PPHI H. Perburuhan by DR. Agusmidah, SH, M.Hum

dokumen-dokumen yang mirip
UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

Perselisihan Hubungan Industrial

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

III. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

BAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. OLEH : Prof. Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum

PROSES PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN JURUS MENGHINDARI BIAYA PERKARA 1. Oleh: Agus S. Primasta, S.H. 2.

PROSES PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN JURUS MENGHINDARI BIAYA PERKARA 1 Oleh: Agus S. Primasta, S.H. 2

Prinsip Dasar PPHI dan Macam-Macam Perselisihan. Disusun oleh : M. Fandrian Hadistianto

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

Anda Stakeholders? Yuk, Pelajari Seluk- Beluk Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Hubungan Industrial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan perilaku, pada

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Oleh : Gunarto, SH, SE, Akt,MHum

Oleh: Marhendi, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Untag Cirebon

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. Oleh: NY. BASANI SITUMORANG, SH., M.Hum. (Staf Ahli Direksi PT Jamsostek)

Implementasi UU 13/2003 terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Disebabkan Perusahaan Dinyatakan Pailit

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG

PROSES MEDIASI DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTARA PEKERJA DENGAN PENGUSAHA PADA DINAS SOSIAL TENAGA KERJA KOTA PADANG

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PERAN DAN FUNGSI LEMBAGA KERJASAMA (LKS) BIPARTIT DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUBUNGAN INDUSTRIAL, PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL, DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

STIE DEWANTARA Aspek Ketenagakerjaan Dalam Bisnis

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum tentang Hukum Ketenagakerjaan. Menurut Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) Tentang

Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

BEBERAPA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PERBURUHAN DI DALAM DAN DI LUAR PENGADILAN

Tata Cara Pelaksanaan Pemutusan Hubungan Kerja/PHK

Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI

SIFAT KHUSUS PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

SERI 1 KEPASTIAN HUKUM SERI 2 PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

SILABUS. A. Identitas Mata Kuliah. 1. Nama Mata Kuliah : Perselisihan Hubungan Industrial. 2. Status Mata Kuliah : Wajib Konsentrasi

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

Lex Administratum, Vol. II/No.1/Jan Mar/2014

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPMEN NO. 92 TH 2004

Makalah Ketenagakerjaan Sengketa Hubungan Industrial (Hukum Perikatan) BAB I PENDAHULUAN

Lex et Societatis, Vol. III/No. 3/Apr/2015

Beberapa Cara Penyelesaian Sengketa Perburuhan Di dalam Dan Di Luar Pengadilan

I. PENDAHULUAN. pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang

Tiga perundang-undangan ketenagakerjaan yang diundangkan dalam

ALTERNATIF PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI LUAR PENGADILAN. Akbar Pradima Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya ABSTRAK

Jenis-Jenis Perundingan, Perundingan Kolektif, Peran Serikat Pekerja, Pengusaha dan Pemerintah Dalam Perundingan dan Pengadilan Hubungan

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI MEDIASI

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan kerja yang dianut di Indonesia adalah sistem hubungan industrial yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XIV/2016 Perselisihan Hubungan Industrial

Suwardjo,SH., M.Hum. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PERSELISIHAN HAK ATAS UPAH PEKERJA TERKAIT UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK) Oleh :

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN KERJA DI PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UU NOMOR 2 TAHUN Oleh : Dahlia dan Agatha Jumiati 4

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/I/2005 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan buruh sebagai tenaga kerja yang menyokong terbentuknya

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Dalam hubungan industrial di Indonesia, setiap permasalahan yang terjadi di tingkat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan.

ABSTRACT. * Tulisan ini bukan merupakan ringkasan skripsi **

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaiannya diperlukan institusi yang mendukung mekanisme penyelesaian

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Pengusaha dan Pekerja. dijelaskan pula bahwa Pengusaha adalah :

BAB I PENDAHULUAN. (sengketa hubungan industrial) di Indonesia belum terlaksana sebagaimana

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA HARI BURUH NASIONAL 0leh: Yusmedi Yusuf

INVENTARISASI PUTUSAN/KETETAPAN MAHKAMAH KONSTITUSI PENGUJIAN UNDANG-UNDANG DALAM BIDANG KETENAGAKERJAAN

Oleh : Ayu Diah Listyawati Khesary Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kerja dalam menangani persoalan yang berkaitan dengan perselisihan tenaga kerja menjadi

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Oleh : Dr. Abdul Rachmad Budiono, S.H., M.H. A. Pendahuluan

Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam

MODUL PRAKTIKUM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Oleh : Laboratorium Hukum FAKULTAS HUKUM

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

BAB III KEKUATAN PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DALAM PRAKTEK

Oleh Anak Agung Lita Cintya Dewi I Made Dedy Priyanto Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

Transkripsi:

1 PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (PPHI) Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. (Pasal 1 UU No. 2 Tahun 2004). Dengan demikian UU No.2 tahun 2004 mengenal 4 jenis perselisihan yaitu; a. perselisihan hak; b. perselisihan kepentingan c. perselisihan PHK, dan d. perselisihan antara Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam satu perusahaan. ad. a. perselisihan hak timbul karena tidak dipenuhinya hak; di mana hal ini timbul karena perbedaan pelaksanaan atau perbedaan penafsiran terhadap ketentuan UU, PK, PP atau PKB. Ad. b. perselisihan kepentingan timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan atau perubahan syarat-syarat kerja dalam PK, PP atau PKB. Ad. c. perselisihan phk timbul apabila tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan salah satu pihak; Ad.d. perselisihan antara dalam satu perusahaan karena tidak adanya kesesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatan. Mekanisme yang harus ditempuh dalam setiap perselisihan adalah sebagai berikut; Bipartit Mediasi atau Konsiliasi dan atau Arbitrase Pengadilan Hubungan Industrial. Semua jenis perselisihan ini harus diselesaikan terlebih dahulu melalui musyawarah secara Bipartit, apabila perundingan mencapai persetujuan atau kesepakatan, maka persetujuan bersama (PB) tersebut di catatkan di Pengadilan Hubungan Industrial (PHI), namun apabila perundingan ticlak mencapai kata sepakat, maka salah satu pihak mencatatkan perselisihannya ke instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan pada Kabupaten/Kota. Salah satu persyaratan yang mutlak dalam pencatatan tersebut adalah bukti atau risalah perundingan Bipartit (Pasal 3), apabila bukti perundingan tidak ada, maka pencatatannya ditolak selanjutnya diberi waktu 30 hari untuk melakukan perundingan Bipartit, jika perundingan menghasilkan kesepakatan (damai) maka akan dibuat Perjanjian

2 Bersama (PB) yang akan dicatatkan ke PHI, jika tidak menemui kesepakatan dengan bukti/risalah perundingan yang lengkap, maka kepada para pihak ditawarkan tenaga penyelesaian perselisihan apakah melalui Konsiliator atau Arbitrase, jika para pihak tidak memilih atau justru memilik mediasi maka perselisihan tersebut akan diselesaikan dalam forum mediasi. Mediator adalah PNS yang diangkat oleh Menteri untuk menangani dan menyelesaikan ke 4 jenis perselisihan dengan wilayah kewenangan pada Kabupaten/Kota. Mediator dalam menjalankan tugasnya; selalu menggunakan penyelesaian perselisihan secara musyawarah, dan apabila Mediator tidak berhasil menyelesaikan perselisihan tersebut, maka Mediator wajib mengeluarkan Anjuran tertulis, dan apabila Anjuran Mediator diterima oleh para pihak maka dibuat Persetujuan Bersama (PB) yang selanjutnya dicatatkan di Pengadilan Hubungan Industrial, namun apabila Anjuran tersebut ditolak oleh salah satu pihak, maka pihak yang keberatanlah yang mencatatkan perselisihannya ke Pengadilan Hubungan Industrial. Dalam UU No.22 tahun 1957 Tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, dikenal adanya Pegawai Perantara yang diangkat oleh Menteri untuk menangani penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Mekanisme penyelesaian yang harus ditempuh dalam penyelesaian perselisihan ini adalah melalui Pegawai Perantara baik P4. D untuk tingkat Daerah, dan P4. P untuk tingkat Pusat dengan keputusan yang sifatnya final. Akan tetapi dengan lahirnya UU No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Administrasi Negara, maka putusan P4. P tersebut menjadi tidak final karena putusan P4. P dianggap bukan putusan pengadilan melainkan putusan pejabat administrasi negara sehingga putusan P4. P dapat dijadikan gugatan ke PTTUN. Dengan lahirnya UU No. 2 tahun 2004 maka Pegawai Perantara, P4.D, P4.P dan PTUN tidak dikenal lagi untuk perselisihan perburuhan/ketenagakerjaan. Konsiliator bukan PNS, tapi masyarakat yang telah mendapat legitimasi dan diangkat oleh Menteri, dan mempunyai kewenangan yang sama dengan Mediator, akan tetapi jenis perselisihan yang dapat ditanganinya hanya perselisihan Kepentingan, Perselisihan PHK, dan perselisihan antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam satu perusahaan, khusu perselisihan hak hanya boleh ditangani oleh Mediator. Dalam UU No. 22 tahun 1957, Konsiliator tidak dikenal Arbiter bukan PNS tetapi masyarakat yang telah mendapat legitimasi dan diangkat oleh Menteri, yang mempunyai wilayah kewenangan secara nasional, namun Arbiter tidak berhak menangani perselisihan Hak dan perselisihan PHK, tetapi berhak menangani perselisihan Kepentingan dan perselisihan antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Arbiter mengedepankan penyelesaian secara musyawarah, dan apabila dapat diselesaikan secara musyawarah maka dibuat Persetujuan Bersama (PB) dan selanjutnya PB tersebut

3 didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial setempat, namun apabila tidak tercapai kesepakatan, maka Arbiter mengeluarkan putusan yang bersifat final, dan apabila putusan Arbiter tersebut ternyata melampaui kewenangannya, atau ada bukti-bukti baru, atau pemalsuan data, maka pihak yang dirugikan atau yang dikalahkan dapat mngajukan pemeriksaan kembali ke Mahkamah Agung. Arbiter dalam UU No.22 tahun 1957 ada dicantumkan, akan tetapi selama ini Arbiter tersebut belum diberdayakan, sehingga kurang dikenal dalam penyelesaian perselisihan. Pengadilan Hubungan Industrial, dibentuk berdasarkan UU No.2 tahun 2004, dan berada pada setiap Kabupaten Kota (Pengadilan Negeri), sampai dengan tahun 2008, Pengadilan Hubungan Industrial baru terbentuk di 33 ibu kota Provinsi. Ketua Pengadilan Hubungan Industrial adalah Ketua Pengadilan Negeri setempat, dengan Majelis Hakim terdiri dari: satu Ketua Majelis dari Hakim karier, dua anggota Hakim Ad-Hoc masing-masing dari unsur pengusaha dan unsur pekerja yang di angkat oleh Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung. Pengadilan Hubungan Industrial berwenang menangani ke 4 jenis perselisihan, dengan ketentuan bahwa pada tingkat pertama dan terakhir untuk perselisihan kepentingan dan perselisihan antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam satu perusahaan. Sedangkan tingkat pertama untuk jenis perselisihan hak, dan perselisihan PHK. Pada Mahkamah Agung telah diangkat Majelis Hakim Hubungan Industrial, yang diangkat oleh Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung. Ketua Majelis adalah Hakim Agung dan dua anggota Majelis terdiri dari Hakim Ad-Hoc masing-masing dari unsur pengusaha dan unsur pekerja, yang berwenang menangani perselisihan hak dan perselisihan pemutusan hubungan kerja. Rumusan penyelesaian perselisihan hubungan industrial Di luar Pengadilan Perihal dalam UU 2 Tahun 2004: Diluar Pengadilan Bipartit Mediasi Konsiliasi Arbitrase Jangka waktu 30 hari 30 hari 30 hari 30 hari Pihak ketiga Tidak ada Mediator PNS di Depnakertrans Cakupan Wewenang Hak PHK Antar Hak PHK Antar Konsiliator : pihak swasta diangkat oleh Menakertrans PHK Antar Arbitrator : pihak swasta diangkat oleh Menakertrans Antar

4 Jika sepakat/damai Tidak berhasil sepakat/damai Pencatatan hasil kesepakatan Buat PB Buat PB Buat PB Buat akta perdamaian Lanjut ke mediasi/ konsiliasi/ arbitrase mana PB diadakan Buat anjuran tertulis mana PB diadakan Buat anjuran tertulis di mana PB diadakan. Arbitrator menetapkan keputusan yang harus ditaati karena sifat putusan FINAL dan BINDING wilayah arbiter mengadakan perdamaian Penyelesaian perselisihan melalui PHI Hal-hal Terkait Gugatan Keterangan Diajukan ke PHI di daerah hukum di mana pekerja/buruh bekerja Melampirkan risalah penyelesaian melalui bipartite, mediasi atau konsiliasi Tenggang pengajuan gugatan Kuasa hukum waktu 1 (satu) tahun sejak diterimanya atau diberitahukannya keputusan dari pihak pengusaha Serikat pekerja/buruh atau serikat pengusaha, ataupun lawyer professional. Pemeriksaan dengan Acara Cepat Pemeriksaan dengan Acara biasa Hakim Jangka waktu penyelesaian persidangan Kasasi Permohonan disampaikan pihak yang berkepentingan dengan alasan yang cukup mendesak. 7 hari kerja ketua PN wajib menetapkan setuju atau tidak setuju. Penyampaian Jawaban dan pembuktian kedua belah pihak 14 hari kerja Terdiri atas 3 (tiga) Orang: 1 (satu) Hakim karier sebagai hakim ketua 2 (dua) Hakim ad hoc yang berasal dari serikat buruh dan pengusaha. Selambat-lambatnya 50 (lima puluh) hari kerja sejak sidang pertama Dimungkinkan bagi perselisihan PHK dan perselisihan hak

5 SKEMA PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI LUAR PENGADILAN Disetujui para pihak Anjuran Tertulis Berhasil: Damai Tidak Berhasil Mendamaikan MEDIASI Pembatalan Oleh M.Agung Para pihak Tidak menetapkan pilihan Putusan Eksekusi KONSILIASI ARBITRASE Daftarkan di Pengadilan H. I (PHI) Peg. Menawarkan model penyelesaian Perjanjian Bersama (PB) Catat di Peg. Disnaker BERHASIL damai TIDAK Berhasil damai BIPARTIT Perselisihan H.I

6 SKEMA PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI PHI Kasasi : M. Agung Tingkat I: hak, PHK Tingkat I dan terakhir: Antar Kepentingan PHI MEDIASI, KONSILIASI TIDAK BERHASIL