TINJAUAN PUSTAKA. Sapi

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan dewasa kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

SKRIPSI RIRI SELVIA N

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

PENDUGAAN BOBOT BADAN SAPI BALI DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) JANTAN BERDASARKAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA (ARKU) SKRIPSI SIDDIQ PERNOMO

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Siak, Natuna,

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

STUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH SAPI PESISIR, SAPI BALI DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN SKRIPSI ARIF PRASETIA

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

MATERI DAN METODE. Prosedur

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali (Bos sondaicus) yang ada saat ini diduga berasal dari hasil domestikasi

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

TINJAUAN PUSTAKA. atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

SAPI RAMBON (Trinil Susilawati, Fakultas peternakan Universitas Brawijaya)

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

PENDAHULUAN. cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

PENDAHULUAN. tubuh yang akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan. Bobot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Lokal Ayam Kampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bovidae didomestikasi dari leluhurnya yang masih liar yaitu Bos javamicus/bibos banteng atau

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Potong Tropis Bangsa sapi potong tropis adalah merupakan bangsa sapi potong yang berasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

Oleh: drh. Adil Harahap (dokadil.wordpress.com)

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

PROSPEK SAPI PESISIR SEBAGAI TERNAK LOKAL YANG MENJANJIKAN Shari Asmairicen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keunggulan antara lain karena pertumbuhannya yang cepat, konversi ransum yang

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Sapi diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan yang memiliki tulang belakang), kelas Mammalia (hewan menyusui), ordo Artiodactile (hewan berkuku atau berteracak genap), sub-ordo Ruminansia (hewan pemamah biak), famili Bovidae (hewan bertanduk rongga), genus Bos (hewan pemamah biak berkaki empat), spesies Bos taurus pada sebagian besar bangsa sapi dan Bos indicus pada sapi berpunuk (Blakely dan Bade, 1992). Menurut Blakely dan Bade (1992) dan Jakaria et al. (2007), sapi Peranakan Ongole (PO) dan sapi Pesisir diklasifikasikan ke dalam species Bos indicus, sedangkan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam Bos sondaicus (Talib et al., 2003). Sapi Peranakan Ongole (PO) Sapi PO banyak ditemukan di pulau Jawa yang merupakan sapi lokal Indonesia. Sapi PO merupakan sapi hasil persilangan antara sapi Ongole dan sapi lokal setempat, terutama sapi Jawa. Sapi ini tahan terhadap panas dan penyakit caplak, bertubuh besar, bergumba dan bergelambir lebar. Karakteristik jantan sapi PO, menurut Santi (2008), memiliki panjang badan 116,59 cm, tinggi pundak 135,06 cm dan lingkar dada 185,44 cm. Bobot hidup bervariasi yaitu 200-450 kg (Erlangga, 2009). Sapi PO memiliki ciri berbulu putih kelabu atau kehitam-hitaman dengan kaki berukuran panjang. Kepala relatif pendek dengan profil melengkung, berpunuk besar dengan lipatan-lipatan kulit di bawah leher dan perut lebar. Sapi PO tahan terhadap panas dan kualitas pakan yang rendah (Natural Veterinary, 2009). Sapi PO memiliki laju pertumbuhan yang baik, kemampuan konsumsi pakan yang cukup tinggi dan mudah dalam pemeliharaan. Sapi ini memiliki tenaga yang kuat. Sapi PO memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan. Sapi PO memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi induk cepat kembali normal setelah beranak, jantan memiliki kualitas semen yang baik (Erlangga, 2009).

Gambar 1. Sapi Peranakan Ongole Jantan Sapi Bali Sapi Bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi Bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau Bali dan kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Karakteristik kuantitatif sapi Bali menurut Pane (1991) meliputi bobot badan 350-400 kg, panjang badan 125-134 cm, lingkar dada 180-185 cm dan tinggi pundak 122-126 cm. Sapi jantan tidak bergumba, memiliki gelambir kecil dan tubuh kompak. Warna sapi Bali pada jantan maupun betina sama ketika dilahirkan yaitu coklat muda. Warna ini tetap sampai dengan dewasa pada betina, tetapi berubah menjadi hitam pada jantan. Warna hitam pada jantan dewasa yang dikebiri berubah menjadi coklat muda, sedangkan tungkai kaki mulai dari lutut hingga sikut ke bawah tetap berwarna putih. Sapi Bali memiliki keunggulan diantaranya memiliki fertilitas yang baik karena sapi betina mampu menghasilkan anak setiap tahun, konsumsi ransum sedikit pada saat-saat sulit seperti musim kemarau yang panjang atau sesudah waktu utama bercocok tanam dan dapat kembali segera ke kondisi semula, kualitas daging baik, sapi jantan kebiri muda dan sapi jantan umumnya mempunyai berat standar untuk diekspor ke pulau atau negara 4

lain untuk disembelih, dan kualitas kulit baik dan agak tipis (Williamson dan Payne, 1993). Sapi Bali memiliki tanduk berukuran pendek dan kecil, kepala panjang, halus dan sempit, serta leher yang ramping. Sapi Bali sangat produktif dan adaptif terhadap lingkungan. Persentase pedet yang dihasilkan mencapai 80%. Sapi Bali mampu mencerna pakan berkualitas rendah, menghasilkan karkas berkualitas bagus, harga jual tinggi dan dapat digunakan sebagai hewan tenaga kerja. Sapi Bali digunakan sebagai ternak kerja, tetapi dianggap sebagai ternak potong karena memiliki kualitas karkas yang baik. Kulit berpigmen dan halus. Puncak kepala yang datar, telinga berukuran sedang dan bediri. Tanduk jantan berukuran besar tumbuh ke samping kemudian ke atas dan runcing (Natural Veterinary, 2009). Gambar 2. Sapi Bali Jantan Sapi Pesisir Sapi Pesisir atau sapi Pesisir Selatan adalah sapi yang terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan, Propinsi Sumatera Barat. Sapi jantan berkepala pendek, tanduk pendek menengah keluar (seperti tanduk kambing), leher pendek dan berat, belakang leher lebar, punuk kecil, bagian tubuh depan lebih berat daripada bagian tubuh 5

belakang. Sapi betina berkepala agak panjang dan halus, bertanduk kecil dan mengarah keluar. Sapi Pesisir pada umumnya dipelihara secara bebas, memiliki bobot badan relatif kecil sehingga tergolong sapi mini (mini cattle) dan dapat dijadikan sebagai hewan kesayangan (fancy) bagi penggemar sapi mini. Sapi Pesisir memasok 75% daging sapi di Padang Sumatera Barat (Saladin, 1983). Sapi Pesisir jantan dewasa umur 4-6 tahun memiliki bobot badan 186 kg yang jauh lebih rendah dari pada bobot badan sapi Bali (310 kg) dan sapi Madura (248 kg). Penampilan bobot badan yang kecil tersebut merupakan salah satu penciri suatu bangsa sapi, sehingga dapat dinyatakan bahwa sapi Pesisir merupakan sapi khas Indonesia terutama di Sumatera Barat dan merupakan sumber daya genetik (plasma nutfah) nasional yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. Sapi pesisir berkontribusi besar terhadap pemenuhan kebutuhan daging bagi masyarakat Sumatera Barat (Adrial, 2010). Gambar 3. Sapi Pesisir Jantan Sapi Pesisir merupakan sapi terkecil kedua di dunia (Sarbaini, 2004). Sapi Pesisir memiliki keragaman warna bulu yang tinggi mulai dari merah bata (merah tua), merah muda, kehitam-hitaman, coklat tua dan putih kehitam-hitaman. Warna 6

bulu di sekitar mata, mulut, bagian dalam kaki dan perut agak muda. Tinggi pundak pada sapi dewasa jantan dan betina masing-masing 90-108 cm dan 83-102 cm, lingkar dada 104-133 cm dan 83-103 cm dan panjang badan 90-120 cm dan 86-117 cm (Adrial, 2010). Pertumbuhan dan Ukuran Tubuh Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan ukuran atau volume zat hidup. Pertumbuhan meliputi dua fase utama yaitu fase prenatal (sebelum lahir) dan fase postnatal (setelah lahir). Semua organ tubuh ternak akan dibentuk pada saat prenatal dan peningkatan ukuran, sistem dan perkembangan dewasa tubuh, terjadi pada pertumbuhan postnatal. Peningkatan ukuran sel (hypertrophy) dan jumlah sel (hyperplasia) terjadi selama pertumbuhan prenatal maupun postnatal (Herren, 2000). Scanes (2003) menjelaskan bahwa pertumbuhan ternak dapat dideskripsikan dengan cara mengukur karakteristik fisik ternak seperti bobot badan, tinggi badan, panjang badan dan lingkar dada atau mengukur tebal lemak punggung, ketebalan dan kedalaman otot. Hanibal (2008) melaporkan bahwa terdapat hubungan antara skor ukuran dan bobot badan, sedangkan lingkar dada merupakan penciri dari ukuran tubuh. Darmayanti (2003) menyatakan bahwa bobot badan pada umumnya mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran linier tubuh. Periode pertumbuhan diawali dengan pertumbuhan tulang yang sangat cepat, laju pertumbuhan otot menurun dan deposisi lemak meningkat setelah pubertas (Soeparno, 1992). Herren (2000) menjelaskan bahwa ternak mengalami pertumbuhan secara cepat sejak lahir hingga ternak mencapai dewasa kelamin. Ternak mengalami pertumbuhan jaringan dan otot secara cepat pada periode ini. Ternak akan tetap mengalami pertumbuhan, namun kecepatan pertumbuhan semakin berkurang sampai dengan pertumbuhan tulang dan otot berhenti; setelah mencapai dewasa kelamin. Penelitian untuk menentukan asal usul dan hubungan genealogical pada beberapa tipe sapi asli Asia Timur, termasuk beberapa sapi lokal Indonesia telah dilakukan Otsuka et al. (1982). Otsuka et al. (1982) melakukan pengamatan pada bagian tubuh ternak berdasarkan metoda baku yang dirancang Wagyu Cattle Registry Assosiation Japan yang meliputi wither height (tinggi pundak), hip height (tinggi pinggul), body length (panjang badan), chest width (lebar dada), chest depth (dalam dada), hip width (lebar pinggul), thurl width (lebar tulang tapis), pin bones width 7

(lebar tulang duduk), rump length (panjang bokong), hearth girth (lingkar dada) dan cannon circumference (lingkar tungkai bawah). Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur makhluk hidup (Frandson, 1992). Ishii et al. (1996) menyatakan bahwa ukuran dan bentuk tubuh ternak digunakan untuk menentukan pertumbuhan baku dan menilik ternak. Mulliadi (1996) menyatakan bahwa hubungan morfogenetik dapat memberikan gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas bangsa ternak tertentu. Frandson (1992) menjelaskan bahwa tulang belakang (vertebrae) disusun dengan tulang-tulang yang terletak di median dan tidak berpasangan. Bagian-bagian tulang belakang terdiri atas corpus, arcus dan proseccus. Tulang dada terdapat di dasar torax dan merupakan tempat perlekatan kartilago kosta sternalis yang disebut sternum. Sternum terdiri atas segmen-segmen yang disebut sternebrae pada umur lanjut. Scapula merupakan tulang berbentuk pipih dan merupakan tulang tringularis. Humerus merupakan tulang lengan atas yang panjang yang memiliki struktur halus bervariasi. Radius merupakan tulang yang besar yang terdapat pada lengan bawah, sedangkan ulna merupakan tulang kecil yang terdapat pada lengan bawah. Carpus pada mamalia merupakan daerah kompleks yang terdiri atas dua deret tulang-tulang kecil, Gambar 4. Anatomi Ternak Sapi Dewasa Sumber : North Carolina A & T State University (2010) 8

sedangkan metacarpus merupakan daerah yang bersebelahan dengan distal carpus. Tulang tarsus juga disusun dengan tulang-tulang kecil seperti tulang carpus dan tulang metatarsus dan juga tulang metacarpus (Frandson, 1992). Gambar 4 menyajikan diagram anatomi ternak sapi dewasa menurut North Carolina A & T State University (2010). Sifat Kuantitatif Sifat kuantitatif merupakan sifat yang dikontrol banyak gen yang perbedaan antara fenotipe tidak begitu jelas, bersifat aditif dan variasi bersifat kontinyu (Noor, 2008). Martojo (1990) dan Warwick et al. (1995) menyatakankan bahwa pengaruh lingkungan terhadap sifat kuantitatif relatif lebih besar; seperti produksi telur dan susu, ukuran tubuh dan laju pertumbuhan. Sifat kuantitatif memberikan peran yang sangat penting dalam bidang peternakan. Sifat kuantitatif diekspresikan melalui genetik, lingkungan dan interaksi genetik terhadap lingkungan. Analisis Diskriminan Analisis diskriminan menurut Gaspersz (1992) merupakan analisis yang dilakukan berdasarkan perhitungan kelompok yang terlebih dahulu diketahui pengelompokannya secara jelas dan pasti. Analisis diskriminan dapat digunakan untuk menentukan variabel-variabel penciri atau variabel pembeda yang membedakan kelompok-kelompok populasi dan digunakan sebagai kriteria pengelompokan. Gaspersz (1992) lebih lanjut menjelaskan bahwa metode fungsi diskriminan pada awalnya dikembangkan oleh Ronald A. Fisher pada tahun 1936 sehingga fungsi diskriminan yang dibangun disebut juga dengan fungsi diskrimanan linier Fisher. Fungsi diskriminan atau fungsi linier tertentu merupakan fungsi pembeda (pemisah) terbaik bagi dua atau lebih populasi yang telah diukur dalam beberapa karakter. Menurut Saparto (2006), hasil analisis diskriminan yang dilakukan pada sapi PO, sapi Bali, sapi Madura dan sapi Jawa menunjukkan bahwa keempat jenis sapi tersebut berbeda satu sama lain karena tingkat kesalahan pengelompokannya tidak ditemukan. 9

Analisis Wald Anderson dan Analisis D 2 Mahalanobis Analisis Wald-Anderson adalah analisis yang digunakan untuk keperluan penggolongan dan merupakan alternatif dari konsep analisis diskriminan Fisher (Gaspersz, 1992). Menurut Anderson (1984) peneliti membuat sejumlah pengukuran dari individu dan mengharapkan penggolongan individu dalam satu kelompok dari beberapa kategori berdasarkan pengukuran tersebut. Kriteria penggolongan dapat diusulkan ketika suatu populasi telah diidentifikasi dan analisis Wald-Anderson memberikan hasil penggolongan yang lebih baik. Analisis D 2 Mahalanobis dilakukan setelah melakukan penentuan korelasi antara masing-masing fungsi diskriminan. Sebagai contoh dari selang kepercayaan serempak 95% untuk suatu variabel diantara kelompok berbeda, dengan demikian variabel-variabel yang terdapat dalam suatu model menjelaskan perbedaan sifat diantara kedua kelompok yang dipelajari. Unsur dari perhitungan analisis D 2 Mahalanobis tersebut adalah vektor nilai rataan variabel acak dari kelompok pertama, vektor nilai rataan variabel acak dari kelompok kedua dan invers matriks gabungan (Gaspersz, 1992). 10