SKRIPSI RISKI IRAWATI H

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

SKRIPSI ARDIANSYAH H

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR)

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR)

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H

BAB I PENDAHULUAN. melanda bangsa Indonesia pada tahun konvensional, sehingga memilih untuk berhubungan dengan lembaga

VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin

Kata Kunci : Kredit Usaha Rakyat (KUR), Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

I. PENDAHULUAN. 1 Suara Karya, 2007, Pertumbuhan Ekonomi Tidak Berkualitas, Jum at 13 Juli Dalam artikel

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

BAB I PENDAHULUAN. serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

Aulia Noviandi Barus A

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM

II TINJAUAN PUSTAKA. 5 Berdasarkan kurs per 4 Juni 2003, EUR = 1,17 USD

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A

BRANCHLESS BANKING UNTUK MENINGKATKAN FINANCIAL INCLUSION: Mendorong Akses Perbankan untuk Lebih Pro-Poor

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA MANAJEMEN KOPERASI SYARIAH DAN KOPERASI KONVENSIONAL

ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak dimana 99,7% atau

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN

BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM

SKRIPSI ALFIANTI SARI H

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI DAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) UNIT CIBINONG CABANG BOGOR - JAWA BARAT SKRIPSI RISKI IRAWATI H34096095 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

RINGKASAN EKSEKUTIF RISKI IRAWATI. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Cibinong, Cabang Bogor - Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUKMAN M BAGA). UMKM mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi pembangunan perekonomian Indonesia. Pada tahun 2009, UMKM di Indonesia terdapat sekitar 52.769.280 unit atau sekitar 99 persen lebih dari total unit usaha yang ada, dimana usaha mikro berjumlah 52.176.795 unit, usaha kecil sekitar 546.675 unit dan usaha menengah sekitar 41.133 unit, sedangkan usaha besar hanya 4.677 unit. Permodalan merupakan hambatan utama bagi UMKM. Salah satu program pemerintah guna mengatasi masalah permodalan tersebut yaitu melalui program KUR. KUR adalah skim penjaminan kredit yang khusus diperuntukkan bagi UMKM yang usahanya feasible namun tidak bankable. Pemerintah meningkatkan plafon KUR Mikro dari lima juta hingga 20 juta rupiah, dengan coverage penjaminan 70 persen dari plafon kredit. BRI merupakan salah satu bank pelaksana yang ditunjuk oleh pemerintah dalam penyaluran program KUR. Penyaluran KUR oleh BRI Unit Cibinong telah mencapai target realisasi kredit sekitar 2 milyar rupiah. Tingkat NPL KUR pada BRI Unit Cibinong masih berada di bawah tingkat NPL KUR pada BRI Unit Cabang Bogor secara keseluruhan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi dan pengembalian KUR oleh debitur perlu menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh BRI. BRI menanggung risiko sebesar 30 persen dari nilai pinjaman. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi karakteristik debitur KUR pada BRI Unit Cibinong, berdasarkan realisasi dan pengembalian KUR, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR, (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian KUR, (4) menganalisis hubungan antara realisasi dan pengembalian KUR pada BRI Unit Cibinong. Penelitian ini dilaksanakan di BRI Unit Cibinong. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), berlangsung pada bulan April 2011 sampai dengan Juni 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah para debitur KUR yang bergerak di sektor agribisnis yang masih aktif. Sampel yang digunakan adalah sama dengan jumlah populasi debitur KUR yang bergerak di sektor agribisnis yaitu 50 debitur, dengan metode sensus. Semua faktor yang diduga berpengaruh terhadap realisasi dan pengembalian KUR dianalisis menggunakan analisis Deskriptif dan Regresi. Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi KUR dengan menggunakan model analisis Regresi Linier Berganda, sehingga dapat diketahui variabel-variabel independent yang berpengaruh secara nyata terhadap tingkat realisasi kredit sebagai variabel dependent. Variabel-variabel independent yaitu (1) karakteristik individu (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jenis pekerjaan, waktu tempuh dari tempat tinggal ke BRI), (2) karakteristik usaha (jenis usaha, lama usaha, omzet usaha per bulan, pendapatan bersih per bulan), (3) karakteristik kredit (frekuensi peminjaman i

kredit, agunan, jumlah kredit yang diajukan, waktu perealisasian KUR). Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian KUR dengan menggunakan model analisis Regresi Logistik. Variabel dependent-nya adalah tingkat kelancaran pengembalian KUR, dibedakan atas lancar (Y = 1) dan menunggak (Y = 0). Variabel independent yaitu (1) karakteristik individu (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, waktu tempuh dari tempat tinggal ke BRI), (2) karakteristik usaha (jenis usaha, lama usaha, omzet usaha per bulan, nilai RPC per bulan, waktu tempuh dari lokasi usaha ke BRI), dan (3) karakteristik kredit (frekuensi peminjaman kredit, agunan, nilai plafon kredit debitur, kewajiban per bulan, jangka waktu pengembalian). Pengolahan data dengan aplikasi program Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab 14 for windows. Berdasarkan hasil analisis desktiptif, karakteristik responden debitur sebagai penerima realisasi KUR yaitu (1) usia berkisar 22 tahun hingga 51 tahun, (2) pria, (3) pendidikan SMA, (4) jumlah tanggungan keluarga satu hingga tujuh orang, (5) waktu tempuh dari tempat tinggal ke BRI lima menit hingga 45 menit, (6) usaha off farm, (7) lama usaha dua hingga 32 tahun, (8) omzet usaha per bulan berkisar antara 700 ribu rupiah hingga 30 juta rupiah, (9) pendapatan bersih per bulan 200 ribu hingga 29,5 juta rupiah, (10) frekuensi peminjaman kredit satu hingga 10 kali, (11) jumlah kredit yang diajukan dua juta hingga 20 juta rupiah, (12) dengan agunan, (13) waktu realisasi KUR berkisar dua hingga 21 hari. Karaktersitik responden debitur berdasarkan tingkat pengembalian KUR yaitu (1) usia antara 37 hingga 47 tahun, (2) jenis kelamin pria, (3) tingkat pendidikan SMA dan Sarjana (debitur yang lancar), (4) jumlah tanggungan keluarga satu hingga dua orang (debitur yang lancar), (5) waktu tempuh dari tempat tinggal ke BRI 15 menit, (6) usaha off farm, (7) lama usaha 10 tahun (debitur yang lancar), (8) omzet usaha per bulan di atas satu juta rupiah (debitur yang lancar), (9) nilai RPC per bulan di atas satu juta rupiah (debitur yang lancar), (10) waktu tempuh dari lokasi usaha ke BRI 15 menit, (11) frekuensi peminjaman kredit satu kali, (12) dengan agunan (debitur yang lancar), (13) nilai plafon kredit lebih dari dua juta rupiah hingga lima juta rupiah, (14) kewajiban per bulan lebih dari 200 ribu hingga 500 ribu rupiah, (15) jangka waktu pengembalian 12 bulan. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi KUR adalah jenis kelamin dan jumlah tanggungan keluarga memiliki pengaruh yang negatif, sedangkan jumlah kredit yang diajukan dan waktu perealisasian KUR memiliki pengaruh yang positif terhadap realisasi KUR BRI Unit Cibinong. Hasil analisis regresi logistik, faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian KUR yaitu usia, tingkat pendidikan, waktu tempuh ke BRI, omzet usaha per bulan, frekuensi peminjaman kredit, agunan, kewajiban per bulan, jangka waktu pengembalian. Hasil analisis hubungan antara realisasi dan pengembalian KUR semakin lancar pengembalian KUR maka semakin tinggi peluangnya untuk memperoleh realisasi KUR Pihak BRI Unit Cibinong disarankan agar memperhatikan karakteristik debitur mengenai dan jumlah tanggungan keluarga, jumlah kredit yang diajukan, dan waktu realisasi KUR sehingga jumlah realisasi KUR menjadi meningkat dan pengembalian yang menunggak dapat ditekan. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang menganalisis risiko perbankan dalam menyalurkan KUR. ii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI DAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) UNIT CIBINONG CABANG BOGOR JAWA BARAT RISKI IRAWATI H34096095 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 iii

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Cibinong, Cabang Bogor - Jawa Barat Nama : Riski Irawati NIM : H34096095 Disetujui, Pembimbing Ir. Lukman Mohammad Baga, MA.Ec NIP. 1964 0220 1989 031 001 Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 1958 0908 1984 031 002 Tanggal Lulus : iv

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Cibinong, Cabang Bogor - Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2011 Riski Irawati H34096095 v

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pangkalan Berandan pada tanggal 09 Desember 1988. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Irawan dan Ibunda Sri Susilawati. Pendidikan formal penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Bustanul Athfal pada tahun 1993 sampai tahun 1994. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 050747 pada tahun 2000, dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Negeri 1. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Dharma Patra Pertamina UP-I diselesaikan pada tahun 2006. Selama melaksanakan pendidikan di SMA Dharma Patra Pertamina UP-I, penulis juga aktif berorganisasi dengan menjadi anggota OSIS. Selain itu, penulis juga merupakan anggota Drum Band Bahana Patra Pratama (DB-BPP) Pertamina UP-I dan pernah mengikuti berbagai kejuaran daerah (KEJURDA) maupun kejuaran di tingkat nasional seperti Kejuaran Nasional Persatuan Drum Band Indonesia (KEJURNAS PDBI-X) pada tahun 2002. Penulis diterima pada Institut Pertanian Bogor, Direktorat Program Diploma III, Program Keahlian Manajemen Agribinis (MAB) pada tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjalankan kegiatan perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Departemen Olahraga dan Seni, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM_J) Program Diploma IPB, yaitu menjadi panitia pada Olimpiade Mahasiswa Diploma (OMD) 2007-2008, serta menjadi peserta Olimpiade Basket Putri sebagai wakil dari Program Keahlian Manajemen Agribisnis, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyelesaikan pendidikan Program Diploma III, Program Keahlian Manajemen Agribinis (MAB) pada tahun 2009. Penulis diterima melanjutkan pendidikan Program Sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009. Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis bekerja sebagai karyawan Marketing pada PT Biofarmaka Indonesia pada Desember 2009 sampai dengan Agustus 2010. vi

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Cibinong, Cabang Bogor - Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik debitur KUR pada BRI Unit Cibinong, Cabang Bogor - Jawa Barat berdasarkan realisasi KUR, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian KUR, menganalisis hubungan antara realisasi dan pengembalian KUR pada BRI Unit Cibinong. Skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis. Namun demikian, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi dalam penulisan skripsi ini. Akhirnya, smoga karya persembahan penulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Agustus 2011 Riski Irawati vii

UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunianya, skripsi ini dapat terselesaikan. Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur atas terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ir. Lukman M Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing atas bimbingan, motivasi, arahan, waktu dan kesabaran, serta saran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS dan Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen evaluator kolokium yang telah memberikan waktu, saran dan masukan guna perbaikan penelitian ini. 4. Ir. Popong Nurhayati, MM yang telah menjadi dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. 5. Orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan cinta, kasih sayang dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Direksi dan seluruh staf karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Bogor - Jawa Barat. Ibu Ninik Katrini selaku Kepala Unit BRI Unit Cibinong, Ibu Suningsih selaku Supervisor BRI Unit Cibinong, seluruh staff Account Officer, Customer Service, Teller, dan seluruh staff operasional. 7. Seluruh staff dosen dan Sekretariat Program Alih Jenis / Penyelenggaraan Khusus Ekstensi Agribisnis IPB atas bantuan dan kerjasamanya selama mengikuti proses perkuliahan di Program Alih Jenis / Penyelenggaraan Khusus Ekstensi Agribisnis. 8. Rekan-rekan seperjuangan selama proses bimbingan penulisan skripsi ini dan seluruh temen-temen Ekstensi Agibisnis Angkatan 07 serta sahabat-sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu Bogor, Agustus 2011 Riski Irawati viii

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 9 1.3 Tujuan Penelitian... 15 1.4 Manfaat Penelitian... 15 1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 16 II TINJAUAN PUSTAKA... 17 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit... 17 2.2 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit... 20 2.3 Penelitian Terdahulu Mengenai Pengembangan Kredit Sektor Pertanian... 23 2.4 Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya... 24 III KERANGKA PEMIKIRAN... 25 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 25 3.1.1 Kredit, Tingkat Bunga, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit... 25 3.1.2 Risiko Kredit (Credit Risk)... 31 3.1.3 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit... 34 3.1.4 Jenis-Jenis Kredit... 40 3.1.5 Manfaat Perkreditan... 42 3.1.6 Kredit Usaha Rakyat (KUR)... 43 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 45 3.3 Hipotesis... 55 3.3.1 Hipotesis Umum Analisis Realisasi KUR... 55 3.3.2 Hipotesis Khusus Analisis Realisasi KUR... 55 3.3.3 Hipotesis Umum Analisis Pengembalian KUR... 56 3.3.4 Hipotesis Khusus Analisis Pengembalian KUR... 56 IV METODE PENELITIAN... 58 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 58 4.2 Metode Penentuan Sampel... 58 4.3 Metode Pengumpulan Data... 59 4.4 Metode Analisis Data... 60 4.4.1 Analisis Kualitatif... 60 4.4.2 Analisis Kuantitatif... 60 4.4.2.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR... 61 4.4.2.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR... 67 xii xv xvi ix

4.4.2.3 Analisis Hubungan antara Realisasi dan Pengembalian.. 70 4.5 Definisi Operasional... 71 V GAMBARAN UMUM BRI... 74 5.1 Sejarah BRI... 74 5.2 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Jangka Panjang BRI... 76 5.3 Organisasi dan Jaringan Kerja BRI... 78 5.4 Bidang Usaha BRI... 78 5.5 Produk-Produk BRI... 79 5.6 Gambaran Umum Kantor Cabang BRI Bogor... 86 5.7 Gambaran Umum Kantor BRI Unit Cibinong... 87 5.8 Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Cibinong... 89 VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DEBITUR KUR BRI UNIT CIBINONG... 95 6.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada BRI Unit Cibinong... 95 6.1.1 Karakteristik Individu Responden... 95 6.1.2 Karakteristik Usaha Responden... 103 6.1.3 Karakteristik Kredit Responden... 109 6.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada BRI Unit Cibinong... 115 6.2.1 Karakteristik Individu Responden... 117 6.2.2 Karakteristik Usaha Responden... 123 6.2.3 Karakteristik Kredit Responden... 130 VII ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP REALISASI DAN PENGEMBALIAN KUR PADA BRI UNIT CIBINONG... 136 7.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR... 136 7.1.1 Usia Debitur... 140 7.1.2 Jenis Kelamin... 140 7.1.3 Tingkat Pendidikan... 141 7.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga... 142 7.1.5 Waktu Tempuh Responden ke BRI... 143 7.1.6 Jenis Usaha... 143 7.1.7 Lama Usaha... 144 7.1.8 Omzet Usaha Per Bulan... 145 7.1.9 Pendapatan Bersih Per Bulan... 146 7.1.10 Frekuensi Peminjaman Kredit... 147 7.1.11 Agunan... 148 7.1.12 Jumlah Kredit yang Diajukan... 148 7.1.13 Waktu Perealisasian KUR... 149 7.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR... 154 7.2.1 Usia... 154 7.2.2 Jenis Kelamin... 155 7.2.3 Tingkat Pendidikan... 156 x

7.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga... 156 7.2.5 Waktu Tempuh dari Tempat Tinggal ke BRI... 157 7.2.6 Jenis Usaha... 158 7.2.7 Lama Usaha... 158 7.2.8 Omzet Usaha Per Bulan... 159 7.2.9 Nilai RPC Per Bulan... 160 7.2.10 Waktu Tempuh dari Lokasi Usaha ke BRI... 160 7.2.11 Frekuensi Peminjaman Kredit... 161 7.2.12 Agunan... 162 7.2.13 Nilai Plafon Kredit... 162 7.2.14 Kewajiban Per Bulan... 163 7.2.15 Jangka Waktu Pengembalian... 164 7.3 Hubungan Antara Realisasi dan Pengembalian KUR... 164 VIII KESIMPULAN DAN SARAN... 168 8.1 Kesimpulan... 168 8.2 Saran... 169 DAFTAR PUSTAKA... 170 LAMPIRAN... 171 xi

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha Menurut Skala Usaha Tahun 2008... 1 2. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Skala Usaha Tahun 2008-2009... 2 3. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2008-2009... 2 4. Jumlah dan Proporsi UMKM menurut Jenis Kesulitan Utama... 3 5. Jumlah dan Proporsi UMKM menurut Alasan Utama Tidak Meminjam dari Lembaga Perbankan... 4 6. Pertumbuhan Kredit UMKM (Rp Milyar)... 7 7. Perkembangan Realisasi Penyaluran KUR pada Bank Pelaksana Periode Januari-November 2009 (dalam Rp Milyar)... 8 8. Posisi Kredit Mikro, Kecil dan Menengah yang Diberikan Menurut Sektor Ekonomi di Kabupaten Bogor Tahun 2009 (dalam jutaan rupiah)... 11 9. Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI Unit Cibinong April 2010 - April 2011... 13 10. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Usia... 96 11. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Jenis Kelamin... 98 12. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Tingkat Pendidikan... 99 13. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Jumlah Tanggungan Keluarga... 100 14. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Jenis Pekerjaan... 102 15. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Waktu Tempuh dari Tempat Tinggal ke BRI... 103 xii

Nomor Halaman 16. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Jenis Usaha... 104 17. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Komoditas yang Diusahakan... 105 18. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Lama Usaha... 106 19. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Omzet Usaha Per Bulan... 107 20. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Pendapatan Bersih Per Bulan... 108 21. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Frekuensi Peminjaman Kredit... 110 22. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Jenis Agunan... 112 23. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Agunan... 112 24. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Jumlah Kredit yang Diajukan... 113 25. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Waktu Perealisasian... 115 26. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Usia... 117 27. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Jenis Kelamin... 119 28. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Tingkat Pendidikan... 120 29. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Jumlah Tanggungan Keluarga.. 121 30. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Waktu Tempuh Tempat Tinggal ke BRI... 122 xiii

Nomor Halaman 31. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Jenis Usaha... 124 32. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong menurut Komoditas yang Diusahakan... 125 33. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Lama Usaha... 126 34. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Omzet Usaha Per Bulan... 127 35. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Nilai RPC Per Bulan... 128 36. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Waktu Tempuh Lokasi Usaha ke BRI... 129 37. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Frekuensi Peminjaman Kredit... 131 38. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Agunan... 132 39. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Nilai Plafon Kredit... 133 40. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Kewajiban Per Bulan... 134 41. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur Lancar dan Menunggak KUR BRI Unit Cibinong menurut Jangka Waktu Pengembalian... 135 42. Hasil Analisis terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR pada BRI Unit Cibinong... 136 43. Hasil Analisis terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR pada BRI Unit Cibinong... 151 44. Hubungan Realisasi dan Pengembalian KUR BRI Unit Cibinong.. 165 45. Hasil Perhitungan Analisis Korelasi antara Realisasi dan Pengembalian.. 166 xiv

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Grafik Realisasi KUR-Kupedes BRI Unit Cibinong pada Bulan April 2010-April 2011... 12 2. Proporsi Jumlah Nasabah KUR BRI Unit Cibinong Berdasarkan Tingkat Pengembalian Pinjaman... 14 3. Permintaan dan Penawaran Kredit... 27 4. Fungsi Permintaan akan Uang... 28 6. Fungsi Penawaran Dana Pinjaman... 29 7. Fungsi Permintaan akan Dana Pinjaman... 30 8. Kerangka Pemikiran Operasional... 54 9. Struktur Organisasi BRI Unit Cibinong... 88 10. Mekanisme Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)... 94 11. Proporsi Jumlah Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong Berdasarkan Tingkat Pengembalian Pinjaman... 116 xv

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Struktur Organisasi Kantor Wilayah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)... 173 2. Struktur Organisasi Kantor Inspeksi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)... 174 3. Struktur Organisasi Kantor PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Bogor... 175 4. Data Hasil Kuesioner Responden Debitur KUR BRI Unit Cibinong... 176 5. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda... 177 6. Plot Komponen Normal Probability Plot dan Histogram of the Residuals Menurut Variabel Dependent (Realisasi KUR BRI Unit Cibinong)... 179 7. Plot Komponen Standardized Residual Menurut Variabel Dependent (Realisasi KUR BRI Unit Cibinong)... 180 8. Hasil Analisis Regresi Logistik Biner... 181 9. Rincian Angsuran Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI Unit Cibinong... 182 10. Form Aplikasi Kredit Usaha Rakyat BRI... 183 xvi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi pembangunan perekonomian Indonesia. UMKM berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis moneter 1997. Saat ini, UMKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan negara Indonesia. Berikut data perkembangan jumlah pelaku usaha menurut skala usaha tahun 2008 2009, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha Menurut Skala Usaha Tahun 2008 2009 Tahun 2008 Tahun 2009 Perkembangan No. Skala Usaha Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Jumlah (Unit) (%) (Unit) (%) (Unit) (%) 1. Usaha Mikro 50.847.771 98,90 52.176.795 98,88 1.329.024 2,61 2. Usaha Kecil (UK) 522.124 1,02 546.675 1,04 24.551 4,70 3. Usaha Menengah (UM) 39.717 0,08 41.133 0,08 1.416 3,57 A. Total Usaha Mikro, Kecil 51.409.612 99,99 52.764.603 99,99 1.354.991 2,64 dan Menengah (UMKM) B. Usaha Besar (UB) 4.650 0,01 4.677 0,01 27 0,58 Jumlah Unit Usaha (A+B) 51.414.262 52.769.280 1.355.018 2,64 Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2010 Berdasarkan data Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Tabel 1), dapat terlihat pada tahun 2009 UMKM di Indonesia terdapat sekitar 52.769.280 unit atau sekitar 99 persen lebih dari total unit usaha yang ada. Selain itu, dapat diketahui bahwa usaha yang paling banyak adalah usaha mikro dengan jumlah 52.176.795 unit. Sedangkan usaha kecil (UK) sekitar 546.675 unit dan usaha menengah (UM) sekitar 41.133 unit usaha. Adapun yang tergolong sebagai usaha besar (UB) hanya 4.677 unit. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha mikro dan kecil merupakan mayoritas dalam sektor usaha di Indonesia. Perkembangan UMKM dapat dilihat dari bertambah jumlahnya dari tahun ke tahun dan cenderung meningkat. Perkembangan UMKM tahun 2008-2009 mengalami perkembangan sekitar 1.354.991 unit atau sekitar 2,64 persen, dapat dilihat pada Tabel 1. Hal ini disebabkan oleh jumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan nasional dan penyediaan lapangan kerja. 1

Peran UMKM dalam memajukan perekonomian Indonesia dapat dilihat berdasarkan kontribusinya dalam pencapaian nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi UMKM terhadap PDB atas dasar harga konstan 2000 mencapai 48.972,1 milyar rupiah atau sekitar 4,20 persen dari tahun sebelumnya. Perkembangan nilai PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut skala usaha tahun 2008-2009 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Skala Usaha Tahun 2008-2009 Perkembangan Jumlah (Rp Milyar) No. Skala Usaha Tahun 2008 Tahun 2009 (Rp Milyar) (%) 1. Usaha Mikro 655.703,8 682.462,4 26.758,6 4,08 2. Usaha Kecil (UK) 217.130,2 225.478,3 8.348,1 3,84 3. Usaha Menengah (UM) 292.919,1 306.784,6 13.865,5 4,73 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 1.165.753,2 1.214.725,3 48.972,1 4,20 4. Usaha Besar (UB) 832.184,8 873.567,0 41.382,2 4,97 Nilai PDB Total 1.997.938,0 2.088.292,3 90.354,3 4,52 Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2010 UMKM merupakan usaha padat karya sehingga sangat berperan dalam mengatasi masalah perekonomian Indonesia. UMKM dapat menjadi alternatif lapangan kerja baru guna mengurangi pengangguran di Indonesia. Pada tahun 2009, kontribusi UMKM pada penyerapan tenaga kerja mencapai 96.211.332 orang atau sekitar 97,30 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2008-2009 Tahun 2008 Tahun 2009 Perkembangan No. Skala Usaha Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Jumlah (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%) 1. Usaha Mikro 87.810.366 90,73 90.012.694 91,03 2.202.328 2,51 2. Usaha Kecil (UK) 3.519.843 3,64 3.521.073 3,56 1.230 0,03 3. Usaha Menengah (UM) 2.694.069 2,78 2.677.565 2,71 (16.504) (0,61) A. Total Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 94.024.278 97,15 96.211.332 97,30 2.187.054 2,33 B. Usaha Besar (UB) 2.756.205 2,85 2.674.671 2,70 (81.534) (2,96) Jumlah Tenaga Kerja (A+B) 96.780.483 98.886.003 2.105.520 2,18 Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2010 2

Pada tahun 2009, kontribusi terbesar terdapat pada Usaha Mikro yang mencapai 90.012.694 orang atau sekitar 91,03 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada. Hal ini mengindikasikan bahwa Usaha Mikro mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan usaha lainnya. Usaha Mikro memiliki peran yang besar dalam mengatasi masalah pengangguran di Indonesia. Peran UMKM cukup besar dalam perekonomian nasional. Adapun beberapa peran strategis UMKM antara lain: (a) jumlahnya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi; (b) menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak kesempatan kerja; (c) memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau. Namun, UMKM masih menghadapi beberapa masalah dan kendala yang bersifat klasik, antara lain: 1) permodalan, 2) manajemen, 3) teknologi, 4) bahan baku, 5) informasi dan pemasaran, 6) infrastruktur, 7) kemitraan, serta 8) birokrasi. Beragamnya masalah yang dihadapi UMKM tersebut, namun masalah permodalan masih merupakan masalah atau kendala yang utama dan menjadi faktor kritis bagi UMKM, baik untuk kebutuhan modal kerja maupun modal investasi untuk pengembangan usaha 1. Jumlah dan proporsi UMKM menurut jenis kesulitan utama, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah dan Proporsi UMKM menurut Jenis Kesulitan Utama Jenis Kesulitan Utama Jumlah UMKM Proporsi (Unit Usaha) (%) Permodalan 806.758 37,82 Pemasaran 495.123 23,21 Bahan Baku 483.468 22,67 BBM / Energi 34.759 1,63 Transportasi 39.571 1,86 Keterampilan 68.162 3,19 Upah Buruh 20.884 0,98 Lainnya 184.408 8,64 Jumlah 2.133.133 100 Sumber : Badan Pusat Statistik, (2010) 1 Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. [7 November 2010]. 3

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa masalah permodalan merupakan masalah yang paling utama dalam UMKM. Permasalahan permodalan ini timbul akibat produk jasa lembaga keuangan sebagian besar masih berupa kredit modal kerja, sedangkan untuk kredit investasi sangat terbatas. Disamping persyaratan pinjaman juga tidak mudah dipenuhi, dan kurangnya informasi yang diberikan oleh lembaga perbankan kepada para pengusaha. Banyaknya usaha mikro dan kecil dan alasan utama tidak meminjam dari lembaga perbankan pada Tahun 2010, dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah dan Proporsi UMKM menurut Alasan Utama Tidak Meminjam dari Lembaga Perbankan Alasan Utama Tidak Meminjam dari Lembaga Perbankan Jumlah UMKM (Unit Usaha) Proporsi (%) Tidak Tahu Prosedur 380.308 14,81 Prosedur Sulit 213.812 8,33 Tidak Ada Agunan 363.001 14,14 Suku Bunga Tinggi 243.312 9,48 Usulan Ditolak 22.625 0,88 Tidak Berminat 1.343.972 52,36 Jumlah 2.567.030 100 Sumber : Badan Pusat Statistik (2010) Peranan UMKM sangat strategis dalam penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan nasional. Pada umumnya permodalan merupakan hambatan utama bagi UMKM untuk mengembangkan usahanya. Kemampuan UMKM yang lemah dalam mengakses permodalan terutama kepada lembaga keuangan formal menjadi kendala yang sulit dicarikan solusi pemecahannya. Faktor permodalan dan ketersediaan dana yang cukup akan sangat mendukung perkembangan UMKM. Salah satu program pemerintah guna mengatasi masalah permodalan bagi UMKM tersebut, yaitu melalui program yang disebut Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kementerian Negara Koperasi dan UKM turut memprakarsai program perkuatan permodalan melalui KUR. Tujuan pembentukan program KUR adalah untuk mempercepat pembangunan sektor riil dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah, peningkatan akses pembiayaan kepada UMKM dan koperasi serta penanggulangan kemiskinan melalui perluasan kesempatan kerja. 4

Program KUR merupakan aktualisasi dari siasat inovatif untuk menciptakan hubungan yang saling melengkapi dan saling mengisi antara sektor finansial dan sektor riil. Program KUR terstruktur sebagai indikasi pembiayaan nasional yang bersifat lintas fungsional, lintas sektoral, dan lintas regional bersentuhan langsung dengan aspek makro dan mikro ekonomi dan berorientasi pada keselarasan antara segi pertumbuhan dan pemerataan (Kementrian Negara Koperasi dan UKM) 2. KUR adalah skim penjaminan kredit yang khusus diperuntukkan bagi UMKM yang usahanya layak (feasible) namun tidak mempunyai agunan yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan Perbankan (bankable). Program ini khusus ditujukan untuk memperkuat permodalan bagi UMKM. Di samping itu, kendala lain sulitnya UMKM dalam mengakses kredit KUR karena tidak adanya jaminan atau agunan. Di sisi lain yang menyebabkan program KUR kurang efektif adalah karena kurangnya sosialisasi program tersebut pada masyarakat, serta masih tingginya suku bunga KUR karena bagi UMKM suku bunga yang ideal yakni pada kisaran 15 persen. Pada tahun 2010, suku bunga KUR masih berada di level 16 persen, bahkan untuk pinjaman tertentu tanpa agunan masih berkisar pada level 20 persen hingga 22 persen. Program KUR yang menjadi salah satu program andalan pemerintah seharusnya bisa menjadi katalisator dalam kebuntuan pengembangan UMKM. Niat mulia program KUR adalah memfasilitasi UMKM untuk mendapatkan pendanaan dengan suku bunga yang murah. Tapi kenyataan yang terjadi di lapangan suku bunga yang didapatkan UMKM masih terbilang tidak kompetitif 3. Pada saat awal diluncurkan, skim KUR hanya satu jenis yaitu kredit untuk UMKM dengan plafon kredit sampai dengan 500 juta rupiah. Namun, setelah berjalan beberapa waktu, Presiden Republik Indonesia mengarahkan agar penyaluran KUR lebih mengutamakan untuk nasabah-nasabah usaha Mikro dengan plafon kredit maksimal 20 juta rupiah. 2 Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. [7 November 2010] 3 Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Kredit Usaha Rakyat 2010. http://www.indonesia.go.id/in/kementerian/kementerian/kementerian-negara-koperasi-aukm/485-ukm/8682-kredit-usaha-rakyat-2010.htm l [9 November 2010] 5

Program KUR merupakan bagian integral dari pelaksanaan kebijakan INPRES No. 6 tanggal 8 Juni 2007 tentang percepatan sektor riil dan pemberdayaan UMKM. Implementasinya berpangkal pada nota kesepahaman bersama antara Instansi atau Departemen teknis, perbankan dan perusahaan penjaminan yang ditandatangi pada tanggal 9 Oktober 2007, dengan ditandai peluncuran Penjaminan Kredit atau Pembiayaan kepada UMKM. Pada tanggal 5 November 2007, Presiden R.I Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan kredit bagi UMKM dengan pola penjaminan dengan nama Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dengan adanya kebijakan penjaminan kredit ini diharapkan mampu memberikan kemudahan akses ke lembaga perbankan bagi para pelaku UMKM yang telah feasible namun dianggap belum bankable, artinya bahwa pelaku UMKM tidak memiliki jaminan pinjaman yang sesuai bagi bank. UMKM harus merupakan usaha produktif atau layak (feasible) dan tidak harus memiliki jaminan (agunan). Kredit usaha rakyat mensyaratkan bahwa agunan pokok kredit adalah proyek yang dibiayai. Namun pada kenyataannya agunan tambahan yang dimiliki oleh UMKM pada umumnya kurang, maka sebagian dicover dengan program penjaminan. Besarnya coverage penjaminan maksimal 70 persen dari jumlah plafon kredit. Penting untuk diketahui bahwa sumber dana KUR sepenuhnya berasal dari dana komersial bank. Oleh karena itu, bank mensyaratkan bahwa UMKM yang mengajukan kredit sebaiknya menyertakan agunan. Adapun agunan tersebut bertujuan sebagai peng-cover pinjaman untuk mengantisipasi bilamana terjadi salah penggunaan kredit atau penunggakan oleh debitur KUR. Pada kenyataanya bagi UMKM yang tidak menyertakan agunan, umumnya banyak terjadi penggunakan kredit tidak sesuai dengan tujuan penggunaan kredit dan merasa tidak memiliki kewajiban untuk membayar kredit, serta dapat menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan oleh Bank. Pada tahun 2008, pertumbuhan total kredit UMKM menunjukkan kenaikan sebesar 26 persen. Pada Oktober 2009, Bank Swasta Nasional tercatat sebagai pemberi kredit UMKM terbesar dengan proporsi sebesar 42 persen dari total keseluruhan kredit UMKM. Pertumbuhan kredit UMKM berdasarkan kelompok bank tahun 2006-2009 dapat dilihat pada Tabel 6. 6

Tabel 6. Pertumbuhan Kredit UMKM (Rp Milyar) Kelompok Bank Jumlah (Milyar) 2006 2007 2008 Okt 2009 Pertumbuhan (%) Pangsa Okt 09 (%) Bank Persero 144.935 176.740 230.375 274.631 30 38 Bank BPD 52.859 67.774 87.655 109.303 29 15 Bank Swasta Nasional 195.326 238.211 290.509 301.379 22 42 Bank Asing & Campuran 17.322 20.073 25.406 28.435 27 4 Jumlah Kredit UMKM 410.442 502.798 633.945 713.748 26 100 Sumber : Diolah dari BI Statistik Perbankan Indonesia (Oktober 2009) Dalam Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK (2010) Pada Tabel 6, terlihat bahwa pertumbuhan kredit UMKM oleh empat kelompok Bank yaitu Bank Persero, Bank BPD, Bank Swasta Nasional, serta Bank Asing dan Campuran hingga Oktober 2009 telah mencapai 713.748 milyar rupiah dengan pertumbuhan sebesar 26 persen dari total kredit UMKM. Dapat dilihat bahwa pertumbuhan kredit UMKM tahun 2006 hingga Oktober 2009 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat pada kelompok bank Persero memiliki pertumbuhan kredit sebesar 30 persen, dimana pertumbuhan ini lebih besar dibandingkan dengan kelompok bank lainnya. Semakin banyak bank penyalur KUR tentu akan meningkatkan daya serap kredit tersebut, semakin banyak pula pelaku UMKM yang bisa terlayani untuk memperoleh kredit. Penyaluran KUR mencapai 14,78 triliun rupiah atau melebihi target yang ditetapkan pemerintah 13,11 triliun rupiah, menyusul kelonggaran beberapa ketentuan yang menghambat penyaluran kredit tersebut. Pada tahun 2010, perkembangan KUR mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2008, realisasi KUR mencapai 12,64 triliun rupiah, sedangkan pada tahun 2009 realisasi KUR mencapai 14,56 triliun rupiah dan hampir mencapai 15 triliun rupiah dengan jumlah debitur 1,33 juta per 28 Desember 2010. Pencapaian penyaluran KUR tersebut tidak terlepas dari berbagai upaya pemerintah untuk memperbaiki perangkat peraturan yang menghambat penyaluran kredit tersebut. Beberapa ketentuan yang disempurnakan antara lain debitur yang memiliki kredit konsumtif diperbolehkan mengajukan KUR 4. 4 Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Penyaluran KUR Lampaui Target. http://www.indonesia.go.id/in/kementerian/kementerian/kementerian-negara-koperasi-a-ukm/485- ukm/9575-penyaluran-kur-lampaui-target.html [04 Januari 2011 ; 22.00 am] 7

Adapun jumlah debitur yang telah mengakses modal usaha dari program KUR dari enam bank nasional yang terdiri dari Bank BNI, Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BTN, Bank Bukopin, dan Bank BSM telah mencapai 687.851 orang sedangkan jumlah keseluruhan sejak program ini diluncurkan pada akhir 2007, lebih dari 18 juta debitur 5. Realisasi KUR secara nasional pada periode Januari hingga November 2009 telah mencapai sekitar 162,5 triliun rupiah. Realisasi KUR yang tercatat per 30 November 2009 mencapai 16,4 triliun rupiah yang disalurkan kepada 2,3 juta nasabah dari kalangan Usaha Mikro dan Kecil. Sasaran KUR hingga akhir tahun 2009 adalah sebesar 19,5 triliun rupiah untuk sekitar 2,7 juta nasabah 6. Perkembangan penyaluran kredit dan debitur KUR dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Perkembangan Realisasi Penyaluran KUR pada Bank Pelaksana Periode Januari-November 2009 (dalam Rp Milyar) Bulan BNI BRI Mandiri BTN Bukopin BSM Total Januari 1,158,584 9,44,734 1,159,080 169,090 617,812 324,187 12,873,487 Februari 1,153,303 9,681,322 1,168,285 176,541 612,730 344,394 13,136,575 Maret 1,102,599 10,231,711 1,176,959 184,148 605,451 361,039 13,661,927 April 967,974 10,545,954 1,412,275 191,479 600,366 363,258 14,081,306 Mei 1,076,373 10,849,454 1,427,753 203,690 592,682 364,981 14,514,934 Juni 1,074,264 11,123,873 1,439,349 212,664 656,107 376,407 14,882,664 Juli 1,066,589 11,526,498 1,441,144 221,553 575,895 372,972 15,204,652 Agustus 1,114,747 11,601,638 1,444,310 236,353 569,050 376,768 15,342,865 September 1,104,966 12,378,337 1,497,277 235,655 664,843 375,087 16,256,164 Oktober 1,088,630 12,253,314 1,501,424 245,548 667,363 377,165 16,133,443 November 1,086,223 12,560,893 1,504,535 251,026 667,798 379,834 16,450,308 Sumber : Bank Pelaksana (Diolah), Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK (2010) Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa penyaluran dana KUR terbesar dilakukan oleh Bank BRI. Pada September 2010, realisasi KUR telah mencapai 8,1 triliun rupiah atau 61,96 persen dari target sebesar 13,1 triliun rupiah, jumlah debitur KUR hanya 4,5 juta. BRI membantu dalam permodalan usaha mikro dan kecil sehingga masyarakat telah mengenal dengan baik program kredit yang diberikan BRI terhadap usaha mikro dan kecil. 5 Mulia Ginting Munthe. Realisasi Kredit Usaha Rakyat Lebi Rp 8 triliun. 11/10/2010 (17:08:21 WIB). http://web.bisnis.com/sektor-riil/ritel-ukm/1id214206.html 6 Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. 7 November 2010. http://www.smecda.com/kajian/files/lap_akhir_kajian_damp_kur/3_bab_2.pdf 8

1.2 Perumusan Masalah BRI merupakan salah satu bank pelaksana yang ditunjuk oleh pemerintah dalam penyaluran program KUR. BRI merupakan bank yang fokus pada penyaluran program KUR. Dalam hal ini, BRI tidak hanya memberikan bantuan dalam segi permodalan usaha mikro dan kecil, tetapi juga turut memberikan bantuan teknis agar usaha mikro kecil yang bersifat feasible dan belum bankable. Hal ini bertujuan agar usaha mikro dan kecil tersebut menjadi bankable, seperti pengurusan sertifikat, surat izin dan sebagainya sehingga usaha mikro dan kecil dapat dengan mudah mengembangkan usahanya. Selain program kredit KUR yang dikeluarkan oleh pemerintah, Bank BRI juga memiliki produk pinjaman yaitu Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) yang merupakan kredit bagi usaha kecil dan menengah di wilayah pedesaan maupun perkotaan. KUR adalah skim penjaminan kredit yang khusus diperuntukkan bagi UMKM dan Koperasi yang usahanya layak (feasible) namun tidak mempunyai agunan yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan Perbankan (bankable). Program ini khusus ditujukan untuk memperkuat permodalan UMKM. Dengan adanya KUR sebagai kredit lunak bagi usaha mikro dan kecil, maka dapat memenuhi kebutuhan modal kerja maupun modal investasi untuk pengembangan usaha. KUR memiliki potensi yang cukup tinggi dalam pembiayaan yang khusus diperuntukkan bagi usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKM-K) yang memiliki usaha yang layak namun tidak mempunyai agunan atau jaminan yang cukup sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh perbankan. UMKM harus merupakan usaha produktif yang layak atau bersifat feasible, namun belum bankable. KUR mensyaratkan bahwa agunan pokok kredit adalah proyek yang dibiayai. Namun, agunan tambahan yang dimiliki oleh UMKM pada umumnya kurang, maka sebagian dijamin dengan program penjaminan. Besarnya coverage penjaminan maksimal 70 persen dari plafon kredit. Sumber dana KUR sepenuhnya berasal dari dana komersial Bank. Adapun tujuan akhir dari program KUR tersebut adalah dalam rangka meningkatkan perekonomian, pengentasan kemiskinan, dan penyerapan tenaga kerja. 9

Pemerintah juga meningkatkan plafon KUR Mikro dari lima juta rupiah hingga maksimal 20 juta rupiah. Selain itu, pemerintah juga meningkatkan jumlah penjaminan untuk sektor-sektor pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, perkebunan dan industri kecil dari 70 persen menjadi 80 persen. Pemerintah juga memperluas penyaluran KUR tersebut hingga ke sektor jasa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan memberikan jumlah penjaminan sebesar 80 persen. Pada tahun 2011, pemerintah menargetkan penyaluran KUR mencapai 20 triliun rupiah. Pada dasarnya, KUR merupakan modal kerja dan kredit investasi yang disediakan secara khusus untuk unit usaha produktif melalui program penjaminan kredit. Usaha perseorangan, kelompok atau koperasi dapat mengakses program ini dengan kredit maksimum 500 juta rupiah. Sumber dana adalah bank yang ditunjuk dengan tingkat bunga maksimum 16 persen per tahun. Masa pinjam kredit untuk modal kerja maksimum 3 tahun dan 5 tahun untuk investasi, dengan plafond dibawah 5 juta rupiah. Dengan pemberian kredit modal usaha ini diharapkan akan meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan UMKM. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah pengembangan sektor agribisnis di Jawa Barat yang memiliki potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang mendukung pengembangan sektor agribisnis di wilayah tersebut. Salah satu Kecamatan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat adalah Kecamatan Cibinong, merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Bogor. Sejak didaulat menjadi ibu kota Kabupaten, Cibinong disebut sebagai kota jasa perdagangan. Hal ini menjadikan UMKM sedang tumbuh dan berkembang di Kecamatan Cibinong. Namun, kendala utama yang dihadapi oleh usaha mikro, dan kecil (UMK) khususnya di sektor agribisnis adalah dari segi pemodalan. Perlu adanya upaya khusus untuk mendorong pelaku sektor UMK khususnya pada sektor agribisnis untuk dapat akes terhadap kredit perbankan. Posisi kredit mikro, kecil dan menengah yang diberikan menurut sektor ekonomi di Kabupaten Bogor tahun 2009, dapat dilihat pada Tabel 8. 10

Tabel 8. Posisi Kredit Mikro, Kecil dan Menengah yang Diberikan Menurut Sektor Ekonomi di Kabupaten Bogor Tahun 2009 (dalam jutaan rupiah) Posisi Kredit Bulan Agustus September Oktober November Desember Pertanian 108.710 113.938 119.032 120.509 139.925 Pertambangan 21.415 22.663 23.782 24.121 25.729 Perindustrian 781.686 775.012 751.502 735.013 761.608 Perdagangan 1.080.338 1.101.180 1.127.834 1.125.626 1.167.682 Jasa Listrik, Gas dan Air 84.738 78.565 84.897 80.402 60.556 Jasa Konstruksi 209.996 212.196 214.572 225.069 220.471 Jasa Pengangkutan 28.726 29.278 29.169 31.790 32.850 Jasa Dunia Usaha 409.055 419.113 41.472 434.947 434.105 Jasa Sosial Masyarakat 103.741 110.051 107.657 118.688 137.902 Lain-Lain 6.647.707 6.806.632 6.973.355 7.039.541 7.159.597 Jumlah 9.476.112 9.668.628 9.473.272 9.935.706 10.140.425 Sumber : Bank Indonesia Cabang Bandung dalam BPS Kabupaten Bogor (2010) Berdasarkan Tabel 8 diatas, posisi kredit mikro, kecil, dan menengah yang diberikan menurut sektor ekonomi mengalami peningkatan setiap bulannya pada Tahun 2009. Hal ini terlihat, pada bulan Agustus 2009 sebesar 9.476.112 juta rupiah, September 2009 sebesar 9.668.628 juta rupiah, Oktober 2009 sebesar 9.473.272 juta rupiah, November 2009 sebesar 9.935.706 dan pada Desember 2009 sebesar 10.140.425 juta rupiah. Sektor ekonomi di Kota Bogor yang memiliki posisi kredit terbesar adalah sektor perdagangan. Posisi kredit sektor perdagangan mengalami peningkatan yang siginifikan setiap bulannya. Hal ini menunjukkan potensi sektor perdagangan di Kabupaten Bogor mengalami perkembangan. Dengan adanya penyaluran KUR maka dapat memberikan kesempatan kepada pelaku sektor usaha UMK di sektor agribisnis untuk memperoleh kredit lunak agar potensi para pengusaha kecil bisa semakin ditingkatkan. Di sektor agribisnis, bidang usaha yang layak adalah input produksi hingga penyediaan alat dan mesin pertanian, aktivitas on-farm, dan pengolahan dan pemasaran hasil-hasil pertanian. Namun, pihak Bank sulit untuk memberikan kredit modal usaha bagi kelompok UMK sektor agribisnis dengan pertimbangan-pertimbangan usaha yang belum bankable dan UMK sektor agribisnis dianggap memiliki risiko yang cukup tinggi bagi bank. Penyaluran KUR yang ditujukan kepada UMKM baik yang bergerak dibidang usaha agribisnis maupun non agribisnis pada wilayah tersebut dilaksanakan oleh BRI Unit Cibinong. 11

Bank BRI Unit Cibinong Cabang Bogor merupakan salah satu dari kantor unit yang dibuka oleh BRI untuk melayani masyarakat termasuk di dalamnya adalah dengan memberikan pelayanan KUR di wilayah Cibinong. Di antara unitunit BRI yang berada di bawah Kantor Cabang Bogor, BRI Unit Cibinong memiliki peluang terhadap sektor usaha mikro. Oleh karena itu, BRI Unit Cibinong harus terus melakukan pengembangan salah satunya dengan mengembangkan pengelolaan risiko kredit, terutama dalam hal penyeleksian calon debitur agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembiayaan serta dapat menyokong pengembangan usaha mikro khususnya di sektor agribinis. Grafik realisasi KUR-Kupedes BRI Unit Cibinong pada Bulan April 2010-April 2011, dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik Realisasi KUR-Kupedes BRI Unit Cibinong pada Bulan April 2010-April 2011 Sumber : BRI Unit Cibinong (2011) Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa penyaluran KUR-Kupedes oleh BRI Unit Cibinong telah mencapai target realisasi kredit, padahal permintaan yang relatif tinggi dari para pelaku usaha mikro. Target realisasi KUR oleh BRI Unit Cibinong sekitar 2 milyar rupiah dengan jumlah debitur KUR sebanyak 481 orang. Debitur KUR yang bergerak di bidang agribisnis sekitar 10 persen dari total debitur KUR. Realisasi KUR BRI Unit Cibinong Januari 2010-April 2011, dapat dilihat pada Tabel 9. 12

Tabel 9. Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI Unit Cibinong April 2010- April 2011 Tahun Bulan Realisasi Nasabah Rp April 37 156.500.000 Mei 26 155.000.000 Juni 32 139.500.000 Juli 27 126.000.000 2010 Agustus 32 132.500.000 September 23 105.000.000 Oktober 43 192.500.000 November 39 344.000.000 Desember 49 456.000.000 Januari 48 403.500.000 2011 Februari 36 413.000.000 Maret 41 295.000.000 April 31 245.500.000 Sumber : BRI Unit Cibinong (2011) Cibinong disebut sebagai kota jasa perdagangan sejak didaulat menjadi ibu kota Kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa di Cibinong banyak pengusaha agribisnis mikro, kecil dan menegah yang bergerak di bidang perdagangan di sektor agribisnis maupun non agribisnis yang sedang tumbuh dan berkembang. Dengan adanya KUR BRI Unit Cibinong, maka usaha yang bergerak di sektor perdagangan, restoran dan hotel memperoleh bantuan modal kerja untuk menjalankan serta mengembangkan usahanya. Untuk itu, pentingnya menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam realisasi kredit sehingga mendorong BRI Unit Cibinong untuk membantu para pelaku usaha mikro dan kecil khususnya di bidang perdagangan sektor agribisnis dalam memperoleh KUR. BRI Unit Cibinong memperoleh nilai NPL per Desember 2010 sekitar 2,25 persen dan pada periode ini per Maret 2011 nilai NPL turun menjadi 1,126 persen. Tingkat NPL tersebut juga menunjukkan kinerja penyaluran KUR pada BRI Unit Cibinong masih berada dibawah tingkat NPL KUR pada BRI Unit Cabang Bogor secara keseluruhan. Proporsi nasabah pinjaman tidak lancar sebanyak 21 persen dari total debitur KUR BRI Unit Cibinong. Proporsi jumlah nasabah KUR BRI Unit Cibinong berdasarkan tingkat pengembalian pinjaman dapat dilihat pada Gambar 2. 13

Gambar 2. Proporsi Jumlah Nasabah KUR BRI Unit Cibinong Berdasarkan Tingkat Pengembalian Pinjaman Sumber : BRI Unit Cibinong (2011) Realisasi KUR bagi UMKM tersebut dan nilai NPL yang diperoleh tersebut mengindikasikan prestasi yang diraih BRI Unit Cibinong. Prestasi yang telah diraih oleh BRI Unit Cibinong antara lain yaitu BRI Unit Cibinong merupakan salah satu unit BRI Cabang Bogor yang terbesar, memperoleh predikat sebagai salah satu BRI unit yang teladan, dan memperoleh nilai NPL terkecil serta realisasi KUR yang mencapai target. Sejauh ini ada dua pokok masalah yang saling berkaitan yaitu masalah pencapaian realisasi KUR dan nilai NPL. Oleh karena itu, pentingnya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi dan pengembalian KUR, agar dapat membantu pencapaian target realisasi debitur KUR. Dengan demikian, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi dan pengembalian KUR oleh debitur perlu menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh BRI Unit Cibinong. Selain itu penting menganalisis hubungan antara realisasi dan pengembalian KUR pada BRI Unit Cibinong. Dengan demikian BRI Unit Cibinong tidak hanya dapat menentukan nasabah yang tepat sebagai penerima realisasi KUR, sekaligus juga dapat menentukan nasabah yang memiliki kemampuan dalam kelancaran pengembalian sehingga dapat menghindari nasabah yang kemungkinan akan menunggak pengembalian KUR. Hal ini akan membantu BRI Unit Cibinong dalam mempertahankan prestasi yang telah diraih yaitu pencapaian target realisasi KUR dan tingkat pengembalian. 14