BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker merupakan sekelompok penyakit yang menyebabkan sel-sel dalam tubuh berubah dan tumbuh diluar kendali (American Cancer Society, 2015). Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering terjadi pada wanita dan telah menjadi permasalahan penting di dunia dengan lebih dari satu juta kasus kanker payudara didiagnosis di seluruh dunia setiap tahunnya (Ciurea et al., 2009). Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012 dketahui bahwa kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan presentase kasus baru tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 43,3% dan persentase kematian akibat kanker payudara sebesar 12,9%. Penyakit kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0,8 % dan kanker payudara sebesar 0,5%. Prevalensi kanker payudara tertinggi terdapat pada propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu sebesar 2,4 % (Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Kesehatan, 2015). Kanker payudara dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis berdasarkan karakteristik sel yang terlihat pada mikroskop. Kanker payudara memiliki histologi yang berbeda, sebagian besar berasal dari epitel yang melapisi duktus atau lobulus dan diklasifikasi sebagai karsinoma payudara. Kanker 1
2 payudara yang sering terjadi adalah adenokarsinoma yang berasal dari jaringan glandula. Jenis kanker lainnya berupa sarkoma yang berasal dari sel otot, lemak dan jaringan ikat. Karsinoma in situ merupakan proliferasi sel kanker dalam jaringan epitel tanpa invasi ke jaringan sekitasrnya. Sebaliknya, karsinoma invasif menyerang jaringan sekitarnya (James, 2008). Karsinoma payudara invasif merupakan karsinoma yang paling banyak didapatkan pada wanita yaitu sekitar 23% dari seluruh kanker pada wanita secara global. Sebagaimana kebanyakan tumor epithelial, insiden karsinoma payudara invasif ini meningkat sesuai pertambahan usia (Colditz & Chia, 2012). Karsinoma invasif no special type (NST) merupakan kelompok karsinoma invasif yang paling sering ditemukan, yaitu sekitar 80% dari seluruh kasus karsinoma payudara invasif. Terdapat perubahan terminologi, dimana pada klasifikasi WHO tahun 2003, tipe kanker ini disebut sebagai invasf not otherwise specified (NOS) dan berdasar pada klasifikasi WHO 2012 berubah menjadi karsinoma invasif no special type (NST). Definisi dari karsinoma invasif no special type (NST) tahun 2012 adalah identik dengan definisi dari invasif not otherwise specified (NOS) tahun 2003 hanya saja istilah duktal dihilangkan pada terminologi yang terbaru (Sinn & Kreipe, 2013). Gambaran fitur ultrasonografi karsinoma invasif NST ini didasarkan pada histologi dimana derajat, reaksi terhadap tumor dan adanya nekrosis memberikan kontribusi terhadap berbagai macam fitur pada ultrasonografi (Selvi, 2015a).
3 Meskipun angka kejadiannya meningkat namun diharapkan angka kematian dari kanker payudara ini diharapkan dapat terus menurun. Hal ini disebabkan karena saat ini telah banyak dilakukan deteksi dini yaitu melalui skrining. Ultrasonografi merupakan metode pencitraan payudara yang paling sering digunakan (Ciurea et al., 2009). Ultrasonografi memiliki peran penting dalam pencitraan payudara, yaitu sebagai deteksi dini primer, deteksi dini sekunder setelah mammografi dan diagnosis tumor payudara. Ultrasonografi memiliki berbagai keuntungan yaitu mudah dilakukan, tanpa radiasi dan dapat digunakan secara luas pada berbagai institusi medis. Ultrasonografi dilakukan ketika dalam pemeriksaan fisik teraba massa di payudara dan ditemukan abnormalitas pada mammografi, dengan ultrasonografi diharapkan dapat mengurangi biopsi dan menemukan lesi maligna yang terlewatkan pada mammografi (Stavros, 2011). Terdapat fakta bahwa ultrasonografi mampu membedakan antara lesi jinak dan ganas payudara akan tetapi dalam prakteknya terdapat banyak situasi dimana tampilan massa yang tidak spesifik dapat menyebabkan kesalahan diagnosis. Oleh karena itu dalam kasus lesi payudara, semua fitur ultrasonografi harus dianalisa secara hati-hati dan teliti agar dapat menegakkan diagnosis yang tepat (Ciurea et al., 2009). Lesi atau massa payudara yang ditemukan pada ultrasonografi di dokumentasikan dengan memperhatikan bentuk, orientasi, tepi lesi, tipe internal echo, gambaran fitur posterior dan efek jaringan sekitarnya (Levy et al., 2007). Lesi ganas umumnya berupa lesi hipoekoik dengan batas tidak tegas. Biasanya lesi ganas muncul sebagai lesi hipoekoik dengan orientasi
4 taller than wide, tepi yang spikulasi disertai fitur posterior berupa acoustic shadow (Gokhale, 2009). Pemeriksaan histopatologi merupakan pemeriksaan yang biasa dilakukan dalam kasus tumor payudara. Analisis jaringan payudara secara mikroskopis ini diperlukan untuk penegakan diagnosis secara definitif dan untuk menentukan luasnya penyebaran penyakit. Jaringan untuk analisis mikroskopis ini dapat diperoleh melalui biopsi bedah atau pemeriksaan fine-needle aspiration biopsy (FNAB). Pemilihan jenis biopsi didasarkan pada beberapa faktor diantaranya kondisi klinis pasien, ketersediaan perangkat biopsi serta sumber daya yang ada (American Cancer Society, 2015). Mengingat perangkat serta sumber daya untuk melakukan pemeriksaan histopatologi ini tidak tersedia di semua fasilitas kesehatan, maka spesialis radiologi diharapkan dapat mengetahui gambaran USG yang khas pada karsinoma payudara invasif NST sehingga dapat membantu penegakan diagnosis yang tepat dan cepat terutama pada fasilitas kesehatan yang belum memiliki fasilitas histopatologi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, dapat diperoleh perumusan masalah sebagai berikut: 1. Kanker payudara merupakan masalah kesehatan yang setiap tahun mengalami peningkatan kasus baru baik di dunia maupun Indonesia dan karsinoma invasif
5 adalah jenis kanker payudara yang paling sering dijumpai diantara kanker payudara lainnya. 2. Pemeriksaan USG payudara dapat membedakan lesi payudara jinak dengan ganas secara umum tetapi terdapat kesulitan membedakan karsinoma invasif NST dengan special type karena memiliki gambaran USG yang hampir sama. 3. Pemeriksaan histopatologi merupakan pemeriksaan yang dapat membantu membedakan jenis kanker payudara, tetapi tidak semua fasilitas kesehatan memiliki pemeriksaan ini terutama fasilitas kesehatan di daerah. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat korelasi fitur USG payudara berupa bentuk, ekogenitas, orientasi, tepi, fitur posterior dan kalsifikasi dengan diagnosis histopatologi pada karsinoma payudara invasif NST dan special type?. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui korelasi fitur USG payudara berupa bentuk, ekogenitas, orientasi, tepi, fitur posterior dan kalsifikasi dengan diagnosis histopatologi pada karsinoma payudara invasif NST dan special type. E. Keaslian Penelitian Dari penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan, di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta belum ditemukan penelitian yang sama dengan penelitian ini. Terdapat sejumlah penelitian yang berkaitan dengan
6 gambaran USG pada karsinoma payudara invasif, penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang diusulkan penulis. Beberapa penelitian tersebut menjadi acuan dalam penulisan penelitian ini, tercantum dalam tabel 1.1. Tabel 1. Penelitian Fitur Ultrasonografi pada Karsinoma Invasif Payudara Peneliti Subjek Topik Hasil Perbedaan Sannomi ya et al., 2016 204 kasus Karakteristik klinikopatologikal pasien dengan invasif yang sonogramnya berbatas tegas atau mengabur Karsinoma duktal invasif dengan batas tegas kemungkinan lebih ganas dan proliferatif daripada yang tepinya mengabur Hanya meneliti invasif, fitur yang diteliti batas dan tepi Chen et al., 2003 488 kasus karsinoma duktal invasif dan 66 kasus karsinoma intraduktal Evaluasi kemampuan ultrasonografi dalam mendiagnosis dan menjelaskan fitur sonografi karsinoma intraduktal dan invasif yang simptomatik Akurasi ultrasonografi untuk diagnosis karsinoma intraduktal sebesar 84,4% dan untuk karsinoma invasif sebesar 92%. Perbedaan fitur sonografinya berdasarkan hipoekogenisitas, transmisi akustik posterior serta bentuk yang ireguler. Yang diteliti invasif dan karsinoma intraduktal Blaichma n et al., 2012 299 kasus Membandingkan kemampuan fitur sonografi dalam BIRADS untuk memprediksi tingkat keganasan dari invasif pada wanita yang didiagnosa dengan BIRADS 4 atau 5 Tingkat keganasan ringan hingga moderat dapat diprediksi oleh tepi, batas lesi dan fitur akustik sonografi. Sementara pada invasif grade 3 menunjukkan gambaran tepi mikrolobulasi dan posterior enhancement Meneliti fitur ultrasonografi dihubungkan dengan tingkat keganasan Lamb et al., 2000 120 kasus Hubungan antara karakteristik ultrasonografi, temuan mammografi dan tingkatan histologi pada kasus invasif yang membentuk massa pada ultrasonografi Gambaran massa spikulasi dengan acoustic shadow lebih mengarah ke tipe tumor low grade. Tumor tipe high grade lebih cenderung menunjukkan gambaran posterior enhancement Meneliti fitur ultrasonografi dan temuan mammografi dihubungkan dengan tingkatan histologi
7 F. Manfaat Penelitian 1. Dari segi pasien Pemeriksaan ultrasonografi payudara merupakan modalitas radiologi yang mudah didapatkan, relatif murah dan bebas radiasi sehingga dapat dengan mudah dijangkau oleh pasien dalam penegakan diagnosis kanker payudara. Pengetahuan dokter radiologi terhadap gambaran karsinoma payudara invasif NST dapat membantu meningkatkan akurasi penegakan diagnosis sehingga pasien mendapatkan terapi yang tepat dan dapat menghindari tindakan biopsi yang tidak diperlukan. 2. Dari segi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam peningkatan nilai diagnostik pemeriksaan ultrasonografi payudara terhadap karsinoma invasif tipe NST dan karsinoma invasif tipe spesial dan juga diharapkan dapat membantu fasilitas pelayanan kesehatan yang belum terjangkau oleh layanan pemeriksaan histopatologi. 3. Dari segi pendidikan Merupakan sarana proses pendidikan, penelitian dan pengembangan potensi diri serta memberi wawasan lebih lanjut dalam penegakan diagnosis karsinoma payudara invasif NST. 4. Dari segi pengembangan penelitian Hasil penelitian in diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu dasar untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.