BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGGI LOMPATAN DAN BENTUK ARCUS PEDIS DENGAN KEJADIAN SPRAIN PERGELANGAN KAKI PADA ATLET BULUTANGKIS YANG MELAKUKAN JUMPING SMASH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tarsus atau pangkal kaki tersusun oleh: ini mempunyai caput, collum dan corpus.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEEFEKTIFAN KOMBINASI TERAPI MASASE DENGAN KINESIO TAPING DALAM PEMULIHAN CEDERA PERGELANGAN KAKI DERAJAT 1 PADA PEMAIN SEPAK BOLA MERAPI PUTRA SLEMAN

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain.

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tungkai berfungsi sebagai penopang gerak anggota tubuh bagian atas, serta

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini tertuang dalam Al Qur an di Surah At-Tin ayat 4 Sesungguhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

II. TINJAUAN PUTAKA. beregu, dimainkan oleh dua kelompok dan masing-masing kelompok. terdiri sebelas pemain termasuk penjaga gawang.

BAB I PENDAHULUAN. maka kesehatan fisik ialah salah satu hal yang penting. Kesehatan fisik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

RUPTUR TENDO ACHILLES

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

PEMERIKSAAN MANUAL MASCLE TESTING (MMT) EKTREMITAS INFERIOR

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL. Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode.

II. TINJAUAN PUSTAKA. tubuh dalam keadaan diam atau bergerak (Harsono,1988:223). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Perkembangan bola voli

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bermobilisasi adalah kaki. Untuk melindungi bagian tubuh yang penting ini

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. sampai maksimal tetapi pada kenyataannya bukan gerak maksimal yang ada tetapi

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS BERMAIN BULUTANGKIS DENGAN KECENDERUNGAN TERKENA TENNIS ELBOW DI GOR BULUTANGKIS DIRGANTARA KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

KARAKTERISTIK PLANTAR PADA USIA TAHUN. Arif Wicaksono Sasanthy Kusumaningtyas Angela BM Tulaar

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CALCANEUS SPURS DEXTRA DENGAN MODALITAS ULTRA SOUND DI RSUD SALATIGA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai barometer kemajuan dan alat ukur cita cita manusia. Juga

PENATALAKSANAAN ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN SPRAIN ANKLE DEXTRA

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sedangkan menurut beberapa ahli lainnya, agility didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. beratnya latihan dan kontak badan antar pemain bertumpu pada fisik. Oleh

RUNNING SKILLS. Skill highlights

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

Skripsi. Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Oleh. A. Mujami

CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS (CLUB FOOT) dr. Yoyos Dias Ismiarto, SpOT.(K),M.Kes, CCD, FICS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. selalu menarik perhatian bagi seseorang fisioterapis, problem permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. mengukur seberapa besar hubungan dan tingkat singinifikan antara power otot

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

PERBANDINGAN AGILITY ANTARA NORMAL FOOT DAN FLAT FOOT PADA ATLET UNIT KEGIATAN MAHASISWA BASKET DI KOTA MAKASSAR SKRIPSI

Mekanisme Terjadinya Kram Pada Otot dan Faktor Penyebabnya

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit maupun ditemukannya penyakit-penyakit baru yang semakin. mengancam penurunan kualitas hidup manusia.

PERBANDINGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI ANTARA NORMAL FOOT DAN FLAT FOOT PADA ATLET BASKET SKRIPSI ANDI ISTIMRAR RIDJAL C

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh:

I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. menaiki tangga, berlari dan berolahraga secara umum dan lain-lain. Untuk

Tes Awal Perlakuan Test Akhir X1 T X2

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

Kaitan Pemakaian Sepatu Hak Tinggi dengan Lordosis Lumbal. Wearing High-Heeled Shoes with Lumbal Lordosis

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang

BAB 3 FONDASI DALAM MEMANAH

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar tubuh. Proses menua terjadi secara terus menerus secara

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Pergelangan Kaki 1. Persendian pada Pergelangan Kaki Pergelangan kaki/ sendi loncat adalah bagian kaki yang terbentuk dari tiga persendian yaitu articulatio talocruralis, articulatio tibiofibularis, dan articulatio subtalaris. Dari ketiga sendi tersebut dapat menghasilkan gerakan inversi-eversi, plantarfleksi-dorsofleksi, endorotasi-eksorotasi. Gabungan dari tiga gerakan tersebut akan menghasilkan gerakan baru yaitu pronasi dan supinasi. 7 Gambar 2.1 Sendi penyusun pergelangan kaki tampak dari belakang 8 a. Articulatio Talocruralis(sendi loncat atas) Articulatio Talocruralis adalah persendian yang terbentuk dari ujung distal os tibia dan os fibula serta bagian atas dari os talus. Pada bagian articulatio talocruralis terdapat dua ligamentum yaitu: 1) Ligementum mediale atau deltoideum Ligementum mediale atau deltoideum memiliki puncak yang melekat pada ujung dari malleolusmedialis 6

dan merupakan ligementum yang kuat. Serabut bagian dalam dari ligament ini melekat pada medial corpus tali dan serabut superficialnya yang melekat pada bagian medial talus,ligamentum calcaneonaviculare plantare, tuberositas ossis naviculare, dan susutentaculum tali. 7 2) Ligamentum lateral Ligamentum lateral terbentuk dari tiga pita penyusun yang kekuatannya lebih lemah dibandingkan ligamentum mediale. Ligamentum ini terdiri dari ligamentum talofibulare anterior yang terbentang dari malleolus lateralis sampai ke permukaan lateral talus, ligamentum calcaneofibulare yang terbentang dari malleolus lateralis sampai lateral calcaneus, dan ligamentum talofibulare posterior yang terbentang dari malleolus lateralis sampai ke tuberculum posterior ossis tali. 7 b. Articulatio tibiofibularis distal Articulatio tibiofibularis distal adalah articulatio yang terbentuk dari tibia dan fibula yang merupakan syndesmosis sehingga pergerakan yang dapat dilakukan sangat terbatas. Articulatio ini posisinya distabilkan oleh membrane interoseum yang sangat tebal serta ligamentum tibiofibularis anterior dan ligamentum tibiofibularis posterior. Syndesmosis articulation tibiofibularis distal ini sangat diperlukan dalam menjaga kestabilan bagian atap dari articulatio talocruralis. 7 c. Articulatio subtalaris (sendi loncat bawah) Articulatio subtalaris adalah persendian yang terbentuk dari os talus dan os calcaneus, yang memiliki fungsi untuk endorotasi dan eksorotasidengan tungkai bawah yang memiliki aksis longitudinal yang selanjutnya akan diteruskan oleh kaki yang memiliki aksis transversal dan memungkinkan terjadinya gerakan supinasi dan pronasi. Pada articulatio subtalaris terdiri dari dua 7

articulatio, yaitu articulatio subtalaris anterior dan articulatio subtalaris posterior. Pemisah antara articulatio tersebut adalah ligamentum talocalcaneare interosseum. Fungsi dari ligamentum ini adalah sebagai penahan ostalus agar tidak bergerak ke medial. Ligamentum talocalcaneare interosseum ini akan menjadi tegang apabila supinasi dan menjadi kendor apabila pronasi. 7,9 Gambar 2.2 Anatomi pergelangan kaki 10 2. Otot Pergelangan Kaki Pada pergelangan kaki terdapat salah satu bagian yang berfungsi sebagai stabilisasi sendi selain dari ligamentum yaitu otot. Pada pergelangan kaki terdapat otot yaitu, m.fibularis longus dan m.fibularis brevis yang berfungsi sebagai pengontrol dari gerakan supinasi serta mencegah terjadinya sprain. Selain otot tersebut juga terdapat otot lain yaitu, m.tibialis anterior, m. extensor digitorum brevis, m. extensor digitorum longus, dan m.fibularis tertius yang juga berperan sebagai pencegah terjadinya sprain dengan cara berkontraksi saat terjadi gerakan supinasi. 3,12 Persarafan (inervasi) dari pergelangan kaki berasal dari plexus sacralis dan plexus lumbalis. Persarafan pada otot yang berfungsi sebagai pengontrol dari gerakan pergelangan kaki berasal dari 8

n.fibularis superficialis, n.fibularis profundus, dan n.tibialis. sedangkan saraf sensorisnya yaitu berasal dari n.saphenus dan n.suralis. 8 Berikut adalah penjabaran dari otot, persarafan, dan fungsi yang berkaitan dengan pergerakan sendi pada pergelangan kaki: 3,12 a. m. tibialis anterior Otot ini terbentang dari condylus lateralis sampai bagian medial tarsometatarsal sepanjang dari permukaan anterior tibia. Setelah sampai duapertiganya otot ini merupakan tendo yang memiliki origo pada tibia dan membrane interossea. Sedangkan insersionya yaitu osmetatarsal I. Otot ini dipersarafi oleh N.fibularis profundus yang memiliki fungsi sebagai supinasi dan dorsofleksi pada kaki. 3,12 b. m. tibialis posterior Otot ini terletak pada bagian terdalam posterior dari tungkai bawah yang memiliki origo pada fibula dan membrane interossea serta insersio pada tuberositas. 3,12 c. m. extensor digitorum longus Otot ini terletak pada bagian lateral dari m.tibialis anterior di bagian proximal dan m.extensor hallucis longus pada bagian distal yang memiliki origo pada tibia dan membrane interossea serta insersio pada phalanx medial dan distal digitorum II-V. pada otot ini dipersarafi oleh N.fibularis profundus yang memiliki fungsi sebagai abduksi dan dorsofleksi. 3,12 d. m. extensor halluces longus Otot ini bagian proksimalnya terletak dibagian bawah dari m.extensor digitorum longus dan m.tibialis anterior yang memiliki origo yaitu pada fibula dan membrane interossea serta insersio pada phalanx digitalis digiti I. pada otot ini dipersarafi oleh N.fibularis posterior dan berfungsi sebagai dorsofleksi. 3,12 9

e. m. fibularis tertius Otot ini adalah otot kecil yang berada pada lateral m.extensor digitorum longus yang memiliki origo pada fibula dan membrane interossea serta insersio pada os metatarsal V. Otot ini akan dipersarafi oleh N.fibularis posterior dan berfungsi sebagai pronasi dan dorsofleksi. 3,12 f. m. fibularis longus Otot ini terletak pada bagian lateral dari tungkai bawah yang memiliki origo pada fibula serta insersio pada osmetatarsal I. Otot ini akan dipersafi oleh N.fibularis superficialis dan memiliki fungsi sebagai abduksi, eversi, dan plantarfleksi. 3,12 g. m. fibularis brevis Otot ini terletak pada bagian posterior dari m.fibularis longus yang memiliki origo pada fibula dan insersio pada tuberositas ossis metatarsal V. Otot ini akan dipersarafi oleh N.fibularis superficialis yang memiliki fungsi sebagai abduksi, eversi, dan plantarfleksi. 3,12 h. m. gastrocnemius Otot ini adalah otot terluar dari bagian posterior pada tungkai bawah. Bentuk seperti tanduk dan dengan m.soleus akan membentuk triceps surae. Otot ini memiliki origo pada condyles femoralis dan insersio tubercalcanei yang melalui tendo Achilles. Otot ini memiliki fungsi yaitu sebagai plantarfleksi. 3,12 i. m. soleus Otot ini terletak pada bagian dalam dari m.gastrocnemius yang memiliki origo pada linea musculi solei tibia et fibula dan insersio pada tubercalcanei. Otot ini akan dipersarafi oleh N.tibialis yang memiliki fungsi sebagai penghambat dorsofleksi sehingga akan membentuk gerakan plantarfleksi. 3,12 10

j. m. flexor digitorum longus Otot ini memiliki origo pada facies posterior tibia dan fascia cruris lembar dalam serta insersio pada phalanx sidtal digitorum II-V. Otot ini akan dipersarafi oleh N.tibialis yang memiliki fungsi sebagai adduksi, inversi, dan plantarfleksi. 3,12 k. m. flexor halluces longus Otot ini memiliki origo pada fascies posterior fibula, membrane interossea, dan fascia cruris lembar dalam serta insersi pada phalanx distal digiti I. Otot ini akan dipersarafi oleh N.tibialis yang memiliki fungsi adduksi, inversi, dan plantarfleksi. 3,12 1. Aspek Klinis Sendi Pergelangan Kaki a. Sprain Sprain pergelangan kaki adalah robeknya ligamentum sebagian atau seluruhnya yang terjadi didaerah pergelangan kakiyang diakibatkan karena stress yang berlebihan serta mendadak dan penggunaan yang berlebihan. Cedera ini biasanya dikarenakan inversi yang berlebihan pada kaki sehingga ligamentum lateral akan mengulur, robek dan bahkan sampai lepas dari perlekatannya pada tulang. Sprain yang terjadi di pergelangan kakidapat mengenai ligamentum talofibularisanterior, ligamentum talofibularis posterior, ligamentum calcaneofibularis, dan ligamentum talocalcaneare interosseum. 3 b. Strain Strain adalah cedera otot, tendo, ataupun jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang yang dikarenakan trauma langsung ataupun trauma tidak langsung pada saat otot terulur dan berkontraksi secara mendadak. Strain yang akut dapat menyebabkan rasa nyeri, kehilangan kekuatan, spasme otot, dan keterbatasan gerak sendi, sedangkan strain kronis biasanya disebabkan karena terdapat tekanan yang berulang dan penggunaan yang berlebihan sehingga sering menimbulkan peradangan pada tendo (tendonitis). 12,13 11

c. Fraktur Fraktur adalah putusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang dikarenakan trauma langsung seperti benturan dan trauma tidak langsung seperti jatuh dengan bertumpu pada satu anggota tubuh. Fraktur dapat dibagi menjadi dua yaitu fraktur terbuka yang jaringan tulangnya dapat tampak dari luar dan fraktur tertutup yang jaringan tulangnya tidak tampak dari luar. Apabila fraktur yang terjadi menyebabkan pergerseran antara tulang pembentuk sendi maka dapat disebut fraktur dislokasi. 14 B. Anatomi Arcus Pedis 1. Arcus Pedis Arcus pedis adalah bangunan bersegmen yang berfungsi sebagai gaya pegas, dimana akan berfungsi apabila dibangun dalam bentuk lengkungan. Secara anatomi kaki memiliki 3 arcus pedis yaitu arcus longitudinalis medialis, arcus longitudinalis lateralis, dan arcus transversalis. 4 a. Arcus longitudinalis medialis Arcus longitudinalis medialis dibentuk dari calcaneus, talus, Os naviculare, Os cuneiforme mediale, Os cuneiforme intermedium, Os cuneiforme laterale, dan ketiga ossa metatarsalia pertama. Puncak pada arcus ini adalah talus dan biasa disebut keystone atau pusat dari arcus ini. Arcus ini akan membentuk tepi medial kaki dan secara normal arcus ini tidak pernah sampai menyentuh tanah. 4 Arcus longitudinalis medialis didukung ligamen spring, tibialis anterior, tibialis posterior, fleksor hallucis longus, fleksor digitorum brevis, peroneus longus, plantar apeneurosis, dan abduktor hallucis. 15 b. Arcus longitudinalis lateralis Arcus longitudinalsi lateralis dibentuk dari calcaneus, cuboideum, Os metatarsale keempat, dan Os metatarsale kelima. Puncak pada arcus ini adalah cuboideum dan biasa disebut 12

keystone atau pusat dari arcus ini. Arcus ini letaknya lebih rendah dibandingkan arcus longitudinalis medialis sehingga normalnya arcus ini dapat menyentuh tanah apabila dalam keadaan weightbearing/menumpu berat badan. 4 Arkus longitudinal lateralis didukungligamen plantar, plantaraponeurosis, fleksor digitiminimi,fleksor digitorum brevis,peroneus tertius, peroneus longus, peroneus brevis, dan abduktor digitiminimi. 15 c. Arcus transversalis Arcus transversalis dibentuk dari basis ossa metatarsalia, Oscuboideum, Os cuneiforme laterale, Os cuneiforme intermedium, dan Os cuneiforme mediale. Puncak pada arcus ini adalah Os cuneiforme intermedium dan biasa disebut keystone atau pusat dari arcus ini. Gerakan salah satu arcus akan mempengaruhi gerakan arcus lainnya sehingga tulang dan sendi pada pedis akan cenderung melakukan fungsinya secara bersama-sama. 4 Gambar 2.3 Tulang-tulang yang menyusun arcus longitudinalis medialis, arcus longitudinalis lateralis, dan arcus transverses pedis dextra 4 13

2. Aspek Klinis Arcus Pedis a. Normal foot Normal foot adalah kondisi dimana kaki memiliki bentuk dan fungsi yang normal. Pada kaki yang normal terdapat suatu segmen tulang yang membentuk lengkungan yang disebut arcus pedis. Secara anatomis kaki memiliki tiga Arcus pedis yaitu arcus longitudinalis medialis, arcus longitudinalis lateralis, dan arcus tranversalis yang akan membantu kaki dalam melakukan tugasnya sebagai gaya pegas. arcus longitudinalis medialis pada normalnya akan tetap tidak menyentuh tanah ketika weightbearing dan akan sangat terlihat ketika non-weightbearing, sedangkan untuk arcus longitudinalis lateralis pada normalnya akan menyentuh tanah ketika weightbearing dan dapat terlihat lengkungannya ketika nonweightbearing. Normal foot juga tidak terdapat varus dan valgus pada calcaneus serta tidak terdapat abduksi dan adduksi pada kaki bagian depannya. 4 b. Flat foot Flat foot/ pes planus adalah kondisi dimana lengkung kaki menghilang yang ditandai dengan bentuk kaki yang rata. Flat foot dapat terlihat disaat kaki mendapatkan beban dari tubuh, sehingga pada beberapa flat foot masih tampak bentuk arcus longitudinalis medialis disaat kaki tidak diberikan beban. Pada flat foot terdapat tiga kerusakan dimensial, yaitu keadaan valgus pada calcaneus, kolapsnya bagian arcus longitudinalis dan abduksinya kaki bagian depan. Penyebab terjadinya flat foot ada beberapa yaitu: 16 1) Kongenital, yang dikarenakan kelainan bawaan sejak lahir dan mungkin genetik. 2) Terdapat ruptur pada tendon tibialis posterior, yang biasanya disebabkan karena aktivitas yang berlebih. 3) Kelemahan pada otot-otot kaki. 14

4) Post-trauma, seperti fraktur pada pergelangan kaki yang biasanya ada kegagalan dalam penyambungan. 5) Obesitas. 6) Penyakit neuropatik. 7) Penyakit neuromuskular. 8) Penyakit inflamasi. c. Cavus foot Cavus foot/ pes cavus adalah kondisi dimana lengkung kaki tampak berlebih yang ditandai dengan tidak menyentuhnya arcus longitudinalis lateralis ke tanah ketika diberi beban oleh tubuh, yang biasanya pada orang normal arcus longitudinalis lateralis tampak menyentuh tanah. Hal ini disebabkan karena terjadinya varus pada calcaneus dan adduksinya kaki bagian depan, sehingga arcus pedis tampak lebih tinggi. Penyebab cavus foot masih belum diketahui tetapi diduga terdapat faktor genetik yang mempengaruhinya. 17 3. Penentuan Bentuk Arcus Pedis a. Inspeksi (observasi) Pada pemeriksaan ini dilakukan pengamatan arcus pedis atau lengkung kaki secara langsung, baik pada saat nonweightbearing/tidak menumpu berat badan maupun weightbearing/menumpu berat badan. 16 b. Radiografi, MRI, CT scan, dan bone scan Hasil dari pemeriksaan Radiografi, MRI, CT scan, dan bone scan akan Memberikan gambaran mengenai anatomi bentuk kaki serta akan membantu mendiagnosa kelainan pada pergelangan kaki dan kaki. 16 c. AHI (the arch height index) AHI (the arch height index) berguna untuk mengukur tinggi arcus pedis dengan menggunakan handheld callipers. AHI dihitung 15

dengan cara membagi ketinggian dorsum pedis (punggung kaki) dengan panjang kaki (jarak tumit ke kepala metatarsal pertama). 16 d. Pemeriksaan sidik tapak kaki (footprint) Pemeriksaan sidik tapak kaki (footprint) dapat menentukan tinggi rendahnya arcus longitudinal dengan memperhatikan batas medial kaki. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan media tinta ataupun air biasa yang nantinya akan dicetak di selembar kertas dengan cara membasahi kaki dengan air atau tinta, lalu menapakkannya pada selembar kertas sehingga akan tercetak sidik tapak kaki. Aksis kaki didapat dengan cara menarik garis lurus dari pertengahan tumit sampai ke bagian tengah jari kedua, sehingga akan tercetak sidik tapak kaki. Aksis kaki didapat dengan cara menarik garis lurus dari pertengahan tumit sampai ke bagian tengah jari kedua. 16 Isi wadah dengan air / tinta 2. Masukkan kaki ke dalam wadah yang berisi air / tinta 3. Tapakkan kaki pada selembar kertas 4. Angkat kaki, sehingga tertinggal jejak kaki Gambar 2.3 Wet Foot Print Test 18 16

Penilaian bentuk arcus pada sidik tapak kaki ( footprint) yaitu dikatakan flat foot dengan derajat tigaapabila batas medial konveks, dikatakan flat foot derajat dua apabila batas medial menurut garis lurus (rectilinier), dikatakan flat foot derajat satu/flat foot ringan apabila lekukan batas medial berbentuk konkaf serta tidak melewati sumbu kaki, dikatakan kaki normal apabila bentuk gambaran tapak berkelanjutan dan lekukan batas medial konkaf ke arah lateral melewati sumbu kaki, dan dikatakan Cavus foot apabila bentuk gambaran tapaknya terputus pada sisi lateralnya. 19,20 Gambar 2.4 Interpretasi footprint 19 C. Analisis Gerakan Berjalan, Berlari, dan Melompat 1. Berjalan Berjalan adalah gerakan yang timbul diakibatkan karena menghilangnya keseimbangan dengan dua kaki dan digantikan dengan satu kaki dan dari satu kaki itu dilanjutkan dengan kaki yang lainnya serta diikuti oleh bidang tumpuan yang baru. Sehingga keseimbangan akan terjadi kembali.dalam berjalan dapat dipengaruhi tiga kekuatan yaitu: 9 a. Kekuatan otot, yang berfungsi sebagai pemberi tekanan dan tahanan pada kaki. b. Kekuatan momentum, yang berfungsi untuk mempertahankan kekuatan yang tetap. 17

c. Gaya berat, yang berfungsi sebagai usaha yang akan menarik tubuh untuk bergerak kedepan dan kebawah. Selain tiga kekuatan yang dapat mempengaruhi dalam proses berjalan, terdapat hal lain yang dapat mempengaruhi proses berjalan yaitu pemindahan momentum ayunan lengan yang berfungsi sebagai pembantu keseimbangan saat berjalan. 9 Berjalan dimulai dengan posisi berdiri yang dimana bidang tumpuannya berada pada dua kaki. Apabila kaki kanan akan dilangkahkan maka kaki kiri akan menjadi bidang tumpuan. Tungkai kanan selanjutnya akan didorong kearah depan oleh m. iliopsoas, m. rectus femoralis yang nantinya membentuk gerakan antefleksi tungkai kanan, sampai kaki kanan menapak tanah. Apabila panggul bagian kanan menurun maka akan ada kontraksi m. gluteus minimus dan m.gluteus minimus sebelah kiri untuk melawan dan nantinya secara bersamaan akan memutar panggul kanan kedepan dan membantu mengayunkan tungkai kanan maju serta memperbesar langkah. Gerakan ini akan membuat titik berat bergerak ke depan dan membuat badan hendak jatuh kedepan, bersamaan dengan proses ini terjadi pula gerakan plantarfleksi kaki kiri yang dilakukan oleh m. triceps surae dan calcaneus sehingga kaki kiri akan terangkat dari tanah. Selanjutnya tumit kaki kanan akan mengenai tanah dan akan menjadi pusat putaran kaki yang akan dimulai berturut-turut dari telapak kaki bagian lateral menuju ke distal sampai ossis metatarsalis. 9 Kaki kiri akan melepas diri dari tanah yang nantinya secara bersamaan dengan dorsofleksi pada articulatio metatarso phalangealesmeski jari-jari kaki masih kokoh dalam berpijak. Akhir gerakan berjalan garis berat caput ossis metatarsalis I kiri berpindah. Oleh sebab itu, tubuh akan jatuh kedepan dan secara bersamaan calcaneus kiri akan meninggalkan tanah.akibatnya terus menurunnya 18

titik berat akan dapat dihindari, calcaneus kanan akan mengenai tanah dan kaki kanan akan mulai menampung berat badan. 9 2. Berlari Gerakan berlari pada dasarnya memiliki gerakan yang sama dengan gerakan berjalan. Perbedaan gerakan berlari dan gerakan berjalan yaitu terdapat gerakan yang lebih cepat pada gerakan berlari dibandingkan gerakan berjalan. Gerakan cepat pada berlari akan menyebabkan otot-otot ekstensor dari articulatio coxae, articulatio genus, articulatio talocruralis dan flexor digitipedis melakukan kontraksi yang cepat serta kekuatan yang besar pula. Secara umum pada gerakan berlari, badan memiliki inklinasi ke depan yang lebih besar dibandingkan dengan gerakan berjalan, gerakan rotasi pada pelvis dan columna vertebralis meningkat dan gerakan lengan menjadi lebih kuat dan lebih tinggi. 9 3. Melompat Lompat merupakan gerakan keatas dengan cara mengangkat seluruh tubuh ke atas dengan cara membawa titik berat badan setinggi mungkin ke titik tertinggi yang mampu dicapai. 20 Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi lompatan, yaitu: a. Proprioseptif Proprioseptif adalah keseluruhan kesadaran terhadap posisi tubuh yang dirangsang oleh otak agar tubuh mampu dan siap untuk melakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan agar dapat bergerak dengan baik. 21 19

b. Sistem muskular Sistem muskular merupakan bagian penting dalam tubuh yang berguna sebagai alat gerak aktif dan berfungsi sebagai transportasi. Terdapat dua tipe serabut otot: 22 1) Tipe I (slow twitch)/red muscle 2) Tipe II (fast twitch)./white muscle c. Keseimbangan Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan pengontrolan terhadap masa tubuh dan pengontrolan gravitasi terhadap bidang tumpu yang membuat tubuh mampu melakukan kegiatan dengan baik dan lebih efisien. Dalam mengontrol keseimbang juga dipengaruhi dari sistem sensoris dan muskuloskeletal. Keseimbangan terbagi menjadi dua kelompok yaitu : 23 1) keseimbangan statis : merupakan kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan ketika dalam posisi tetap 2) keseimbangan dinamis : merupakan kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan ketika dalam keadaan bergerak Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan, d. Pusat gravitasi Pusat gravitasi merupakan pusat dari titik utama pada tubuh yang mampu mendistribusikan seluruh masa tubuh dengan merata yang akan berpindah-pindah pula mengikuti arah gerakan dan perubahan berat. Derajat stabilitas tubuh dapat dipengaruhi beberapa hal seperti ukuran dari bidang tumpu, jarak antara titik utama gravitasi dengan bidang tumpu, letak garis gravitasi, dan berat badan. 23 e. Garis gravitasi Garis gravitasi adalah garis imajinasi vertikal yang melalui pusat gravitasi. 23 20

f. Bidang tumpu Bidang tumpu adalah suatu bagian tubuh yang menopang tubuh dan berhubungan langsung dengan permukaan tumpuan. Untuk membentuk keseimbangan yang baik maka harus disertai bidang tumpu yang luas, karena bidang tumpu yang luas akan berpengaruh terhadap tingkat keseimbangan dari seseorang. 23 g. Kecepatan Reaksi Kecepatan reaksi adalah waktu yang dibutuhkan tubuh untuk merespon sesuatu dari rangsangan yang diterima. 23 h. Koordinasi neuromuskular Koordinasi neuromuscular adalam kemampuan tubuh untuk mengintegrasi indera yang berfungsi mengetahui jarak pada posisi. Yang nantinya berfungsi untuk melakukan gerakan dan menentukan akurasi. 24 i. Stabilisasi Stabilisasi adalah kemampuan dari seseorang yang mampu mengendalikan posisi dan gerakan pada anggota tubuh. 22 j. Power Power adalah kekuatan dan kemampuan otot untuk berkontraksi. Dalam melakukan kontraksi yang baik maka otot harus memiliki kualitas power yang baik, apabila kualitas power yang dilakukan baik maka aka berpengaruh terhadap hasil yang dikeluarkan yaitu kekuatan dan kecepatan. 22 k. Fleksibilitas Fleksibilitas adalah kemampuan menggerakkan dengan bebas sendi-sendi dalam batas jangkauannya. Kerjasama antara sendi,tendon dan ligamentum akan membentuk kesatuan yang apabila semua dapat bergerak bebas maka akan sangat mempengaruhi seseorang dalam melompat. 22 21

4. Biomekanik melompat Dalam melakukan lompatan seseorang perlu mengetahui fase-fase yang perlu dilakukan sebelum melompat, ini berfungsi untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam melompat. Apabila seseorang sudah memahami fase-fase dalam melakukan lompatan maka akan mengerti cara mengeluarkan kemampuan untuk mendapatkan titik tertinggi dalam melakukan lompatan. Dalam biomekanik lompatan terdiri beberapa fase yaitu: 25 a. Countermovement jump Contermovement adalah gerakan awal yang dilakukan untuk melakukan lompatan yang fase awalnya dari posisi tegak menjadi posisi semi jongkok. Untuk melakukan perubahan gerakan tersebut akan mempengaruhi posisi pergelangan kaki yang dimana posisi tegak akan membuat pergelangan kaki berada pada posisi netral dan semi jonkok akan membuat pergelangan kaki berada pada posisi plantar fleksi. Tujuan dari gerakan ini adalah membuat posisi tubuh menjadi benar saat akan melakukan fase selanjutnya yaitu propulsion dan menstimulasi otot yang akan mengalami pemendekan atau pemanjangan. 25 Saat fase contermovement sedang terjadi, pada saat itulah terjadi juga gerakan sinergis pada otot-otot ekstensor pedis, pergelangan kaki, genudanpelvis. Saat otot-otot akan berkontraksi akan ada rangsangan dari otak untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. Produksi kekuatan dan ketahanan otot ini dipengaruhi suatu pola gerak yaitu stretch shorten cycle yang merupakan pola gerak yang dapat mempengaruhi tingkat produksi kerja otot. Faktor yang mempengaruhi stretch shorten cycle adalah daya recoil dan stretchreflex. Daya recoil adalah kemampuan tubuh untuk kembali ke posisi awal. Pada saat posisi semi jongkok dalam melakukan fase contermovement akan dibutuhkan tenaga dan kekuatan otot ekstensor yang akan membuat otot fleksornya 22

terjadi pelenturan. Otot ekstensor akan membuat recoil myofibril dan fascia dari otot-otot tersebut sehingga akan terjadi peningkatan tonus otot yang nantinya akan mempengaruhi peningkatan kekuatan dan ketahanan otot. Selain digunakan pada fase contemovement daya recoil juga digunakan pada fase landing. 25 b. Propulsion Propulsion adalah fase setelah dilakukannya fase contermovement. Fase ini akan membuat perubahan dari gerakan semi jongkok menuju fase flight yang akan membuat pergelangan kaki berubah posisi dari plantar fleksi menjadi posisi normal kembali. Kemampuan dari otot gastrocnemius dan quadriceps yang apabila berkontaksi dengan cepat dan saling bekerja sama untuk menggerakkan lutut kearah ekstensi dan pergelangan kaki ke posisi normalnya akan memberikan power dan daya ledak yang maksimal. Kaki bagian bawah akan memberikan tekanan yang besar pada bidang tumpu lompatan yang nantinya tubuh dapat terdorong menuju ke arah atas dan dapat melawan gaya gravitasi yang ada. Pada fase ini terdapat otot-otot yang berfungsi sebagai stabilisator tubuh sehingga akan mempengaruhi posisi tubuh agar dapat berada pada garis lurus dan sejajar pada bidang vertikal. 25 Pada fase ini juga terdapat salah satu bagian yang berpengaruh dalam pencapaian tinggi maksimal dari lompat tinggi yaitu tangan. bagian tangan ini mempengaruhi 10% samapai 20% pencapaian lompatan. Dan gerakan yang harus dilakukan yaitu mengayunkan tangan dari belakang bawah menuju arah depan atas dan cara mengayunkannya harus dengan kecepatan maksimum dan saat lepas landas/take off posisi tangan sebaiknya dekat dengan tubuh. Gerakan ini akan mempengaruhi pusat momentum dan tekanan bidang tumpu sehingga akan membantu dalam melawan gaya gravitasi. 25 23

c. Flight Flight adalah fase dimana tubuh melayang melawan gravitasi dengan posisi sendi panggul dan lutut ekstensi. Pada fase ini akan terjadi peningkatan ketegangan otot dan motor recruitment pada otot tungkai dan dibutuhkannya tingkat stabilisasi dan daya tahan yang tinggi agar dapat mempertahankan posisi tubuh saat melayang. 25 d. Landing Landing adalah fase dimana bagian tubuh mendarat kembali ke bidang tumpu awal dan posisi pada fase ini berubah dari ekstensi menjadi semi jongkok kembali. Pada fase landing dibutuhkan kembali kemampuaan otot untuk melakukan kontraksi secara eksentrik agar dapat mempertahankan tubuh dalam proses penurunan kecepatan dan mempertahankan keseimbangan saat kaki mulai menumpu kembali ke bidang tumpu. Kontraksi eksentrik ini juga berpengaruh sebagai peredam tekanan dan penahan saat tubuh pada posisi semi jongkok dan kemudian kembali ke posisi berdiri semula. 25 5. Pengukuran lompatan Vertical jump adalah gerakan meloncat keatas dengan setinggitingginya yang berfokus pada kekuatan otot tungkai agar dapat mencapai ketinggian maksimal. 26 a. Sikap permulaan 1) Ujung jari peserta dioleskan serbuk kapur. 2) Peserta berdiri sejajar dan tegak di dekat dinding, kaki dirapatkan dan papan skala berada pada sisi sebelah kanan/ kiri peserta. Angkat tangan lurus keatas yang berada di dekat dinding, telapak tangan ditempelkan pada papan skala sehingga terdapat bekas jari yang terbentuk setelah di beri serbuk kapur pada papan skala (raihan tegak). 24

b. Gerakan 1) Peserta mengambil awalan dengan sikap jongkok dangan menekukkan kedua kaki dan kedua lengan diayunkan ke belakang. Kemudian peserta meloncat setinggi-tingginya dan menepuk papan skala dengan tangan yang telah diberi serbuk kapur sehingga menimbulkan bekas (raihan lompatan). 2) Lakukan tes ini sebanyak tiga (3) kali Gambar 2.5 Vertical jumping test 26 c. Pencatatan hasil 1) Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak. 2) Ketiga selisih hasil tes dicatat. 3) Masukkan hasil selisih yang paling besar Tabel 2.1 Kategori Vertical Jumping Test 26 Kategori Putra Putri Sangat baik >72 >49 Baik 60-72 39-49 Sedang 50-59 31-38 Kurang 39-49 23-30 Sangat kurang <39 <23 25

D. Sprain Pergelangan Kaki pada Pemain Bulutangkis 1. Mekanisme Sprain Pergelangan Kaki Mekanisme sprain pergelangan kaki diawali dengan gerakan melompat dan mendarat dengan posisi kaki inversi, supinasi, endorotasi dan plantarfleksi. Pada posisi ini articulatio talocruralis berada pada posisi yang tidak stabil. Pada saat terjadi gerakan supinasi dan inversi kaki serta eksorotasi Os tibia maka akan menyebabkan cedera pada ligamentumlateral. Cedera pada ligamentum ini dapat terjadi pada gerakan plantarfleksi. Cedera pada articulatio talocruralis pada awalnya akan mengenai ligamentum talofibularis anteriordan apabila cedera terus berulang maka akan mengenai ligamentum calcaneofibularis dan apabila terus menerus berulang dan tingkat keparahannya meningkat maka dapat mengenai ligamentum talofibularis posterioryang berada pada bagian terbelakang kaki. 27 Gambar 2.6 Mekanisme sprain pergelangan kaki 28 2. Manifestasi Klinis Pada diagnosis cedera ligamentum atau sprain pergelangan kaki dapat ditemukan adanya nyeri saat melakukan gerakan inversio, pembengkakan pada sisi lateral persendian, dan memar. Cedera sprain pada pergelangan kaki dapat dikategorikan menjadi 3 derajat yaitu: 29 a. Derajat I/ Ringan 1) Tidak ada instabilitas postural. 26

2) Kekakuan karena proses inflamasi minimal. 3) Gangguan fungsi minimal. 4) Cedera ligamentum hanya terlihat pada pemeriksaan mikroskopik. b. Derajat II/ Sedang 1) Ketidakmampuan menyelesaikan test stabilitas postural. 2) Pembengkakan dan kekakuan sedang. 3) Gangguan sedang pada pergerakan sendi. 4) Cedera dapat terlihat secara makroskopik namun ligamentum masih menyatu. c. Derajat III/ Berat 1) Ketidakstabilan postural sejak awal tes. 2) Pembengkakan hebat, kekakuan serta perdarahan. 3) Terputusnya ligamentum. Gambar 2.7 Derajat sprain pergelangan kaki 28 27

E. Kerangka Teori JUMPING Bentuk Arcus pedis SMASH Gaya pegas jumping smash Countermovement jump Propulsion Flight Landing Tinggi lompatan Tekanan Sprain padapergelangan kaki Variabel yang tidak diteliti Variabel yang diteliti 28

F. Kerangka Konsep TINGGI LOMPATAN BENTUK ARCUS PEDIS SPRAIN PERGELANGAN KAKI G. Hipotesis 1. Ada hubungan tinggi lompatan dengan kejadian sprain pergelangan kaki pada atlet bulutangkis yang melakukan jumping smash. 2. Ada hubungan bentuk arcus pedis dengan kejadian sprain pergelangan kaki pada atlet bulutangkis yang melakukan jumping smash. 3. Ada hubungan tinggi lompatan dengan bentuk arcus pedis pada atlet bulutangkis yang melakukan jumping smash. 29