BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan aktivitas bisnis, suatu perusahaan khususnya pihak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Semakin kompleks perekonomian perusahaan, semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan menyusun laporan keuangan sebagai bukti

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyadi (2002:9) auditing adalah suatu proses sistematik untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan oleh perusahaan. ISA (International Standard on Auditing) menegaskan

BAB I PENDAHULUAN. penilai yang bebas terhadap seluruh aktivitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku umum atau belum.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disamping berfungsi sebagai alat. pemilik juga digunakan oleh investor dan kreditor sebagai acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya skandal-skandal keuangan yang terjadi di Indonesia akibat

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang benar dan bisa dihandalkan oleh pihak internal maupun eksternal. mengalami kebangkrutan setelah opini terebut dikeluarkan.

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era masa kini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertanggung jawab atas pendapat yang diberikan. Seorang auditor juga harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan dibidang usaha pada saat ini semakin meningkat dan

1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan profesi akuntan sejalan dengan perkembangan perusahaan dan berbagai jenis badan hukum lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak

BAB I PENDAHULUAN. semakin terbukanya peluang usaha, maka menyebabkan risiko terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi

Kasus Manipulasi Laporan Keuangan Bank Lippo dan Degradasi. Kepercayaan Publik. berbeda ke publik dan manajemen BEJ. Dalam laporan keuangan per 30

BAB I PENDAHULUAN. di dunia Internasional guna bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin ketat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Peranan auditor yang demikian penting dan strategis dalam berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, auditor mendapat sorotan publik akibat kasus-kasus yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisnispun semakin ketat pula. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Menurut IAI (2011) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS,UKURAN KAP,DAN OPINI AUDIT TERHADAP PERGANTIAN AUDITOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan go public membuat

BAB I PENDAHULUAN. auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan karena tingkat materialitas dari satu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

BAB I PENDAHULUAN. tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB I PENDAHULUAN. keuangan auditan lainnya maka auditor dituntut menjadi seorang ahli. Klien dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pertimbangan yang dibuat auditor dalam menanggapi setiap bukti dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan laporan keuangan, dan semakin kompleks suatu kegiatan bisnis maka. sebagai pedoman dalam mengambil suatu kebijakan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai syarat mutlak apabila perusahaan tersebut telah go public untuk kepentingan investor

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas audit merupakan hal penting yang harus dipertahankan oleh para auditor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah penelitian yang disertai alasan mengapa masalah ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. penulisan secara umum yang akan ditulis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB 1 PENDAHULUAN. Peran akuntan publik dewasa ini menunjukkan perkembangan pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas salah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat

BAB I PENDAHULUAN. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance)

BAB I PENDAHULUAN. kecurangan walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan. akuntansi yang berlaku di Indonesia (Agoes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah media komunikasi yang diperlukan bagi pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. dan melindungi kepentingan banyak pihak inilah yang menjadi idealisme

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan kondisi dan fakta-fakta mengenai suatu perusahaan dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya dunia bisnis maka permintaan kebutuhan akan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Geus (1997) mengungkapkan fakta yang menarik tentang rata-rata harapan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Miller dan Bailey (2001), auditing adalah: An audit

2015 PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR DAN ETIKA PROFESI TERHADAP PENYELESAIAN DILEMA ETIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan aktivitas bisnis, suatu perusahaan khususnya pihak manajemen wajib menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kinerjanya. Penyajian laporan keuangan sangat penting, karena merupakan dasar pengambilan keputusan para pengguna laporan keuangan seperti investor, kreditor, pemerintah, dan sebagainya. Laporan keuangan yang disajikan harus benar-benar terbebas dari salah saji yang material dan disusun sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku umum (Nyoman dkk, 2014). Namun, dalam memastikan apakah laporan keuangan yang disajikan benar-benar terbebas dari salah saji material atau tidak, para pengguna laporan keuangan membutuhkan pihak ketiga untuk memeriksa laporan keuangan tersebut. Pihak ketiga yang dimaksud yaitu auditor eksternal sebagai pihak yang dianggap independen. Seorang auditor mempunyai peran penting dalam menekan risiko informasi yakni dengan memberikan jasa audit atas laporan keuangan entitas. Jasa audit yang disediakan oleh akuntan publik berupa jasa penjaminan (assurance). Jasa asurans ini bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi para pemakai laporan keuangan atas hasil evaluasi atau pengukuran informasi keuangan dan non keuangan berdasarkan suatu kriteria tertentu (Tuanakotta, 2015:6). 1

Namun sangat disayangkan, jika dilihat dari beberapa skandal akuntansi yang terjadi, baik lingkup nasional maupun Internasional menunjukkan bahwa tidak semua auditor mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Salah satu kasus skandal akuntansi besar di lingkup Internasional yaitu kasus penipuan oleh perusahaan dan para anggota staf Bernard Madoff. Kasus penipuan ini berawal dari pendirian perusahaan bernama Bernard L Madoff Investment Securities LLC, perusahaan pialang dan perusahaan yang mengelola dana-dana warga kaya. Dimana, pada tahun 2008, saat puncak krisis ekonomi AS pada tahun itu, diketahui bahwa perusahaan tidak lagi bisa memberikan keuntungan. Bahkan, kemudian ketahuan semua dana investasi lenyap lebih dari 50 miliar dollar AS. Kasus ini semacam arisan berantai yang dinamakan Skema Ponzi. Ini merujuk pada pemberian keuntungan kepada investor yang masuk lebih awal dari dana-dana investasi yang disetor para investor yang masuk belakangan. Dalam kasus ini, lima anggota staf perusahaan turut dinyatakan bersalah karena menutup-nutupi skandal yang berlangsung lebih dari 30 tahun (Erlangga, 2014). Selain kasus di atas, masih terdapat beberapa skandal akuntansi lainnya yang menimpa perusahaan-perusahaan besar di dunia Internasional yaitu kasus perusahaan Olympus yang terjadi pada tahun 2011. Produsen kamera asal Jepang tersebut mengaku telah menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama puluhan tahun atau sejak era 1980-an. Selama ini, Olympus menutupi kerugiannya dengan menyelewengkan dana akuisisi dan transaksi mencurigakan sebesar US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 11 triliun (Ang, 2011).

Selain skandal akuntansi besar terjadi di lingkup internasional, adapun skandal akuntansi yang terjadi di Indonesia yakni skandal akuntansi yang dilakukan Bank Lippo Tbk. karena memberikan laporan berbeda ke publik dan manajemen BEJ. Dalam laporan keuangan per 30 September 2002 yang disampaikan ke publik pada 28 November 2002 disebutkan total aktiva perseroan Rp 24 triliun dan laba bersih Rp 98 miliar. Namun dalam laporan ke BEJ pada 27 Desember 2002 total aktiva perusahaan berubah menjadi Rp 22,8 triliun rupiah (turun Rp 1,2 triliun) dan perusahaan merugi bersih Rp1,3 triliun. Manajemen beralasan perbedaan itu terjadi karena ada penurunan aset yang diambil alih atau foreclosed asset dari Rp 2,393 triliun menjadi Rp 1,420 triliun. Akibatnya pada keseluruhan neraca terjadi penurunan tingkat kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dari 24,77 menjadi 4,23%. Namun beberapa pihak menduga perbedaan laporan keuangan terjadi karena ada manipulasi yang dilakukan manajemen (Riwi, 2003). Selain itu, terdapat skandal akuntansi lainnya yang terjadi di Indonesia dan kasus ini menimpa dunia perbankan Indonesia yaitu dengan adanya kasus kredit fiktif yang melibatkan 3 pegawai Bank Syariah Mandiri (Kepala Cabang BSM Bogor M. Agustinus Masrie, Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Chaerulli Hermawan, Accounting Officer BSM cabang pembantu Bogor John Lopulisa) dan 1 orang debitur (Iyan Permana). Total kredit yang dicairkan adalah sebesar Rp102 Milyar dengan kerugian mencapai Rp52 Milyar. Modusnya adalah melakukan pencairan kredit fiktif dengan menggunakan nama 197 debitur di mana 113 debitur adalah fiktif. Pencairan kredit tersebut telah dimulai sejak tahun 2011 (Wahyuni, 2014). 3

Banyaknya skandal akuntansi yang terjadi merupakan dampak negatif dari kelalaian seorang auditor dalam menjamin bahwa laporan keuangan yang disajikan terbebas dari risiko salah saji material dan juga disebabkan karena auditor tidak bekerja secara profesional. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya tekanan psikologis yang diterima akuntan dari perusahaan yang tidak akan menggunakan jasanya kembali di periode yang akan datang, bila akuntan tidak memberikan pendapat yang positif atas laporan keuangan yang diperiksanya saat ini (Emmy, 2015). Oleh karena itu, diharapkan seorang auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan (Angga, 2013). Sebagai profesional, auditor harus mampu menggunakan segenap pengetahuan dan kompetensinya dengan baik dalam menjalankan pekerjaannya sebagai bentuk tanggung jawabnya baik terhadap profesinya maupun kepada masyarakat pada umumnya. Untuk itu, agar auditor dapat menjalankan penugasan secara profesional maka auditor harus membuat perencanaan yang matang sebelum melakukan proses audit. Di dalam perencanaan audit, auditor diharuskan untuk mempertimbangkan tingkat materialitas awal, sehingga secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semakin seorang auditor itu profesional maka akan semakin mudah auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas (Angga, 2013). Namun dalam praktiknya, tidak sedikit auditor yang gagal melakukan pengungkapan kesalahan material dalam suatu laporan keuangan, sehingga terjadi 4

ketidaktepatan pada pemberian opini. Kegagalan dalam mengungkap kesalahan material ini berawal dari kesalahan dalam pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan oleh auditor pada proses audit. Terdapat salah satu kasus lainnya yang terjadi sehubungan dengan tingkat materialitas, tepatnya pada bulan September 2013 di Indonesia, dimana Wakil Ketua BPK Hasan Bisri mengungkapkan bahwa masih terdapat beberapa KAP yang belum mampu mengungkapkan temuan atas salah saji dalam laporan keuangan perusahaan. Selain itu, masih banyak KAP yang tidak memberikan koreksi dalam laporan auditnya atas kesalahan penyajian dalam laporan keuangan yang diauditnya (Martha, 2013). Pertimbangan tingkat materialitas merupakan hal penting sebagai dasar penilaian risiko (risk assessment) serta penentu luasnya prosedur audit yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, dibutuhkan seorang auditor yang memiliki sikap profesionalisme yang tinggi untuk menentukan seberapa besar jumlah materialitas laporan keuangan dengan jumlah yang rendah atau tinggi, sehingga diharapkan dengan profesionalisme auditor yang semakin tinggi akan mampu untuk mempertimbangkan tingkat materialitas yang semakin baik pula (Luh Putu, 2013). Berkaitan dengan masalah profesionalisme auditor, terdapat beberapa kasus yang menunjukan bahwa masih ada auditor yang bekerja secara tidak profesional salah satunya yaitu dengan adanya pembekuan dua izin Kantor Akuntan Publik (KAP) dan dua izin Akuntan Publik (AP) oleh Menteri Keuangan diantaranya yaitu: 5

1. KAP Heriyono, SE dan Akuntan Publik Heriyono, SE berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 338/KM.1/2009 tanggal 30 Maret 2009 untuk jangka waktu 3 bulan. 2. KAP Nasrul Effendi & Rekan dan Akuntan Publik Drs. Nasrul Amri dibekukan selama 3 bulan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 389/KM.1/2009 tanggal 2 April 2009. Pengenaan sanksi ini disebabkan karena AP tersebut melakukan pelanggaran terhadap ketentuan pembatasan masa pemberian jasa serta tidak menyampaikan laporan kegiatan dan keuangan KAP, sehingga dengan hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada auditor yang bekerja secara tidak profesional dan bertanggungjawab (Qom, 2009). Selain memiliki sikap profesionalisme, seorang auditor pun dituntut untuk menggunakan sikap skeptisisme profesional yang tinggi agar dapat mendeteksi akan adanya suatu kondisi yang mengindikasikan adanya kemungkinan salah saji laporan keuangan secara material. Hurtt dalam Alwee (2010) memberikan penjelasan mengenai skeptisisme profesional dalam hal karakteristik skeptis, diantaranya yaitu questioning mind; suspension of judgement; searching for knowledge; interpersonal understanding; self-confidence; dan self-determining. Seorang auditor yang memiliki skeptisisme profesional, akan berusaha untuk mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat untuk memastikan apakah informasi pokok dalam penugasan bebas dari salah saji yang material. Sehingga semakin banyak bukti audit yang dikumpulkan maka akan semakin mendukung opini atas 6

laporan keuangan. Dalam praktiknya, pengumpulan jumlah bukti audit akan berbanding terbalik dengan tingkat materialitasnya. Jika auditor menetapkan jumlah yang rendah, maka lebih banyak bahan bukti yang harus dikumpulkan daripada jumlah yang tinggi. Begitu juga sebaliknya. Sehingga secara tidak langsung tingkat skeptisisme profesional akan mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas (Emmy, 2015). Selain profesionalisme dan skeptisisme profesional, seorang auditor juga harus mempunyai pengalaman yang cukup agar dapat membuat keputusan dalam laporan auditan dengan tepat. Menurut Gaballa dan Ning (2010:169) mengatakan bahwa pengalaman profesional mencerminkan kepemilikan auditor dengan stuktur pengetahuan yang dikembangkan meliputi pengetahuan umum, yang merupakan fakta, teori dan definisi yang disebutkan dalam pengetahuan yang terkait dengan penyelesaian beberapa tugas. Selain itu, pengalaman merupakan salah satu penentu utama yang mempengaruhi pada efisiensi kinerja profesional dalam praktik sehingga pengalaman dapat meningkatkan kualitas kinerja auditor dalam tugas lapangan dan praktik. Auditor yang mempunyai pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan juga dalam memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian pendapat. Pada saat auditor mempertimbangkan keputusan mengenai pendapat apa yang akan dinyatakan dalam laporan audit, material atau tidaknya informasi, mempengaruhi jenis pendapat yang akan diberikan 7

oleh auditor. Informasi yang tidak material atau tidak penting biasanya diabaikan oleh auditor dan dianggap tidak pernah ada (Emmy, 2015). Merujuk pada penelitian terdahulu, faktor yang memengaruhi pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan salah satunya yaitu profesionalisme auditor. Profesionalisme auditor memiliki pengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Luh Putu, 2013). Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Emmy (2015), Arleen dan Yulius (2009), Angga (2013), Kusuma (2012), Lestari (2014), dan Sinaga (2012). Sedangkan menurut Galeh (2014) menyatakan bahwa profesionalisme auditor memiliki pengaruh negatif pada pertimbangan tingkat materialitas dikarenakan terdapat kondisi khusus dalam konteks penelitian. Dalam konteks auditor, semakin tinggi tingkat profesionalisme seorang auditor, maka akan semakin tidak mudah dalam memberikan keputusan-keputusan dalam rangka memenuhi harapan/keinginan klien. Faktor lainnya yang memengaruhi pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan yaitu skeptisisme auditor. Skeptisisme profesional memiliki hubungan positif yang signifikan dengan pertimbangan tingkat materialitas (Erminta dkk, 2013). Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Engelya (2014). Faktor selanjutnya yaitu terdapat penelitian terdahulu yang meneliti mengenai pengaruh pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Pengalaman auditor secara parsial pengalaman auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas (Emmy, 2015). Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nyoman dkk. (2014), Luh Putu (2013), Kusuma 8

(2012), Ni Komang dkk. (2014), Lestari (2014), dan Angga (2013). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Galeh (2014) menyatakan bahwa pengalaman auditor secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ni Made dan I Made (2013), Erminta dkk. (2013), Engelya (2014). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Emmy (2015). Namun, penelitian ini memiliki perbedaan dari penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya, variabel independen yang digunakan yaitu etika profesi sedangkan penelitian ini menggunakan skeptisisme profesional. Karena masih minimnya penelitian serta hasil yang bervariasi mengenai pengaruh profesionalisme, skeptisisme profesional dan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas, maka penulis ingin menguji dan menganalisis pengaruh profesionalisme, skeptisisme profesional dan pengalaman auditor baik secara parsial maupun simultan terhadap ketepatan pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan pada beberapa Kantor Akuntan Publik. Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan topik: PENGARUH PROFESIONALISME, SKEPTISISME PROFESIONAL DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP KETEPATAN PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS AUDIT LAPORAN KEUANGAN (Survei pada Beberapa Kantor Akuntan Publik) 9

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah profesionalisme auditor berpengaruh terhadap ketepatan pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan. 2. Apakah skeptisisme profesional auditor berpengaruh terhadap ketepatan pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan. 3. Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap ketepatan pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan. 4. Apakah profesionalisme, skeptisisme profesional dan pengalaman auditor secara simultan berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengaruh profesionalisme, skeptisisme profesional dan pengalaman auditor terhadap ketepatan pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan pada beberapa Kantor Akuntan Publik. 10

Sedangkan tujuan penelitian ini, bila dikaitkan dengan identifikasi masalah yang telah dikemukakan yaitu untuk mendapatkan bukti empiris mengenai : 1. Pengaruh profesionalisme auditor terhadap ketepatan pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan. 2. Pengaruh skeptisisme profesional auditor terhadap ketepatan pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan. 3. Pengaruh pengalaman auditor terhadap ketepatan pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan. 4. Pengaruh profesionalisme, skeptisisme profesional, dan pengalaman auditor secara simultan terhadap pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh profesionalisme, skeptisisme profesional dan pengalaman auditor terhadap ketepatan pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yaitu manfaat teoretis maupun praktis. 1. Secara teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengembangan pengujian ilmu teori dan ilmu pengetahuan khususnya mengenai pengaruh 11

profesionalisme, skeptisisme profesional dan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan. 2. Manfaat praktis a. Bagi penulis Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu tentang pengaruh profesionalisme, skpetisisme profesional dan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan. Sebagai wahana untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan, serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. b. Bagi auditor eksternal Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas audit laporan keuangan, khususnya faktor kualitatif yang terkait karakteristik individual auditor. 1.5 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik wilayah Bandung, Bekasi, Bogor, Depok, Cirebon dan Tangerang. Penelitian ini dimulai dari Agustus 2016 sampai dengan selesai. 12