BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk khususnya di wilayah perkotaan dipengaruhi dari berbagai faktor-faktor yang menyebabkan suatu daerah menjadi padat penduduknya. Hal ini akan menimbulkan dampak permasalahan-permasalahan yang sangat kompleks salah satunya yakni permasalahan kepadatan permukiman. Masalah permukiman ini ini sangatlah mempengaruhi permasalahan di bidang yang lain. Permukiman yang tidak teratur / tidak sehat dapat mempengaruhi keseimbangan antara permukiman dengan adanya daya dukung lingkungan yang ada di kawasan permukiman tersebut karena dapat mempengaruhi kondisi kesehatan lingkungannya disamping masih ada faktor pendukung yang lainnya yang dapat mempengaruhi. Permukiman yang dibangun tidak sesuai yang cenderung tidak sehat dapat mengakibatkan lingkungan permukiman di wilayah tersebut jadi kurang sehat. Menurut Undang-Undang RI No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, definisi dari permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Kawasan permukiman itu didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai rumah mukim yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan sekitar, tempat bekerja yang memberi pelayanan dan kesempatan kerja terbatas yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan. Sedangkan prasarana lingkungan permukiman adalah kelengkapan utama dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana 1
mestinya. Prasarana utama meliputi jaringan jalan, jaringan pembuangan air limbah dan sampah, jaringan air bersih, jaringan listrik, telepon, gas, dan sebagainya. Jadi, pada dasarnya prasarana lingkungan ini juga menentukan terkait kondisi lingkungan di suatu wilayah permukiman tersebut. Kemajuan teknologi dampak dari era globalisasi dalam hal ini kemajuan teknologi di bidang informasi geografi atau kebumian sangat berkembang pesat ditunjukkan dengan adanya teknologi bernama penginderaan jauh. Teknologi Penginderaan Jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi mengenai suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1993). Seiring dengan ditemukannya teknologi penginderaan jauh satelit luar angkasa inilah yang mendasari adanya perkembangan teknologi kebumian di bidang penginderaan jauh saat ini. Penginderaan jauh dapat untuk mengetahui kenampakan-kenampakan apa saja yang ada di permukaan bumi meliputi objek geografi yang mana diperoleh dengan sistem perekaman dari satelit tersebut. Produk dari citra satelit penginderaan jauh dalam hal ini yang menggunakan resolusi spasial yang tinggi sangat berguna dalam menyadap informasi objek-objek di muka bumi secara mendetail sehingga memudahkan dalam pengumpulan informasi kenampakan objek di suatu wilayah. Terdapat beberapa produk penginderaan jauh citra resolusi tinggi diantaranya Citra Quickbird, Ikonos, Worldview dan Citra GeoEye dan lainnya. Dalam penelitian yang dilakukan kali ini citra yang digunakan yakni Citra GeoEye-1 yang mana citra ini memiliki resolusi spasial 0,41 meter untuk sensor panchromatic (hitam-putih) dan 1,65 meter untuk sensor multispectral (berwarna). Kemampuan ini sangat ideal untuk proyek pemetaan skala besar. GeoEye-1 mengorbit pada ketinggian 681 km di atas permukaan bumi dan melaju dengan kecepatan 7,5 km per detik. Penggunaan Citra satelit GeoEye ini sangat memudahkan peneliti 2
dalam melakukan interpretasi untuk menyadap parameter terkait kondisi kualitas lingkungan permukiman. Kemudian setelah berkembangnya teknologi penginderaan jauh kini muncul aplikasi dari pengembangan teknologi penginderaan jauh yaitu Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sebagai sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akuisisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data serta analisa data. (Bernhardsen, 2002). Penerapan konsep dasar penginderaan jauh dan ilmu geografi dengan menggunakan alat sistem informasi geografis ini diharapakan dapat mempermudah untuk menganalisis informasi citra penginderaan jauh (geoeye) dalam hal ini terkait kondisi kualitas lingkungan permukiman berupa parameter-parameter yang mana nantinya akan digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel sebagai acuan dasar penentuan kualitas permukimannya. Permukiman sebagai bentang budaya dapat dikaji dengan pendekatan ilmu geografi, terutama dengan pendekatan keruangan atau distribusi spasialnya. Adanya teknologi penginderaan jauh sistem informasi geografis ini sangat mendukung studi perkotaan, termasuk kajian menyangkut permukiman. Oleh karena itu peran teknologi penginderaan jauh khususnya remote sensing menggunakan Citra GeoEye sangatlah membantu dalam menyadap informasi mengenai kondisi kualitas lingkungan permukiman. Kemudian setelah memperoleh data-data tersebut dilakukan pengolahan menggunakan prinsip dasar sistem informasi geografis ini tentunya dengan menggunakan metode dari gabungan antara interpretasi citra dan survey lapangan dapat untuk mengetahui kondisi kualitas lingkungan di sebuah permukiman. Penelitian yang dilakukan mengambil lokasi di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman. Kecamatan Ngaglik merupakan salah satu kecamatan 3
yang ada di Kabupaten Sleman. Kecamatan Ngaglik adalah sebuah kecamatan yang terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Sleman. Kecamatan Ngaglik berbatasan sebelah utara dengan Kecamatan Pakem, sebelah barat Kecamatan Mlati, sebelah selatan Kotamadya Yogyakarta dan Kecamatan Mlati, sebelah timur Kecamatan Depok dan Kecamatan Ngemplak. Berikut tabel kependudukan di Kecamatan Ngaglik. Tabel 1.1. Luas Wilayah, Banyaknya dan Kepadatan tiap Kecamatan di Kabupaten Sleman No Kecamatan Luas wilayah (km2) Jumlah (jiwa) Kepadatan per (jiwa/km2) 1 Moyudan 27,62 31.293 1.133 2 Minggir 27,27 29.523 1.083 3 Seyegan 26,63 46.452 1.744 4 Godean 26,84 68.908 2.567 5 Gamping 29,25 102.125 3.491 6 Mlati 28,52 106.654 3.740 7 Depok 35,55 187.008 5.260 8 Berbah 22,99 54.114 2.354 9 Prambanan 41,35 48.173 1.165 10 Kalasan 35,84 80.681 2.251 11 Ngemplak 35,71 62.124 1.740 12 Ngaglik 38,52 109.278 2.837 13 Sleman 31,32 65.391 2.088 14 Tempel 32,49 50.549 1.556 15 Turi 43,09 34.048 790 No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Kepadatan per 4
(km2) (jiwa) (km2) 16 Pakem 43,84 36.358 829 17 Cangkringan 47,99 29.054 605 Jumlah 574,82 1.141.733 1.986 Sumber : hasil proyeksi sensus penduduk 2010 Adapun Tabel Perbandingan Kepadatan tahun 2008-2011 Tabel 1.2. Perbandingan Kepadatan tahun 2008 dan tahun 2011 Kepadatan Kepadatan No Kecamatan Presentase (jiwa/km2) (jiwa/km2) Presentase tahun 2008 tahun 2011 1 Moyudan 1349.67 3.95 1361.1 3.94 2 Minggir 1420.02 4.15 1424.02 4.12 3 Seyegan 1986.81 5.81 2009 5.81 4 Godean 2773.24 8.11 2794.1 8.08 5 Gamping 3217.39 9.40 3205 9.27 6 Mlati 3372.02 9.86 3398 9.83 7 Depok 3589.03 10.49 3675.35 10.63 8 Berbah 2158.2 6.31 2190 6.33 9 Prambanan 1503.36 4.39 1521 4.40 10 Kalasan 1957.39 5.72 2019 5.84 11 Ngemplak 1688.71 4.94 1713 4.95 12 Ngaglik 2510.83 7.34 2556 7.39 13 Sleman 2170.65 6.34 2200 6.36 14 Tempel 2050.85 5.99 2033 5.88 15 Turi 918.82 2.69 927 2.68 No Kecamatan Kepadatan Presentase Kepadatan Presentase 5
(jiwa/km2) tahun 2008 (jiwa/km2) tahun 2011 16 Pakem 857.801 2.51 868 2.51 17 Cangkringan 686.99 2.01 691 2.00 Jumlah 34211.781 100.00 34584.57 100.00 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 2011 Adapun Tabel Migrasi per Kecamatan di Kabupaten Sleman ahun 2013 Tabel 1.3. Migrasi per Kecamatan di Kabupaten Sleman 2013 No Kecamatan Lahir / Born Datang / In Migration Pindah / Out Migration Mati / Death 1 Moyudan 334 362 257 238 2 Minggir 309 305 226 280 3 Seyegan 533 696 489 340 4 Godean 295 363 345 154 5 Gamping 1.044 1.353 1.884 538 6 Mlati 563 1.029 734 293 7 Depok 1.172 2.576 1.934 674 8 Berbah 438 717 587 234 9 Prambanan 379 461 430 213 10 Kalasan 935 1.348 854 438 11 Ngemplak 661 1.238 682 228 12 Ngaglik 1.096 2.198 1.363 387 13 Sleman 506 664 458 289 14 Tempel 256 177 218 200 15 Turi 231 219 194 129 No Kecamatan Lahir / Born Datang / In Migration Pindah / Out Mati / Death 6
Migration 16 Pakem 391 473 220 196 17 Cangkringan 400 285 246 216 Jumlah 9.543 14.464 11.121 5.047 Jumlah (2012) 10.397 16.395 12.192 4.886 Jumlah (2011) 10.556 16.565 12.375 4.815 Sumber : Dinas Pendaftaran dan Pencatatan Sipil 1.2. Rumusan Masalah Kecamatan Ngaglik merupakan bagian dari kawasan penyangga pengembangan (aglomerasi) kotamadya Yogyakarta ke arah utara yakni Kecamatan Ngaglik, Kecamatan Mlati dan Kecamatan Depok (Bappeda, 2010) yang mana mengalami berbagai permasalahan terkait permukiman. Kecamatan ini merupakan bagian kawasan penyangga pengembangan (aglomerasi) kota Yogyakarta yang dikemukakan oleh Bappeda. Pertambahan penduduk di wilayah kecamatan ini dari tahun ke tahun menunjukkan tren yang bertambah tinggi hal ini ditunjukkan oleh data statistik migrasi penduduk wilayah Kecamatan Ngaglik dari Dinas Pendaftaran dan Pencatatan Sipil tahun 2013. Populasi manusia yang mencari tempat tinggal dan berdomisili di Yogyakarta yang semakin banyak sehingga pemanfaatan lahan untuk permukiman khususnya di Kecamatan Ngaglik wilayah bagian tengah ke selatan yang berbatasan langsung dengan pusat kota menunjukkan tren semakin meningkat. Kurangnya keseimbangan antara permukiman dengan lingkungan hijau dapat mempengaruhi kondisi kualitas lingkungan permukiman. Oleh karena itu pemetaan kondisi kualitas lingkungan permukiman ini dimaksudkan dapat sebagai pengontrol/pedoman dalam mengatur tingkat kondisi kualitas lingkungan permukiman di wilayah tersebut sehingga muncul pertanyaan penelitian : 7
1. Seberapa jauh ketelitian citra GeoEye dapat memberikan informasi tentang parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Ngaglik Sleman 2. Bagaimana persebaran kelas kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Ngaglik Sleman 1.3. Tujuan 1. Mengkaji manfaat dan ketelitian citra GeoEyedalam menyadap parameter kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Ngaglik Sleman. 2. Memetakan persebaran kelas kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Ngaglik Sleman I.4. Kegunaan 1. Mengetahui seberapa besar peranan citra penginderaan jauh GeoEye dalam menyajikan informasi terkait kondisi kualitas lingkungan permukiman 2. Memberikan informasi atau gambaran mengenai persebaran kondisi kualitas lingkungan permukiman khususnya di Kecamatan Ngaglik Sleman 3. Dapat memberikan masukan kepada pemda atau pemerintah terkait agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam perencanaan manajemen pemerataan dan penggunaan lahan 8