BAB 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Pelestarian Kota Lama Tangerang dalam Aspek Elemen Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Pengguna Ruang

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB II KAJIAN TEORI...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TELENG RIA DI PACITAN

PENGEMBANGAN WISATA GOA GONG Di PACITAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

III. METODE PENELITIAN

PERSEPSI PENUMPANG KERETA API TERHADAP TINGKAT PELAYANAN STASIUN TUGU YOGYAKARTA

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

METODE PENELITIAN. hal ini adalah produk makanan dan minuman. Kepuasan merupakan suatu respon positif seseorang dimana hasil kinerja

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI. Gambar 10. Lokasi Penelitian. Zona Inti

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

Jl. Tamansari No.1 Bandung

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. secara serius melibatkan industri lainnya yang terkait. Pengenalan potensi

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di wilayah Malang Raya. Waktu dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1. 1 Haryoto Kunto, hal 82 2 Tim Telaga Bakti, hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari Surabaya yang menjadi kota perdagangan tua, banyak sekali pedagang dari berbagai belahan dunia berdagang dan

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjiwani yang berlokasi di Jalan Ciung Wanara Nomor 2, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

KARAKTERISTIK KAWASAN KOTA LAMA MANADO DENGAN PENDEKATAN TEORI HAMID SHIRVANI

Bab I Pendahuluan I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

KAJIAN WATERFRONT DI SEMARANG (Studi Kasus : Sungai Banjir Kanal Barat)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. iv v viii xiii xv xvi

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE SETTLEMENT

VIII. ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

BAB I PENDAHULUAN. Winda Inayah W L2B

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengumpulan data, metode analisis data serta metode penyajian hasil analisis data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. dirasakan dengan kinerja yang diharapkan. Kepuasan penumpang atau konsumen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Glodok Pancoran Abad ke 17 Sumber: Jakartakita.com diakses pada 12 April 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PASAR PURING DI KOTA PONTIANAK

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

Matrix SWOT pada Kawasan Kemunduran Rendah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata kunci : Pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan konsumen

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan Perancangan kota merupakan suatu proses yang memberikan arahan bagi terwujudnya suatu lingkungan binaan fisik yang layak dan sesuai dengan aspirasi masyarakat, kemampuan sumber daya setempat serta daya dukung lahannya. Perancangan kota tidak akan terlepas dari rentetan kolektif memori dari masa lalu yang ditengarai menjadi urban heritage tourism (Widodo, 2004). Peninggalan sejarah dalam wujud artefak kota menjadi pusaka mampu menciptakan keunikan sebuah tempat, membangun brand dan kondisi yang kuat terhadap skala makro kota (Rossi, 1982). Selain itu, peningkatan citra dan identitas kota dengan pengenalan pada aset pusaka terbukti menumbuhkan kebanggaan pada warganya sehingga memberi semangat pada komunitas untuk lebih aktif membangun kotanya. Kota Lama Tangerang terletak di Kecamatan Tangerang, kawasan kota ini merupakan peninggalan artefak kota lama cikal bakal berdirinya Kota Tangerang. Perkembangan Kota Lama Tangerang dimulai dari kedatangan Warga Cina yang mendirikan perkampungan yang diberi nama Petak Sembilan, sebagai perkampungan dengan kegiatan usaha pertanian dan perkebunan gula, kopi dan lada yang dikuasai pemerintah Hindia Belanda. Perkembangan selanjutnya Belanda membuat stasiun kereta api lengkap dengan gudang gula. Kota Lama Tangerang tidak bisa terlepas dari empat hal utama yang saling terkait. Keempat hal itu adalah peranan Sungai Cisadane, lokasi Tangerang di tapal batas antara Banten dan Jakarta, status bagian terbesar daerah Tangerang sebagai tanah partikelir dalam jangka waktu lama, dan bertemunya beberapa etnis dan budaya dalam masyarakat Tangerang (Wahidin Halim, 2008). Sungai Cisadane mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian di Kota Tangerang baik pada zama kerajaan maupun zaman pemerintahan Hindia Belanda, selain itu Sungai Cisadane yang membelah tepat di pusat Kota Tangerang membuat Kota Tangerang termasuk salah satu kota pelabuhan pada zama Hindia Belanda sebagai jalur pedagang, termasuk pedagang-pedagang 1

yang datang dari Negeri Cina. Kedatangan pedagang-pedagang Cina yang kemudian mendirikan permukiman merasa betah dan tinggal selama bertahun-tahun. Selanjutnya kebudayaan mereka berasimilasi dengan kebudayaan Melayu Betawi yang juga berpindah tempat dari Batavia pada zaman itu. Dari pertemuan itu lahirlah jenis-jenis budaya yang bercirikan Melayu Betawi dan China, seperti tari topeng, gambang kromong, tradisi perkawinan Chiou Thaou, tari cokek. Asimilasi budaya tersebut berlanjut hingga kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, yang menjadikan Kota Tangerang yang bermula dari Kota Lama Tangerang tidak lepas dari perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Sampai saat ini pun budaya tersebut tetap ada dan dipertahankan oleh beberpa komunitas tertentu. Namun seiring perjalanan waktu dan perkembangan Kota Tangerang yang pesat, membuat Kota Lama Tangerang terpinggirkan akibat pembangunan kota baru di Kota Tangerang. Bangunan-bangunan kuno yang bersejarah di Kawasan Kota Lama Tangerang ini pun perlahan-lahan mengalami perubahan fisik, seperti bangunan rumah kuno bersejarah yang tak terpakai dan ditinggal pemiliknya sehingga bangunan tak terawat dan menjadi rusak. Gejala penurunan kualitas fisik tersebut dengan mudah dapat diamati pada Kawasan Kota Lama Tangerang yang berada dalam tekanan pembangunan. Dengan kondisi pembangunan yang ada sekarang, budaya membangun pun telah mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena kekuatan-kekuatan masyarakat tidak menjadi bagian dalam proses perencanaannya. Bagian dari permasalahan itu, akan membuat kawasan kota yang menyimpan nilai kesejarahan semakin terdesak dan terkikis. Perangkat rencana kota yang ada saat ini, selain masih belum banyak dipakai secara sempurna untuk mengendalikan wujud kota, secara umumpun belum dapat memberikan panduan operasional bagi terbentuknya ruang kota yang akomodatif terhadap fenomena urban, baik situasi dan kondisi serta masyarakat yang menikmatinya. Atau dengan kata lain, masih terdapat kesenjangan antara rencana tata ruang yang bersifat dua dimensi dengan rencana fisik yang bersifat tiga dimensi. Dengan demikian, konservasi/pelestarian bukanlah 2

romantisme masa lalu atau upaya mengawetkan kawasan kota yang bersejarah, namun lebih ditujukan untuk menjadi alat dalam mengolah transformasi melalui pemahaman tentang sejarah perkotaan dan aspek-aspek dalam pelestarian yang dijadikan dasar dalam merancang sebuah kota. Sesuai dengan KLHS RTRW Kota Tangerang tahun 2011-2030, bahwa Kota Tangerang mengalokasikan Kawasan Kota Lama Tangerang sebagai kawasan budaya (Urban Heritage). Kota Tangerang sejatinya memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kota wisata budaya, bangunan bersejarah seperti Bendungan Pintu Sepuluh atau biasa disebut Bendung Sengego di Sungai Cisadane, Vihara Nimmala atau Kelenteng Boen San Bio, Rumah Tua Kapiten Tionghoa dan sebagainya yang masih tetap dipelihara. Demikian pula budaya lokal yang dipengaruhi oleh etnik Tionghoa seperti Peh-Cun (Balap Perahu Naga) di Sungai Cisadane, Tari Cokek, tradisi chiothaou, musik tanjidor dan lain-lain. Keadaan ini sangat menguntungkan bagi Kota Tangerang sebagai kota industri dan perdagangan yang modern. Kegiatan di Kota Lama Tangerang pun menjadi daya tarik sendiri, wisata kulinernya serta aktivitas perekonomian lainnya seperti pasar tradisional menjadi favorit masyarakat untuk berkunjung ke kawasan ini. Namun, kegiatan tersebut membuat citra kawasan Kota Lama Tangerang yang merupakan kawasan pecinan menghilang. Hal tersebut menandakan bahwa kebanyakan masyarakat berkunjung ke kawasan ini adalah untuk sekedar berkunjung menikmati hidangan kuliner yang dijajakan para pedagang kaki lima (PKL) dan bukan untuk menikmati wisata budaya di kawasan ini. Hal ini tentu tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah yang menjadikan kawasan Kota Lama Tangerang sebagai kawasan wisata budaya. Padahal, jika dilihat lebih mendalam lagi kawasan Kota Lama ini mempunyai potensi dari bangunan-bangunan nya yang mempunyai ciri khas etnis Tionghoa. Namun bukan berarti aktivitas seperti pasar tradisional dan pedagang kaki lima (PKL) yang menajajakan kuliner yang beragam dihilangkan, semua itu harus 3

direncanakan dengan baik, salah satunya dengan teori perancangan kota. Teori perancangan kota sendiri digunakan untuk membentuk ruang fisik kota, dimana ditekankan pada suatu bentuk fisik berupa tempat ( place) yang merupakan suatu ruang oleh manusia yang dianggap mempunyai makna. Teori perancangan kota ini juga digunakan dalam upaya pelestarian di Kawasan Kota Lama Tangerang. 1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, kenyataannya upaya revitalisasi atau pelestarian Kota Lama Tangerang masih belum terealisasi. Sedangkan dalam pengembangan kawasan seperti Kota Lama Tangerang ini harus melibatkan masyarakat, sehingga menjadi hal yang penting untuk mengetahui Bagaimana persepsi dan preferensi masyarakat tentang aspek perancangan kota dalam upaya pelestarian Kota Lama Tangerang tersebut. 1.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi aspek perancangan kota dalam upaya pelestarian kawasan Kota Lama Tangerang berdasarkan persepsi dan preferensi masyarakat. Adapun sasaran-sasaran untuk mencapai tujuan tersebut adalah: Mengidentifikasi karakteristik aspek perancangan kota di Kawasan Kota Lama Tangerang Mengidentifikasi persepsi masyarakat tentang aspek perancangan kota dalam upaya pelestarian Kota Lama Tangerang Mengidentifikasi preferensi masyarakat tentang aspek perancangan kota dalam upaya pelestarian Kota Lama Tangerang Menganalisis kesenjangan ( gap) antara persepsi dan preferensi masyarakat tentang aspek perancangan kota dalam upaya pelestarian kawasan Kota Lama Tangerang. 4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian yang akan di uraikan dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu ruang lingkup ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini : 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Lingkup wilayah studi adalah Kota Lama Tangerang yang berada di Kecamatan Tangerang, Jalan Ki Samaun, Gambar 1.1 Peta Lingkup Penelitian Keterangan: deliniasi Zona pecinan Zona stasiun Zona pemerintahan Sumber: RTRK Kali Pasir tahun 2007 1.4.2 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi dari penelitian ini meliputi Konsep Perancangan Kota, adalah dapat dilihat di bawah ini : 5

Standar yang digunakan untuk mengukur tentang Perencanaan Perancangan Kota adalah dengan menggunakan konsep Perencanaan Perancangan Kota dari Hamid Shirvani, yaitu: Land Use (Guna lahan) Building form and massing (bentuk dan massa bangunan ) Circulation and parking (sirkulasi dan parkir) Open Space (ruang terbuka) Pedestrian ways (jalur pedestrian Singage (tanda-tanda) Preservation and conservation Activity Support Dari aspek-aspek perancangan kota dari Hamid Shirvani, yang digunakan dalam pembahasan analisis adalah aspek building form and massing, Open Space, Pedestrian Ways, Signage, dan Activity Support. Aspek-aspek tersebut dipilih karena sesuai dengan kondisi eksisting di Kawasan Kota Lama Tangerang. 1.5 Metodologi Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian diperlukan metode dan pendekatan yang tepat agar dapat memperoleh data yang relevan serta pelaksanaan penelitian yang tepat. Metode penelitian adalah menggunakan metode analisis deskriptif. Untuk lebih jelas dapat dilihat di bawah ini ; 1.5.1 Metode Pengumpulan Data Metodologi dalam penelitian ini antara lain; teknik pengumpulan data, dan teknik analisa. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini: 1.5.1.1 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara melakukan survey primer dan survey sekunder. 6

a. Data primer yaitu hasil survey lapangan: Mengetahui persepsi dan preferensi masyarakat dari hasil kuesioner yang di sebar kepada responden. Mengetahui kondisi eksisting Kawasan Kota Lama Tangerang dilakukan dengan cara survey lapangan, dokumentasi serta foto-foto. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari survey instansional melalui sumber data yang relevan dengan topik yang diteliti yaitu instansi terkait diantaranya BAPPEDA. 7

1.5.1.2 Desain Survey Desain survey pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini : Tabel 1.1 Desain Survey Input Tujuan Sasaran Aspek Variabel Cara Pengumpulan Metode Mengidentifikasi aspek perancangan kota dalam upaya pelestarian kawasan Kota Lama Tangerang berdasarkan persepsi dan preferensi masyarakat Identifikasi karakteristik aspek perancangan kota di Kawasan Kota Lama Tangerang Land Use Bentuk dan massa bangunan Parkir Kawasan Permukiman Kawasan Perkantoran Pasar Ruko Permukiman Klenteng Museum On Street Parking Off Street Parking Observasi Lapangan Observasi Lapangan Observasi Lapangan deskriptif deskriptif deskriptif Open Space (Ruang Terbuka) Ruang Terbuka Hijau Taman bermain Observasi Lapangan deskriptif Jalur Pedestrian Trotoar Gang di Permukiman Observasi Lapangan deskriptif 8

Input Tujuan Sasaran Aspek Variabel Cara Pengumpulan Metode Activity Support (Kegiatan Pendukung) Pedagang Kaki Lima (PKL) Koleksi Museum Even-even Observasi Lapangan deskriptif Identifikasi persepsi masyarakat tentang aspek perancangan kota dalam upaya pelestarian Kawasan Kota Lama Tangerang Identifikasi preferensi masyarakat tentang aspek perancangan kota dalam upaya pelestarian Kawasan Kota Signage (Tandatanda) Bentuk dan massa bangunan Open Space (Ruang Terbuka) Papan Iklan di ruko Rambu-rambu Papan Informasi Ruko Permukiman Klenteng Museum Ruang Terbuka Hijau Taman bermain Observasi Lapangan Kuesioner Kuesioner deskriptif Kuantitatif Kuantitatif 9

Input Tujuan Sasaran Aspek Variabel Cara Pengumpulan Metode Lama Tangerang kesenjangan (gap) antara persepsi dan preferensi masyarakat tentang aspek perancangan kota dalam upaya pelestarian Kawasan Kota Lama Tangerang Jalur Pedestrian Signage (Tandatanda) Activity Support (Kegiatan Pendukung) Trotoar Gang di Permukiman Papan Iklan di ruko Rambu-rambu Papan Informasi Pedagang Kaki Lima (PKL) Koleksi Museum Even-even Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif 10

1.5.1.3 Teknik Sampling (Penentuan Jumlah Sampel) Pengambilan Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan sampel acak sederhana (random sampling). Metode pengambilan sampel acak sederhana adalah metode yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua anggota populasi menjadi anggota dari kerangka sampel (Sugiarto, 2003). Dalam menentukan ukuran sampel dilakukan dengan mengacu pada pendapat slovin (Umar, 2005) sesuai dengan rumus : n= N 1 + ( N (e) 2 ) dimana : n = Ukuran Sampel N= Ukuran Populasi 1= Konstanta e= Error (0,15) Ukuran Populasi mengacu pada data tingkat kunjungan terbaru yang diperoleh penyusun pada saat survey sekunder, yakni data dari jumlah penduduk di Kawasan Kota Lama Tangerang di Kecamatan Tangerang yaitu sebesar 111.397 jiwa. Maka, dengan mengambil e ( error ) sebesar 15 %, sampel, adalah: 111.397 n= 1 + ( 111.397 x 0,0225 ) = 44,5 = 45 Orang 11

Dari hasil survey, tidak semua sampel dapat diolah. Dari sampel dengan nilai e (error) sebesar 15 % atau 0,15, sampel yang dapat diolah peneliti adalah sebanyak 30 sampel, maka dapat dikatakan bahwa pengambilan sampel untuk masing-masing aspek perancangan kota menggunakan nilai e ( error) = 0,18. n = 111.397 1 + ( 111.397 x 0,0324 ) = 30,8 = 31 Orang 1.5.2 Metode Penelitian ini menggunakan dua alat analisis, antara lain sebagai berikut: 1.5.2.2 Statistik Deskriptif Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik aspek perancangan kota. 1.5.2.2 Importance Performance Analysis Importance Performance Analysis atau Tingkat kinerja / persepsi dan kepentingan / preferensi masyarakat digunakan untuk memetakan hubungan antar persepsi dengan preferensi dari atribut-atribut yang telah ditentukan. Importance Performance Analysis terdiri dari dua komponen yaitu, analisis kuadran dan analisis kesenjangan ( gap). Dengan analisis kuadran dapat diketahui respon konsumen terhadap atribut yang diplotkan berdasarkan tingkat persepsi dan preferensi dari atribut tersebut. Sedangkan analisis kesenjangan ( gap) digunakan untuk melihat kesenjangan antara kinerja suatu atribut dengan harapan konsumen terhadap atribut tersebut. Untuk analisis kuadran cara pengukurannya yaitu untuk menghadapkan kepada 30 responden kepada masyarakat di Kawasan Kota Lama Tangerang dengan kuesioner yang kemudian diminta untuk memberi jawaban. Untuk menilai tingkat persepsi dan 12

preferensi pengunjung terhadap sub variable-sub variabel tersebut, dalam hal ini digunakan skala 5 tingkat dimana setiap sub variable diberi bobot. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.2 Bobot Persepsi dan Preferensi Setiap Variabel Sumbu X (Persepsi) Bobot Sumbu Y (Preferensi) Bobot Sangat Baik (SB) 5 Sangat Penting (SP) 5 Baik (B) 4 Penting (P) 4 Sedang (S) 3 Cukup Penting (CP) 3 Buruk (b) 2 Kurang Penting (Kp) 2 Sangat Buruk (sb) 1 Tidak Penting (Tp) 1 Langkah selanjutnya adalah menghitung jumlah bobot penilaian kinerja/persepsi dan kepentingan/preferensi untuk setiap variabel dengan rumus: Xi= Yi= Xi n Yi n Dimana: Xi = Bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja atribut ke-i Yi = Bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i n = Jumlah responden Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat persepsi dan preferensi untuk keseluruhan variabel dengan rumus : Xi = Xi Yi = n Yi n 13

Dimana : Xi = Nilai rata-rata kinerja atribut Yi = Nilai rata-rata kepentingan atribut N = Jumlah atribut Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi menjadi empat bagian ke dalam diagram kartesius seperti pada gambar berikut ini: Gambar 1.2 Diagram Kartesius Y Preferensi Kuadran I Prioritas Utama Kuadran II Pertahankan Kuadran III Prioritas Rendah Kuadran IV Berlebihan X Preferensi Keterangan: 1. Kuadran I Variabel-variabel yang terletak dalam kuadran ini dianggap sebagai faktor yang penting dan atau diharapkan oleh konsumen tetapi kondisi persepsi dan atau kinerja aktual yang ada pada saat ini belum memuaskan sehingga pihak pengembang berkewajiban mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk meningkatkan kinerja berbagai variabel tersebut. Variabel-variabel yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas untuk ditingkatkan. 2. Kuadran II Variabel-variabel di kuadran ini dianggap penting oleh responden dan faktorfaktor yang dianggap oleh responden sudah sesuai dengan yang 14

diharapkannya. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan, karena variabel ini yang menjadikan variabel tersebut memiliki keunggulan di mata responden 3. Kuadran III Variabel-variabel yang dianggap kurang penting oleh responden dan pada kenyataannya biasa saja atau tidak terlalu istimewa. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan untuk dihilangkan karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh responden amat kecil 4. Kuadran IV Variabel-variabel di kuadran ini dianggap kurang penting oleh responden, tetapi pada kenyataannya diterima atau dirasakan terlalu berlebihan. Sehingga variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran dapat dipertimbangkan untuk dikurangi atau tidak perlu ditambah. 15

1.6 Kerangka Pemikiran Bagan alir merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.3. Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran 16

1.7 Sistematika Pembahasan Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang isi laporan ini, maka sub bab ini menjelaskan tentang sistematika pembahasan, seperti pada uraian dibawah ini. Bab I Pendahuluan Bab ini menjelaskan secara khusus mengenai penyusunan penelitian ini diantaranya megenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup, metodologi penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika pembahasan. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini secara umum menjelaskan mengenai definisi Pelestarian, bentuk-bentuk pelestarian, objek pelestarian, definisi wisata budaya, definisi persepsi masyarakat, definisi perancangan kota dan elemen-elemen rancang kota, dan contoh pelestarian Kawasan Kota Lama. Bab III Identifikasi Karakteristik Perancangan Kota Bab ini secara umum menjelaskan tentang gambaran umum kawasan Kota Lama Tangerang, Potensi Kawasan Kota Lama Tangerang, dan Karakteristik Aspek Perancangan Kota di Kota Lama Tangerang Bab IV Persepsi dan Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Perancangan Kota dalam Upaya Pelestarian Kawasan Kota Lama Tangerang Bab ini menjelaskan dan menganalisis tentang persepsi dan preferensi masyarakat tentang aspek-aspek perancangan kota, analisis gap tentang aspek perancangan kota, analisis kuadran tentang aspek perancangan kota Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, rekomendasi, kelemahan studi dan saran studi lanjut. 17