BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manfaat ASI sudah sangat umum diketahui oleh masayarakat luas.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals 4 (MDGs4) adalah Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGELUARAN AIR SUSU IBU SETELAH TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

BAB I PENDAHULUAN. yang dilahirkan harus aman dan sehat serta membawa kebahagiaan bagi ibu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kondisi tertentu proses kehamilan harus dilakukan dengan operasi. caesar atau lebih dikenal dengan sectio caesarea.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan adalah suatu proses mendorong keluar hasil konsepsi (janin, plasenta dan

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar bealakang. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB 1 PENDAHULUAN. makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, maka penting penerapan optimal

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan


BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB I PENDAHULUAN. Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah kira-kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk mengeluarkan bayi melalui insisi pada dinding perut dan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010). waktu (yaitu 12 hari atau lebih melewati tanggal taksiran partus) dan ketuban

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

KELUARNYA KOLOSTRUM PADA IBU POST PARTUM DI RSUD DR. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

PROGRAM KERJA RUANG BERSALIN DI RUMAH SAKIT MUNYANG KUTE REDELONG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. para ibu ingin melaksanakan fungsi ini dengan cara yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

METODE MEMPERBANYAK PRODUKSI ASI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DENGAN TEHNIK MARMET DAN BREAST CARE DI RSUD KARANGANYAR

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin (Suherni, 2009).

ONSET PENGELUARAN KOLOSTRUM PERSALINAN NORMAL LEBIH CEPAT DARIPADA PERSALINAN SECTIO CAESARIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

Penentu Kecepatan Pengeluaran Air Susu Ibu setelah Sectio Caesarea

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik bagi bayi. ASI ibarat emas yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa enam minggu sejak bayi lahir sampai saat organ-organ

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Section Caesarea

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA IBU POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG EDELWEIS RSUD JOMBANG

48 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN UKDW kelahiran hidup (World Health Organization, 2012). perubahan pada tahun 2012 (Dinkes Jawa Tengah, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang bayi. Manfaat ASI sudah sangat umum diketahui oleh masayarakat luas. ASI merupakan makanan terlengkap bagi bayi. ASI memiliki nutrisi yang memiliki kandungan lemak dan kalori yang sangat tinggi serta sejumlah micronutrient yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Kandungan lengkap dalam ASI dapat mencegah penyakit, membantu proses penyembuhan serta dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi (Khayati et al, 2013). Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) tahun 2001 telah merekomendasikan pemberian ASI esklusif selama 6 bulan. ASI esklusif pada bayi diberikan selama 6 bulan tanpa tambahan asupan makanan lainnya. ASI esklusif sangat bermanfaat bagi bayi dari resiko kematian dan berbagai penyakit. Penelitian di Belanda menunjukkan bahwa ASI esklusif secara signifikan berhubungan dengan penurunan resiko kematian bayi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan dan gangguan gastrointestinal (Duijts et al, 2010). Penelitian lain yang berkaitan dengan pemberian ASI yaitu penelitian yang dilakukan oleh Edmond tahun 2006. Penelitian ini menerangkan bahwa pemberian ASI sejak hari pertama kelahiran bayi dapat menurunkan 16% kematian neonatal dan menurunkan 22% kematian neonatal jika bayi disusui dalam satu jam pertama kelahiran. 1

2 Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013 menunjukkan bahwa di Indonesia, persentase pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah bayi lahir adalah 34,5%. Walaupun persentase ini telah meningkat dari tahun 2010 sebesar 29,3% tetapi angka ini belum membahagiakan. Hasil yang diperoleh negara kita masih jauh dibandingkan negara serumpun di Asia Tenggara menurut International Baby Food Action Network. Melalui laporan World Breastfeeding Trends Initiative (WBTi), Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia masih kalah tertinggal dari Bangladesh, Vietnam, Philipina (IBFAN, 2010). Undang undang di Indonesia telah banyak mengatur mengenai pemberian ASI yang digunakan untuk mendukung program penurunan angka kematian bayi. Diantaranya adalah UU no. 36 Tahun 2009 pasal 128 ayat 2 dan 3. Ayat tersebut menyebutkan selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu secara penuh dengan menyediakan waktu dan fasilitas khusus. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 33 tahun 2012 juga menerangkan bahwa setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Esklusif kepada bayi yang dilahirkannya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2012). Kebijakan 10 langkah keberhasilan menyusu yang ada di rumah sakit salah satunya berisi membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan. Dalam hal ini perbedaan utama penerapannya terjadi karena persalinan dapat dilakukan per vaginam dan perabdominal (Sectio Caesarea/SC). Kebijakan ini menjadi penting karena persalinan melalui SC hanya dapat

3 dilakukan di rumah sakit sehingga Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di rumah sakit harus dapat dilakukan baik pada persalinan pervaginam maupun pada SC. Jumlah persalinan SC di Indonesia meningkat dari tahun ketahun. Hal ini dapat terlihat dari hasil Riskesdas tahun 2013 yang menyebutkan, persalinan SC mengalami peningkatan dari 6,8% pada tahun 2007 dan 9,8% pada tahun 2013 (Riskesdes, 2013). Persalinan SC sekarang cenderung dilakukan tanpa indikasi medis, tetapi hanya berdasarkan faktor sosial dan pemahaman pasien yang salah (Desmawati, 2013). Pemahaman pasien mengenai persalinan SC yang dianggap sebagai salah satu cara untuk mewujudkan well baby well health mother, tidak terlepas dari resiko komplikasi yang dapat mengancam keselamatan pada bayi maupun pada ibu. Resiko komplikasi pada persalinan SC bisa terjadi pada ibu seperti resiko infeksi, nyeri daerah insisi, resiko terjadi trombosis, perdarahan dan gannguan laktasi (Manuaba, 2008). Penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai dampak dari metode persalinan SC terhadap ASI adalah penelitian Desmawati tahun 2010. Penelitian ini menyatakan bahwa pengeluaran ASI pada ibu post partum normal lebih cepat dibanding dengan ibu post SC. Nilai rata-rata waktu pengeluaran ASI post partum normal adalah 3,9 dan post partum SC adalah 5,9 sehingga terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut. Penelitian yang ada di Jepang juga memperkuat data bahwa SC berkorelasi dengan menyusui, bahwa SC merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ibu untuk tidak melakukan IMD, sehingga ibu post SC banyak mengalami kesulitan dalam awal-awal menyusui (Nakao et al, 2008). Penelitian serupa juga

4 dilakukan di Puerto Rico yang menemukan bahwa SC berkorelasi negatif dengan IMD (Pérez-Ríos et al, 2008). Penelitian mengenai dampak pada SC terhadap rencana menyusui pada ibu juga pernah dilakukan oleh Pillegi et al tahun 2008. Penelitian ini menemukan bahwa penggunaan obat anastesi dan SC mempengaruhi IMD namun bukan merupakan kontra indikasi IMD, sehingga ibu post SC layak mendapatkan simulasi awal untuk merangsang keluarnya ASI sebelum dilakukan beberapa tindakan penunjang lainnya. Penelitian yang berhubungan dengan prosedur SC dengan produksi ASI adalah penelitian yang dilakukan oleh Afifah tahun 2007. Penelitian tersebut menemukan bahwa nyeri setelah SC menghambat produksi dan ejeksi ASI. Kegagalan ibu untuk menyusukan segera setelah lahir akan berpengaruh pada produksi ASI ibu. Karena menyusukan pertama kali sesudah lahir akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan oksitosin. Oksitosin bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI pada alveoli, lobus serta duktus yang berisi ASI yang akan dikeluarkan melalui putting susu. Keadaan ini memaksa hormon prolaktin untuk terus memproduksi ASI. Sehingga semakin sering bayi menghisap putting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga akan semakin lancar (Nugroho 2011 cit Hayatiningsih & Ambarwati, 2012). Beberapa faktor disebutkan dalam literatur akan mempengaruhi pengeluaran ASI pada ibu setelah persalinan. Faktor tersebut adalah stres setelah persalinan, nyeri setelah persalinan, anastesi, melihat, mencium, mendengar suara tangisan bayi. Maternal stress mengganggu pengeluaran oksitosin yaitu hormon

5 yang bertanggungjawab terhadap reflek pengeluaran ASI. Jika refleks pengeluaran ASI sering terganggu, maka pengeluaran ASI yang tidak lengkap secara bertahap akan menimbulkan down regulation dari sistesis produksi ASI. Apabila ibu dalam kondisi stres, kebingungan, takut atau cemas akan mempengaruhi pelepasan oksitosin dari neurohipofise sehingga terjadi menghambat let down refleks. Kondisi emosional distres yang dialami seorang ibu akan mempengaruhi pelepasan hormon adrenalin (epineprin) yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin tidak dapat mencapai miopitelum (Ueda, 1994 cit Maulidiyah & Maghfirah, 2010). Faktor nyeri yang dialami oleh ibu post SC akan menghambat proses menyusui, bayi yang kurang responsif dan ibu masih harus dibantu setelah persalinan (Desmawati, 2013) Pengeluaran ASI pada ibu post partum normal terjadi antara 24-72 jam pasca persalinan (Lowdermilk et al, 2014). Teori tersebut sejalan dengan penelitian Desmawati tahun 2010, namun terdapat perbedaan waktu pada persalinan normal dan persalinan SC. Pengeluaran ASI juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, stres, anastesi, rangsangan puting susu, melihat bayi, mencium bayi, membayangkan sedang menyusui bayi, mendengarkan suara bayi (Sukami & Margaret, 2013). Pada penelitian Desmawati yang lain tahun 2013, yang juga masih berfokus pada persalinan SC dan permasalahan laktasi pada ibu post SC dididapatkan hasil bahwa ibu post operasi SC masih memerlukan banyak tindakan keperawatan penunjang untuk mempercepat pengeluaran ASI. Tindakan tersebut seperti rooming in, pijat oksitosin, mobilisasi aktif ibu serta rolling massage 12

6 jam post persalinan SC (Desmawati, 2013). Pada penelitian tersebut belum dibahas mengenai pelaksaan IMD yang juga menjadi faktor pengeluaran ASI ibu post partum. Dari fenomena diatas, masih terdapat masalah menyusui pada ibu post persalinan SC dengan ibu post persalinan normal, sehingga peneliti berkeinginan untuk meneliti perbedaan metode persalinan normal dan SC yang telah dilakukan IMD dengan waktu pengeluaran ASI. Berdasarkan studi pendahuluan bulan Februari tahun 2015 di RSUD Dr. Soeroto Kabupaten Ngawi, pelaksanaan IMD telah dilaksanakan sejak tahun 2011 berdasarkan SK Dinas kesehatan Kabupaten Ngawi melalui program Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) dan sebagai rumah sakit sayang ibu dan anak. Sehingga, IMD telah dilaksanakan pada persalinan normal dan SC di RS dr. Soeroto Ngawi. Jumlah persalinan yang terjadi pada bulan Februari adalah 166, dengan perincian persalinan normal ada 86 dengan persentase IMD sebesar 83% sedangkan jumlah persalinan SC mencapai 80 dengan jumlah persentase IMD post SC sebesar 68%. Dengan adanya data tersebut, maka peneliti berkeinginan melaksanakan penelitian pada rumah sakit tersebut. B. Perumusan Masalah ASI adalah nutrisi terbaik untuk bayi. Undang-undang di Indonesia telah mengatur pemberian ASI esklusif, dan mewajibkan ibu setelah melahirkan memberikan ASI kepada bayinya. Jumlah persalinan SC yang semakin meningkat walaupun dampak ganguan laktasi juga menyertai ibu post SC. Waktu

7 pengeluaran ASI pada kedua metode persalinan masih memiliki perbedaan. Nyeri yang dialami oleh ibu post SC relatif menghambat proses menyusui serta harus diberikan bantuan dalam beberapa tindakan setelah persalinan. Pelaksanaan IMD yang dilakukan tidak hanya untuk post partum persalinan normal saja namun juga pada persalinan SC. Pelaksanaan IMD diawal pemberian ASI diharapkan dapat mempercepat waktu pengeluaran ASI pada ibu setelah persalinan normal dan persalinan SC, sehingga bayi lahir dengan persalinan normal dan SC akan samasama mendapatkan ASI dengan segera. Dari uraian diatas, maka peneliti berkeinginan untuk meneliti adakah perbedaan waktu pengeluaran ASI pada post partum persalinan normal dan SC dengan anestesi regional? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perbedaan waktu pengeluaran ASI pada persalinan normal dan SC dengan anestesi regional yang ditelah di IMD 2. Mengetahui pengaruh nyeri dan stres setelah persalinan dengan waktu keluar ASI pada kedua metode persalinan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian lanjutan yang mengambil topik mengenai pengaruh IMD post SC dengan pemberian ASI esklusif pada bayi.

8 2. Bagi Ibu Penelitian ini dapat dijadikan arahan pemilihan metode persalinan dengan memikirkan konsekuensi yang akan didapatkan oleh ibu dan bayi serta dapat memberikan ketenangan bahwa ibu dapat memberikan ASI kepada bayinya segera setelah persalinan. 3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit) Dapat memberikan data penelitian untuk memberikan pendampingan kepada ibu hamil dalam menentukan metode persalinan yang akan dilakukan dan dapat memberikan pendidikan kesehatan yang sesuai mengenai IMD, ASI dan menyusui. 4. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perkuliahan mengenai metode persalinan serta pemberian nutrisi bayi segera setelah persalinan, sehingga magister keperawatan peminatan maternitas dapat memberikan edukasi kepada masyarakat sesuai hasil penelitian. 5. Bagi Profesi Keperawatan Penelitian ini dapat menjadi bagian dari pengembangan profesi keperawatan khususnya keperawatan maternitas dalam memberikan asuhan keperawatan kepada ibu hamil, bersalin dan menyusui dalam pelayanan maupun pendidikan keperawatan. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan pendalaman lebih lanjut mengenai metode persalinan dengan waktu pengeluaran ASI pada ibu post operasi SC dan

9 membandingkan dengan persalinan normal. Penelitian terdahulu yang dikembangkan dari penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Desmawati (2010), Lestari, W., Dian, F.S., Gina Muthia (2013), dan Pillegi et al (2008). Penelitian ini memperinci penelitian Desmawati tahun 2010 dan mengikuti ibu bersalin sampai dengan keluarnya ASI pertama kali. Penelitian ini juga akan memberikan tambahan pada penelitian lestari tahun 2013, bahwa tidak hanya IMD yang dapat mempengaruhi pengeluaran ASI. Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui perbedaan metode persalinan yang telah di IMD dengan waktu pengeluaran ASI. Rincian mengenai ketiga penelitian yang menjadi dasar utama dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

10 Tabel 1. Penelitian Mengenai SC, IMD dan pengaruhnya pada waktu pengeluaran ASI No Judul/Peneliti Tujuan Metode Hasil 1 Breastfeeding in the first hour of life and modern technology : prevalence and limiting factors. Maria Cristina Pillegi et al (2008) 2 Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan waktu keluarnya ASI pada ibu post partum. Lestari, W., Dian, F.S., Gina Muthia. 2013 Mengidentifikasi prevalensi dan hambatan pemberian ASI dalam 1 jam pertama kelahiran (IMD) pada rumah sakit berbasis teknologi modern. Mengetahui hubungan inisiasi menyusu dini dengan waktu pengeluaran ASI pada ibu post partum normal. Studi retrospektif dengan analisis kuantitatf. Data diperoleh dari catatan rekam medis 12.350 kelahiran bulan Januari 2004 hingga Desember 2007 pada Maternity Center of Hospital Israelita Albert Einstein, Brazil. Penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional. Sampel 33 ibu di kamar bersalin puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2013. Penelitian ini terdapat 8.893 catatan yang masuk dalam kriteria inklusi. Ada 18,7% kasus tidak dilakukan IMD karena jumlah persalinan tinggi, penolakan pasien, penolakan tim medis, lelah akibat prsalinan yang lama, data yang hilang. Sectio caesarea dan penggunaan anatesi bukan kontra indikasi IMD Pelaksanaan IMD dengan tepat 54,5% dan waktu pengeluaran ASI normal 66,7%. Ada hubungan pelaksanaan IMD dengan waktu keluarnya ASI. Persamaan & Perbedaan Persamaan dalam variabel yang diteliti yaitu pelaksanaan IMD dan perbedaan terdapat pada tujuan dan metode penelitian. Persamaan dalam variabel yang diteliti yaitu IMD dengan waktu pengeluaran ASI. Perbedaan adalah perbandingan dengan ibu post operasi SC 3 Perbedaan waktu pengeluaran ASI pada ibu pos SC dengan post partum normal. Desmawati (2010) Mengetahui perbedaan waktu pengeluaran ASI pada ibu post SC dengan post partum nomral. Penelitian ini menggunakan penelitian cross sectional pada 40 ibu post partum normal dan post partum SC. Waktu pengeluaran ASI ibu dengan post partum normal lebih cepat dibandingkan dengan persalinan SC Persamaan dalam penelitian ini adalah variabel waktu pengeluaran ASI. Perbedaan dari penelitian ini adalah pemberian IMD terhadap waktu pengeluaran ASI.

11