FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU YANG BERKUNJUNG DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN 2015

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA KARYAWAN DI YAYASAN NGUDI WALUYO UNGARAN ARTIKEL

Novianti Damanik 1, Erna Mutiara 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0 6 BULAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2009 T E S I S. Oleh SRI MARYATI /IKM

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI (0-6 BULAN) DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2013

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA IBU NIFAS TAHUN 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Sri Janatri* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

KARYA ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BARATAN KECAMATAN BINAKAL KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2014

Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kemaraya Kota Kendari

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBU KABUPATEN DONGGALA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA CATURTUNGGAL DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

PENELITIAN. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Di Desa Ngrayun Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

ANALISIS PERILAKU IBU MENYUSUI DI KELURAHAN PAROPO KECAMATAN PANAKUKKANG KOTA MAKASSAR. * Ignata Apolonia B * Dosen tetap Prodi Kebidanan Sandi Karsa

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI PUSKESMAS PAKUALAMAN YOGYAKARTA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BEKERJA TENTANG ASI PERAH TERHADAP PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS SIMPANG BARU

FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS JETIS I BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI FACTORS RELATED TO INITIATION OF BREAST-FEEDING EARLY

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

KARAKTERISTIK IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN JEBRES KOTAMADYA SURAKARTA

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara dengan Motivasi Menyusui di RSUD Datu Sanggul Rantau Tahun 2012

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Hamil Menyusui secara Eksklusif di Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK

Susmaneli, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Hilir I Kabupaten Rokan Hulu 2013

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BALITA DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2010 SKRIPSI.

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bnadung 2

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TENAGA KESEHATAN WANITA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BAHOROK KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2010 SKRIPSI

Faktor Determinan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan (Studi Pada Ibu Bayi Usia 7-12 Bulan di Wilayah Puskesmas Kabupaten Demak)

PENGETAHUAN IBU MERUPAKAN FAKTOR DOMINAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

Darmayanti Wulandatika. Program Studi D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

ANALISIS PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SECARA DINI MENURUT FAKTOR PENYEBABNYA PADA BAYI DI PUSKESMAS MARGADANA KOTA TEGAL TAHUN 2015

JURNAL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Pendidikan Program D IV Kebidanan U Budiyah Banda Aceh

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI RSKIA X KOTA BANDUNG

HUBUNGAN PROMOSI SUSU FORMULA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN PERSEPSI DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 0-6 BULAN DI KABUPATEN KAMPAR RIAU

Nisa khoiriah INTISARI

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Faktor Maternal yang Berpengaruh dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Pertama Kelahiran

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0 6 BULAN Di Desa Karangan Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo

PENELITIAN. MOTIVASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA PRIMIPARA Di Wilayah Kerja Puskesmas Jetis, Ponorogo. Oleh: NIA TRI HIDAYANA NIM:

PENDAHULUAN Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan bayi (Arisman,

HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 0-6 BULAN DI DUSUN IX DESA BANDAR SETIA

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ERLIAN AWAL SETIANI R

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENERAPAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

The Correlation of Knowledge Level About Exclusive Mother s Milk with Mother s Milk Deliverance To The Baby

Ica Fauziah Harahap 1, Albiner Siagian 2,Elmina Tampubolon 3. Abstract

PERBEDAAN TINGKAT KONSUMSI DAN STATUS GIZI ANTARA BAYI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN NON ASI EKSKLUSIF

Harto P. Simanjuntak 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

Kata kunci : pengetahuan, persepsi, peran keluarga, ASI eksklusif

BONA F. P. BANJARNAHOR

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

Unnes Journal of Public Health

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR TAHUN 2016

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU YANG BERKUNJUNG DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 Casnuri ABSTRAK Pemberian ASI secara eksklusif adalah tindakan yang hanya memberikan ASI saja segera setelah bayi lahir sampai bayi berusia enam bulan tanpa tambahan makanan dan cairan apapun termasuk air putih. Rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, promosi susu formula, dukungan keluarga dan petugas kesehatan, kesehatan ibu, kesehatan bayi, status pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta tahun 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain penelitian Cross Sectional dengan variabel independen umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, kebiasaan pemberian MP-ASI Dini dan akses informasi kesehatan. Populasi adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan yang berkunjung di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta pada Bulan Juni-Juli tahun 2013. Sampel sejumlah 103 responden yang dipilih secara accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder menggunakan kuesioner yang telah diuji coba. Analisis data yang dilakukan adalah univariat, bivariat dan multivariat. Hasil analisis membuktikan bahwa pencapaian pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta tahun 2013 sebesar 72.8%. Variabel yang berhubungan berdasarkan analisis chi-square adalah variabel paritas dan pengetahuan. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif adalah pengetahuan (OR=6.215). Saran penulis dalam penelitian ini adalah agar tenaga kesehatan lebih intensif dalam memberikan penyuluhan kesehatan terutama tentang ASI Eksklusif. Kata Kunci: ASI Eksklusif, Puskesmas, Bayi usia 7-12 bulan, Pengetahuan ABSTRACT Exclusive breastfeeding is an act that only give breast milk soon after birth until the baby is six months old without any additional food and fluids including water. The low coverage of exclusive breastfeeding is influenced by socio-cultural factors, promotion of infant formula, family support and health workers, women's health, infant health, mother's employment status, family income level, education level, knowledge and attitude of mothers. The purpose of this study was to determine the description of the factors associated with exclusive breastfeeding in Mergangsan Puskesmas in Yogyakarta in 2013. This study uses a quantitative approach to cross-sectional research design with the independent variables age, education, occupation, parity, knowledge, attitude, family support, health support workers, giving habits Early complementary feeding and access to health information. The population is all mothers with infants aged 7-12 months who visit the health center Mergangsan Yogyakarta in June-July 2013. Sample number of 103 respondents were selected by accidental sampling. Collecting data using primary and secondary data using questionnaires that have been tested. Data analysis is univariate, bivariate and multivariate analyzes. Analysis results proved that the achievement of exclusive breastfeeding in Mergangsan Puskesmas in Yogyakarta in 2013 amounted to 72.8%. Related variables based on chi-square analysis was variable parity and knowledge. The most dominant factors associated with exclusive breastfeeding is knowledge (OR = 6,215). Advice authors of this research is that more intensive health workers to provide health education especially about exclusive breastfeeding. Keywords: exclusive breastfeeding, health center, Infants 7-12 months of age, Knowledge 39

PENDAHULUAN Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. Untuk mendapatkan nutrisi yang terbaik bagi bayi, maka ibu harus segera memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir, karena pemberian ASI sedini mungkin akan melancarkan pengeluaran ASI yang penting untuk kelangsungan hidup bayi 1. Pemberian ASI secara eksklusif adalah tindakan yang hanya memberikan ASI saja segera setelah bayi lahir sampai bayi berusia enam bulan tanpa tambahan makanan dan cairan apapun termasuk air putih. Selanjutnya bayi tetap disusui sampai berusia dua tahun. Usaha untuk meningkatkan penggunaan ASI telah menjadi tujuan global 2. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Banyak manfaat yang terkandung di dalam ASI. Walaupun manfaat pemberian ASI Eksklusif telah banyak diketahui oleh masyarakat, namun masih banyak ibu-ibu yang kurang memanfaatkan dan menggantikannya dengan pemberian makanan dan susu formula. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif hanya sebesar 12,5%. Penelitian lain menunjukkan bahwa 37,4% ibu telah memberikan makanan prelaktal (susu formula dan madu) pada hari pertama atau hari kedua sebelum ASI diberikan dan 62,6% menghindari pemberian kolostrum (Anonim, 1990 dalam Firmansyah, 2012). Selain itu, menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1991 dan 1994 menunjukkan bahwa proporsi pemberian ASI Eksklusif di pedesaan pada tahun 1991 sebesar 54,9% dan menurun menjadi 47% pada tahun 1994, sedangkan di perkotaan pada tahun 1991 sebesar 46,7% dan menurun menjadi 45,7% pada tahun 1994 3. Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012, cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 4-5 sebesar 27%, meningkat dari tahun 2007 yaitu sebesar 17%. Pemberian ASI Eksklusif usia 6-8 bulan sebesar 3,4% 4. Pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia masih sangat rendah dan belum sesuai dengan target pemerintah yaitu sebesar 80%. Rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, pengaruh promosi susu formula, dukungan keluarga dan petugas kesehatan, kesehatan ibu, kesehatan bayi, status pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan serta sikap ibu (Sarbini, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Igo tahun 2009, penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif adalah kurangnya dukungan dari masyarakat termasuk institusi yang mempekerjakan perempuan yang sedang menyusui. Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu yang keliru dalam pemanfaatan ASI secara eksklusif kepada bayinya, antara lain produksi ASI berkurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI dan yang tidak kalah pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI 1. Dari penelitian yang dilakukan terhadap 900 ibu di sekitar Jabotabek (1995) diperoleh fakta bahwa bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif selama empat bulan hanya sekitar 5%, padahal 98% ibu tersebut menyusui bayinya. Dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa 37,9% dari ibu-ibu tersebut tidak pernah mendapatkan informasi khusus tentang ASI, sedangkan 70,4% ibu tidak pernah mendengar informasi tentang ASI Eksklusif 6. Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011 ASI Eksklusif merupakan salah satu program yang cukup sulit dikembangkan, karena berkaitan dengan berbagai 40

permasalahan sosial di masyarakat. Sampai dengan tahun 2008 cakupan ASI Eksklusif di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta baru mencapai 39,9%, menurun pada tahun 2009 yaitu sebesar 34,56% dan meningkat menjadi 40,03% pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2011, cakupan ASI Eksklusif kembali menunjukkan peningkatan menjadi 49,5% 5. Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Sleman pada tahun 2011 sudah mencapai 69,25%, Kabupaten Gunungkidul masih 43,31%, Kabupaten Bantul sebesar 42,34%, sedangkan di Kota Yogyakarta sebesar 40,24% 5. Faktor penyebab rendahnya cakupan ASI di Propinsi DIY disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kurangnya peran serta tenaga kesehatan dalam mendukung pentingnya ASI Eksklusif. Faktor lain yang berperan dalam rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif adalah pekerjaan. Ibu yang bekerja akan memiliki sedikit waktu untuk menyusui bayinya. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Dwi Sarbini bahwa tekanan ekonomi akan mendorong ibu untuk bekerja mencari penghasilan, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk menyusui secara eksklusif 5. Salah satu upaya yang telah dilakukan organisasi profesi dan pemerintah daerah Provinsi DIY dalam meningkatkan kualitas cakupan ASI adalah berupa konseling menyusui dan MP-ASI. Upaya yang lain adalah peningkatan kapasitas petugas kesehatan berupa pelatihan konselor ASI bagi petugas kesehatan dan pelatihan motivator ASI 5. Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis di Dinas Kesehatan Propinsi DIY tahun 2012, didapatkan data pencapaian ASI Eksklusif di puskesmas rawat inap di wilayah Kota Yogyakarta, yaitu Puskesmas Mergangsan sebesar 40,68%, Puskesmas Tegalrejo sebesar 48,8% dan Puskesmas Jetis sebesar 73,67% 5. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian Cross Sectional. Sampel adalah ibu menyusui yang memiliki bayi usia 7-12 bulan sebanyak 103. Penelitian dilakukan di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta tahun 2013. Variabel dependen dalam penelitian adalah pemberian ASI Eksklusif. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, kebiasaan pemberian MP-ASI Dini dan akses memperoleh informasi kesehatan. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, kebiasaan pemberian MP-ASI Dini dan akses informasi kesehatan. Data sekunder dalam penelitian ini adalah cakupan pemberian ASI Eksklusif, peta wilayah Puskesmas Mergangsan (akses pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan). Metode yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji analisis Chi square menggunakan program SPSS 17.0 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil analisis univariat a. Pemberian ASI Eksklusif proporsi pemberian ASI Eksklusif sebesar 72.8%, sedangkan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 27.2%. b. Umur ibu sebagian besar responden berada pada umur 20-35 tahun yaitu sebesar 92.2%. c. Pendidikan ibu 41

sebagian besar responden berpendidikan tinggi yaitu sebesarr 94.2%. d. Pekerjaan ibu responden yang bekerja sebesar 46.6% dan responden yang tidak bekerja sebesar 54.3%. e. Paritas responden yang memiliki 1 anak (primipara) sebesar 43.7% dan responden yang memiliki > 1 anak sebesar 56.3%. f. Pengetahuan ibu responden responden dengan pengetahuan tinggi tentang ASI sebesar 73.8% dan responden dengan pengetahuan rendah sebesar 26.2%. g. Sikap ibu responden dengan sikap positif sebesar 77.7% dan responden dengan sikap negatif sebesar 22.3%. h. Dukungan keluarga responden yang mendapat dukungan dari keluarga sebesar 70.9% dan responden yang tidak mendapat dukungan dari keluarga sebesar 29.1%. i. Dukungan tenaga kesehatan responden yang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan sebesar 65% dan responden yang tidak mendapat dukungan dari tenaga kesehatan sebesar 35%.. j. Kebiasaan pemberian MP-ASI Dini responden yang memiliki kebiasaan memberikan MP-ASI Dini dalam keluarga sebesar 25.2% dan responden yang tidak memiliki kebiasaan memberikan MP-ASI Dini dalam keluarga sebesar 74.8%. k. Akses informasi kesehatan responden yang mendapatkan informasi kesehatan dari tenaga kesehatan sebesar 84.4% dan responden yang mendapat informasi kesehatan dari media massa sebesar 15.5%. 2. Hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil analisis uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang Eksklusif dengan p value 1.000. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Bersalin Tritunggal Penjaringan Jakarta Utara oleh Purwanti (2004) bahwa umur tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Utomo dkk (1993) dalam Purwanti (2004) bahwa wanita yang lebih muda cenderung memberikan makanan pendamping ASI lebih cepat atau lebih awal yaitu kurang dari satu bulan, sehingga akan menekan produksi ASI. Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Keliner (1989) dalam Purwanti (2004) bahwa ibu yang berusia lebih muda akan lebih banyak menghasilkan ASI dibandingkan dengan ibu yang sudah tua. 3. Hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil analisis uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang Eksklusif dengan p value 0.186. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta oleh Sarbini dan Hidayati (2008) bahwa tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan ibu mempunyai pengaruh yang tidak bermakna terhadap pemberian ASI Eksklusif, namun 42

sejalan dengan pendapat Roesli (2009) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan komponen penting yang berperan dalam pemberian makanan keluarga termasuk pemberian ASI eksklusif. Di satu sisi pendidikan mempunyai dampak positif yaitu ibu semakin mengerti akan pentingnya pemeliharaan kesehatan termasuk pemberian ASI Eksklusif. Tetapi di sisi lain pendidikan yang semakin tinggi juga akan berdampak adanya perubahan nilai-nilai sosial seperti adanya anggapan bahwa menyusui bayi dianggap tidak modern dan dapat mempengaruhi bentuk payudara ibu. Menurut Suhardjo (1992) dalam Sarbini (2008), semakin tinggi pendidikan dapat menimbulkan kekhawatiran terhadap kemungkinan bayi menderita kurang zat gizi tertentu karena konsentrasinya dalam ASI menurun jumlahnya sehingga ibu cenderung memberikan makanan tambahan. Menurut Hidayat (2005) dalam Firmansyah (2012) pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Notoatmodjo (2010) semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang. 4. Hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil analisis uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang Eksklusif dengan p value 0.808. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Tuban oleh Firmansyah dan Mahmudah (2012) bahwa pekerjaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Roesli (2009) bahwa bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif merupakan hal terbaik bagi bayi. Hal ini didukung oleh bukti secara ilmiah bahwa bayi yang diberi ASI Eksklusif akan lebih sehat dibandingkan dengan bayi yang tidak diberikan ASI. Bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif akan mengalami 3 kali lebih sering dirawat daripada bayi yang diberikan ASI Eksklusif. Hal ini berarti bayi yang diberikan ASI Eksklusif lebih jarang dibawa ke dokter sehingga ibu lebih jarang meninggalkan pekerjaan. Menurut pendapat Roesli (2009) bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif. Pada ibu yang bekerja, menyusui bayi tidak perlu dihentikan. Ibu yang bekerja tetap harus memberikan ASI kepada bayinya. Jika memungkinkan bayi dapat diajak ke tempat ibu bekerja. Namun, hal ini akan sulit dilaksanakan apabila di tempat kerja atau di sekitar tempat kerja tidak tersedia sarana penitipan bayi atau pojok laktasi. Walaupun ibu bekerja dan tempat kerja jauh dari rumah, ibu harus tetap memberikan ASI kepada bayinya (Roesli, 2009). 5. Hubungan antara paritas ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil analisis uji chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan pemberian ASI Eksklusif dengan p value 0.019 OR 3.200. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Tuminting Kota Manado, bahwa semakin banyak pengalaman dalam mengasuh anak terutama pengalaman menyusui, maka semakin tinggi keinginan untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Ebrahim (1986) dalam Purwanti (2004) bahwa ibu yang telah memiliki pengalaman pada persalinan yang terdahulu akan memperlihatkan 43

sikap yang lebih baik dan akan mempengaruhi keberhasilan dalam menyusui. Namun pada penelitian ini tidak semua responden dengan pengalaman dalam mengasuh anak dapat memberikan ASI Eksklusif, karena ada beberapa responden dengan pengalaman pertama dalam mengasuh anak ternyata dapat memberikan ASI Eksklusif. Hal ini dapat disebabkan karena pendidikan ibu yang tinggi dan pengetahuan yang baik tentang ASI Eksklusif dan menyusui. 6. Hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil analisis uji chi square menunjukkan terdapat hubungan yang Eksklusif dengan p value 0.036 OR 3.000. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan di Rumah Bersalin Tri Tunggal Penjaringan Jakarta Utara tahun 2004 bahwa tidak ada hubungan yang signifikan. Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu kurang baik terhadap pemberian ASI Eksklusif disebabkan karena kurangnya informasi tentang ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Tuban bahwa tidak ada pengaruh antara pengetahuan dengan terhadap pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang akan terbentuk dalam pengetahuan. Sesuai dengan kerangka kerja PRECEDE dari Green yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan merupakan faktor predisposisi dalam perilaku positif, karena dengan pengetahuan seseoran akan mulai mengenal dan mencoba atau melakukan suatu tindakan. Penambahan pengetahuan tidak bisa dilakukan hanya dalam waktu singkat, tetapi harus terus menerus dan berkelanjutan juga memberiikan informasiinformasi baru sehingga pengetahuan terus bertambah dan mendalam karena dengan mengkristalisasinya pengetahuan akan tetap menjadi kontrol terhadap seseorang berperilaku baik. 7. Hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil analisis uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang Eksklusif dengan p value 0.688. Sikap dalam penelitian ini adalah perilaku responden dalam melakukan pemberian ASI Eksklusif. Menurut Notoatmodjo (2010) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut teori perilaku yang diungkapkan Lawrence Green (1980) dan WHO (1984) dalam Notoatmodjo (2010) sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan sesuatu. Secara umum sikap merumuskan kecenderungan untuk memberikan respon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan di Rumah Bersalin Tri Tunggal Penjaringan Jakarta Utara tahun 2004 bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memiliki sikap positif dan memberikan ASI Eksklusif sebesar 71.3%. Kondisi ini akan memberikan kontribusi terhadap tindakan pemberian ASI Eksk;usif pada ibu menyusui, artinya dilihat dari aspek sikap menunjukkan sikap positif, sehingga akan berdampak terhadap keinginan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif. Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010) bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak yang 44

artinya sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan dan perilaku. 8. Hubungan antara dukungan keluarga ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Dukungan keluarga dalam penelitian ini adalah perilaku suami/keluarga responden terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hasil analisis uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang Eksklusif dengan p value 0.749. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan di Krembangan Jaya Surabaya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI secara eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan (p=0.000 dan C=0.609). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antara responden yang mendapatkan dukungan dari keluarga dan responden yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif tidak ada perbedaan yaitu sebanyak 76.7% responden tidak mendapatkan dukungan dari keluarga yang memberikan ASI Eksklusif, sedangkan 71.2% responden yang mendapatkan dukungan dari keluarga yang memberikan ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan karena responden yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga dan memberikan ASI Eksklusif memiliki pengalaman yang baik terhadap pemberian ASI sehingga memungkinkan ibu untuk menyusui bayinya, sedangkan responden yang mendapatkan dukungan dari keluarga tetapi tidak memberikan ASI Eksklusif, disebabkan karena kurangnya produksi ASI. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Roesli (2009) bahwa hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga akan mempengaruhi lancar tidaknya proses laktasi. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor pendorong (reinforcing factor), salah satunya adalah dukungan atau dorongan masyarakat, keluarga dan teman, juga didukung oleh pendapat Ambarwati (2008) bahwa produksi air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. 9. Hubungan antara dukungan tenaga kesehatan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil analisis uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pemberian ASI Eksklusif dengan p value 0.127. Dukungan tenaga kesehatan dalam penelitian ini adalah perilaku petugas kesehatan kepada responden berkaitan dengan ASI Eksklusif. Hasil penelitian kurang sesuai dengan pendapat Roesli (2009) bahwa salah satu keberhasilan ASI Eksklusif adalah mempersiapkan payudara sejak masa kehamilan, memilih tempat melahirkan yang sayang bayi seperti rumah sakit sayang bayi atau rumah bersalin sayang bayi dan memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara Eksklusif. Hasil penelitian berdasarkan analisis statistik regresi logistik tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Sunardi (1992) dalam Purwanti (2004) bahwa dukungan tenaga kesehatan yang besar terhadap klien akan mendorong klien untuk memberikan ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan karena adanya tingkat pengetahuan yang cukup dan kesadaran yang sangat tinggi dari petugas kesehatan untuk memberikan dukungan dan solusi yang tepat kepada klien dalam pemberian ASI Eksklusif. Dengan kata lain dukungan petugas kesehatan akan memberikan pengaruh besar terhadap responden dalam menentukan keberhasilan 45

pemberian ASI Eksklusif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan dan sikap petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI sangat menentukan keberhasilan ibu menyusui. 10. Hubungan antara kebiasaan pemberian MP-ASI Dini ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil analisis uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pemberian ASI Eksklusif dengan p value 0.080. Kebiasaan pemberian MP-ASI Dini dalam penelitian ini adalah kebiasaan memberikan MP ASI Dini dalam keluarga yang sifatnya turun temurun yang diberikan pada bayi baru lahir. Kebiasaan adalah sesuatu yang telah diiakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang tidak memiliki kebiasaan memberikan MP-ASI Dini pada bayi baru lahir 77.9% memberikan ASI Eksklusif, sedangkan responden yang memiliki kebiasaan tersebut 57.7% memberikan ASI Eksklusif. Hal ini sesuai pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh budaya dimana seseorang tersebut berasal, sehingga dalam upaya merubah perilakunya secara tidak langsung juga merubah sosial budayanya. Dalam hal ini budaya akan mempengaruhi kebiasaan dalam keluarga. Namun dalam penelitian ini terdapat sebagian responden yang memiliki kebiasaan memberikan MP-ASI Dini dalam keluarga, tetapi memberikan ASI Eksklusif, hal ini disebabkan karena semakin majunya pola fikir dan tingginya pengetahuan yang dimiliki ibu menyusui sehingga sedikit demi sedikit ibu menghilangkan kebiasaan memberikan MP-ASI Dini pada bayi baru lahir dalam keluarga. 11. Hubungan antara akses informasi kesehatan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil analisis uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pemberian ASI Eksklusif dengan p value 0.063. Akses informasi kesehatan dalam penelitian ini adalah cara untuk memperoleh suatu informasi tentang pelayanan di bidang kesehatan. Proporsi pemberian ASI Eksklusif pada responden yang memperoleh informasi dari media massa lebih besar dibandingkan dengan responden yang memperoleh informasi dari tenaga kesehatan yaitu sebanyak 93.8%. Hal ini disebabkan karena teknologi yang semakin canggih, sehingga memudahkan seseorang untuk mengakses informasi yang dibutuhkan termasuk tentang ASI Eksklusif. Hal ini sesuai dengan teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) bahwa sarana pelayanan kesehatan sebagai faktor yang memungkinkan dapat mengubah perilaku seseorang. Adanya fasilitas sarana dan prasarana kesehatan seperti puskesmas, polindes dan balai pengobatan kesehatan yang disediakan bagi masyarakat khususnya para ibu, diharapkan dapat digunakan untuk memperoleh pelayanan kesehatan serta informasi yang dibutuhkan khususnya informasi tentang kesehatan. Namun terdapatnya fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan ternyata belum cukup untuk memberikan pelayanan yang lebih baik serta dapat memberikan perubahan perilaku masyarakat yang lebih baik. Sehingga disamping tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan, akses 46

kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan tersebut turut berperan dalam merubah perilaku seseorang. 12. Faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang berkunjung di Puskesmas Mergangsan tahun 2013 adalah faktor pengetahuan. Berdasarkan hasil uji statistik regresi logistik diperoleh faktor yang sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif adalah pengetahuan dengan OR 6.215. Artinya pengetahuan rendah memiliki peluang 6 kali lebih besar untuk tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan tinggi tentang ASI Eksklusif. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pencapaian pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta tahun 2013 sebesar 72.8%. Angka tersebut merupakan angka yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan pencapaian pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2012 yaitu 40.68%. 2. Namun masih rendah jika dibandingkan dengan target nasional dan propinsi yaitu 80%. 3. Terdapat hubungan antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif. Responden yang memiliki anak < 1 (primipara) memiliki peluang 3 kali untuk tidak memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan responden yang memiliki > 1 anak (multipara). 4. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif Responden yang memiliki pengetahuan rendah memiliki peluang 6 kali untuk tidak memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan tinggi. 5. Tidak terdapat hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan, sikap, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, kebiasaan pemberian MP-ASI Dini dan akses informasi kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif. 6. Berdasarkan hasil uji statistik regresi logistik diperoleh faktor yang sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif adalah pengetahuan dengan OR 6.215. Artinya pengetahuan rendah memiliki peluang 6 kali lebih besar untuk tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan tinggi tentang ASI Eksklusif setelah dikontrol dengan variabel kebiasaan pemberian MP-ASI Dini, pendidikan, paritas, akses informasi kesehatan dan dukungan tenaga kesehatan. DAFTAR PUSTAKA 1. Siregar, Arifin. 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, page 1-2. Universitas Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmarifin.pdf (diakses: 13 Januari 2013). 2. Sri Purwanti, Hubertin. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Ekksklusif Bayi yang Lahir di Rumah Bersalin Tritunggal Penjaringan Jakarta Utara tahun 2003, page 1-3. Jakarta. Tesis Universitas Respati Indonesia Jakarta 3. Firmansyah, Nurhuda dan Mahmudah. 2012. Pengaruh Karakteristik (Pendidikan, Pekerjaan), Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui Terhadap 47

Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Tuban, page 1. Jurnal Biometrika dan Kependudukan vol 1 no 1, Agustus 2012: 62-71. 4. SDKI. 2012. Cakupan ASI Eksklusif. 5. Dinkes Propinsi DIY. 2012. Profil Kesehatan Propinsi DIY Tahun 2011. Yogyakarta: Dinkes Propinsi DIY. 6. Roesli, Utami. 2009. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya, Anggota IKAPI 48