1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini dilihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang mencoba merebut pasar yang ada di Indonesia maupun di mata Internasional. Perusahaan-perusahaan tentu bertujuan untuk mencari profit yang sebesar-besarnya. Namun profit saja belum cukup untuk bisa merebut perhatian pasar, reputasi dan citra perusahaan juga perlu diperhatikan. Perusahaan menghadapi berbagai ketidakpastian yang akan berpengaruh pada efisiensi proses kegiatan serta efektivitas hasilnya. Hal ini membuat manajemen untuk memilih berbagai aktivitas pengendalian dalam pengelolaan kegiatan dan risiko serta pemilihan metode tata kelola yang tepat sehingga proses kegiatan dapat dikendalikan dan hasil kegiatan tercapai. Manajemen perusahaan dari tingkat puncak sampai tingkat bawah bertanggung jawab sebagai satu kesatuan untuk memelihara jalannya atau proses operasional bisnis perusahaan. Manajemen menerapkan pengendalian internal agar segala aktivitas perusahaan tidak menyimpang dari yang semestinya. Satu dari tiga tujuan pengendalian internal adalah efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan. Sumber daya manusia merupakan salah satu pendukung terciptanya efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam melaksanakan aktivitas perusahaan. Perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terciptanya berbagai macam peralatan dan mesin dengan teknologi yang tinggi sehingga memerlukan keahlian
2 dan ketelitian dalam mengoperasikannya. Hal tersebut membuat sebuah perusahaan memiliki keunggulan kompetitif untuk bersaing dengan perusahaan lainnya untuk mencapai visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Arithalia dan Kuncoro (2012) menyimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja memiliki pengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan sebesar 77,8%. Masalah sumber daya manusia merupakan masalah yang harus diperhatikan bagi perusahaan. Persiapan perlu dilakukan dalam rangka menerapkan teknologi canggih untuk menghindari bencana, memperkecil kecelakaan dan penyakit yang timbulkan di lingkungan kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar mengatakan, berdasarkan data International Labour Organisation (ILO), di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup. Salah satu peraturan yang menjadi dasar keselamatan dan kesehatan kerja adalah UU No.13 tahun 2003 pasal 87 tentang ketenagakerjaan yang berbunyi: Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Karena itu, perusahaan perlu melakukan standarisasi atas Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang harus dilaksanakan oleh seluruh tenaga kerja, termasuk oleh manajemen dan pimpinan perusahaan.
3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diterapkan di perusahaan harus tepat. Ketika sistem yang diterapkan tidak sesuai dan karyawan tidak mematuhi atau melaksanakan peraturan yang telah dibuat oleh manajemen, maka dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan beberapa akibat yang mungkin akan dialami oleh karyawan, seperti menimbulkan berbagai penyakit, luka, cacat, atau kematian. Dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), perusahaan harus mengacu pada peraturan yang berlaku di Indonesia, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menteri Tenaga Kerja. Seiring berjalannya waktu, pemerintah mengeluarkan peraturan terbaru yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No.50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dengan adanya peraturan ini, pekerja akan merasa lebih aman dan nyaman dalam melakukan pekerjaannya sehingga kinerja tenaga kerja meningkat. Manfaat lain yang akan diperoleh perusahaan adalah perusahaan bisa menekan biaya-biaya yang mungkin timbul akibat dari kelalaian manusia. Pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja kini dijadikan sebagai strategi oleh banyak perusahaan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa perusahaan tersebut telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya (Margaretha dan Utari, 2011). Hal ini tentu dapat membuat reputasi dan citra perusahaan semakin baik. King dan Hudson (1985) dalam Margaretha dan Utari (2011) menyatakan bahwa kematian pada proyek konstruksi di negara-negara
4 berkembang lebih tinggi 3 kali lipat dibandingkan dengan negara-negara maju sebagai akibat penegakan hukum yang sangat lemah. Tingginya tingkat risiko ini akan berpengaruh terhadap keseluruhan tingkat keberhasilan perusahaan. Kegagalan penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja berpotensi menimbulkan berbagai dampak negatif seperti penundaan proyek, menurunnya produktivitas kerja, membengkaknya anggaran, rusaknya citra perusahaan penyedia jasa, serta akibat-akibat negatif lainnya. Prissilia (2012) meneliti mengenai audit manajemen atas penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Priok, hasil penelitian ini adalah PT Indonesia Power UBP Priok telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang telah memiliki elemen-elemen yang lengkap, terdiri dari; Penetapan komitmen dan kebijakan SMK3, Perencanaan SMK3, Penerapan SMK3, Pengukuran dan evaluasi SMK3, dan Tinjau ulang dan peningkatan SMK3. Pelaksanaan SMK3 telah dilakukan secara efektif dan efisien yang dibuktikan dengan tercapainya target zero accident. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi yang menghadapi tantangan kompetisi global saat ini. BUMN harus mampu meningkatkan profesionalisme di segala bidang baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pengendalian maupun pengawasan. PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) berdiri sejak tahun 1995 senantiasa mengabdikan diri untuk bangsa dan negara Indonesia, serta mendorong perkembangan perekonomian nasional dengan menyediakan energi listrik yang bermutu tinggi, andal dan ramah lingkungan.
5 PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Muara Karang merupakan sebuah anak perusahaan PLN (Persero) produsen listrik yang menyuplai kebutuhan listrik Ibukota Jakarta, terutama daerah-daerah VVIP seperti Istana Presiden, Gedung MPR/DPR. Setiap tahun membangkitkan energi listrik rata-rata 7.900 GWh yang disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kv dan Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kv ke sistem interkoneksi Jawa Bali. Berdasarkan data sekunder (Amin, 2010), di PT PJB UP Muara karang telah terjadi kasus kebakaran pada tahun 2006 sebanyak 1 kasus, tahun 2007 sebanyak 4 kasus, tahun 2008 sebanyak 5 kasus, tahun 2009 sebanyak 7 kasus dan tahun 2010 hingga bulan Maret telah terjadi 2 kasus. Kesemua kasus terjadi di PLTU UP Muara Karang. Akibat dari kejadian-kejadian kebakaran tersebut negara dirugikan dengan hilangnya waktu produksi antara 2 hari hingga 1 bulan, yang otomatis akan mengurangi beban listrik yang seharusnya dihasilkan sehingga menyebabkan pemadaman listrik di berbagai daerah. Kerusakan mesin yang harus diperbaiki ataupun diganti dengan mesin yang baru, serta kerugian materi yang mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Studi Pada PT Pembangkitan Jawa-Bali Unit Pembangkitan Muara Karang). 1.2 Rumusan Masalah PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) Unit Pembangkitan Muara Karang adalah anak perusahaan PT Pembangkit Listrik Negara (PLN) yang terus berkembang.
6 Pengendalian internal di PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) Unit Pembangkitan Muara Karang menjadi penting dengan seiring berkembangnya perusahaan. Dalam melakukan aktivitasnya, perusahaan tentu memerlukan sumber daya manusia yang mendukung usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sumber daya di dalam suatu perusahaan di bagi menjadi dua bagian, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya non-manusia (asset). Sumber daya manusia yang mengendalikan, mengelola, dan mendaya gunakan sumber-sumber daya nonmanusia yang dimiliki. Pengendalian internal di PT PJB UP Muara Karang penting karena di PT PJB UP Muara karang telah terjadi kasus kebakaran pada tahun 2006 sebanyak 1 kasus, tahun 2007 sebanyak 4 kasus, tahun 2008 sebanyak 5 kasus, tahun 2009 sebanyak 7 kasus dan tahun 2010 hingga bulan Maret telah terjadi 2 kasus (Amin, 2010). Akibat dari kejadian-kejadian kebakaran tersebut negara dirugikan dengan hilangnya waktu produksi antara 2 hari hingga 1 bulan, yang otomatis akan mengurangi beban listrik yang seharusnya dihasilkan sehingga menyebabkan pemadaman listrik di berbagai daerah. Kerusakan mesin yang harus diperbaiki ataupun diganti dengan mesin yang baru, serta kerugian materi yang mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah. Berdasarkan masalah tersebut, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sangat menunjang dalam aktivitas PT PJB UP Muara Karang untuk mencapai tujuan perusahaan, maka dari itu PT PJB UP Muara Karang harus memiliki pengendalian internal keselamatan dan kesehatan kerja yang memadai
7 supaya perusahaan dapat melindungi dan mengamankan harta kekayaan terutama dalam pengendalian kesehatan dan keselamatan kerja. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengidentifikasi masalah-masalah yang menjadi titik berat dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apakah fungsi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Muara Karang telah memadai menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO)? 2. Apakah penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Muara Karang sudah berjalan efektif? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini, memiliki tujuan untuk: 1. Mengevaluasi efektivitas pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Muara Karang. 2. Mengevaluasi efisiensi pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Muara Karang.
8 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan, di antaranya : 1. Bagi Instansi Manfaat yang didapat PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Muara Karang dalam penelitian ini adalah dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi pimpinan PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Muara Karang untuk melakukan perbaikan dari kelemahan-kelemahan sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Muara Karang saat ini, sehingga dapat lebih meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan perusahaan di masa yang akan datang, khususnya mengenai pengendalian dan efektivitas Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). 2. Bagi peneliti Untuk mengerti dan memahami pengendalian internal pada praktek bisnis yang sebenarnya, serta untuk mengetahui apakah peraturan yang ada dapat dengan mudah diterapkan untuk membantu dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 3. Bagi Akademisi Memberikan suatu acuan penelitian dan menambah pengetahuan kepada peneliti-peneliti lain, khususnya yang berkeinginan lebih mendalami atas masalah yang sama.
9 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari tujuh bab, adalah sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bagian ini akan diuraikan rencana penelitian yang dijabarkan ke dalam latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini akan membahas mengenai teori-teori utama yang digunakan serta berhubungan dengan pokok permasalahan untuk digunakan oleh peneliti sebagai dasar analisis data dan pembahasan kasus. BAB 3 LATAR BELAKANG KONTEKSTUAL OBJEK PENELITIAN Bagian ini menjelaskan secara deskriptif tentang objek penelitian dan aplikasi teori atau konsep yang diterapkan di dalam objek penelitian untuk mendapatkan pemahaman yang spesifik mengenai karakteristik objek penelitian terkait dari teori dan konsep yang digunakan di bab tinjauan literatur. BAB 4 RANCANGAN PENELITIAN Bagian ini menguraikan mengenai metode dan alasan menggunakan metode penelitian kualitatif, subyek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik menganalisis data.
10 BAB 5 PEMAPARAN TEMUAN Bagian ini berisi temuan dalam investigasi di lapangan yang menggambarkan fakta-fakta yang dapat menjawab tujuan penelitian. BAB 6 RINGKASAN DAN PEMBAHASAN Bagian ini menjelaskan analisis dan diskusi mengenai temuan investigasi kasus yang akan menjawab dan menjelaskan rumusan masalah. BAB 7 SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini berisi ringkasan dan simpulan dari analisis permasalahan yang ada. Pada bab ini juga membahas keterbatasan penelitian dari sudut pandang keilmuan dan efektivitas penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Bab ini juga akan memberikan rekomendasi atau saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi organisasi.