 anak yang cepat selesai mengguntingnya sehingga hasilnya masih kurang rapi dan asal-asalan, akan tetapi ada 2 anak yang berhasil mengerjakannya dengan baik dan terampil sehingga hasilnya sesuai harapan. Banyaknya faktor penyebab rendahnya perkembangan motorik halus anak dan adanya keterbatasan dari peneliti berupa terbatasnya waktu maka penelitian ini dibatasi pada aspek metode kegiatan pengembangan yang digunakan guru, maka peneliti melakukan tindakan melalui kegiatan menggunting. 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas rendahnya kemampuan motorik halus anak dapat di identifikasi sebagai berikut : a. Anak masih kaku dalam memegang gunting, cara menggunting anak belum sesuai pola yang diharapkan, dan hasil guntingan anak tidak mengikuti petunjuk guru. b. Anak kurang tertarik melaksanakan kegiatan. c. Anak kurang konsentrasi pada kerjaannya. d. Metode pengembangan motorik halus anak yang digunakan guru kurang sesuai dengan prinsip kegiatan pengembangan anak usia dini e. Media kegiatan pengembangan kurang menarik dalam pengembangan motorik halus anak. f. Kurangnya stimulasi dari orang tua di rumah g. Rendahnya kemampuan motorik halus anak dalam menggunting Diantara masalah yang teridentifikasi di atas maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah pengembangan kemampuan menggunting anak masih kurang.

2. Analisis Masalah Dari masalah di atas peneliti mencoba Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka saya mencoba menganalisis masalah tersebut dengan cara sebagai berikut: 1. Bertanya kepada diri sendiri 1) Apakah kegiatan menggunting yang saya tugaskan sudah sesuai dengan umur anak? 2) Apakah saya sudah mencontohkan terlebih dahulu sebelum kegiatan dimulai? 3) Apakah saya sudah memvariasikan kegiatan tersebut dengan kegiatan yang lain? 4) Apakah saya sudah memberi reward kepada anak? 5) Apakah saya sudah memotifasi anak dalam kegiatan menggunting? 2. Bertanya kepada anak didik 1) Apakah anak tertarik dengan kegiatannya? 2) Apakah anak takut memegang gunting? 3) Apakah kegiatannya tidak menarik? Dari jawaban saya dan dari jawaban anak, maka penulis menduga ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya masalah belum berkembangnya kemampuan motorik halus anak dalam menggunting bebas antara lain: 1. Faktor diri sendiri atau pendidik Saya sebagai pendidik belum memberikan kegiatan yang menyenangkan dalam menggunting. Ini tidak sesuai dengan kebutuhan anak yaitu menggunakan sumber belajar yang menyenangkan, agar anak aktif dalam bermain. Sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak adalah sumber belajar yang sesuai dengan karakteristik anak. 2. Faktor anak didik Anak masih kurang percaya diri karena menganggap menggunting diluar bentuk geometri itu tidak menarik dan tidak menyenangkan seperti kegiatan yang lain. Penyebabnya sama dengan hal diatas yaitu tidak sesuai dengan karakteristik anak yang menyenangkan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah yang harus dipecahkan adalah rendahnya kemampuan menggunting anak. Anak lebih suka setelah kegiatan menggunting mereka menempelkannya. Maka alternatif menyelesaikan masalah rendahnya kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan menggunting bebas dengan metode demonstrasi karena kegiatan ini lebih menyenangkan. 3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah Bertolak dari permasalahan di atas maka pemecahan masalah dari rendahnya kemampuan motorik halus anak adalah menggunting dengan metode demonstrasi di KB Lembah Teriang Pagadih Mudiak Kecamatan Palupuh. Keterampilan motorik halus yang dimaksud dalam penelitian ini pada keterampilan jari jemari dan tangan, serta koordinasi antara mata dan tangan yang memerlukan ketepatan untuk

berhasilnya keterampilan ini. Ketepatan pada keterampilan motorik halus ini terlihat pada ketepatan dalam menggunting sesuai pola. Pada saat anak melakukan kegiatan menggunting mengikuti pola gambar, kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil diperlukan untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. B. Rumusan Masalah Bagaimanakah cara meningkatkan kemampuan motorik halus anak umur 4-5 tahun melalui kegiatan menggunting dengan metode demonstrasi di KB Lembah Teriang Pagadih Mudiak Palupuh? C. Tujuan Penelitian 1. Secara umum Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak umur 4-5 tahun dalam menggunting bebas dengan metode demonstrasi di KB Lembah Teriang Kecamatan Palupuh. 2. Secara khusus Tujuan penelitian ini secara khusus adalah: a. Menjadikan kegiatan menggunting bebas menjadi kegiatan yang lebih menyenangkan bagi anak. b. Meningkatkan kemampuan anak dalam menggunting bebas. D. Manfaat Penelitian Perbaikan Kegiatan pengembangan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait. Adapun manfaat ini dapat ditinjau dari segi teoritis dan praktis. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta dapat dijadikan bahan kajian bagi para pembaca, khususnya untuk mendukung perkembangan anak dalam hal keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting dengan berbagai media serta memberikan gambaran bagaimana peningkatan keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting dengan berbagai media pada anak usia dini. 2. Manfaat Praktis Setelah diadakan penelitian di KB Lembah Teriang Kecamatan Palupuh diharapkan secara praktis dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Bagi pendidik Penelitian ini bermanfaat bagi pendidik sebagai berikut: 1) Menambah pengetahuan dalam menggunakan variasi metode kegiatan pengembangan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus. 2) Meningkatkan keterampilan guru dalam mengembangkan dan melaksanakan

kegiatan pengembangan yang bervariasi. b. Bagi peserta didik Penelitian ini bermanfaat bagi peserta didik sebagai berikut: 1) Meningkatkan keterampilan motorik halus anak. 2) Memperoleh pengalaman langsung mengenai menggunting dengan berbagai media. c. Bagi orang tua Sebagai masukan bagi orang tua dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak sejak anak usia dini. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motorik Halus a. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut pendapat Sujiono (2005: 12.5) Motorik halus adalah gerakan-gerakan tubuh yang melibatkan otot-otot kecil, misalnya otot-otot jari tangan, otot muka dan lain-lain. Gerakan motorik halus, terutama yang melibatkan otot tangan dan jari biasanya membutuhkan kecermatan tinggi, ketekunan dan koordinasi antara mata dan otot kecil. Sedangkan menurut Depdiknas (2007:6) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil. Oleh karena itu gerakan motorik halus tidak terlalu membutuhkan tenaga, akan tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian. b. Tujuan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini Sujiono (2013: 1.14) mengemukakan bahwa semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi. Seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyamkertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Koordinasi antara mata dan tangan dapat dikembangkan melalui kegiatan menggunting, mewarnai, menempel, memalu, merangkai benda dengan benang (meronce), menjiplak bentuk. Pengembangan keterampilan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis serta kemampuan daya lihat anak sehingga dapat melatih kemampuan anak melihat ke arah kiri dan kanan, atas bawah yang penting untuk persiapan membaca awal. Sebagaimana dikemukakan oleh Sumantri (2005: 9) yang menyebutkan bahwa tujuan motorik halus untuk anak usia 4-5 tahun yaitu: 1) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan

keterampilan gerak kedua tangan. 2) Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. 3) Mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari: seperti kesiapan menulis, menggambar dan menggunting, memanipulasi benda. 4) Mampu mengkoordinasi indra mata dan aktivitas tangan dapat dikembangkan melalui kegiatan permainan membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin/adonan, mewarnai, menempel, menggunting, memotong, merangkai benda dengan benang (meronce). 5) Secara khusus tujuan keterampilan motorik halus anak usia (4-6 tahun) adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk pengenalan menulis. c. Fungsi Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini Sumantri (2005: 146) mengemukakan bahwa fungsi dari keterampilan motorik halus yaitu untuk mendukung aspek pengembangan lainnya, seperti motorik halus, bahasa, dan sosial. Kerena setiap aspek perkembangan tidak terpisah antara satu sama lain. Hal ini senada sikemukakan oleh Yudha M. Saputra & Rudyanto (2005: 116) fungsi dari keterampilan motorik halus yaitu: (a) Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan, (b) Sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, (c) Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi. d. Prinsip-prinsip Pengembangan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini Sumantri (2005: 148) mengemukakan bahwa pendekatan pengembangan motorik halus anak usia Kelompok Bermain hendaknya memperhatikan beberapa prinsip-prinsip sebagai berikut: (a) berorientasi pada Kebutuhan Anak, (b) belajar sambil bermain, (c) kreativitas dan Inovatif, (d) Lingkungan Kondusif, (e) tema, (f) mengembangkan keterampilan hidup, (g) menggunakan kegiatan terpadu, (h) kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak. Kegiatan pengembangkan anak usia dini harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah masa yang sedang membutuhkan stimulasi secara tepat untuk mencapai optimalisasi seluruh aspek pengembangan fisik maupun psikis. Dengan demikian, ragam jenis kegiatan kegiatan pengembangan hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak. Upaya stimulasi yang

diberikan pendidik terhadap anak usia (4-6 tahun) hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan pendekatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, dan memanfaatkan obyek-obyek yang dekat denganya sehingga diharapkan kegiatan akan lebih bermakna. e. Karakteristik Keterampilan Motorik Halus Umur 4-5 Tahun Caughlin (Sumantri, 2005: 104) mengemukakan ciri-ciri keterampilan motorik halus berdasarkan kronologi usia: 1) Keterampilan Motorik Halus Umur 4 Tahun a) Membangun menara setinggi 11 kotak. b) Menggambar sesuatu yang berarti bagi anak tersebut dan gambar tersebut dapat dikenali orang lain. c) Mempergunakan gerakan-gerakan jemari dalam permainan jemari. d) Menjiplak gambar kotak. e) Menulis beberapa huruf. f) Memotong sederhana. 2) Keterampilan Motorik Halus Umur 5 Tahun a) Membangun menara setinggi 12 kotak. b) Menggambar orang beserta rambut dan hidung. c) Mewarnai dengan garis-garis. d) Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari. e) Menulis nama depan. f) Menjiplak persegi panjang dan segitiga. g) Memotong bentuk-bentuk sederhana. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri keterampilan motorik halus anak usia 4-5 Tahun di antaranya memotong bentuk-betuk sederhana. 2. Kegiatan Menggunting a. Pengertian Menggunting Menggunting merupakan kegiatan kreatif yang menarik bagi anak-anak. Menggunting termasuk teknik dasar untuk membuat aneka bentuk kerajinan tangan, bentuk hiasan dan gambar dari bahan kertas dengan memakai bantuan alat pemotong. Sumantri (2005: 152) mengemukakan bahwa menggunting adalah memotong berbagai aneka kertas atau bahan-bahan lain dengan mengikuti alur, garis atau bentuk-bentuk tertentu merupakan salah satu kegiatan yang mengembangkan motorik halus anak. Koordinasi mata dan tangan dapat

berkembang melalui kegiatan menggunting. Saat menggunting jari jemari anak akan bergerak mengikuti pola bentuk yang digunting. Jamaris (Sumantri, 2005: 181) mengemukakan bahwa anak yang mengalami kesulitan belajar gerak motorik adalah lemahnya koordinasi gerak visual motorik yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam melakukan koordinasi antara gerak visual (pandangan mata) dan motorik (gerakan tangan, gerakan jari tangan atau kaki) secara serempak dan terarah pada satu tujuan seperti yang dilakukan pada waktu memasukkan benang ke dalam lobang jarum atau pada waktu mewarnai gambar atau menggunting kertas. b. Manfaat Kegiatan Menggunting Sumantri (2005: 157) mengemukakan manfaat kegiatan menggunting untuk mengembangkan keterampilan, melatih koordinasi tangan dan mata, dan konsentrasi yang merupakan persiapan awal atau pengenalan kegiatan menulis. Kegiatan menggunting sangat bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan anak dalam menggerakkan otot-otot tangan dan jari-jari anak. Menggerak-gerakkan gunting, mengikuti alur guntingan kertas merupakan kegiatan yang efektif untuk mengasah kemampuan motorik halus anak. Semua ini bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan otak yang lebih maksimal mengingat di usia ini merupakan masa pertumbuhan otak yang sangat pesat. c. Langkah-langkah Kerja Menggunting Kegiatan menggunting merupakan kegiatan kreatif yang menarik bagi anakanak. Menggunting membutuhkan langkah kerja yang memudahkan anak untuk melakukannya. Secara umum prosedur kerja menggunting menurut Sumanto (2005: 109) adalah sebagai berikut: (a) tahap persiapan, (b) tahap pelaksanaan, (c) tahap penyelesaian. Tahap persiapan, dimulai dengan menentukan bentuk, ukuran dan warna kertas yang digunakan. Juga dipersiapkan bahan pembantu dan alat yang diperlukan sesuai model yang akan dibuat. Menentukan bentuk, ukuran, dan warna kertas yang digunakan dalam menggunting mempengaruhi tingkat kemudahan anak dalam melakukan menggunting. Warna kertas yang digunakan dalam menggunting memiliki warna yang menarik anak. Tahap pelaksanaan, yaitu melakukan pemotongan kertas tahap demi tahap sesuai gambar pola (gambar kerja) dengan rapi sampai selesai baik secara langsung

atau tidak langsung. Menggunting secara langsung yaitu menggunting lembaran kertas dengan alat gunting sesuai bentuk yang dibuat. Cara menggunting tidak langsung yaitu menggunting dengan melalui atau tahapan melipat terlebih dahulu pada lembaran kertas, baru dilakukan pengguntingan sesuai bentuk yang dibuat. Sedangkan, tahap penyelesaian, yaitu menempelkan hasil guntingan diatas bidang gambar. Hasil kegiatan menggunting anak ditempel pada buku hasil karya anak yang nantinya dapat ditunjukkan hasil karya mereka di depan kelas. antaranya: Berikut ini jenis menggunting secara langsung dan tidak langsung di a) Menggunting lurus secara langsung. b) Menggunting lurus secara tidak langsung. 1) Lipatan setengah, kertas dilipat satu kali dibagian tengah (pola setengah) kemudian digunting. 2) Lipatan seperempat, caranya: (a) kertas bujur sangkar dilipat miring, (b) hasil lipatan berbentuk segitiga kemudian dilipat satu kali lagi sampai dihasilkan bentuk segitiga yang besarnya seperempat dari kertas bujur sangkar. Selanjutnya digunting sesuai pola yang dibuat. 3) Lipatan seperdelapan, caranya: (a) kertas bujur sangkar dilipat miring, (b) hasil lipatan berbentuk segitiga kemudian dilipat lagi dua kali sampai dihasilkan bentuk segitiga yang besarnya seperdelapan dari kertas bujur sangkar. Selanjutnya digunting sesuai pola yang dibuat. 4) Lipatan rangkap atau bersusun, dibuat dengan menggunakan kertas empat persegi panjang, kemudian dilipat rangkap memanjang dan selanjutnya digunting dengan arah berlawanan. c) Menggunting lengkung secara langsung. Menggunting lengkung secara langsung yaitu menggunting lembaran kertas dengan alat gunting secara langsung sesuai bentuk yang dibuat. d) Pola guntingan lengkung Menggunting lengkung secara tidak langsung. 1) Lipatan setengah, kertas dilipat ditengah kemudian digunting melengkung mengikuti pola. 2) Lipatan seperempat, kertas dilipat ditengah kemudian digunting melengkung mengikuti pola. 3) Menggunting lengkung pada lipatan rangkai atau lipatan rangkap.

3. Metode Demonstrasi a. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan. Metode demonstrasi dapat juga dikatakan sebagai suatu metode untuk memperagakan serangkaian tindakan berupa gerakan yang menggambarkan suatu cara kerja atau urutan proses sebuah peristiwa/kejadian. Biasanya metode demonstrasi ini dipakai untuk membuktikan sesuatu atau gerakan untuk dicontoh. Di dalam kegiatan anak usia dini, banyak jenis kegiatan yang tidak cukup dimengerti oleh anak apabila hanya disampaikan dengan penjelasan verbal, tetapi perlu penjelasan dengan cara memperlihatkan suatu cara kerja berupa tindakan atau gerakan misalnya, dalam kegiatan keterampilan yang merupakan melipat, menggunting, membentuk. Melalui kegiatan demonstrasi, guru dapat meningkatkan pemahaman anak melaui penglihatan dan pendengaran. Anak diminta untuk memperhatikan dan mendengarkan baik-baik semua keterangan guru sehingga ia lebih paham tentang cara mengerjakan sesuatu. b. Tujuan dan Manfaat Metode Demonstrasi 1) Tujuan metode demonstrasi Demonstrasi merupakan suatu wahana untuk memberikan pengalaman belajar agar anak dapat menguasai kemampuan yang diharapkan dengan lebih baik. Tujuan metode demonstrasi adalah peniruan terhadap model yang dapat dilakukan. 2) Manfaat metode demonstrasi Manfaat metode demonstrasi adalah perhatian anak dapat lebih dipusatkan, proses belajar anak lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari dan pengalaman serta kesan sebagai hasil kegiatan pengembangan lebih melekat dalam diri anak. Manfaat tersebut seirama dengan cara berfikir anak usia dini yang bersifat realistic dan kongkret sehingga dapat mempelajari secara langsung dan jelas melalui pengamatannya, selain tentunya juga akan menarik perhatiannya. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN A. Subjek, Tempat, Waktu Serta Pihak Yang Membantu Penelitian 1. Subjek dari Penelitian Subjek penelitian perbaikan kegiatan pengembangan ini adalah anak didik Kelompok Bermain Lembah Teriang Pagadih Mudiak usia 4-5 tahun Kecamatan

Palupuh Kabupaten Agam, dengan jumlah anak 20 orang yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kelompok Bermain Lembah Teriang Pagadih Mudiak Kecamatan Palupuh Kabupaten Agam 3. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian perbaikan kegiatan pengembangan dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan tema Alam Semesta. Adapun rincian kegiatan sebagai berikut: 1) pertemuan pertama siklus 1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 April 2016 dengan waktu 3 jam, 2) pertemuan kedua siklus 1 terlaksana pada hari Selasa tanggal 12 April 2016 dengan waktu 3 jam, 3) pertemuan ketiga siklus 1 terlaksana hari Rabu tanggal 13 April 2016. Penelitian ini dilanjutkan ke siklus 2 dengan rincian kegiatan sebagai berikut: 1) pertemuan pertama siklus 2 terlaksana pada hari Senin tanggal 18 April 2016, 2) pertemuan kedua siklus 2 terlaksana pada hari Selasa tanggal 19 April 2016, 3) pertemuan ketiga siklus 2 terlaksana pada hari Rabu tanggal 20 April 2016. 4. Pihak Yang Membantu Penelitian Terlaksananya penelitian perbaikan perkembangan ini dengan baik dari awal penelitian sampai selesainya penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang memberikan bimbingan dan pemikiran serta motivasi kepada peneliti. Pihak-pihak yang berkonstribusi tersebut adalah 1) Ibu Tutor mata kuliah selaku supervisor 1 PKP, 2) Ibu Yusmarina, S.Pd sebagai Kepala PAUD Lembah Teriang sekaligus sebagai supervisor 2 dan penilai 1 PKP dan 3) bu Derdaneli, S.Pd selaku guru senior dan penilai 2. B. Desain Prosedur Perbaikan Kegiatan pengembangan Menurut Arikunto (2006:11), perbaikan tindakan kelas dilaksanakan dengan 19 metode perbaikan tindakan yang terdiri dari empat tahapan yaitu: 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengamatan 4. Perenungan Bagan 3.1 Alur Prosedur Perbaikan Pembelajaran refleksi SIKLUS I tindakan observasi

Revisi perencanaan refleksi SIKLUS II tindakan observasi Hasil dan pelaporan Sumber: Suharsimi Arikunto (2006: 11) C. Sumber dan Teknik Analisis Data 1. Sumber Data Data dianalisis dalam persentase dengan menggunakan rumus untuk mengukur gambaran peningkatan perkembangan motorik halus anak sebagai berikut : P = F x 100 N P= F N x100 Keterangan : P = Angka persentase F = Frekuensi aktivitas anak N = Jumlah anak dalam satu kelas Pengkategorian nilai pencapaian subjek penelitian digunakan klasifikasi sebagaimana penilaian anak usia 4-5 tahun bermain yaitu: * = Belum Berkembang (BB) ** = Mulai Berkembang (MB) *** = Berkembang Sesuai Harapan (BSH) **** = Berkembang Sangat Baik (BSB) Sebagai indikator keberhasilan dalam penelitian ini maka pada akhir kegiatan pengembangan setiap siklus minimal anak sudah dapat memegang gunting dan menggunting sesuai pola. Seandainya indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilanjutkan ke siklus berikutnya dan jika indikator keberhasilan sudah tercapai maka penelitian berakhir pada siklus II. Adapun data dapat dianalisis dengan teknik sebagai berikut: a. Analisis observasi Hasil observasi dianalisis dengan melakukan penilaian dalam ketepatan

memegang gunting dan hasil guntingan. b. Analisis catatan laporan Catatan lapangan dianalisis dengan cara mengelompokkan ringkasan dalam bentuk pernyataan tentang kemampuan anak dalam menggunting pola dan gambar. c. Analisis Reflektif d. Dilakukan tindakan untuk melihat keputusan penelitian dalam usaha peneliti mencapai tujuan penelitian. 2. Teknik Analisis Data a. Data yang di dapat dari kegiatan anak yang di amati selama proses kegiatan pengembangan berlangsung dilakukan melalui observasi dan hasilnya ditulis dalam lembaran observasi dan RKH. b. Dokumentasi berupa kamera untuk merekam kegiatan pengembangan yang sedang berlangsung. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini peneliti akan memaparkan temuan penelitian dalam upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan menggunting di Kelompok Bermain Lembah Teriang melalui metode demonstrasi, dimana temuan penelitian diuraikan berdasarkan siklus-siklus tindakan kegiatan pengembangan. Pelaksanaan tindakan dibagi atas 2 siklus, data setiap siklus dipaparkan terpisah dari siklus berikutnya. Hal ini dilakukan agar terlihat dengan jelas peningkatan perkembangan. Hasil penelitian pada setiap siklus dapat dideskripsikan sebagai berikut: A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Kegiatan Pengembangan 1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I Siklus I dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dan pertemuan tersebut dilaksanakan setiap hari yang dilaksanakan dalam kegiatan inti pada hari Senin sampai hari Rabu. Pertemuan I dilakukan pada tanggal 11 April 2016 sampai dengan pertemuan ke III pada tanggal 13 April 2016. Pada pertemuan pertama peneliti menyediakan gambar bulan, bintang dan matahari kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada anak secara bergantian untuk menggunting bentuk benda langit dan meminta anak untuk menggunting pola sesuai contoh yang telah diberikan guru. Kegiatan ini dilakukan selama 3 (tiga) kali pertemuan, dan pada pertemuan ke II sampai dengan ke III peneliti menyediakan lagi pola yang lebih bervariasi, setelah itu peneliti meminta anak untuk mengulang menggunting secara bergantian. Tabel 4.3

Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggunting Dengan Metode Demonstrasi Pertemuan III Siklus I No Aspek yang diamati 1. Ketepatan mengendalikan jarijemari ketika menggunting 2. Kerapian menggunting sesuai pola. BSB BSH MB BB F % F % F % F % 7 35 8 40 4 20 1 5 7 35 8 40 4 20 1 5 Jumlah 70 80 40 10 Rata-rata 35% 40% 20% 5% Sampai dengan pertemuan III kemampuan motorik halus anak meningkat dengan baik, Indikator 1) ketepatan mengendalikan jari-jemari ketika menggunting, anak dengan kriteria berkembang sangat baik sebanyak 7 orang atau 35%. Yang mendapat kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 8 orang atau 40%, kriteria mulai berkembang 4 orang atau 20% dan kriteria belum berkembang mulai berkurang menjadi 1 orang atau 5%. Indikator 2) Kerapian menggunting sesuai pola, anak dengan kriteria berkembang sangat baik sebanyak 7 orang atau 35%. Yang mendapat kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 8 orang atau 40%, kriteria mulai berkembang 4 orang atau 20% dan kriteria belum berkembang mulai berkurang menjadi 1 orang atau 5%. Peningkatan kemampuan motorik halus anak pada pertemuan III dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut ini: 45 40 35 30 25 20 Ketepatan mengendalikan jari-jemari ketika menggunting Kerapian menggunting sesuai pola 15 10 5 0 BSB BSH MB BB

Grafik 4.3 Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Motorik halus Anak Melalui Kegiatan Menggunting Dengan Metode Demonstrasi Pertemuan III Siklus I Pada grafik 4.3 terlihat peningkatan yang sangat baik pada kemampuan motorik halus anak. Persentase anak yang mendapat nilai berkembang sangat baik sudah mencapai 25%, anak dengan nilai berkembang sesuai harapan menjadi 37,5%. Dan anak yang mulai berkembang 25% dan belum berkembang 12,5%. 1) Refleksi Sampai dengan pertemuan III Siklus I kemampuan motorik halus anak menunjukkan hasil kurang memuaskan. Karena hasil yang dicapai belum optimal. Maka peneliti masih melanjutkan ke Siklus II, oleh sebab itu pada Siklus II peneliti melakukan perbaikan tindakan untuk kegiatan menggunting dengan metode demonstrasi. c. Hasil Pengamatan Tindakan Perbaikan Kegiatan Pengembangan Dari hasil pengolahan data pada siklus I sebanyak 3 kali pertemuan menunjukkan hasil kurang memuaskan untuk kemampuan motorik halus anak. Kemampuan ketepatan mengendalikan jari-jemari ketika menggunting dan kerapian menggunting sesuai pola hasil yang dicapai belum optimal maka penelitian masih terus dilanjutkan dengan siklus II. Kurang optimalnya hasil yang diperoleh diduga karena kegiatan kegiatan menggunting dengan metode demonstrasi kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunting dengan kegiatan yang menarik bagi anak. Oleh sebab itu pada siklus II peneliti melakukan perbaikan tindakan melalui kegiatan menggunting dengan metode demonstrasi. Dan dalam pelaksanaannya peneliti

melibatkan anak secara aktif untuk mendemonstrasikan cara menggunting dengan aturan yang telah disampaikan guru. 2. Deskripsi dan Hasil Penelitian Pada Siklus 2 a. Hasil Perencanaan Tindakan Perbaikan Kegiatan pengembangan. Perencanaan perbaikan kegiatan pengembangan untuk siklus 2 disusun berdasarkan hasil refleksi dari pertemuan siklus 1. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil refleksi tersebut masih ditemui kekurangan dan kelemahan. Sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus 2. Adapun perencanaan perbaikan kegiatan pengembangan yang telah dilaksanakan pada siklus 2 ini terdiri dari: 1) Rancangan satu siklus untuk siklus 2 2) Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang merupakan penjabaran dari Rancangan Satu Siklus. Dimana RKH tersebut disusun untuk tiga kali pertemuan. 3) Skenario perbaikan untuk pelaksanaan ketiga RKH tersebut. Dokumen perencanaan perbaikan tersebut peneliti sajikan sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Motorik halus Anak Melalui Kegiatan Menggunting Dengan Metode Demonstrasi Pertemuan III Siklus II N BSB BSH MB BB Aspek yang diamati o F % F % F % F % 1. Ketepatan 17 85 3 15 0 0 0 0 mengendalikan jarijemari ketika menggunting 2. Kerapian 17 85 3 15 0 0 0 0 menggunting sesuai pola. Jumlah 243,75 30 0 0 Rata-rata 170% 15% 0% 0% Sampai dengan pertemuan III kemampuan motorik halus anak meningkat dengan baik, Indikator 1) Ketepatan mengendalikan jari-jemari ketika menggunting, anak dengan kriteria berkembang sangat baik sebanyak 17 orang atau 85%. Yang mendapat kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 3 orang atau 15%, kriteria mulai berkembang dan kriteria belum berkembang sudah 0%. Indikator 2) Kerapian menggunting sesuai pola, anak dengan kriteria berkembang sangat baik sebanyak 17 orang atau 85%. Yang mendapat kriteria berkembang sesuai harapan sebanyak 3 orang atau 15%, kriteria mulai berkembang dan kriteria belum berkembang sudah 0%.

Untuk lebih jelasnya perkembangan motorik halus anak pada pertemuan III dapat dilihat pada grafik dibawah ini: 90 80 70 60 50 40 30 Ketepatan mengendalikan jari-jemari ketika menggunting Kerapian menggunting sesuai pola 20 10 0 BSB BSH MB BB Grafik 4.6 Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Motorik halus Anak Melalui Kegiatan Menggunting Dengan Metode Demonstrasi Pertemuan III Siklus II Berdasarkan pada grafik diatas, kemampuan motorik halus anak pada pertemuan III terlihat peningkatan kemampuan motorik halus anak. Dimana anak yang memperoleh nilai berkembang sangat baik persentasenya meningkat menjadi 85% dan untuk anak yang berkembang sesuai harapan persentasenya 15%. Sedangkan untuk anak yang mendapat nilai mulai berkembang dan belum berkembang 0%. a) Refleksi

Pada pertemuan III siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil pengolahan data pada pertemuan I sampai III, maka kemampuan motorik halus anak dengan kriteria berkembang sangat baik sebanyak 17 orang anak atau 85% dari 20 orang anak maka peneliti sudah berhasil dengan kegiatan pengembangan. c. Hasil Pengamatan Tindakan Perbaikan Kegiatan Pengembangan Refleksi siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil pengolahan data pada pertemuan I sampai pertemuan III, kemudian diolah secara keseluruhan, tiga kali pertemuan yang dilakukan pada siklus II. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan yang sangat baik, karena hasil yang dicapai sudah mencapai target yang peneliti inginkan yaitu 75% anak dengan kriteria pencapaian berkembang sangat baik, dan hasil pengolahan data menunjukan bahwa 85% telah mencapai kriteria berkembang sangat baik. Berdasarkan hasil pengolahan data maka peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian sampai dengan siklus kedua ini. Pembahasan dari Setiap Siklus Berdasarkan hasil pengolahan data secara kuantitiatif perlu peningkatan hasil mulai dari kondisi awal kemampuan motorik halus anak dengan kriteria nilai berkembang sangat baik berada pada rentang angka 0%, setelah siklus I meningkat menjadi 15%, dan setelah siklus II pencapaian dengan kriteria berkembang sangat baik meningkat baik sampai 85%. Data kuantitatif anak secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.7 Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Motorik halus Anak Melalui Kegiatan Menggunting Dengan Metode Demonstrasi Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Kondisi Awal Siklus I Siklus II Kriteria F % F % F % 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 Pertemuan I 0 0 0 0 3 3 15 15 10 10 50 50 Pertemuan II 0 0 0 0 5 5 25 25 14 14 70 70 Pertemuan III 0 0 0 0 7 7 35 35 17 17 85 85 Peningkatan kemampuan motorik halus anak dalam menggunting meningkat dengan baik setelah dilakukan dengan metode demonstrasi. Pada kondisi awal kemampuan dengan kriteria berkembang sangat baik 0%, setelah siklus I meningkat,

pada pertemuan I meningkat menjadi 15% atau 3 orang, pada pertemuan II meningkat menjadi 25% atau 5 orang anak, pada pertemuan III meningkat menjadi 35% atau 7 orang anak. Pada siklus II, pertemuan I untuk kriteria berkembang sangat baik mengalami peningkatan menjadi 10 orang anak atau 50%, pada pertemuan II meningkat menjadi 70% atau 14 orang anak, setelah pertemuan III meningkat menjadi 85% atau 17 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan menggunting dengan metode demonstrasi mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Untuk lebih jelasnya peningkatan kemampuan motorik halus anak pada kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada grafik berikut ini: 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 85 70 50 Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Kondisi Awal Siklus I Siklus II Grafik 4.7 Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Motorik halus Anak Melalui Kegiatan Menggunting Dengan Metode Demonstrasi Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Dari grafik 4.7 diatas dapat dilihat peningkatan kemampuan motorik halus anak pada kondisi awal, siklus I dan siklus II. Pada kondisi awal kemampuan motorik halus anak dengan kriteria berkembang sangat baik masih 0%, pada siklus I pertemuan I meningkat menjadi 15%, pertemuan II menjadi 25%, dan pertemuan III meningkat menjadi 35%. Sedangkan pada siklus II kemampuan motorik halus anak dengan kriteria berkembang sangat baik pada pertemuan I yaitu 50%, pertemuan II meningkat menjadi 70%, pertemuan III meningkat menjadi 85%. Berdasarkan uraian di atas maka peningkatan kemampuan menggunting dengan metode demonstrasi secara individu maupun klasikal dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak, hal ini terbukti dari hasil pengolahan data sebagian besar anak memiliki kemampuan untuk menggunting dengan metode demonstrasi pada saat penelitian. Peningkatan ini sesuai dengan Sumantri (2005: 157) mengemukakan manfaat kegiatan menggunting untuk mengembangkan keterampilan, melatih koordinasi tangan dan mata, dan konsentrasi yang merupakan persiapan awal atau pengenalan kegiatan menulis. Kegiatan menggunting sangat bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan anak dalam menggerakkan otot-otot tangan dan jari-jari anak. Menggerak-gerakkan gunting, mengikuti alur guntingan kertas merupakan kegiatan yang efektif untuk mengasah kemampuan motorik halus anak. Semua ini bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan otak yang lebih maksimal mengingat di usia ini merupakan masa pertumbuhan otak yang sangat pesat. Ketika anak berhasil menggunting dia akan melihat hasilnya. Hal ini merupakan suatu reward positif yang akan meningkatkan kepercayaan dirinya untuk melakukan kegiatan itu kembali. Gerakan-gerakan halus yang dilakukan saat latihan menggunting kelak akan membantu anak lebih mudah belajar menulis. Anak-anak yang sangat kaku memegang pensil dan yang tulisannya tidak beraturan, bisa jadi akibat kemampuan motorik halusnya tidak dilatih dengan baik sewaktu kecil. Menggunting dapat menjadi sarana untuk mengungkapkan ekspresi dan kreativitas anak. Koordinasi mata dan tangan pada kegiatan menggunting akan menstimulus kerja otak sehingga kemampuan motorik halus anak pun akan makin terasah. Dimana metode demonstrasi merupakan suatu metode mengajar dimana seorang guru, orang luar atau manusia sumber yang sengaja diminta atau anak menunjukkan kepada kelas suatu benda aslinya, tiruan (wakil dari benda asli) atau suatu proses, misalnya bagaimana cara membuat peta timbul, bagaimana cara menggunakan kamera

dengan hasil yang baik, dan sebagainya. Menurut Muhibbin Syah (2000), metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan sesuatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Jadi dengan menggunakan metode demonstrasi maka untuk pencapaian kemampuan motorik halus anak dapat berkembang dengan baik. Karena anak langsung melihat contoh pengerjaannnya dan anak bias mencobakannya secara langsung. 1. Siklus I Berdasarkan hasil pengolahan data pada siklus pertama yang digambarkan pada tabel berikut ini adalah peningkatan kemampuan motorik halus anak yang dibatasi pada kriteria berkembang sangat baik,dan hasil pengolahan data pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Motorik halus Anak Melalui Kegiatan Menggunting Dengan Metode Demonstrasi Siklus I No Aspek yang diamati 1. Ketepatan mengendalikan jari-jemari dengan baik. 2. Kerapaian menggunting sesuai pola Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Jumlah anak Jumlah anak Jumlah anak berkemba ng sangat baik % berkemba ng sangat baik % berkemba ng sangat baik % 3 15 5 25 7 35 3 15 5 25 7 35 Jumlah 30 50 70 Rata-rata 15% 50 % 35% Hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan motorik halus anak pada siklus I yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dimana kemampuan anak 1) Kegiatan menggunting berdasarkan ketepatan mengendalikan jari-jemari dengan baik pada pertemuan pertama hanya terdapat 3 orang anak yang mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik atau 15%, pada pertemuan kedua meningkat

menjadi 5 orang atau 25%, pertemuan ketiga meningkat menjadi 7 orang atau 35%. Untuk kemampuan 2) Kegiatan menggunting berdasarkan Kerapaian menggunting sesuai pola, pertemuan pertama hanya terdapat 3 orang anak yang mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik atau 15%, pada pertemuan kedua meningkat menjadi 5 orang atau 25%, pertemuan ketiga meningkat menjadi 7 orang atau 35%. Rata-rata peningkatan kemampuan motorik halus anak pada siklus pertama dapat dilihat pada grafik di bawah ini : 40 35 30 25 20 15 Ketepatan mengendalikan jari-jemari dengan baik Kerapaian menggunting sesuai pola 10 5 0 Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Grafik 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Motorik halus Anak Melalui Kegiatan Menggunting Dengan Metode Demonstrasi Siklus I Grafik 4.8 di atas menunjukan bahwa kemampun motorik halus anak meningkat dengan baik pada tiap pertemuan, pada pertemuan pertama 15% anak

yang mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik, pertemuan kedua meningkat menjadi 25%, pertemuan ketiga meningkat lagi menjadi 35%. 2. Siklus II Berdasarkan hasil pengolahan data pada siklus II yang digambarkan pada tabel berikut ini adalah peningkatan kemampuan motorik halus anak yang dibatasi pada kriteria berkembang sangat baik,dan hasil pengolahan data pada siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggunting Dengan Metode Demonstrasi Siklus II Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III No Aspek yang diamati 1. Ketepatan mengendalikan jari-jemari dengan baik. 2. Kerapaian menggunting sesuai pola Jumlah anak berkemba ng sangat baik % Jumlah anak berkemba ng sangat baik % Jumlah anak berkemba ng sangat baik 10 50 14 70 17 85 10 50 14 70 17 85 Jumlah 100 140 170 Rata-rata 50% 70% 85% % Hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan motorik halus anak pada siklus II yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dimana kemampuan anak 1) Kegiatan menggunting berdasarkan ketepatan mengendalikan jari-jemari dengan baik pada pertemuan pertama 10 orang atau 50% anak yang mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik, pada pertemuan kedua meningkat menjadi 14

orang atau 70%, pertemuan ketiga meningkat menjadi 17 orang atau 85%. Untuk kemampuan 2) Kegiatan menggunting berdasarkan kerapaian menggunting sesuai pola, pertemuan pertama 10 orang atau 50% anak yang mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik, pada pertemuan kedua meningkat menjadi 14 orang atau 70%, pertemuan ketiga meningkat menjadi 17 orang atau 85%. Rata-rata peningkatan kemampuan motorik halus anak pada siklus II dapat dilihat pada grafik 4.9 di bawah ini : 90 80 70 60 50 40 30 Ketepatan mengendalikan jari-jemari dengan baik Kerapaian menggunting sesuai pola 20 10 0 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Grafik 4.9 Hasil Observasi Perkembangan Kemampuan Motorik halus Anak Melalui Kegiatan Menggunting Dengan Metode Demonstrasi Siklus II Grafik di atas menunjukan bahwa kemampun motorik halus anak meningkat dengan baik pada tiap pertemuan, pada pertemuan pertama 50% anak yang mendapat nilai dengan kriteria berkembang sangat baik, pertemuan kedua meningkat menjadi 70%, pertemuan ketiga meningkat lagi menjadi 85%. SIMPULAN DAN TINDAK LANJUT A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan menggunting dengan metode demontrasi meningkatkan motorik halus, dimana anak langsung melihat proses ketika kegiatan menggunting berlangsung, sehingga anak juga bisa langsung mencobakannya.

2. Kemampuan awal anak yang sangat rendah dalam ketepatan menggunakan jarijemari ketika menggunting, dimana pada kondisi awal kemampuan berkembang sangat baik hanya 0% setelah diadakan metode demonstrasi dalam menggunting maka kemampuan berkembang sangat baik meningkat menjadi 85% pada siklus 2. 3. Begitu juga kemampuan awal anak juga sangat rendah dalam ketepatan menggunting sesuai dengan pola atau gambar, dimana pada kondisi awal kemampuan berkembang sangat baik hanya 0% setelah diadakan metode demonstrasi dalam menggunting maka kemampuan berkembang sangat baik meningkat menjadi 85% pada siklus 2. B. Saran Tindak Lanjut Berdasarkan kesimpulan dari penelitian maka peneliti mengemukakan beberapa saran baik saran untuk guru maupun untuk pengelola PAUD atau TK dalam mengembangkan potensi anak usia dini. 1. Kemampuan motorik halus anak baik dalam ketepatan menggunakan jari-jemari ketika memegang gunting maupun ketepatan menggunting sesuai pola atau gambar bisa terus ditingkatkan melalui metode demostrasi dan kegiatan yang bervariasi. 2. Anak memiliki berbagai kemampuan atau potensi yang dapat dan harus diikembangkan. Dan pengembangan kemampuan tersebut dilakukan oleh orang tua dan guru. Untuk dapat mengembangkan kemampuan dan potensi anak guru dan orang tua hendaklah memahami tentang kegiatan pengembangan anak memalui kegiatan pengembangan yang menyenangkan yaitu melalui kegiatan bermain dan permainan. 3. Selain kemampuan motorik halus, anak juga memiliki kemampuan lain yang harus dikembangkan. Oleh sebab itu pendidik dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam melalukan pembaharuan kegiatan pengembangan untuk dapat mengembangkan berbagai potensi anak. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta Dhiene, Nurbiana. 2009. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka Depdiknas, 2003. Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Naional. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas, 2004. Standar Kompetensi Kurikulum TK/RA. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.Direktorat Jendra Pendidikan Tinggi. Direktorat Jendral Pendidik Tenaga Kependidikan dan Tenaga Perguruan Tinggi. Muiz, Azizah. 20015. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka Sujiono, Bambang. 2013. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka Sumantri. 2005. Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Depdiknas. Jakarta. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Anak Usia Dini BAB I, Pasal 1, butir 14.